RANJANG YANG TERNODA PART 3

 

Hari mulai siang dan Alya masih terus membolak-balik lembar halaman blog tentang bagaimana merawat anak menggunakan tablet-nya sembari bersantai di sofa malas. Ibu muda yang cantik itu masih menunda pekerjaan rumah seperti mencuci piring atau memasak karena sepertinya darah rendahnya sedang kumat. Hari ini begitu lelah sedikit, ia langsung pusing kepala. Penyakit bawaan yang sering menyiksanya.

Untungnya Alya termasuk wanita yang sering berolahraga dan senang makan buah-buahan sehingga kesehatannya terawat, ia yakin tidak butuh waktu lama untuk lepas dari sakit kepala yang mengganggu ini. Setelah kepalanya terasa lebih ringan, barulah Alya bangkit dari bermalas-malasan lalu melangkah menuju dapur.

Saat itulah terdengar pintu pagar dibuka. Dari ruang tengah memang bisa terdengar jika pintu pagar terbuka, terlebih kalau suasananya sepi seperti saat ini.

Siapa ya? Apa ojek online yang mengantarkan paket?

Suami Alya memang sering sekali memesan barang yang dikirimkan menggunakan ojek online. Sehingga tidak heran jika yang kali ini datang pun pesanan seperti itu. Ibu muda yang cantik itu segera menuju ruangan depan dan membuka pintu.

Saat membuka pintu, Alya justru mendapati Pak Bejo sedang membawa tas kresek hitam besar berdiri di hadapannya. Pria tua bertubuh tambun dan berwajah buruk itu tersenyum lebar. Matanya menatap tubuh Alya yang kalau di rumah memang berpakaian seadanya dengan pandangan yang sedikit kurang ajar. Matanya tertumbuk terutama pada buah dada Alya yang sentosa.

“Eh, Bapak. Saya kira siapa tadi. Ada perlu apa ya, Pak Bejo?” tanya Alya, dengan jengah ia menyilangkan tangan di depan dada, tidak enak juga rasanya berduaan dengan pria tua ini, terlebih kalau teringat candaan Lidya.

“Mbak Alya kok di rumah? Tidak kerja hari ini?”

“Oh, nggak, Pak. Hari ini badan saya agak kurang sehat, kepala juga rasanya pusing sekali. Makanya tadi saya minta ijin istirahat ke kantor.” Sebetulnya ia tidak perlu juga menjelaskan hal tersebut panjang lebar ke Pak Bejo. Siapa dia gitu.

“Oh gitu, wah semoga cepat sembuh ya, Mbak. Ini saya mau ngambil sampah. Biasanya kan istri saya yang ngambil sampah di keranjang halaman belakang. Tapi hari ini istri saya juga tidak enak badan jadi saya yang ngambilin. Kalau besok-besok takut numpuk dan bau.”

Meskipun sedang malas berbasa-basi, Alya tidak mau tidak sopan terhadap tetangganya yang sudah sering membantu ini, apalagi dia hendak membantu membuang sampah. “Oh terima kasih sekali, Pak. Sampahnya ditaruh depan rumah aja kali ya, Pak. Biar nanti diambil sama tukang sampah yang keliling.

“Iya, Mbak,” jawab Pak Bejo. “Kalau diletakkan di keranjang depan, pasti diambil tukang sampah komplek.”

Alya mengangguk dan mempersilahkan Pak Bejo masuk.

Baru beberapa langkah masuk ke dalam rumah, pria tua di hadapan Alya berhenti lalu berbalik dan bertanya, “emmm..., maaf Mbak. Tapi mau ngrepotin dikit nih. Boleh ga ya saya minta segelas air putih? Haus banget rasanya, udaranya panas sekali.”

“Ya ampun, tentu saja boleh, Pak. Kan sudah biasa? Anggap saja di rumah sendiri. Sini, biar saya saja yang mengambilkan minum. Bapak duduk dulu.” Kata Alya, ia berusaha sopan dan bergegas ke dalam.

