ISTRI YANG BAIK SEASON 2 PART 18

 

Di dalam kamar di rumah Lisa,


"emm.. bapak-bapak, jadi gak nih acara minum susunya,?" godaku dengan


senyuman dan tatapan yang kubuat segenit mungkin ke arah mereka,


"yaa jadi donk non.." mereka kompak menjawab,


“hihihi.. Siap-siap yaahh..” Aku pun tertawa centil sambil mengerlingkan mataku, lalu


dengan gerakan pelan aku menurunkan sebelah tali gaunku secara perlahan-lahan


menelusuri kulit lenganku yang putih, memberikan sebuah pertunjukan yang


pastinya sudah sangat mereka tunggu-tunggu, bola mata mereka terus bergerak


mengikuti setiap gerakan yang sengaja aku buat sangat pelan dan gemulai agar


mereka semakin gemas dan penasaran, setelah salah satu tali gaunku sudah benar-


benar turun, akhirnya terlihatlah sebelah buah dadaku yang putih mulus dengan


puting kemerahan, namun cepat-cepat langsung aku tutupi lagi putingku ini dengan


telapak tangan, aku memang sengaja ingin semakin menggoda mereka,


"yaaah... kok di tutupin lagi sih non,?" ucap pak yono memprotes,


"iyaa.. dua-duanya donk non di buka.." sahut pak juki,


"lagian bapak-bapak pada melongo gitu sih, aku kira pada gak suka sama dada


aku.." godaku dengan nada manja,


"suka kok non, sukaa banget," sahut pak juki,


"iyaa non.. bentuknya bagus banget, montok, sekel, makanya kita berdua jadi


terkesima, hehe.." pak yono langsung menimpali,


"ishh.. mulai deh gombalnya, lagian kenapa harus di buka dua-duanya sih pak, kan


bisa gantian," ucapku sambil mengerling genit,


"kan sambil nyusu bisa sambil mainin yang sebelahnya lagi non, biar tambah enak,


hehe.." seloroh pak yono,


"diihhh.. pak yono nakal banget sih, adaaa aja jawabannya, yaudah iya deeh aku


buka dua-duanya, tapi janji yaa jangan pada berebut, hihihi.." sambil berkata


demikian aku pun menuruti kemauan kedua kakek mesum itu dengan menurunkan


kedua tali gaunku, hingga terpampanglah sudah kedua bukit kembarku di hadapan


kedua kakek mesum itu,


"wuaaww.. indahnyaaa..." gumam pak juki sembari terbengong,


"iyaa.. putih, mengkel, gak ada tandingannya.." sahut pak yono,


Sungguh aku tidak menyangka mereka akan sampai sebegitunya terus memuji-muji


tubuhku, padahal usiaku bisa dibilang sudah bukan gadis lagi, bahkan aku juga


sudah melahirkan seorang anak, tapi mendapatkan pujian seperti itu aku jadi tersipu


dan tersenyum bahagia, lalu dengan perlahan aku melangkahkan kakiku maju


mendekat dan kemudian ikut duduk di pinggiran tempat tidur, duduk di antara dua


laki-laki tua renta yang sudah tidak sabar ingin menikmati tubuhku,


Pak Yono dan pak Juki terus melotot menatap payudaraku, lalu tanpa mengucapkan


kata-kata, mereka berdua dengan lembut langsung membaringkan tubuhku dalam


posisi telentang di atas kasur, aku pun menggeser tubuhku lebih ke atas agar


kepalaku bisa tiduran di atas bantal dan mencari posisi yang nyaman,


Tatapan mata keduanya begitu nanar melihatku yang kini sudah berbaring dalam


kondisi setengah telanjang, hanya daster tipis yang masih menutupi bagian bawah


tubuhku dengan celana dalam yang masih tersembunyi di baliknya, aku bisa


menebak jika mereka sudah pasti mengharapkan ingin dapat menikmati sesuatu


yang lebih, bukan hanya sekedar ingin minum ASI, namun saat ini aku hanya bisa


berharap jika aku bisa menahan diri agar tidak ikut terbawa suasana apalagi sampai


