SEMUANYA BERKAT MAMIE (IBU TIRIKU) PART 5

 


Apakah hasratku ini aneh ? Kurasa tidak aneh. Karena pengalaman pertamaku adalah dengan Mama yang sekarang sudah jadi istri lelaki bule bernama Frederick itu. Dan pengalaman pertama itu membuat tayangan yang berulang - ulang di dalam batinku. Sehingga meski aku sudah punya istri yang muda - muda dan cantik -cantik, tapi perempuan setengah baya tetap memiliki tempat istimewa di dalam batin dan hasrat birahiku.




Pada saat Tante Rose sedang mandi, aku pun menyempatkan diri menelepon ke bagian kitchen, agar menyiapkan makan malam untuk dua orang di private dining roomku. Dengan cepat mereka menyiapkannya. Dan ketika Tante Rose masih berada di kamar mandi, karyawan bagian kitchen sudah menghidangkan makan malam untukku dan Tante Rose.




Memang cukup lama Tante Rose berada di dalam kamar mandi. Maklum wanita, biasa berlama - lama di dalam kamar mandi.




Lalu, waktu keluar dari kamar mandi, Tante Rose sudah mengenakan daster biru muda polosnya, dengan rambut yang kelimis, mungkin habis keramas. “Tadi ngintip aku mandi nggak ?” tanyanya.




“Ngapain ngintip ? Kalau aku mau lihat sih, minta aja terang - terangan, “ sahutku.




“Hihihiii ... kirain ...”




“Ayo kita makan malam dulu Tante, “ ajakku sambil mengarahkan Tante Rose ke dining room.




“Aduuuh ... ini makanan dari mana Sam ?” tanya Tante Rose setelah berada di ruang makan.




“Dari kitchen lah. Masa tiba - tiba bisa muncul di sini. “




“Masalahnya cepat sekali, tau - tau sudah terhidang semuanya di sini. “




“Bukan mereka yang terlalu cepat menghidangkannya, tapi Tante yang kelamaan mandinya. “




“Hihihiii ... wanita kan lama bersih - bersihnya Sam. “




“Setiap sela - sela yang tersembunyi pun dibersihkan ya ?”




“Ya iyalah. Kan wanita itu harus menjaga kebersihan di setiap sela - sela tersembunyi pun, agar suaminya tetap mencintainya. “




“Suami Tanrte kan gak ikut ke sini. “




“Ah, pokoknya wanita sih harus rajin membersihkan sekujur tubuhnya. “




“Pantesan Tante cantik begitu. “




“Mmm ... gombal lagi. “




“Mari kita makan dulu Tante. Mumpung makanannya masih pada panas, “ ajakku sambil duduk di kursi yang berdampingan dengan kursi Tante Rose.




Sebelum makan, Tante Rose memegang daguku, lalu mengecup bibirku. Maaak ... aku tak menduga akan mendapat serangan kilat ini. Tapi mungkin saja Tante Rose punya kebiasaan seperti itu kepada siapa pun di Halmahera sana.




Lalu kami makan bersama.




“Tante mau jalan - jalan malam ini ?” tanyaku.




“Besok aja ah. Aku ingin istirahat malam ini. Penerbangan dari Halmahera sampai ke sini berkali - kali ganti pesawat lho. Makanya capek sekali. Badan juga terasa pegel - pegel. “




“Mau dipijitin ?”




“Emang di hotel ini nyediain tukang pijit ?”




“Aku sendiri yang akan mijitin Tante. “




“Mmmm ... dipijitin sama kamu sie bahaya ... ujungnya pasti ke sana ... “




“Ke sana ke mana ?”




Tante Rose menjawabnya dengan bisikan di dekat telingaku, “Ke memek ... “




“Hahahaaaa ... belum tentu Tante. Kalau Tante gak mintga duluan aku takkan maksain diri ke arah itu. ”




“Sam ... aku mau jujur yaaa ... sebenarnya setelah melihat Sam tadi, aku pun merasa suka pada keponakanku yang ganteng ini. Tapi kamu ini anak abang kandungku. Jadi, aku akan merasa bersalah kalau terjadi sesuatu di antara kita berdua. Terlebih lagi kalau mengingat bahwa aku ini masih punya suami. Perasaan bersalahku jadi double guilty kan ?”