Ketika kembali dengan segelas air putih, Pak Bejo sudah duduk di ruang tengah. Alya meletakkan gelas berisikan air putih dan nampannya di depan Pak Bejo.

Dengan cepat Pak Bejo meneguk air putih yang diambilkan dan mengembalikan gelasnya ke atas nampan. Ibu muda yang cantik itu mengulurkan tangan untuk mengambil nampan, tapi sebelum sempat memegangnya, tangan Alya sudah ditarik oleh Pak Bejo!

Tubuh Alya tertarik ke depan ke arah pelukan Pak Bejo! Kaget dengan sikap Pak Bejo yang tiba-tiba menyergapnya, dengan sigap Alya memutar tubuh dan mencoba lari, tapi Pak Bejo terus memegang tangan dan memeluk tubuhnya hingga ia tak bisa bergerak bebas. Saat mereka bergumul, nampan di atas meja tersenggol dan gelasnya pun terlempar hingga pecah berkeping-keping!

Merasa di atas angin karena lebih kuat, tangan Pak Bejo mulai nakal meraba-raba dada kenyal Alya dan meremasnya dengan sangat kencang hingga terasa sakit bagi si cantik itu! Alya menjerit namun Pak Bejo tak menghentikan serangannya. Dengan mengerahkan semua upaya sembari menahan pedih, Alya membungkukkan badan ke depan dan meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Pak Bejo.

Sayang semua usaha Alya sia-sia. Untuk bisa mempertahankan keseimbangan diri, Alya justru harus mundur ke belakang. Tanpa perlu dikomando, Pak Bejo segera beraksi. Pria tua itu menyelipkan selangkangannya yang sudah membusung besar ke lipatan pantat Alya. Tangannya juga masih terus meremas buah dada Alya dengan sangat kasar, membuat si cantik itu kini mengernyit kesakitan.

“Pa-Pak Bejo!! Apa-apaan ini!! He-hentikan, Pak!! A......atau saya akan teriak minta tolong!” kata Alya dengan kalimat terbata-bata. Istri Hendra itu jelas sangat ketakutan karena diserang oleh lelaki brutal seperti Pak Bejo.

“Aku tahu Mbak Alya tidak akan melakukan itu, tidak perlu teriak-teriak, nanti tambah stress, pusingnya nambah. Apa yang dibutuhkan Mbak Alya biar sembuh adalah tidur dengan laki-laki sejati. Setelah aku entotin nanti, Mbak Alya akan menjadi seorang wanita yang mendambakan kontol besar setiap hari setiap waktu dan semua pusingnya akan sembuh.” Kata Pak Bejo sambil terengah-engah menahan nafsu yang menggelegak. Tinggal sedikit lagi... tinggal sedikit lagi dia bisa menikmati keindahan tubuh wanita idamannya ini.

Tahu nasibnya sedang terancam, Alya berusaha mengatur napas dan berusaha mengatasi rasa panik. Ia bukan wanita yang lemah! Ia harus melawan! Alya menggeliat mencoba mengumpulkan tenaga, setelah dirasa cukup, Alya berbalik dan mencoba melawan! Tangan Alya meraih rambut Pak Bejo, menjambaknya dan memaksa pria tua itu menunduk. Dengan posisi yang menguntungkan, sekuat tenaga Alya menyepak kemaluan Pak Bejo.

“Aduooh! Lonthe!!

Pria tua yang mesum itu pantas menerimanya!

Dengan nekat Alya mencoba kabur ke pintu depan sambil melewati Pak Bejo yang sedang kesakitan. Salah langkah. Tangan Pak Bejo dengan cepat menarik rambut Alya dan membanting tubuh si cantik itu ke lantai. Alya yang jauh lebih ringan terbanting dengan keras sambil menjerit kesakitan.

Pak Bejo melepaskan rambut Alya. Sembari mengernyit kesakitan karena kantung kemaluannya ditendang oleh Alya.