terlena sehingga apa yang mereka inginkan justru malah akan menjadi kenyataan,


Pak yono yang mulai maju duluan, dia merangkak naik di atas kasur lalu mengambil


posisi di sebelahku, kemudian mulutnya dengan rakus langsung melahap payudara


kiriku,


"sshhh... pelan-pelan aja ya pak, lagian mau kemana sih buru-buru, sakit tauu kena


giginya, auuhhh... mmphhh… " sesekali aku merintih, dan tubuhku kadang


menggelinjang karena merasakan geli pada puting payudaraku, yang sedang di


hisap oleh pak Yono, sedangkan pak juki masih duduk sambil senyum-senyum


memperhatikan aksi cabul kawannya pada tubuhku,


"empphhh.. pak jukii.. sinii.." panggilku sembari mendesah dan sambil


membusungkan payudara kananku juga sambil meremas-remasnya, karena pak


yono sedari tadi hanya fokus menghisap payudaraku yang sebelah kiri,


Pak juki menatapku dengan pandangan yang begitu nanar, sepertinya dia semakin


terangsang karena melihat aku yang menggodanya dengan mencondongkan dan


menawarkan sebelah payudaraku untuknya, dia pun langsung merangkak dia atas


tubuhku, lalu mulai menjilati seluruh permukaan payudaraku, dia terlihat begitu


asyiknya merasakan betapa mulusnya kulit dadaku yang putih bersih serta masih


sangat kenyal itu dengan lidahnya, aku pun jadi menggelinjang hebat dibuatnya,


"oouwwwhhh.. sshhhh... paakk.. kok dijilat-jilat sihhh, tadi katanya cuma mau nyusu,


nggghhhhhh... ouhhhhh..." desahan-desahan manja keluar begitu saja dari mulutku,


"hehehe.." pak Yono hanya terkekeh melihat aksi liar kawannya di atas tubuhku, dia


pun sedikit menggeser tubuhnya untuk memberikan ruang bagi pak juki agar bisa


lebih leluasa di atas tubuhku,


Pak juki menghentikan aksinya sebentar, sambil terus menatap nanar ke arah kedua


payudaraku yang kini sudah bebas menantang, kemudian dia langsung menindih


tubuhku dan kembali menghisap dengan rakus payudaraku bergantian kiri dan


kanan tanpa jilatan-jilatan seperti tadi, terasa sekali penisnya yang membengkak


dari balik handuknya menyundul-nyundul ke selangkanganku, sepertinya kakek tua


ini memang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas untuk bisa kembali


