ADIK IPARKU PART 10

 


6 tahun yang lalu...


Saat itu, usiaku masih 17 tahun. Hari di mana aku




sedang kenaikan kelas, dari kelas 2 ke kelas 3 SMA. Ujian kenaikan kelas saat itu sudah selesai berlangsung. Saat itu, ada seorang cowo yang menyatakan perasaannya saat proses class meeting berlangsung.


“Danillaa... Gua selama ini memang udah sayang dan suka sama lu. Kita udah saling dekat selama lebih dari 3




bulan ke belakang ini. Gua memohon agar lu menerima cinta gua saat ini,” ujar Fajar sambil bersimpuh tepat di hadapanku.


Saat itu banyak teman-teman sekolahku, yang menyaksikan pernyataan cinta Fajar kepadaku. Sejujurnya aku tidak menyukai cara menyatakan cinta seperti ini. Ini sangat menggelikan, aku




memang suka cowo romantis. Tapi tidak yang berlebihan seperti ini.


Namun, Fajar sudah berjuang sangat keras selama 3 bulan belakangan. Dan setidaknya dia berhasil membuatku merasa sedikit sayang kepadanya. Teman-teman di sekolahku, mereka semua bersorak ramai-ramai saat melihat pemandangan ini.




“Terimaaa!! Terimaaaa!! Terimaaa!! Danillaa ayoo terimaa dong!! Masa cowo ganteng kaya Fajar mau lu tolak!” teriak mereka yang seakan memaksaku untuk menerima cinta Doni. Iyaa, sebenarnya aku pun juga ingin menerima cintanya.


Banyak sahabat-sahabatku di sekitar, yang menahan tubuhku agar tidak kabur dari




momen ini. “Danilla, please jawab pernyataan cinta gua ini. Gua janji akan nyayangin lu, gak akan pernah mengkhianati lu. Gua akan tetap setia sama lu.”


Karena merasa caranya menyatakan perasaan sangat menggangguku. Aku pun akhirnya menolak perasaan cinta Fajar. “Jar, gue minta maaf banget. Gue gak suka




cara nembak yang alay dan berlebihan banget kaya gini. Gue minta lu cari perempuan lain aja.”


“Oohhhh shittt! Fajar ditolak sama Danilla! Danilla memang seleranya tinggi bangeet coyy! Fajar aja gak masuk dengan selera diaaa!”


“Hahaha, malu-maluin lu Jar! Udah gua bilangin jangan nembak Danilla dengan cara




kaya gitu! Lu pasti ditolak yang ada sama diaa! Huuuuuuu!!”


“Mampus Fajar! Kebanyakan gaya sih lu nembak cewe di depan umum! Pengen keliatan keren malah ketolak dan keliatan kaya orang tolol! Mampus aja udah orang kaya Fajar mah! Menggelikan banget sumpah!”




Para siswa di sekolah yang menonton hal ini, mereka pun menyoraki aku dan Fajar. Ada yang menyoraki sambil menertawakan Fajar. Ada yang menyoraki dan mengatakan bahwa seleraku ketinggian. Fajar memang salah satu cowo terkenal di sekolah ini.


Dia ganteng, banyak duit, jago futsal, putih bening, dan




royal. Ibarat di mata kebanyakan perempuan di sekolah ini, Fajar itu udah laki-laki sempurna banget. Tapi menurutku, Fajar itu gak


ganteng-ganteng Aku memberikan kesempatan mendekatiku.


Namun, dia mengecewakanku


cara menyatakan perasaan


banget. dia untuk


malah dengan




yang seperti ini. Saat itu, aku langsung bergegas pergi menjauhi Fajar. Grace, Hasna, dan Destia, ketiga temanku itu berjalan mengikuti dari belakang kala itu.


“Lu kenapa sih, La? Bukannya lu akhir-akhir ini lagi deket sama Fajar? Kenapa pas dia nembak malah lu tolak? Lu kadang suka bersikap gak jelas banget sumpah!” protes




Hasna yang merasa kesal karena aku menolak Fajar. Iyaa Hasna salah satu cewe yang ngefans sama Fajar.