“Ya sudah. Tadinya aku hanya ingin mempererat hubungan persaudaraan kita aja Tante. Sekaligus agar aku lebih memperhatikan karier Natasha. “




Tante Rose terhenyak. Mungkin karena ucapanku sedikit mengandung ancaman. Bahwa kalau dia tidak mengikuti keinginanku, maka aku pun takkan memperhatikan karier Natasha.




Lalu Tante Rose melanjutkan makannya sampai selesai, tanpa berkata - kata lagi.




Mungkin dia sedang mempertimbangkan ucapanku, mjungkin juga sedang ingat pada suaminya, entahlah.




Lalu aku melangkah ke ruang keluarga dan duduk di sofa sambil menghidupkan televisiku.




Pelayan dari kitchen pun datang dua orang, karena aku sudah memijat bel ke kitchen tadi. Kedua cowok dari bagian kitchen itu membereskan meja makan, lalu mengelap mejanya sampai bersih dan mengkilap kembali.




Setelah kedua karyawan kitchen itu berlalu, Tante Rose pun muncul di ruang keluarga, lalu duduk merapat ke sisi kiriku.




“Jadi cowok jangan punya sifat perajuk, “ ucapnya sambil memijit - mijit lutut kiriku.




“SIapa yang merajuk ?” tanyaku dengan senyum sinis.




“Mmm ... segala sesuatu kan harus dipertimbangkan dulu matang - matang. Lalu ... setelah kupertimbangkan segala sesuatunya, akhirnya aku memutuskan untuk menyerah padamu. Tapi tunggu isi perutnya turun dulu, biar jangan sembelit. “




Aku cuma mengangguk perlahan. Masih dengan sikap cuek. Dan pandanganku tetap tertuju ke layar televisi. Padahal pikiranku sedang tertuju ke arah Tante Rose yang sangat menggiurkan, yang sekarang sedang duduk merapat di sebelah kiriku ini.




Tiba - tiba aku teringat sesuatu. Lalu aku bangkit dari sofa, “Tunggu sebentar Tante, “ kataku sambil bergegas menuju salah satu lemari di dalam kamar pribadiku. Dari lemari itu kukeluarkan dua helai gaun cheongsam yang kubeli dari Macau dua bulan yang lalu.




Yang satu berwarna orange, yang satu lagi berwarna biru ultramarine.




Hmmm ... aku jadi teringat pada gaun - gaun yang telah kuberikan kepada Tante Della. Gaun - gaun yang membuat Tante Della semakin “jinak” padaku. Lalu apakah kedua helai gaun ini pun akan bisa “menjinakkan” Tante Rose juga ?




Entahlah.




Kedua helai gaun itu kubawa ke ruang keluarga dan kuserahkan kepada Tante Rose, “Ini gaun yang kubeli dari luar negeri. Tante biasa pakai ukuran medium kan ?”




“Iya, kok tau ? Wow ... ini sih gaun impor ya ?” Tante Rose menciumi kedua helai gaun itu.




“Kalau cocok ukurannya, kedua gaun itu buat Tante aja. Terus kita jalan - jalan ke luar ya. Sudah hilang kan capeknya ?”




“Hihihiii ... melihat gaun yang bagus - bagus gini sih memang hilang capeknya. “




“Cobain dulu Tante. Yang biru tua itu pakai aja buat jalan - jalan sekarang. “




“Di mana nyobainnya ? Di kamar mandi ?”




“Di kamarku aja. Kan ada cermin besar di situ. “




“Iya ... mau dicoba dulu ya Sam. “




“Iya. “




Kubiarkan Tante Rose melangkah ke dalam kamarku. Biar dia leluasa mencoba kedua helai gaun cheongsam itu.