Si cantik itu mencoba berdiri dengan sempoyongan, ia berusaha mempertahankan kesadarannya. Dengan satu tamparan keras di pipi, tubuh Alya terlempar lagi ke lantai. Air mata mulai menetes di pipi mulus Alya. Ia mulai sadar bagaimana besarnya kekuatan Pak Bejo.




Tamparan kedua menyusul tak lama kemudian, membanting tubuh Alya ke arah yang berlawanan. Tamparan Pak Bejo seakan tak berhenti menghajar tubuh Alya, meski tidak sampai membuat wajah dan tubuh Alya lebam, tapi rasa sakit yang ia rasakan begitu menyiksa.




Sampai akhinya Pak Bejo mengunci tubuh sang ibu muda, bagaimanapun kerasnya Alya berusaha melawan, semua tidak ada gunanya. Tak perlu waktu lama sebelum akhirnya perlawanan Alya mengendur dan tubuhnya mulai lemas. Kuncian dan tamparan Pak Bejo menjadi hukuman yang tak tertahankan. Pipinya memerah, rasanya perih sekali seluruh tubuhnya!






“Pak! Saya mohon! Hentikan! Hentikaaaan!” ratap Alya sambil menangis. Wanita jelita itu kini sudah benar-benar berada di bawah kekuasaan sang pria tua yang sudah kehilangan akal sehat.




Akhirnya Pak Bejo berhenti menghajar Alya. Wanita jelita itu mulai meraung-raung dan menangis sejadi-jadinya karena sakit terasa di seluruh tubuhnya, ia juga menangis karena takut akan nasib yang akan ia alami.




“Tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh.” Pak Bejo menyeringai menjijikkan melihat Alya kesakitan di sekujur tubuhnya. Melihat Alya sudah tak berdaya, tangan Pak Bejo mulai bekerja dengan cepat melucuti pakaian yang dikenakan wanita jelita itu. Pak Bejo melepas rok yang dipakai Alya dengan cekatan, tak butuh waktu lama sebelum akhirnya si cantik itu pun harus merasakan tangan kuat sang pria tua menarik turun celana dalamnya.






Alya tidak percaya ini semua terjadi padanya. Ia hanya bisa membatin dalam hatinya.




Mimpi buruk! Ini pasti mimpi buruk. Kalau aku bangun nanti, ini semua pasti cuma mimpi!




Pak Bejo menatap tak percaya melihat kemolekan tubuh Alya. Kaki yang jenjang, paha yang mulus dan rambut tipis tercukur rapi menutup gundukan memek yang bersih. Sungguh keindahan yang tidak ada duanya, inikah yang disebut surga di dunia? Keindahan tubuh Alya persis seperti apa yang selalu diidam-idamkan oleh Pak Bejo ketika masturbasi sendirian di kamar mandi dan tubuh yang indah itu kini tergolek pasrah di atas lantai.




Pak Bejo tak perlu waktu lama untuk menyerang tubuh Alya. Dia membenamkan kepala di antara paha Alya dan mulai menghirup aroma wangi liang kewanitaannya. Pria tua sableng itu mulai menjilati bibir kemaluan Alya.






“Ya Tuhan!”




Alya menggigil tak berdaya sambil mencengkeram kepala Pak Bejo dengan kedua tangannya dan mencoba mendorongnya menjauh. Bahkan Hendra tak berani melakukan itu padanya! Lidah Pak Bejo makin lama makin meningkat kecepatan geraknya dan Alya pun perlahan kehilangan kendali pada tubuhnya. Dengan malu ibu muda jelita itu mulai menyadari kalau tubuhnya perlahan menikmati apa yang dilakukan oleh Pak Bejo sementara batinnya mencoba mengingkari.




“Aaah!!” lenguh Alya keras sambil terus mencoba mendorong kepala Pak Bejo.