mencabuli tubuhku, kedua payudara montok yang sebelumnya tempat menyusu


untuk anakku dan seharusnya hanya milik suamiku, namun saat ini sedang dinikmati


habis-habisan oleh mulut rakus kakek tua mesum bernama pak juki,


"ouuhh... nakal banget sih pak, tadi katanya cuma mau nyusu aja kan,? awas aja


kalo sampe macem-macem, nanti aku aduin ke suami aku looh.." ujarku kepada pak


juki yang sedang menghisap payudaraku sembari menggesek-gesekan tonjolan


penisnya ke tengah selangkanganku,


Aku kembali teringat awal pertama kali satu persatu dari mereka aku berikan


kesempatan untuk bisa menjamah tubuhku, pada setiap hari-hari tertentu dalam


seminggu mereka pasti datang berkunjung ke rumahku, dan itu semua sudah pasti


karena mereka merasa sangat ketagihan, tentunya mereka datang jika suamiku


tidak sedang berada di rumah, aku pun senantiasa menyambut mereka dengan


ramah dan penuh perhatian karena sampai sejauh ini mereka tidak pernah


mengecewakan aku, selalu menjagaku, memberikanku perhatian dan sepertinya


mereka juga sangat sayang terhadapku,


Tidak pernah sekalipun mereka merasa bosan dengan tubuhku, terutama dengan


buah dadaku dan putingnya yang selalu mengacung tegang tiap kali mereka


mainkan, setelah waktu semakin berlalu, aku pun tetap dengan sabar meladeni


setiap ulah cabul para pria tua itu terhadapku karena aku juga semakin lama


semakin menikmatinya, ulah nakal mereka pun semakin hari semakin bertambah


nakal, dan aku pun sudah capek terus-terusan memperingatkan mereka sehingga


lama-kelamaan aku pun pasrah saja dengan ulah mesum mereka yang semakin


berani menjamah bagian-bagian sensitif di tubuhku,


Hingga pada akhirnya mereka berdua pernah melihat bahkan menyentuh bagian


paling terlarang milikku, walaupun pada awalnya aku cukup takut dan was-was juga


ketika pertama kali menunjukkan bagian intim milikku ini kepada mereka, namun


karena sikap pak Juki maupun pak Yono yang selalu memperlakukan aku dengan


lembut dan selalu menuruti ucapanku akhirnya lama-kelamaan aku pun mulai


percaya dan memperlunak sikapku, bukan hanya dengan jari-jari tangan mereka


yang sering menyentuh kewanitaanku bahkan aku juga tidak lagi marah bila mereka


menggesek-gesek dan menekan-nekan kejantanan mereka di selangkanganku,


sampai saat ini aku masih terus menjaga dan tidak mengijinkan siapa pun untuk bisa


merasakannya kecuali suamiku,


"tidak" atau "belum" aku juga tidak tau pasti mana jawaban yang benar, walaupun


aku sendiri tau jika jawaban yang seharusnya adalah "tidak" bukan "belum", tapi


entah kenapa aku tidak bisa meyakinkan diriku sendiri untuk bisa benar-benar


berkata "tidak" tapi aku juga takut jika harus berkata "belum", entahlah aku juga


bingung,


Saat aku sedang termenung, tiba-tiba Pak juki menghentikan aksinya yang sedang


menikmati dan menghisap payudaraku, lalu dia menyusupkan kedua tangannya ke


bagian bawah gaunku untuk mencoba menarik celana dalamku yang tentu saja hal


itu membuatku sedikit terkejut,


"mau ngapain sih pak,?" seruku saat kedua tangannya sudah menyentuh pinggiran


celana dalamku,


"cuma pengen liat aja kok non, hehe.."


"bukannya udah sering liat ya pak, hayoo.. mau ngapain,?"


"ya nggak mau ngapa-ngapain, cuma mau liat aja, hehehe.."


"beneran ya cuma liat aja,?"


"iya non beneran,"


Akhirnya kuturuti kemauan kakek tua itu, sambil senyum-senyum menggoda, aku


sedikit mengangkat pantatku dan langsung saja celana dalamku langsung ditariknya


hingga terlepas, dan kemudian menggeser bagian bawah gaunku hingga ke atas


pinggang, sehingga kini benda yang paling keramat milikku sudah terpampang


sangat jelas di depan matanya, benda yang selalu mereka inginkan untuk


melihatnya dan pastinya benda yang selalu mereka impikan untuk bisa


merasakannya,


Aku bisa melihat tonjolan kemaluan mereka yang pasti sudah tidak tertahankan lagi


sedang tegang-tegangnya di balik handuk mereka masing-masing, aku yang


menyadari hal itu pun jadi senyum-senyum sendiri dan ingin menggoda mereka


dengan sengaja mengelus-elus bagian atas kemaluanku yang dihiasi bulu-bulu


halus dengan jari-jari tanganku,


"emang apa bagusnya sih pak benda begini aja,?" godaku, yang tentu saja membuat


mereka berdua semakin melotot memandangi sesuatu yang berada di antara kedua


pahaku yang saat ini sudah tidak tertutup apa-apa lagi, mereka berdua tidak


menggubris pertanyaanku hanya terus terbengong dan sesekali menelan ludah,


padahal bukan baru kali ini mereka melihat kemaluanku tapi entah kenapa masih


saja mereka terpesona seperti itu,


"udah ahh.. lagian pada bengong gitu sih," godaku yang kemudian duduk dan


kembali menurunkan bagian bawah gaunku menutupi area tengah di antara pahaku,


"yaaahhh....." serentak mereka berteriak.