Sampai kudengar suaranya memanggilku, “Sam ... !”




“Ya ... “ aku pun bangkit dari sofa ruang keluarga. Menghampiri Tante Rose di kamarku.




“Gaun - gaun ini luar biasa cantiknya. Tapi belahan di kanan kirinya ini ... bikin aku risih ... “




“Duuuh ... dalam gaun itu Tante justru sangat seksi di mataku ... “ pujiku sambil memperhatikan belahan gaun cheongsam yang berwarna ultramarine yang dikenakan oleh Tante Rose itu. Memang belahan itu memamerkan sekujur paha putih mulus tanteku sampai ke pangkalnya, sehingga celana dalamnya pun tampak jelas ... !




“Seksi tapi aku tak berani memakainya di tempat umum Sam, “ sahut Tante Rose tersipu. Membuatku semakin tergoda oleh adik kandung Papa itu.




Lalu aku berlutut di dekat belahan cheongsam itu, sambil memegang betis Tante Rose. Lalu menciumi paha kanannya yang sangat mulus di mataku.




“Kalau gak berani memakainya di tempat umum, pakai untuk gaun rumah aja Tante, “ ucapku sambil mempererat pelukanku di kedua betisnya.




“Sam ... “ Tante Rose membelai rambutku yang sejajar dengan pahanya, “Jangan keluar malam ini ya ... mendingan kita mesra - mesraan aja di sana, “ Tante Rose menunjuk ke arah bedku. Mungkin libidonya naik karena aku menciumi pahanya barusan.




Aku pun berdiri sambil mendekap pinggang ramping Tante Rose. Pada saat itulah Tante Rose menatapku dengan sorot lain ... sorot yang mengundang ... sorot yang membuatku terlupa segalanya. Lalu kupagut bibir sensualnya ke dalam lumatanku, yang disambut dengan pelukan hangat Tante Rose di leherku, mengiringi balasan lumatannya yang terasa hangat sekali ini.




Bukan cuma saling lumat bibir dan lidah yang Tante Rose lakukan. Tangannya menyelinap ke dalam kimono putihku, lalu menyelundup ke balik celana dalamku dan memekik tertahan, “O my God ! Punyamu ini ... luar biasa gedenya Sam ... ! Hiii ... aku sampai merinding gini Sam ... !”




“Kenapa merinding ? Takut ? Masih gedean kepala Natasha waktu baru lahir kan ?” cetusku seolah mengingatkan bahwa segede - gedenya penis, takkan lebih gede daripada kepala bayi.




Tante Rose terasa makin menghangat ketika kuraih ke atas bed. Sikapnya pun sudah berubah pasrah ketika aku menyingkapkan gaun yang ada belahan panjang di kanan kirinya itu, yang langsung memamerkan indahnya perut dan sepasang kaki Tante Rose.




Dan aku tak mau buang - buang waktu lagi. Kupelorotkan celana dalam Tante Rose sampai terlepas dari sepasang kaki indahnya.




Sebentuk kemaluan wanita yang luar biasa indahnya pun mulai terbuka di depan mataku. Kemaluan yang berjembut, tapi hanya tumbuh di bagian atasnya. Sementara dari clitoris ke bawahnya bersih sekali. Sehingga tanpa ragu lagi kuciumi memek Tante Rose itu, membuat tanteku agak tersentak, tapi lalu terdiam tanpa suara. Hanya elahan nafasnya yang terdengar.




Dan ... ketika aku mulai menjilati memeknya, Tante Rose mulai menggeliat sambil membelai rambutku yang berada di bawah perutnya.