Lenguhan Alya makin lama makin keras dan tubuhnya menggigil penuh nafsu birahi di bawah rangsangan luar biasa dari Pak Bejo. Alya sudah tidak ingat lagi akan semua hal yang ia junjung tinggi, pekerjaan, pendidikan, latar belakang, keluarga, suami, anak… semua hilang ditelan nafsu. Tidak ada jalan keluar dari semua terpaan gelombang birahi ini, dia harus menyerah. Dia harus mau ditiduri oleh laki-laki ini, dia harus mau diperkosa oleh seorang pria tua yang ternyata memiliki hati busuk.




Dia akan diperkosa. Tidak! Ini tidak mungkin terjadi! Dia akan diperkosa! Dia akan diperkosa! Jangan!!! Jangaaaaan!!!




Dengan kecepatan tinggi, Pak Bejo mulai meloloskan baju dan celana yang ia kenakan. Saking nafsunya, ia bahkan merobek kaos oblongnya. Alya yang terbaring di lantai sekilas melihat batang zakar Pak Bejo sebelum dia akhirnya memeluk Alya. Kontol Pak Bejo sangat besar, bahkan lebih besar dari milik Hendra. Kaki Alya yang jenjang diangkat ke atas oleh pria tua yang sudah nafsu itu, keduanya ditautkan di pundak Pak Bejo dan dengan secepat kilat, batang kemaluan Pak Bejo sudah sampai di selangkangan Alya.




Pak Bejo tak mau menunggu waktu terlalu lama, langsung dilesakkan kontolnya ke dalam memek Alya! Tanpa pemanasan, tanpa persiapan! Pokoknya langsung tusuk! Liang cinta Alya yang belum sepenuhnya dibanjiri cairan pelumas menjadi sangat sakit karena dimasuki paksa oleh batang sang penyerang.




“Haeeeghhhh!” lenguh Alya ketika penis Pak Bejo masuk ke dalam liang kemaluannya.




Si cantik itu bahkan harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak kesakitan saat batang kejantanan Pak Bejo dipompa dalam rahimnya berulang-ulang kali. Semuanya tidak pernah enak, selalu sakit.




Tangisan berderai dari pelupuk mata sang ibu muda yang kini tengah diperkosa itu. Tubuhnya menggigil karena menolak, batinnya pun berontak. Tubuh Alya bergerak tanpa henti, menerima serangan birahi dari Pak Bejo. Pinggul ramping Alya menjadi pegangan utama sang pemerkosa, digunakan untuk menggerakkan tubuh bagian bawahnya dengan gerakan yang makin lama makin cepat. Pak Bejo melenguh dengan keras sembari menggemeretakkan giginya karena nafsunya yang menghebat.




Tapi Pak Bejo tetaplah seorang pria tua. Nafsu besar, tenaga kurang. Begitu bernafsunya ia menyetubuhi si cantik Alya, tidak sampai lima menit, Pak Bejo sudah melepaskan cairan pejuhnya di dalam rahim istri Hendra itu. Erangan kecewa keluar dari mulut pria tua itu, ia hanya bisa mengaum tanpa daya melihat kemaluannya perlahan mengempis.




Alya menatap wajah Pak Bejo dengan perasaan campur aduk, di satu sisi dia bersyukur Pak Bejo tidak tahan lama, tapi di sisi lain dia lemas karena biar bagaimanapun juga pria ini telah berhasil memperkosanya! Alya sangat membencinya, sangat sangat membenci pria gemuk berwajah buruk ini!!






“Sudah kubilang kalau kamu akan menikmati semua ini, Mbak Alya sayang. Lenguhanmu terdengar merdu dan merangsang.” Kata Pak Bejo sambil meringis penuh kemenangan, ia berusaha mengelus pipi mulus sang bidadari.






Wajah Alya memerah, ia memalingkan wajah.




Saat Alya berusaha bangun, Pak Bejo menarik tubuh Alya dan memeluknya. “Mau kemana, sayang? Kita kan belum selesai. Kamu nggak pengen dientotin lagi?”




“Mau ke kamar mandi.” Kata Alya ketus sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Pak Bejo.




Mau apa lagi bajingan tua ini?