"kok di tutupin lagi sih non,?" protes pak juki,


"diih... ngapain liat lama-lama, ini kan punya suami aku pak, lagian ngeliatin nya


pada gitu banget sih, aku kan jadi malu," aku merajuk manja sembari menekan


gaunku di tengah pahaku, padahal sebenarnya aku juga sudah mulai merasakan


horny akibat ulah nakal mereka yang sejak tadi menjamah tubuhku,


"yaa wajar aja kita terpesona, soalnya kan non Lisa cantik banget, badannya juga


seksi, apalagi itunya, indaaah bangeettt... hehe.." celotehan pak yono,


"iya bener banget tuh non, apalagi kalo lagi telanjang sambil mendesah-desah kayak


tadi, makin tambah cantik deh jadinya, Hehe.." sambung pak juki menimpali sembari


tangannya meraba buah dadaku,


"isshhh... apaan sih pak juki nih, tangannya nakal banget main pegang aja.. tadi kan


bapak-bapak udah liat punya aku, sekarang gantian dong, aku yang liat punya pak


juki sama punya pak yono," ucapku manja,


Kedua kakek itu pun saling berbalas pandangan sambil manggut-manggut seperti


sedang berbicara bahasa isyarat,


"non Lisa itunya di buka lagi dong kayak tadi, jangan di tutupin gitu, entar saya juga


ikut buka juga deeh, hehe.." balas pak yono,


"hemm... yaudah iya deeh.. nih lihat baik-baik ya pak," aku pun langsung


mengangkat gaun yang kupakai hingga melewati kepala dan terlepas sepenuhnya,


kini mereka berdua langsung bisa melihat betapa mulusnya tubuh polosku yang


sudah tidak tertutup apa-apa lagi,


"Woaahh... mulus banget badan non Lisa, enggak ada tandingannya," puji pak yono,


"iya betul itu pak, bidadari juga pasti kalah sama non Lisa," timpal pak juki,


"duuhhh... paling bisa deh mujinya kalo lagi ada maunya, hihihi... yaudah nih,


sekarang aku udah telanjang kan,? Puass,?" balasku yang tentu saja merasa


bangga,


"Hehehe... " Seketika itu kedua kakek mesum itu pun terkekeh kegirangan setelah


melihatku bugil, lalu mereka berdiri di depan ranjang dan langsung melepaskan


handuk yang masih melingkar di pinggang mereka sehingga kini jadilah kami bertiga


sama-sama sudah bertelanjang bulat di dalam kamar, bisa kulihat batang penis


mereka yang hitam dan berkeriput itu berdiri tegak tepat berada di hadapanku,


"diihh.. berani banget itu punya bapak-bapak nunjuk-nunjuk kesini, aku gigit baru tau


rasa.." ungkapku genit,


"mau dong di gigit, hehehe.." sahut pak juki,


"iya nih, di makan juga boleh kok non, hehehe.." sambung pak Yono,


"huuuu... maunyaa.. hihihi.." balasku,


"di pegang dong non, kan udah saya kasih liat, hehe.." ucap pak Yono sembari


menyodorkan batang penisnya semakin mendekat ke arahku,


"heemm... iya iyaa.." kataku sambil mulai memegang penis pak Yono yang sudah


berada di dekatku, meskipun ukurannya tidak terlalu besar namun saat kupegang


rasanya begitu hangat dan cukup keras dalam genggamanku,


"sambil di kocok juga dong non, biar tambah enak, hehe.." pinta pak Yono lagi,


"saya juga mau dong non, nih punya saya," ucap pak juki yang juga menyodorkan


penisnya ke arahku,


"yaudah iya sinii.. biar adil dua-duanya aku kocokin," tanpa ragu tangan kananku


mengocok penis pak yono dan tangan kiriku mengocok penis milik pak juki, aku


yang masih duduk di tepian ranjang dengan telaten memanjakan penis mereka yang


sedang berdiri di depanku, entah kenapa saat itu aku merasa seperti sedang


menjadi budak mereka, padahal pada kenyataannya akulah tuan rumahnya, tapi


justru perasaan itu yang malah membuatku semakin jadi tambah bergairah, jauh di


dalam lubuk hatiku ada perasaan lain ketika membayangkan jika diriku ini di


perlakukan seperti seorang budak oleh mereka, tapi sayangnya aku yakin mereka


berdua tidak akan ada yang berani melakukan itu,


"oohh... tangan non Lisa halus banget.." celoteh pak yono,


"uuhh.. iyaa.. rasanya lembut, gak tahan kalo udah di kocok non Lisa, jadi pengen


cepet ngecrot nih.." ucap pak juki,


Mereka berdua mulai mendesah-desah keenakan akibat kocokan tanganku yang


terus bergerak maju-mundur yang sesekali aku selingi dengan pijatan-pijatan


lembut, aku terus mengocok penis mereka dengan tempo yang stabil, tidak terlalu


cepat dan juga tidak terlalu pelan, biasanya mereka akan cepat ngecrotnya kalau


sudah kuperlakukan begini, dan setelah beberapa menit berlalu..