Aku memang sedang sangat bernafsu. Sehingga jilatanku semakin menggila di bagian dalam memek yang kemerahan ini. Sehingga Tante Rose mulai merintih - rintih perlahan, tapi masih terdengar di telingaku. “Saaaam ... oooooh .... Saaaaam .... oooo ... ooooohhhh ... Saaaaam ... Saaaaam .... oooooooohhhhhhh .... Saaaaam ... “




Terlebih lagi setelah aku menemukan kelentitnya, kujilati habis - habisan bagian yang kecil mungil sebesar kacang kedelai itu. Terkadang sengaja kusedot - sedot si kecil yang biasa disebut itil itu. Sehingga Tante Rose mulai gedebak - gedebuk, bukan sekadar menggeliat lagi.




Dan akhirnya Tante Rose merengek dengan nada memohon, “Cukup Sam ... masukkan aja kontolmu ... jangan menunggu keburu becek memekku nanti ... please ... masukin aja kontolmu Saaaam ... “




Akhirnya kutanggalkan kimono putih dan celana dalamku, lalu kuletakkan moncong penisku tepat di mulut vagina Tante Rose. Kemudian kudorong penis ngacengku sekuat tenaga. Dan ..... blesssssssssssss .... melesak amblas hampir seluruhnya ... !




Tentu saja liang memek Tante Rose yang adik Papa ini tidak sama dengan liang memek Tante Della yang adik ibu kandungku almarhumah. Karena liang memek Tante Della belum pernah dilewati kepala dan badan bayi, sedangkan liang memek Tante Rose ini sedikitnya sudah dilewati kepala dan badan Natasha dahulu.




Sehingga hanya dalam sekali dorong, batang kemaluanku langsung amblas hampir sepenuhnya.




Namun Tante Rose merintih juga ketika batang kemaluanku sedang melesak amblas ke dalam liang memeknya, “Adudududuuuuuh ... kontolmu gede sekali Saaaam ... “




Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dada Tante Rose. Yang disambut dengan pelukan dan ciuman hangatnya. Sementara aku mulai mengayun penisku, bermaju mundur di dalam liang memek Tante Rose yang licin tapi legit ini.




Pinggul Tante Rose pun mulai bergoyang erotis, membuat batang kemaluanku terombang - ambing dan terbesot - besot oleh liang memek adik Papa ini.




Hmmm ... kelihatannya lain adik Papa lain lagi adik Ibu almarhumah. Mereka punya gaya masing - masing.




Dan Tante Rose ini, setelah pantatnya digeolin ... membuatku lupa daratan ... lupa segalanya. Lupa bahwa aku ini sedang menyetubuhi wanita yang seharusnya kuhormati laksana orang tuaku sendiri.




Aku malah semakin bersemangat mengentot liang memeknya yang super legit ini. Dan dengan gemas kuremas sepasang toketnya secara bergantian. Ketika aku sedang mengemut pentil toketnya pun bukan emutan biasa. Melainkan dengan sedotan yang kuat - kuat, sehingga pentil tetek tanteku itu jadi mancung ... mengacung ke atas dengan tegangnya.




Tante Rose sendiri tampaknya mulai lupa daratan. Terkadang ia meremas - remas rambutku. Terkadang juga menjambak - jambak rambutku sampai acak - acakan, sambil merintih - rintih histeris, “Saaaaam ... kontolmu memang luar biasa Saaaaam ... ayo entot sejahanam mungkin Saaam ... enaaaaak ... entoootttt sekencang dan sekeras mungkin Saaaaam .... iyaaaa ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... entot terus Saaaaam ... entoooooooooottttttttttttt ... anjriiiiiiiiittttt ... enak banget Saaaaaaam .... oooo ... oooo ... ooooohhhhh ... Saaaaam .... enaaaak Saaaam ... enaaaaaaaak .... oooooh Saaaam ... “




Cukup lama aku menyetubuhi adik Papa ini. Sehingga keringatku pun mulai berjatuhan di dada, di leher dan bahkan di wajah Tante Rose.




Sementara pantat Tante Rose bergeol - geol terus dengan binalnya. Membuat penisku terombang - ambing dan terbesot - besot oleh liang memek legit licinnya.




Sampai pada suatu saat Tante Rose melenguh, “Saaam ... aaaa ... aku udah mau lepas ... ooooo ... oooooohhhhhhhhhhh ...... !”