“Tapi kamu kan nggak bisa ke kamar mandi seperti itu.”




Pak Bejo berdiri dan membantu Alya ikut berdiri. Satu persatu dilepaskannya semua pakaian yang melilit tubuh indah Alya. Mulai dari baju, BH sampai celana dalam yang masih tersangkut di kaki Alya. Setelah selesai, dibaliknya tubuh Alya.






“Sekarang baru boleh pergi.” Kata Pak Bejo terkekeh sambil menampar kecil pantat Alya yang bulat dan mulus.




Sambil menahan air mata, Alya pun pergi ke kamar kecil. Cukup lama Alya bertahan di kamar mandi. Ia menangis sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin ia membiarkan tubuhnya dikuasai pria selain suaminya? Alya jatuh terduduk di sudut. Memeluk tubuhnya, memeluk dirinya yang kini sangat terasa kotor.






“JANGAN LAMA-LAMA!! AKU PENGEN NGEWE! CEPETAN!! ATAU AKU DOBRAK PINTUNYA!!”






Terdengar teriakan dari luar. Dia tak ingin Pak Bejo bertambah parah perangainya, pintu kamar mandi juga terlalu rapuh, dalam sekali tendang pasti sudah bisa terbuka. Mau tak mau Alya bangkit, membersihkan wajahnya yang sembab oleh tamparan dan tangis.




Alya kembali ke kamar tengah, tetangga yang baru saja memperkosanya itu sedang menonton acara TV. Ia menatap keindahan tubuh Alya yang baru saja dibasuh air untuk sesaat. Betapa indahnya makhluk cantik yang satu ini. Bahkan setelah memiliki seorang anak, tubuhnya masih sedemikian ranumnya. Si tua bejat itu menjilat ludah dan menghardik Alya dengan galak sambil menepuk kakinya sendiri.




“Duduk di pangkuanku!”.




Alya sempat ragu-ragu, dia sangat sadar bahwa dirinya saat ini sedang telanjang tanpa sehelai benangpun di depan seorang pria yang bukan suaminya sendiri. Orang itu kini menghendaki tubuh indah Alya duduk di pangkuannya. Alya hanya bisa mendesah penuh kepasrahan, ia berusaha menahan air matanya yang menetes tanpa kendali. Alya menurunkan tubuh untuk duduk di salah satu kaki Pak Bejo. Si tua bejat terkekeh ketika Alya akhirnya menuruti kemauannya tanpa paksaan.




Tak berapa lama setelah Alya duduk di pangkuan Pak Bejo, tangan jahil pria tua itu mulai meraba-raba tubuh indahnya, menyelami paha mulus Alya, menikmati pinggang ramping yang indah lekuknya, tak melewatkan buah dada kencang menggiurkan, dan leher panjang tanpa cela. Lama kelamaan, api yang tadinya padam mulai menyala lagi. Pak Bejo menurunkan wajah cantik Alya, memandanginya cukup lama, mengaguminya. Bibir mungilnya… bagaimana mungkin seorang wanita memiliki bibir yang begitu indahnya?




Pak Bejo mencium bibir Alya cukup lama mengulumnya lembut, awalnya pelan... kemudian semakin menuntut, tanpa ampun. Lidahnya bekerja untuk membuat Alya kian lemas. Tapi dia tidak puas. Dia sama sekali tidak puas. Bibir ini terlampau indah untuk dilewatkan.






“Sepong kontolku.”




Istri Hendra itu memang sangat jarang melakukan oral seks atau fellatio pada suaminya sendiri karena terlalu alim. Sekali dua kali dilakukannya dengan terpaksa. Alya selalu menganggap hal itu kotor dan menjijikkan, menurutnya hanya pemain film porno yang pernah melakukannya.




“Aku tidak mau.” Kata Alya bersikukuh menolak kemauan sang laki-laki tua bejat.






Tanpa banyak bicara Pak Bejo meraih kepala Alya dan akhirnya istri Hendra itu hanya bisa pasrah. Alya mulai meng-oral kontol Pak Bejo. Rasa asin, pahit dan jijik bercampur menggumpal memenuhi kerongkongan Alya. Ingin muntah ia rasanya.




