Keesokan paginya, sekitar jam setengah 7 pagi hari. Doni menelfonku via Whatssap, dan aku dengan sigap langsung mengangkat telfon darinya. “Haloo, Danilla. Gua udah di depan kontrakan lu nih. Buruan keluar jangan kelamaan, gua gak suka nunggu.”
“Ohh, lu udah di depan? Okee gue juga udah rapi nih. Tunggu 5 menitan yaa.” Pagi itu aku sudah berdandan dengan cantik, semampu yang aku bisa. Iyaa aku hanya belajar dandan dari internet, tepatnya dari platform sosial media video Youtube.
Aku keluar dengan menggunakan rok SMA berwarna abu-abu pendek,
panjangnya sekitar sepaha bawah. Sementara aku menggunakan kemeja sekolah, yang aku gunakan saat pertama kali masuk sekolah. Di mana saat itu payudaraku belum tumbuh sebesar sekarang.
Aku menggunakan seragam lama, yang sudah agak kekecilan. Yang membuat kedua payudaraku terlihat
menonjol dan besar. Aku membuka satu kancing atas, agar belahan dadaku sedikit terlihat saat bersama Doni. Aku benar-benar niat banget cari perhatiannya hahaha.
“Haloo, selamat pagi Doni. Maaf yaa kalo gue agak lama. Soalnya tadi gue buang air kecil dulu,” sapaku kepada Doni sambil memberikan
alasan kenapa aku lama keluar dari kontrakan.
Doni yang melihat penampilanku agak berbeda, dia langsung menatapku dengan kedua mata yang agak terbelalak. “Lu kesambet apaan, La? Pakaian lu tumben minim dan ketat amat? Iyaa biasanya lu juga pakai seragam ketat sih, tapi yang
lu pakai malah terkesan kekecilan.”
Aku naik ke atas motor Doni sambil sedikit mengibaskan rambut ke sisi kanan. “Masa sih? Biasanya gue berpenampilan kaya gini kok. Kenapa? Gue keliatan tambah cantik yaa hari ini? Ciee, awas nanti naksir sama gue.”
Astaga, apaan banget sumpah aku gak jelas banget.
Kalo aku inget momen saat itu, aku bener-bener malu sendiri jadinya. Sementara Doni terlihat lebih tertarik kepadaku, hanya saja dia berusaha untuk tetap menjaga sikapnya.
Singkat cerita aku sama Doni setiap hari akhirnya berangkat sekolah bersama. Kami berdua pun dari hari ke hari semakin bertambah
dekat. Doni sudah mulai mengurangi sikap dinginnya kepadaku, dan dia sekarang sedikit lebih cair.
Sampai akhirnya liburan semester pun tiba, dan kabar buruknya ibuku tidak bisa pulang ke rumah. Ibuku diminta untuk menjaga rumah selama dua minggu, karena majikannya akan
mengajak kedua anaknya liburan ke luar negeri.
Iyaa ini hal yang rutin selalu ibu lakukan, setiap kali liburan semester tiba. Dia malah tidak bisa pulang ke rumah selama dua minggu atau bahkan 1 bulan penuh. Karena dia harus menjaga rumah majikannya selama mereka pergi berlibur.
Karena rumahku kosong dan gak ada orang, aku pun meminta Grace dan Doni untuk datang ke rumahku. Grace saat itu datang bersama Rahmat, yang ternyata mereka langsung pacaran. Setelah 1 minggu pulang dan pergi sekolah barengan terus.
“Jadi, rumah lu selalu sepi setiap liburan semester La?
Apa lu gak takut tinggal di tempat sepi kaya begini?” tanya Doni yang baru pertama kalinya dia masuk ke dalam kontrakanku.
Grace pun saat itu langsung menyela perkataan Doni. “Danilla mah pemberani banget anaknya. Makanya mentalnya suka gak kenal takut. Meskipun kadang suka ngerepotin dan bikin masalah.
Lu temenin lah Danilla nginep di sini beberapa hari, hahaha.”
“Temenin nginep? Lah emangnya gua sama Danilla punya hubungan apaan? Kita berdua aja baru sahabatan deket satu minggu ini. Gua aja baru pertama kali masuk ke rumah Danilla,” jawab Doni yang secara tersirat menolak saran dari Grace.
Rahmat pun yang berada di sofa, dia ikut memberikan komentar. “Doni itu berantem doang jago, tukang cari ribut dan masalah. Tapi kalo soal cewe mah dia bloon, 3 bulan lalu aja putus sama cewenya karena diselingkuhin.”
“Hah? Doni diselingkuhin? Kok bisa sih?” tanya gue yang merasa gak percaya. Cowo ganteng dan keren kaya Doni,
ada cewe yang mau selingkuhin dia.
“Iyaa bisa lah, namanya cewe kadang suka gatel. Nempel sana sini, tapi yaudahlah. Nanti juga Doni bakal dapet yang lebih baik dari Elsa,” lanjut Rahmat mempertegas ceritanya yang awal.
Namun, Doni terlihat kurang suka, saat Rahmat membahas hal itu di depan aku. “Mat, lu
jangan bongkar-bongkar masalah masa lalu orang! Yang udah berlalu biarin aja berlalu, gua aja udah lupa sama tuh cewe.”
“So—Sorry Don, gua minta maap. Gak lagi dah gua bahas soal Elsa, damai yaak hehehe. Keceplosan gua ngomongin tentang Elsa,” jawab Rahmat yang langsung takut ketika Doni negur dia dengan keras.
Iyaa memang gak sopan sih, ngomongin mantan di depan gebetan, hahaha.
Saat perbincangan itu, aku sedang berada di dapur. Aku sedang menyiapkan minuman teh hangat, untuk mereka bertiga yang datang ke rumahku. Aku memang selalu menyediakan jamuan minum, saat ada tamu yang datang ke rumah.
Sekalipun itu sahabat deket sendiri seperti Grace, yang bisa dibilang setiap satu minggu sekali dia pasti datang ke sini. Aku saat itu berpakaian menggunakan tanktop berwarna merah. Dan celana pendek sepaha atas, aku tidak menggunakan bra kala itu.
Iyaa, aku memang sengaja ingin tampil seksi di hadapan
Doni. Aku pun berjalan ke ruang depan, sambil membawa jamuan minuman untuk mereka. Seketika Rahmat dan Doni, kedua mata mereka langsung terbelalak memperhatikan tubuhku.
Iyaa, belahan dadaku terlihat sangat jelas di hadapan mata mereka. Namun kayanya, justru yang lebih tertarik
sama penampilan seksiku malah Rahmat. Doni tertarik, tapi dia berusaha untuk memalingkan pandangannya.
Sementara Rahmat, selama beberapa detik terus menerus memandangi belahan payudaraku. Sampai akhirnya Rahmat ditegur oleh Grace. “Heh! Kamu ngeliat apaan? Ngeliat belahan dada cewek
0 Komentar