Kudiamkan penisku sejenak. Karena ingin menikmati erotisnya liang memek yang sedang orgasme.




Aku masih enak - enaknya menggencarkan ayunan penisku di saat Tante Rose sudah tergolek lemas.




Namun beberapa detik kemudian Tante Rose tampak sudah berdarah lagi, tidak pucat pasi lagi.




Dan berkata lirih, “Bisa - bisa nanti aku yang butuh Sam ... awas aja kalau kelak Sam cuek - cuek aja padaku. “




“Ya nggak lah Tante. Kan Tante sudah menjadi bagian dari hidupku sejak malam ini, “ sahutku sambil mengecup sepasang pipinya dengan segenap kehangatanku.




“Sam ... cabut dulu kontolmu sebentar, “ kata Tante Rose tiba - tiba.




“Emangnya kenapa ?” tanyaku sambil menghentikan dulu entotanku.




“Pengen pipis dulu. Udah kebelet neh. “




Kuikuti saja permintaan Tante Rose itu. Lalu kucabut batang kemaluanku sampai terlepas dari liang memek tanteku.




Buru - buru Tante Rose turun dari bed, lalu dalam keadaan telanjang, setengah berlari menuju kamar mandi.




Tak lama kemudian Tante Rose muncul lagi dari dalam kamar mandi.




“Kok malah jadi beser ?” tanyaku sengaja mengisenginya.




“ACnya terlalu dingin sih. Jadi aja pengen pipis. Mungkin juga gara - gara ini nih, “ sahut Tante Rose sambil memegang penisku yang masih ngaceng berat.




Dan ... tiba - tiba saja ia mendorong dadaku sampai membuatkiu celentang. Disusul dengan aksi berikutnya ... mengulum puncak penisku sambil mengalirkan air liurnya ke badan penisku. Jemarinya pun mulai mengocok batang kemaluanku yang tidak terkulum, sementara lidahnya terasa menggeluti kepala dan leher penisku di dalam mulutnya.




Kubiarkan saja ia menyelomoti dan mengurut penisku dengan binalnya. Sampai pada suatu saat ia meletakkan puncak penisku di mulut memeknya ... lalu ia menurunkan bokongnya, sehingga penisku tenggelam ke dalam liang kewanitaannya yang terasa jadi sempit lagi. Mungkin tadi sehabis pipis ia membersihkan memeknya sekaligus mengeringkannya dengan handuk atau kertas tissue di kamar mandi. Sehingga kini liang memeknya terasa kering lagi.




Tapi batang kemaluanku yang sudah berlepotan air liur Tante Reki, melicinkan jalan untuk tenggelam ke dalam liang memeknya yang sudah mekar akibat orgasmenya tadi.




Lalu Tante Reki menjatuhkan dadanya ke atas dadaku, disusul dengan gerakan pinggulnya yang naik turun dan maju mundur, membuat penisku dibesot - besot dan diremas - remas lagi oleh liang memeknya yang aduhai ... enak sekali. Membuatku terpejam - pejam sambil memeluk lehernya, sambil mencium bibirnya disertai lumatan dan sedotan penuh gairah kembali.




Namun hanya belasan menit Tante Reki bermain di atas. Lalu mengajakku berguling, ganti posisi tanpa melepaskan batang kemaluanku dari cengkraman liang memeknya.




Kini aku lagi yang berperan untuk mengentot memek tanteku. Aku lagi yang membuatnya merintih - rintih erotis lagi, sambil menggoyang pinggulnya kembali, dalam arus birahi yang makin lama makin hangat.




“Saaaaam ... iyaaaaa ... entot terus Saaam ... ooooohhhh ... ini mulai enak lagi Saaam ... kayaknya bakal orgasme lagi ni Saaaam ... ayo entot teruuuuusssssssss ... pentil tetekku emut lagi Saaaam ... iyaaaa ... iyaaaaa ... iyaaaa... “




Aku pun tak mau menyiksanya lebih lama lagi, sementara diriku sendiri memang sudah letih sekali, dengan keringat yang semakin membanjir di sekujur tubuhku.