“Dia alay dan lebay! Sinting aja kali dia nembak gue dengan cara kaya gitu! Gak bisa apa dia nembak gue dengan cara lebih elegan! Mendingan dia nembak gue lewat chatting sekalian! Malu gue ditembak dengan cara




begitu!” jawabku menjelaskan alasanku menolak Fajar.


“Iyaudah sih kalo Danilla nolak. Kenapa lu malah sewot sih, Na? Kan yang jalin hubungan juga Danilla, kalo dia gak bahagia emangnya kita bisa tanggung jawab?” sela Grace yang membelaku kala itu. Iyaa Grace soalnya punya pemikiran yang sama sepertiku.




“Udah! Kalo kalian ribut terus menjauh dulu sana! Gue lagi pengen sendiri!” Aku langsung bergegas menuju ke belakang sekolah. Tempat sepi yang sangat jarang ada orang di sana. Aku mencoba menenangkan diri dan hatiku, berusaha untuk tidak menyesali apapun.


“Fajaar! Fajaar! Gue gak ngerti sama isi pikiran dia! Ngapain




dia nembak gue dengan cara kaya gitu! Gue udah bilang gak suka ditembak di tempat umum! Brengseklah itu cowo gak mau dengerin gue!” makiku dalam kesendirian di belakang sekolah.


Namun, aku gak menyadari ada seseorang yang juga berada di sana. Dia sedang jongkok sambil merokok, 30 meter di sebelah kiriku. “Lu




kenapa, La? Nyesel habis nolak Fajar? Iyaudahlah, dia emang orangnya songong, sok ganteng, dan kurang menghargai orang lain.”


Aku seketika menoleh ke arah sumber suara, dan melihat ada Doni di sana. “Loh, Doni? Lu gak ikut tanding basket di class meeting? Katanya tanding basket bakal dimulai 15 menit lagi?”




“Hah? Ngapain gua ikutan? Gak dapet duit juga kalo menang. Mendingan gua ngerokok sendirian di sini. Sambil ngehayal punya pacar cakep, hahaha. Jangan bilang siapa- siapa kalo gua ngerokok di sini!” jawabnya sambil menghisap rokoknya terus menerus.


Doni sebenarnya termasuk cowo yang ganteng juga sih.




Tapi banyak yang gak suka sama dia, karena dia suka berantem dan tawuran. Kalo udah masalah tawuran, Doni ini majunya paling depan. Dia masuk ke sekolah sendirian karena lagi remedial.


“Terus lu ngapain ke sekolah? Aah, gua ngerti! Lu pasti kena remedial lagi kan? Nilai lu pada hancur semua kan? Hahaha, udah ketebak!




Temen-temen lu yang remedial padahal gak pada dateng loh.”


Sambil terus menghisap rokok, dia kembali menjawab. “Iyaa biarin aja yang lain pada gak ikut remedial. Gua kalo gak naik yang ada disemprot emak bapak gua. Iyaudah, semoga lu dapet cowo yang bener-bener lu pengenin. Gua




mau balik ke kelas, masih ada remedial.”


Doni mematikan rokoknya, dan membuang ke tempat sampah. Dia langsung berjalan meninggalkan aku, dan seketika aku pun terdiam memperhatikan Doni berjalan


meninggalkan Ketimbang sebenarnya menyukai Doni.


aku. Fajar, aku jauh lebih




Iyaa ini masalah selera juga sih, tapi aku lebih suka cowo yang terkesan garang dan macho. Doni itu cowo berkulit putih, punya banyak luka tusukan atau sabetan di tubuhnya. Dia juga tinggi, tingginya sekitar 175 cm. Yang paling aku sukain, sorot matanya yang tajam.


Doni bisa dibilang pentolan sekolah, banyak orang yang

Posting Komentar

0 Komentar