berkunjung ke rumahku kan? Aku hampir setiap hari main ke kontrakan kamu. Nemenin kamu di sini sampai menginap.”
“Tapi kan kamu belum berani untuk ketemu ibuku kan? Ibuku bahkan belum tau sama sekali, kalo aku udah punya pacar lagi. Kalo kamu memang meminta seperti itu, aku ingin kamu juga
menemui ibuku!” tegasku kepada Doni.
Doni terlihat menghela nafas panjang, sepertinya dia gak memiliki keberanian untuk melakukan itu. “Aku pasti akan temuin ibu kamu kok. Tapi, masalahnya aku juga butuh waktu untuk ketemu sama ibu kamu. Aku ingin punya kesan sangat baik saat ketemu dengannya.”
“Iyaa aku juga sama, aku ingin memiliki kesan sangat baik. Dan bertemu dalam kondisi yang sangat siap. Itu sebabnya, jangan terlalu sering mengajakku ke rumah kamu. Karena aku juga butuh waktu.”
Aku berusaha menyampaikan ini secara baik-baik. Namun, Doni hanya terdiam dan terlihat tidak bisa menerima
permintaanku ini. Aku lebih ingin, kami berdua fokus bersenang- senang dulu. Karena kalo udah ketemu orang tua, terkesan terlalu formal dan serius.
... ... ...
Doni akhirnya menerima pemikiranku, dan untungnya hal ini bisa diselesaikan dengan diskusi yang masih terbilang santai. Meskipun ada kenaikan intonasi sedikit di mulut kami berdua, tapi kami tetaplah masih bisa menyelesaikan baik-baik.
Hubungan kami terus berjalan hingga 4 bulan kemudian, tepatnya pada
bulan Januari. 3 bulan sebelum ujian nasional untuk kelulusan sekolah dimulai. Pada tanggal 11 Januari, hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 18 tahun.
Aku sudah merayakan hari ulang tahunku dengan ibu, satu hari sebelumnya pada tanggal 10 Januari. Karena pada tanggal 11 Januari, adalah hari senin. Ibuku
sudah harus kembali untuk masuk kerja ke rumah majikannya.
Ibuku memberikan aku uang hadiah ulang tahun, sebesar 700 ribu rupiah. Dengan uang ini, aku bebas untuk membeli apa saja yang aku inginkan. Namun, aku memutuskan untuk memesan banyak makanan. Dan merayakan
hari ulang tahun bersama teman-temanku.
Sepulang sekolah, teman- temanku seluruhnya berkumpul di rumahku. Ada Grace, Destia, Hasna, Doni, Rahmat, dan pacarnya Destia yang bernama Tama. Kami bertujuh, dengan pasangan kami masing-masing saat itu merayakan pesta ulang tahunku.
“Selamat ulang tahuun, Danillaaa!! Semoga panjang umur dan sehat selalu, yaa! Nih, gue kasih kado jaket parka. Semoga lu suka dan kepakai kado hadiah dari gue,” ujar Destia yang memberikan aku hadiah berupa kado jaket parka.
Sementara Grace dan Rahmat, mereka juga memberikan aku kado. Grace berkata, “Ini gue
beli kadonya patungan sama Rahmat. Hadiahnya apa yaa rahasia, buka aja bareng- bareng di depan kita. Selamat ulang tahun yaaa, Danillaku sayaang.”
Aku pun cipika cipiki dengan Destia dan Grace. Dan
setelahnya,
memberikan aku kado juga. Hasna memberikan kotak kado yang lebih besar, dari
Hasna
ukuran kotak kado milik lainnya. “Kalo gue yaa, gue kasih yang paling the bestlah buat sahabat gue ini.”
“Waahh, makasih banyak Hasna. Kita berempat itu yaa sahabat paling the best. Setelah lulus sekolah, kita usahain tetap jalin hubungan pertemanan. Soalnya kita udah cocok sebagai sahabat.” Iyaa, ini adalah perkataan
paling bullshit yang pernah aku katakan.
Dan yang terakhir Doni memberikan hadiah kepadaku. “Ini, sayaang. Maaf kotaknya kayanya paling kecil ketimbang yang lain. Tapi coba dibuka aja yaa. Aku yakin kamu suka sama hadiahnya kok. Aku juga kasih yang terbaik buat kamu.”
Setelah semua kado terkumpul, yang totalnya ada empat kado. Aku pun mulai membuka kotak kado pertama dari Doni. Dan aku melihat semua kotak emas, yang berukuran seperti kotak handphone berukuran 4 inch.
“Waah, apa ini sayaang? Kotak emas? Waaaah, kamu ngasih aku kalung emas? Yaa ampun, ini harganya kan
mahal banget. Kok kamu sampai ngasih aku barang mahal banget kaya gini sayaang?” tanyaku yang merasa kaget ketika membuka kado dari Doni.
Usia hubungan kami baru berjalan 7 bulan, namun Doni sudah memberikan aku kado kalung emas. “Ini kalung yang cantik, untuk wanita paling cantik di mataku. Wanita
paling cantik yang pernah aku
miliki. Sini sayang, pakaikan kalungnya.”
aku
“Bo—Boleh sayaang.” Aku pun menyingkap rambutku ke sisi kanan. Agar Doni lebih mudah memasangkan kalung emas itu dari belakang. Doni dengan begitu romantisnya, memasangkan aku kalung emas itu.
Setelahnya dia memelukku dari belakang, sambil mengecup leherku dengan lembut. “Selamat ulang tahun ya, sayang. Semoga kamu terus sehat, panjang umur, dan dilancarkan rezekinya. Hubungan kita berdua berjalan lama, bahkan kalo perlu sampai menikah.”
Destia yang mendengarkan perkataan Doni, dia langsung
meleleh sendiri. “Aaahh, so sweet. Ayaang aku juga mau pas ulang tahun besok diperlakukan romantis kaya gitu. Doni aja bisa romantis sama Danilla, kamu juga harus romantis ya sama aku?”
Aku dan Doni seketika tertawa, melihat reaksi Destia yang lucu banget. Aku pun berkata, “Hahaha, tuh Tama besok jangan lupa kasih kado
yang romantis. Biar cewe lu makin lengket dan kesemsem sama lu. Destia itu suka banget sama hal yang romantis-romantis.”
Tama hanya menggaruk kepalanya dan tertawa kecil. “Iyaa nanti gampanglah, kalo ada duitnya bikin kejutan romantis gampang. Yaa kalo gak ada duitnya itu yang susah, hahaha.”
Doni saat itu duduk di hadapanku, dan tanpa rasa malu sedikitpun. Doni mencium bibirku di depan ketiga sahabatku beserta pacar mereka. Wajahku seketika merah padam, Doni juga mendekapku dan memelukku dengan sangat erat.
Ciuman dan pelukan yang begitu hangat darinya, terasa
begitu nyaman di tubuhku. Aku pun menerima ciumannya dengan lembut, dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku menyambut lidahnya dengan lidahku yang kecil ini.
Namun
terbawa
langsung
ciumannya. “Udah ah, gak enak kalo ciuman lama-lama
saat aku mulai suasana, Doni melepaskan
0 Komentar