Maka aku pun berkonsentrasi untuk menghayati nikmatnya menyetubuhi Tante Reki ini ... lalu ketika ia mulai berkelojotan, aku pun menggencarkan entotanku dengan target ingin secepatnya ejakulasi.




Lalu targetku tercapai. Ketika liang memek Tante Rose gardina berkedut - kedut erotis lagi, penisku pun mengejut - ngejut reflex, sambil memuntahkan lendirku di dasar liang memek adik Papa itu.




Crot ... crooootttt ... croot ... crooooooooooottttt ... crot ... croooooottttt ... crooootttttt ... !




Aku pun terkulai lemas di atas perut Tante Rose. Sementara Tante Rose sudah tampak tepar.








Apakah aku puas karena telah menyetubuhi Tante Rose yang adik kandung Papa itu ?




Ya ... aku sangat puas telah berhasil memiliki tubuh wanita setengah baya itu. Dan aku pun puas dengan keberhasilanku mendapatkan wanita - wanita setengah baya mau pun gadis - gadis belia yang ada hubungan darah denganku, baik dari pihak Papa mau pun pihak ibuku almarhumah.




Aku tidak mengejar mereka. Tapi justru mereka sendiri yang berdatangan padaku seorang demi seorang. Mungkin semuanya sudah harus seperti itu jalannya.




Seperti kejadian yang kualami berikutnya ini ...




Siang itu Wulan memasuki ruang kerjaku dengan senyumnya yang seperti mengharapkan sesuatu.




“Ada apa kamu Lan ? Kok senyam - senyum seperti menginginkan sesuatu ?” tanyaku heran.




“Nggak ... cuma mau laporan, nanti malam mau terbang ke Solo, “ sahutnya masih dengan senyum yang seperti menggodaku itu.




“Oh ... iya ya. Kamu kan harus mewakiliku di Solo. Mungkin bisa tiga atau empat hari kamu harus berada di sana. “




“Siap Bang. Cuma aku merasa kasihan sama Mama yang baru datang tadi malam. Sedangkan nanti malam aku harus ke Solo. “




“Heee ?! Mamamu datang ? “




“Iya Bang. Dia ingin ketemu sama Abang juga. Tapi gak berani datang ke sini, takut mengganggu kegiatan Abang, katanya. “




“Ya udah, nanti malam aku akan datang ke rumahmu. Ohya, mamamu seneng makan apa ?”




“Ah, Mama sih segala suka. Gak ada makanan favorit. Maklum sudah terbiasa hidup di pelosok dahulu. “




“Gitu ya. Terus ... jam berapa kamu take off nanti ?”




“Jam lima sore. Berarti dua jam lagi harus sudah cek in di bandara. “




“Ya udah. Jaga diri baik - baik ya Lan. “




“Gak mau bekalin sesuatu sama aku Bang ?”




“Apaan ? Duit ? Kan baru kemaren ditransfer. “




“Ih ... duit sih gak pernah kekurangan, “ sahut Wulan sambil melangkah ke belakang kursiku. Lalu berbisik ke telingaku, “Udah lama gak dientot sama Abang ... aku udah kangen berat. “




“Nanti aja pulangnya. Kalau perlu kubawa lima orang temanku yang baru datang dari luar negeri. Kamu mau nyobain digangbang ?” tanyakiu.




“Nggak ah,” sahutnya, “Dulu juga dithreesome, difoursome ... gak terkesan sedikit pun. Cuma ngotor - ngotorin memek doang. Pokoknya di dunia ini hanya Bang Sam yang bisa memuasiku. Gak ada lelaki lain. “




“Ya udah, nanti pulang dari Solo kita ngewe sepuasnya. Aku juga udah kangen sama memekmu, tapi sekarang badanku letih banget. “




“Janji ya Bang. Sepulangnya aku dari Solo Abang bakal ngentot aku sepuasku. “




“Iya ... iya bawel. Ohya, bilangin sama mamamu nanti malam aku datang. Sejak reunian itu aku belum pernah ketemu lagi sama beliau. “




“Iya Bang. Terima kasih ya. Aku mau siap - siap berangkat ke bandara Bang. “




“Oke. Take care Lan. “




“You too, take care honey, “ sahut Wulan sambil mencium pipiku, lalu meninggalkan ruang kerjaku.