"aauuuhh... enak banget non Lisa.. teruss.. ooohh.." pak juki mulai mendesah tak


karuan,


"aduuhhh... oohhh.. gak tahan saya non.. oohh.." pak juki pun mulai merem melek


keenakan,


Aku yang sudah terbiasa dan sudah paham tanda-tanda sebentar lagi mereka akan


sampai langsung saja kukocok penis mereka dengan tempo yang lebih cepat dan


juga dengan remasan-remasan yang lebih kuat,


"aduuhh non... saya gak tahan.. eerghhhhhh..."


Crottt.. Crottt.. Crottt..


Pak Yono mendesah kencang sembari tubuhnya mengejang yang di ikuti dengan


menyemburnya cairan putih kental dari ujung kelaminnya, menyemprot ke arah


dadaku,


"uhhh... oohhh.. haduuhh... saya juga non.. ouhhh... eeghhhh..."


Crottt.. Crottt.. Crottt...


Pak juki juga akhirnya menyemprotkan cairan spermanya ke arah dadaku namun


sebagian ada yang menyemprot hingga mengenai daguku,


Kedua kakek itu pun mengejang-ngejangkan badannya, sehingga penis mereka pun


ikut berkedut-kedut mengeluarkan tetesan-tetesan terakhir sperma mereka,


"gimana pak,? udah pada puas kan,? hihihi.." ucapku sembari menyeka sperma


yang menempel di dagu dan mengusap-usap begitu banyak cairan kental yang


membasahi di atas daging payudaraku, aku tersenyum manis ke arah mereka yang


sedang memperhatikan tubuh telanjangku yang penuh dengan sperma mereka,


"iya non puass banget, hehehe.." ujar pak Yono,


"iya non, ueenak banget.. terima kasih yaa, hehehe.." sahut pak Juki,


"tolong ambilin tissue donk pak, lagian nyemprotnya pada sembarangan aja sih, jadi


belepotan gini kan badan aku..” rengekku manja sambil mengusap ceceran sperma


mereka dengan ujung jari-jariku,


Pak juki segera mengambilkan kotak tisu yang berada di atas meja lalu


memberikannya kepadaku dan aku pun membersihkan dagu serta beberapa bagian


tubuhku yang berlumuran sperma mereka,


“hehe.. maaf deh non.. enggak tahan sih soalnya,” kata pak Yono sambil nyengir.


"iya non.. habisnya kocokan tangan non Lisa nikmat banget sih, maaf ya non,


hehehe.." ucap pak juki,


"Iya.. iyaa.. yaudah pada bersih-bersih dulu sana pak,” perintahku, mereka berdua


pun menurutinya dan langsung menuju ke kamar mandi, sedangkan aku masih sibuk


mengelap tubuhku dengan tissue,


Aku hanya tersenyum kecil mendengar permintaan maaf mereka, mungkin saat


ejakulasi tadi memang betul-betul luar biasa nikmat yang mereka rasakan, terbukti


dari banyaknya sperma mereka yang keluar membasahi tubuhku, dan jujur ku akui


tubuh penuh dengan sperma laki-laki lain yang bukan suamiku itu memberikan


sensasi tersendiri bagiku, seperti ada debaran-debaran aneh di dalam dadaku,


“maaf yaa non soal yang tadi..” ucap pak juki sekembalinya mereka dari kamar


mandi,


“iyaa.. makanya cari istri dooong.. masa aku terus sih yang jadi pelampiasan..


hihihi.." godaku,


“pengennya sih gitu, tapi kan susah nyari istri yang kayak non Lisa, cantik.. seksi..


