ciumannya. “Udah ah, gak enak kalo ciuman lama-lama di depan temen-temen kamu. Nanti yang ada mereka malah pada protes, hahaha. Maaf yaa Grace, Destia, Hasna.”
“Yaelah gue juga ngerti kalo ini salah satu kejutan ulang tahun. Cowo gue juga waktu bulan Oktober kemarin gue ulang tahun, bibir gue juga dicium kan depan kalian?” sahut Grace yang merasa
tindakan Doni adalah hal yang lumrah.
Doni hanya tertawa kecil dan menjawab, “Hahaha yaa takut aja kalo kalian merasa gak nyaman. Iyaudah lanjut aja buka kado yang berikutnya, sayang. Aku hari ini gak bisa lama-lama, nanti jam 7 malem aku harus pulang. Mama sama Papa soalnya mau berangkat keluar kota.”
Aku pun melanjutkan pembukaan kado berikutnya, Hasna ternyata menghadiahi aku kado berupa boneka beruang raksasa. Sementara Grace dan Rahmat, mereka menghadiahi aku kado berupa skincare. Sedangkan Destia memberikan aku kado jaket parka warna merah.
Setelah membuka kado dan makan-makan, temen-
temenku seketika merasa ngantuk. Aku memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar bersama Doni. Kami berdua tiduran di atas kasur, dalam kondisi aku hanya berpakaian menggunakan bra dan celana dalam.
“Makasih banyak, sayaang. Kamu udah ngasih kado ulang tahun ke aku. Ini kado ulang tahun paling cantik dan
manis yang pernah aku terima.” Aku saat itu memeluk Doni, sambil tiduran di sebelah kanannya. Aku menaruh kepalaku di lengan kanan Doni.
Sambil mengelus rambutku, dan menatap mataku. Dia pun menjawab, “Iyaa aku memang sengaja udah nabung selama 3 bulan ini. Untuk beliin kamu kalung
emas itu. Yang penting kamu tetap setia, lembut, dan sayang sama aku yaa.”
“Siaap, sayaang. Aku akan selalu jadi wanita yang kamu inginkan.” Setelah berbincang panjang, kami pun melanjutkan ciuman yang tadi belum selesai kami lakukan. Saat di ruang tamu di hadapan teman-temanku tadi.
Ciumanku turun perlahan ke lehernya, aku dengan perlahan menyingkap kaos yang sedang digunakan Doni. Sambil lidahku terus bermain di leher sebelah kirinya, tubuh Doni terlihat menggelinjang sedikit demi sedikit.
Muncul desahan sedikit demi sedkit dengan perlahan dari mulutnya. Selama 7 bulan kami berpacaran, aku pun
mulai mahir dalam memberikan kepuasan kepada kekasihku ini. Doni selalu mengajarkan aku, apa yang sebenarnya dia mau dan dia inginkan.
“Aahh.. Aahh.. Da—Danilaa... Sa—Sayaang...”
Doni pun melepaskan kaosnya, perlahan jilatanku turun dari leher ke kedua dada Doni yang bidang. Aku
begitu menyukai dada Doni yang lebar, bidang, dan kekar. Lidahku bermain di ujung sensitif kedua dada miliknya secara bergantian.
“Kamu menyukainya kah, sayaang?” tanyaku sambil terus menjilati kedua puting dadanya. Air liurku perlahan membasahi kedua puting dada Doni. Aku memang adalah seorang pelayan, yang
selalu mengutamakan kepuasannya.
Cintaku kepada Doni, mulai jatuh terlalu dalam. Aku bahkan selalu menuruti seluruh keinginan Doni, selama aku tidak takut dalam melakukannya. Ciumanku turun perlahan dari kedua dadanya, menuju perutnya yang sedikit six pack.
Tanganku saat ini sudah berada di atas celananya, mengelus-ngelus tongkat perkasa miliknya itu. Dengan perlahan, aku menurunkan resleting celana Doni. Dan aku mengeluarkan tongkat perkasa miliknya itu, dari dalam sangkarnya.
Aku mengocok kemaluan milik Doni dengan lembut,
sambil tersenyum kepadanya. “Si joni kecil udah bangun aja nih, sayaang. Udah tegang, uratnya udah keluar dan keliatan kekar. Udah gak sabar pengen aku emut yaa?”
“Hehe, iyaa udah gak sabar buat dihisap sama kamu. Joni udah ketagihan dan nyaman sama mulut kamu. Udah gak mau ke mana-mana lagi,” jawab Doni yang tersenyum
kecil kepadaku. Aku pun mulai memasukkan kemaluan Doni ke dalam mulutku.
Dengan lembut dan penuh kasih sayang, aku menghisap kemaluan Doni sekuat tenaga. Aku melahap kemaluannya, memasukkannya ke dalam mulutku. Lidahku dengan lihainya mulai bermain di lubang pipis milik Doni.
“Aaahhh... Seperti biasa, hisapan kamu memang selalu terasa sangat nikmat. Terus sayang, hisap terus kemaluanku. Hisap lebih keras lagi, aku ingin hisapan yang lebih kuat. Masukkan seluruhnya ke dalam mulut kamu.”
Aku pun menuruti perkataan Doni, dan terus memainkan lidahku di lubang pipisnya.
Rasanya sedikit asin namun meskipun begitu, sama sekali tidak mengganggu. Doni terus menerus mendesah perlahan, batinku merasa sangat puas mendengarnya.
Bisa melihat pria yang aku cintai, mendesah merasakan kenikmatan yang aku lakukan. Aku pun mulai memajukan kepalaku, memasukkan kemaluan Doni lebih banyak
lagi ke dalam mulutku. Mulutku selalu bisa
menampung kemaluannya.
seluruh
Meskipun mungkin ini akan terasa penuh dan membuatku sedikit gelagapan. “I-Iyaa seperti itu, sayang. Aaahh, iyaa bagus sekali. Da--Danilla, ini rasanya sangat geli dan begitu nikmat. Mulutmu
benar-benar membuatku hampir gilaa!”
Aku semakin cepat memaju mundurkan kepalaku. Kepalaku terus maju mundur dan menghisap kemaluan Doni, aku mengocok kemaluan Doni menggunakan mulut kecilku ini. Seluruh kemaluan Vincent sampai basah kuyup.
Basah kuyup karena terlumuri oleh air liurku. Air liurku bahkan sampai menetes keluar, jatuh ke buah zakar milik Doni. Aku merasa begitu semangat sore itu, aku benar- benar sangat mencintainya. Hatiku terasa bahagia dengan keromantisan dan hadiah dari Doni.
Aku memeluk pinggang Doni, dan menggerakkan kepalaku
dengan semakin cepat. “Danillaa... Aaahhh... Aaahh... rasanya nikmat sekali, sayang. Aku hampir keluar, Danilla! Lakukan dengan lebih cepat lagi, sayaang!”
Mendengar desahan dan erangan Doni, ditambah dia mengatakan bahwa cairannya hendak keluar. Aku memahaminya, bahwa dia hampir mencapai klimaks.
Aku semakin mempercepat pergerakan kepala dan lidahku. Aku ingin membuat Doni menggelinjang hebat.
Merasakan sebuah kenikmatan yang begitu indah. Seperti yang dia berikan kepadaku seperti biasanya. Aku akan membuat Doni selalu ingat, seperti apa rasanya saat bercinta bersamaku. Sehingga dia gak
0 Komentar