Setelah Wulan berlalu, aku pun meninggalkan kantor, menuju rumah Gina yang baru seminggu habis melahirkan bayi cewek cantik dan sudah kuberi nama Shania Mantiliani.




Saat itu Suster Maria yang kebagian menjaga Gina. Karena Maria dan Ranti bergiliran masuknya.




Gina tampak senang sekali melihat kedatanganku. Terlebih ketika melihat aku membawa beberapa macam perlengkapan untuk bayi.




Aku memang mementingkan untuk menengok Gina setiap pulang dari kantor perusahaanku. Tapi biasanya tidak lama - lama. Hanya sekitar sejam aku berada di rumah Gina, lalu pulang lagi. Soalnya Gina pun baru seminggu habis melahirkan. Jadi belum bisa “diapa - apain”.




Merry pun tampak bahagia sekali melihat kakaknya sudah melahirkan. Merry memang sangat menyayangi kakak kandungnya itu. Sementara adik kandungnya masih dirawat di Balai Besar Rehabilitasi Narkotika (BBRN) Lido, Kabupaten Bogor. Aku bersama Merry pun pernah menengok Suzan (nama adik kandung Merry itu). Dan menurut keterangan pengurus BBRN, Suzan masih harus menjalani rehabilitasi selama 3 bulan lagi.




Aku memang ikut prihatin dengan keadaan saudara - saudara kandung Merry yang bermasalah seperti Suzan itu. Padahal baru saja Merry merasa bahagia setelah Gina sembuh dari kelumpuhannya, datang lagi masalah baru, tentang adiknya yang bernama Suzan itu.




Bahkan pada waktu pulang dari tempat rehabilitasi narkotika itu, Merry berkata, “Mungkin setelah Suzan sembuh dari ketergantungannya terhadap narkotik, aku akan meminta bantuanmu lagi Sayang. Aku yakin Sam bisa menjaga agar Suzan tidak jadi pemakai narkotik lagi. “




Aku cuma mengangguk - angguk, meski aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan untuk benar - benar memulihkan mental Suzan agar kapok dan segera sadar bahwa ketergantungannya itu cepat atau pun lambat bisa membunuhnya.








Sepulangnya dari rumah Gina, aku langsung menuju hotelku, untuk mandi sebersih mungkin. Sehingga tubuhku terasa segar lagi.




Jam tujuh malam, aku keluar lagi dari hotelku, menuju rumah dinas Wulan, untuk menjumpai Tante Reki Rumiati yang baru satu kali berjumpa denganku di dalam reuni keluarga besar ibuku almarhumah itu. Berarti kali ini aku akan berjumpa untuk yang kedua kalinya.




Waktu Tante Reki hadir di dalam reunian keluarga besar dari pihak ibuku almarhumah, begitu banyaknya tamu yang hadir, sehingga aku tidak sempat memperhatikan saudara - saudara dekatku satu persatu.




Mungkin malam ini aku akan bisa memperhatikan seperti apa bentuk Tante Reki yang ibu kandung Pia dan Wulan itu.




Sebelum menuju rumah dinas Wulan, aku menyempatkan diri membeli kue di toko kue paling terkenal di kotaku. Bermacam - macam kue mahal kubelikan, untuk oleh - oleh bagi Tante Reki.




Ketika aku sudah tiba di teras depan rumah dinas Wulan, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.




Seorang wanita setengah baya berperawakan tinggi montok membuka pintu depan, dalam kimono sutera berwarna ungu dengan corak burung kecil - kecil berwarna biru muda. Itulah Tante Reki Rumiati, ibu kandung Pia dan Wulan.




