KULI BANGUNAN PART 6


“Jangan di d4l4m pak…jangan…” Aku buru-buru meminta.


Pak Hasan segera mencabut p3ni$nya dan menumpahkan $p3rm4nya diatas $el4n9k4ng4nku, $p3rm4 yang kental sekali.


Tvbvhku serasa hancur, lemas sekali, sementara air pancuran itu masih saja membuatku menggigil. Sepertinya aku tidak bisa bangkit dari tempat itu, ketika pak Hasan keluar dari bath tub itu, sementara kulihat Ronny menyeringai menuntut gilirannya. Tvbvhku terasa lemas sekali saat Ronny perlahan mengangkat tvbvhku dari bath-tub. Ia menggendongku menuju koset kemudian duduk disitu. Pak Hasan beranjak keluar untuk melihat keadaan Sherry.


Aku duduk dipangku oleh Ronny di kloset itu, saling berhadapan lalu ia mengalungkan tanganku yang terikat ke bahunya, kemudian m3r3m4$ r3m4$ p4yud4r4 dan p4nt4tku.


“waaah non Nia….tvbvhnya mulus banget…” 2 tangan Ronny menjelajah seluruh bagian tvbvhku mulai dari p4nt4t, pinggul, pinggang, p4h4 dan p4yud4r4ku yang kesemuanya d4l4m keadaan basah.


“Wangi juga lagi non…waaah ngga tahan saya nih….” Ronny menghirup wangi tvbvhku.


“Sudah cukup pak…ampun…saya udah ngga kuat lagi…” aku memohon pada Ronny karena tvbvhku terasa lemas semuanya, namun Ronny hanya menanggapi dengan senyuman mengejek.


“En4k aja non, pak Hasan kan udah…sekarang giliran saya…”


Sesaat kurasa sebu4h benda hangat berges3k4n dengan v49in4ku, aku langsung mengetahui bahwa Ronny siap menyetvbvhiku. Perlahan benda itu terasa makin membesar saja, Ronny mengangkat tvbvhku sedikit, kemudian tangannya menuntun p3ni$nya menembus lvb4ng v49in4ku yang memang sudah basah. Ia tidak menemukan kesulitan menembus lvb4ng v49in4ku, idak seperti pak Hasan tadi. Sensasi baru menjalari tubuku, ketika dinding v49in4ku menjepit erat benda hangat berdenyut-denyut itu.


Beberapa detik Ronny membiarkanku menarik nafas, kulihat wajahnya tersenyum keen4k4n. Ia m3nc!umi b!b!rku dengan rakus, kemudian memainkan tangannya pada bongkahan p4nt4tku dengan m3r3m4$nya lalu turun men3lu$uri kulit mulus p4h4ku yang masih basah. Ronny sedikit mendorong tvbvhku ke belakang untuk m3n!km4t! kenyalnya p4yud4r4ku denagn b!b!rnya lalu mengh!$4pi pu+!ng kemerahan itu.


Ronny mulai menggoyang pinggulnya perlahan, p3ni$nya terasa bergerak-gerak di d4l4m v49in4ku. Menghadapi “serangan-serangan” Ronny ini aku mulai panas, rasanya berbeda dengan pak Hasan yang memperlakukanku dengan k4$ar. Tanpa kusadai kulayani permainan l!d4hnya di b!b!rku dengan l!d4hku. Aku juga mulai m3n!km4t! 93nj0tan-93nj0tan Ronny yang memompa p3ni$nya di v49in4ku.


Panas mulai merasuki tvbvhku, keringat ku bercampur dengan air yang masih membasahi tvbvhku sejak tadi. Ronny mempercepat p3r$etvbvhan ini, 93nj0tannya terkadang perlahan terkadang cepat. Membuat aku semakin kepayahan. Kurasa hampir 5 menit peretvbvhan ini berlangsung namun tidak kulihat adanya tanda-tanda 0r94$me dari Ronny, sementara aku akhirnya memperoleh 0r94$me pertamaku. Kudengar samar-samar di luar kamar m4nd! Sherry mengerang dan mend3$4h, kurasa ia juga sedang menghadapi hal yang sama denganku.


Tiba-tiba saja kulihat Jamal masuk ke kamar m4nd!, ia cukup iri melihat Ronny yang sendirian saja m3n!km4t! tvbvh ABG muda ini.


“Oi Ron, curang lo sendirian aja, bagi-bagi donk…” Jamal meminta bergabung dengan Ronny sambil melepas c3l4n4nya.


“Ayo mal, hajar aja ni cewe, belakangnya masih kosong tuh” Ronny memperbolehkan Jamal bergabung.


Aku hanya tertunduk lemas ketika Jamal mendorong sedikit punggungku, dan dari belakang ia mencoba memasukkan p3ni$nya ke lvb4ng 4nu$ku. Aku tidak dapat melihat dirinya, yang kurasa hanya nyeri di sekitar lvb4ng p4nt4tku ketika Jamal dengan paksa memasukkan p3ni$nya kesana. dengan bantuan tangannya ia merah pinggulku untuk memudahkannya memasukkan p3ni$nya.


Kurasakan nyeri yang luar biasa ketika p3ni$ itu perlahan menembus lvb4ng p4nt4tku, aku berteriak, namun Jamal tidak menghentikan aksinya, sementara Ronny beristirahat dari 93nj0tannya untuk mengumpulkan energi lagi.





Posting Komentar

0 Komentar