pikiranku terbang melayang- layang.
Sesampainya di rumah, Mas Andra terlihat baru saja selesai menjemur pakaian. Dia langsung terlihat kaget, karena kami baru pergi sebentar tapi udah pulang lagi. “Lohh? Kok kalian berdua udah pulang lagi? Perasaan baru 40 menitan kalian pergi?”
“Iyaa Mas, ini Mbak Danilla minta pulang. Kayanya dia gak nyaman main ke sawah atau empang. Iyaudah jadinya aku turutin, langsung aku anterin pulang.” Dharma menjelaskan apa adanya kepada kakaknya itu. Tapi dia menyembunyikan kemana kami pergi barusan.
Satu minggu kemudian, aku pun sudah kembali ke Jakarta
bersama Andra. Andra sudah mulai kembali masuk kerja, dan aku memutuskan untuk menceritakan ini kepada salah satu sahabatku. Dia teman satu pekerjaanku dulu di panti, namanya adalah Grace.
“Lu kenapa sih, La? Mau kawin ngajak hangout, tapi muka lu kaya gelisah banget begitu? Ada apaan? Lu
mergokin Andra punya selingkuhan?” tanya Grace yang bertanya- tanya, ketika dia melihatku sering gelisah dan melamun sendiri.
“Duh, gue pusing banget sumpah Grace. Gue mau nikah sama Andra 3 bulan lagi. Tapi gue malah jatuh cinta sama seorang cowo di kampung halamannya Andra. Sumpah absurd banget isi
hati dan pikiran gue!” jelasku menceritakan keluh kesahku.
Grace langsung mengerutkan dahinya dan bertanya, “Laahh? Kok bisa lu jatuh cinta sama cowo lain di kampung halaman calon suami lu? Lu jatuh cinta sama siapanya? Tetangganya Andra? Sepupunya Andra? Atau siapanya?”
“Sama adek kandungnya Andra, Grace.”
Grace langsung gebrak meja dan gak bisa menahan emosinya. “Udah gilaa lu La! Wahh, lu masuk jebakan batman ini mah namanya. Lagian kenapa bisa sih? Emang kenapa sama adeknya Andra? Kenapa lu bisa jatuh cinta sama dia?”
“Ke—Kenapa? Dia ganteng banget sumpah, Grace. Gue sampai galau berat selama seminggu ini. Kepikiran dan ngebayangin wajahnya Dharma terus. Gilaa sih, gue jatuh cinta sama anak masih sekolah,” jawabku kepada Grace.
Grace langsung menyandarkan kepalanya ke sandaran kursinya. “Aduuhh,
sahabat gue ini bener-bener udah gilaa! Dunia ini memang mulai gak waras! Danilaaa... Danillaa! Udah lu jatuh cinta sama adek dari suami lu! Pake acara dia masih anak sekolah pula! Sinting lu yaa!”
“Iyaa, makanya gue kan ngajak ketemuan lu. Mau minta nasehat dan solusi tentang hal ini. Tapi lu dari tadi malah ngegas terus, gak
ngerem-ngerem lu malahan.” Udah aku duga sih, Grace pasti bakal ngamuk-ngamuk sama aku. Tapi yaa mau gimana lagi kan?
“Coba, gue mau lihat foto Dharma. Lu punya fotonya gak? Heran gue, cowo seganteng apa sih yang bisa sampai buat lu jatuh cinta pada pandangan pertama?” pinta Grace kepadaku, untuk
menunjukkan foto Dharma kepadanya.
Aku pun membuka handphoneku, dan mencari foto Dharma. Kebetulan aku sempat foto keluarga dengan keluarganya Andra. Dan di foto itu terdapat Dharma juga. “Nih fotonya, Grace. Dia yang posisinya berdiri paling belakang. Dia berdiri di belakang gue dan Andra.”
Grace mengambil handphoneku dan mengamati wajah Dharma kala itu. Dan dia langsung terbata-bata perkataannya. “I- Iyaa juga sih yaa. Gi—Gilaa adeknya Andra ganteng bener. Ga—Gantengan adeknya ketimbang si Andra. Padahal Andra aja udah ganteng.”
“Nah kan? Paham kan sekarang kenapa gue bisa jatuh cinta sama dia? Menurut gue emang udah sinting apa masih waras? Gue kalo belum pacaran sama Andra, mau gue dinikahin sama dia,” ujarku kepada Grace yang sedang memperhatikan foto Dharma.
Grace kemudian mengembalikan
handphoneku, lalu dia menjawab. “Iyaudah begini aja, lu tetap nikah sama Andra. Lanjutin aja udah pernikahan lu sama Andra. Nanti Dharma biar gue yang macarin dan nikah sama gue, hahaha. Anjirrlah mukanya kaya member One Direction.”
“Waah! Gak ikhlas gue Dharma pacaran dan nikah sama emak-emak kaya lu!
Kasian cowo ganteng masih polos kaya dia, dapet janda kaya lu!” gumamku menjawab candaan Grace. Iyaa, kami berdua kalo bercanda memang kaya gini.
“Lah? Mendingan guelah ngejanda tapi beneran janda! Daripada lu? Ngakunya doang perawan, tapi udah bunting dua kali hahaha. Aduhh, maap yaa La.
Kebablasan gue bercandanya, hahahaha.” Waduhh, aku malah diskakmat sama Grace.
Hahaha, memang kesalahan dan kekelaman kehidupan kami berdua. Sering banget kami jadikan candaan masing-masing. Grace sebenarnya adalah teman satu sekolahku semasa SMA. Namun, dia hamil ketika kelas
3 SMA. Iyaa kami berdua hamil berbarengan.
Bahkan bisa dibilang, kami hamil oleh laki-laki yang sama. Cowo yang menghamili kami berdua bernama Doni Mulyadi. Kami berdua dulu sempat konflik hebat tentang hal ini. Berbeda dengan aku yang memilih untuk tidak menikah dan menggugurkan anak.
Gracia Marinda, atau sering aku panggil dengan nama Grace. Dia menuntut untuk dinikahi oleh Doni. Meskipun sebenarnya Doni lebih memilih untuk menikah denganku. Namun, karena aku menolak untuk menikah dan memilih menyembunyikan ini.
Akhirnya Doni memutuskan untuk menikah dengan Grace.
Saat kejadian itu, Doni adalah kekasih sah dariku. Namun, aku dan Grace memang sudah bersahabat dengan dekat. Jadinya, aku sama sekali gak cemburu ketika Grace berhubungan dekat dengan Doni.
Atas jasa Grace juga, aku bisa melanjutkan sekolah sampai lulus. Meskipun saat itu, aku benar-benar bersikap sangat
buruk kepada Grace. Mungkin sebelum aku melanjutkan kisahku dengan Dharma dan Andra, aku akan
menceritakan sekolahku dulu.
Karena kisah
sekolahku ini, melengkapi
informasi tentang kisahku dengan Dharma dan Andra yang akan aku ceritakan.
kisah masa
semasa akan berbagai
Sehingga tidak akan membuat kalian bingung, ataupun bertanya-tanya tentang masa laluku semasa sekolah.
0 Komentar