“Sam ?!” sapa Tante Reki dengan sorot ceria di wajah cantiknya.




“Iya Tante, “ aku membungkuk sambil mencium tangannya. Lalu kucium pipi kanan dan pipi kirinya.




“Tadi Wulan bilang Sam mau datang. Kusangka gak jadi ... ayo masuk Sam ... “ ajak Tante Reki sambil menuntun tanganku masuk ke dalam rumah dinas Wulan.




Di ruang tamu kuserahkan dua kantong plastik besar berisi kue - kue yang kubeli tadi.




“Apa ini Sam ? Waaaah ... kue enak semua ini sih. Pasti mahal - mahal harganya juga. Ini sih bener - bener makanan orang tua,. Sudah lama tante gak makan kue - kue kelas elit begini Sam, “ kata Tante Reki sambil mengeluarkan kue - kue itu dan menyusunnya di atas meja makan.




“Tante kan masih muda, makan yang manis - manis takkan apa - apa. Kalau oleh - oleh untuk orang tua, harus yang asin - asin, “ ucapku sambil memeluk pinggang Tante Reki.




“Muda apa ? Umur tante udah kepala empat Sam. “




“Umur segitu masih tergolong muda Tante. Aku malah sering tergiur sama perempuan setengah baya seperti Tante gini. “




“Masa ?! Memang anak muda zaman sekarang banyak yang menggilai wanita setengah baya ya, “ ucap Tante Reki sambil memegang tanganku yang sedang mendekap pinggangnya dari belakang.




“Iya Tante. Eh ... Wulan sudah dapat pembantu belum ?”




“Belum. Makanya serem juga ditinggal sendirian begini. Untung Sam benar - benar datang. Nginap aja di sini ya. “




“Boleh. Tapi aku ingin ditemenin sama Tante bobonya ya. “




“Hihihiiii ... iya deh. Kok kayak anak kecil, bobonya pengen ditemenin segala. Ohya, Sam mau dibikinin kopi ?”




“Boleh Tante. Tapi jangan dikasih gula. “




“Gak dikasih gula pahit dong nanti. “




“Gak apa - apa. Kata para ahli, kopi itu bermanfaat buat kesehatan, tapi jangan pakai gula. “




“Ogitu ya. Ntar tante bikinin dulu kopinya ya, “ kata Tante Reki sambil melangkah ke dapur.




Aku pun mengikutinya dari belakang. Bahkan ketika Tante sedang menuangkan serbuk kopi ke dalam cangkir, aku memeluknya lagi dari belakang. “Tante bisa tetap cantik gini apa sih resepnya ?”




“Masa sih masih kelihatan cantik ?”




“Sangat ... sangat cantik Tante. Apa sih resepnya ?”




“Apa ya ? Tante gak suka minum jamu, gak suka main make up. Cuma suka senam dan olah raga aja tiap hari. Makanya badan tante sih kencang semua. Coba aja Sam cubit paha tante ... gak bakalan bisa dicubit deh. “




“Masa sih ?! Ta cubit ya pahanya ... Tante yang nyuruh sih ... “ ucapku sambil menyingkapkan kimono ungunya dari belakang. Lalu kurayapi dulu paha Tante Reki yang memang padat kencang, putih mulus pula.




“Cubit ! Kok malah dielus - elus gitu, “ kata Tante Reki.




“Gak tega nyubitnya Tante. Masa paha seputih dan semulus begini mau dicubit segala. Hmmm... Tante Reki memang wanita yang istimewa di mataku ... “




“Masa sih ?! Mmm ... Sam ... terima kasih ya sudah menempatkan Wulan pada posisi yang bagus begitu. Wulan dikasih rumah dinas, dikasih mobil inventaris segala. Kata Wulan, sekarang kedudukannya seolah jadi orang kedua di perusahaanmu. Betul begitu ?”




“Iya Tante. “

Posting Komentar

0 Komentar