Remasan tangan Pak Bejo di kepala Alya mengeras seiring gerakan kepala sang bidadari. Si cantik itu bisa merasakan denyutan di kontol yang diemutnya kalau Pak Bejo hampir mencapai orgasme. Kontolnya sangat besar dan keras di dalam mulut Alya sehingga dia mulai batuk-batuk dan kehabisan napas tapi Pak Bejo tidak peduli. Alya berusaha mundur untuk menarik napas, tapi tangan Pak Bejo meraih rambut belakang Alya dan mendorongnya maju sampai tertelan seluruh batang kemaluan sang pria tua. Karena kuatnya dorongan Pak Bejo, tubuh Alya menggelepar karena tercekik seperti mau kehabisan napas.




Alya berontak dan berusaha melepaskan diri, tapi Pak Bejo terlalu kuat untuknya. Lalu perlahan pria tua itu berhenti sesaat, memberikan kesempatan bagi Alya untuk bernapas sejenak. Sayang hanya sebentar, karena kemudian tiba-tiba saja kepala Alya didorong maju dan dipaksa menelan seluruh batang kontolnya. Tepat ketika ujung kepala kontol Pak Bejo menyentuh tenggorokan Alya, air mani pun meledak di dalam mulutnya.




Tidak ada jalan lain kecuali menelan seluruh pejuh yang dikeluarkan oleh Pak Bejo untuk menahan diri agar tidak tercekik. Ketika akhirnya ia dilepas oleh pria tua bejat itu, Alya rubuh ke belakang dan menarik napas lega. Seluruh pipi dan dagunya belepotan air mani Pak Bejo yang keluar dari bibirnya yang merekah.




Sadar apa yang baru saja diminumnya, langsung saja Alya merasa mual. Istri Hendra itu segera lari ke kamar mandi dan mencoba memuntahkannya di sana. Setelah berhasil, barulah Alya merasa lebih baik dan tidak lagi merasa mual. Sesaat setelah muntah, tiba-tiba saja Pak Bejo sudah berdiri di sampingnya. Alya tidak melakukan perlawanan apapun saat pria yang dari segi usia lebih pantas menjadi ayahnya itu memeluk tubuh indahnya yang telanjang dan mengelus rambutnya yang indah untuk menenangkan si cantik yang masih shock.




“Sudah enakan sekarang?” bisik Pak Bejo.




Mau tak mau Alya mengangguk. Ia pasrah, apapun yang akan terjadi sudah diluar kuasanya. Melawan tak ada gunanya, semoga saja semuanya segera berakhir. Pak Bejo membantu Alya membersihkan wajah dan tubuhnya sebelum membawa ibu rumah tangga yang cantik itu kembali ke ruang keluarga.




Pak Bejo menyuruh Alya duduk di salah satu sofa sementara dia sendiri duduk tepat di hadapan Alya.






“Santai saja. Jangan dianggap yang tadi itu masalah berat. Aku menikmatinya, kamu menikmatinya, semua senang, semua tenang.” Kata Pak Bejo sambil mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai menghisapnya. Wajahnya dingin tanpa merasa bersalah, kepuasan telah menyetubuhi Alya membuatnya seperti di atas awan. Ia kini menjadi seorang majikan, seorang tuan, seorang pemilik atas tubuh istri orang yang luar biasa jelita ini. Dengan wajah tanpa ekspresi, Pak Bejo melanjutkan perintahnya, “pindah channel tvnya.”




Bagaikan budak yang penurut, Alya mau-maunya meraih remote TV dan memencet tombol on. Entah acara apa yang ingin ditonton Pak Bejo, Alya tidak peduli. Ia hanya ingin semua mimpi buruk ini berakhir secepatnya.




“Cari berita perkosaan.” Kata Pak Bejo sambil terkekeh pelan.

Posting Komentar

0 Komentar