nafsuin juga, hehehe.." sahut pak yono,


"iyaa.. gak mungkin ada lagi di dunia ini, cuma non Lisa satu-satunya, lagian juga


saya udah terlanjur cinta sama non Lisa, hehehe.." timpal pak juki,


“hahaha.. dasarrr.. Pak juki sama pak Yono emang paling bisa deh bikin aku ge-er,


yaudah gantian aku mau ke kamar mandi dulu, hahaha.." aku pun turun dari tempat


tidur dan langsung ngeloyor pergi sembari tertawa,


Setelah beberapa saat,


Aku kembali keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang membalut


tubuhku, ku lihat pak juki dan pak yono juga hanya memakai handuk yang melingkar


di pinggang menutupi tubuh bagian bawah mereka masing-masing dan masih


bertelanjang dada, karena memang aku yang belum menyiapkan pakaian ganti


untuk mereka, aku pun kembali naik ke atas ranjang lalu duduk selonjoran di


sandaran kasur,


"gak pake baju dulu non,?" tanya pak juki yang menyusul aku naik ke atas kasur lalu


tiduran di sebelahku,


"entar aja ah pak, enakan gini," jawabku, "pak yono, tolong ambilin HP aku dong,"


seruku pada pak Yono yang hendak ikut naik ke atas kasur, dia pun dengan sigap


langsung mengambilkan ponselku yang tergeletak di atas meja,


"ini non," pak yono menyerahkan ponselku kemudian ikut merebahkan dirinya di


sebelah kiriku,


"makasih ya pak, oiya.. pak Yono sama pak juki laper gak,? perut aku udah laper nih


soalnya," ucapku,


"iya laper juga sih, non Lisa mau saya beliin makanan kayak biasanya,?" tanya pak


juki,


"gak usah pak, biar aku pesen online aja, bapak-bapak mau makan apa,? biar aku


pesenin sekalian," tanyaku, sambil mengakses aplikasi pesan makanan secara


online lewat ponselku,


"saya mah apa aja lah non,"


"ayam goreng mau pak,?"


"iya boleh deh,"


"kalo pak yono, mau makan apa,?"


"samain aja lah non,"


"Yaudah kalo gitu aku pesenin ayam goreng aja ya semuanya,"


"iya non," jawab mereka kompak,


Tak terasa waktu sudah semakin siang, perutku juga sudah mulai terasa lapar, lewat


aplikasi pesan antar makanan secara online aku memilih restoran ayam goreng


yang cukup terkenal, dan ku cari yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah agar


tidak menunggu terlalu lama, aku memesan beberapa potong ayam goreng, burger


dan kentang goreng, sedangkan untuk nasinya aku sudah memasak cukup banyak


tadi pagi di rumah, sambil menunggu pesanan tiba aku menemani kedua kakek


mesum yang sedang tiduran di atas tempat tidurku, sembari kami mengobrol dan


bercerita sekaligus membiarkan mereka beristirahat sejenak setelah menguras


cairannya barusan,


Setelah cukup lama menunggu,


Ting... Tong... Ting... Tong...


Permisiiii... Delivery... Permisiii....


Saat sedang menunggu pesanan kami datang sembari mengobrol di dalam kamar,


kami bertiga di kejutkan oleh suara bell dari depan rumah,


“non, ada yang dateng tuh,” kata pak juki pelan padaku,


“iya pak, mungkin orang yang nganter makanan,” jawabku,


“ooh.. kalo gitu biar saya yang ambil non," seru pak Yono,


"gak usah pak, biar aku aja,"


"lohh... ya jangan non, soalnya non Lisa kan belum pake baju, cuma handukan gitu,"


ucap pak yono saling pandang dengan pak juki,


“hihihi... jangan pelit pak, udaaah.. gak apa-apa kok, biar aku aja yang ambil,”


ucapku kemudian bangkit dari tempat tidur, namun ketika membuka pintu dan


sebelum keluar kamar aku sejenak menoleh ke belakang ke arah mereka, “Hmm..


jangan pada ngintip ya bapak-bapak, hihihi.." ucapku lagi sambil mengedipkan mata


dengan nakal untuk menggoda mereka,


“ehhh...”


.


*****


.


“buggh.. buggh.. buggh..”


“akkhhh.. ampuuunnn..”


Di sebuah ruang rahasia terdapat sekumpulan orang yang sedang menginterogasi


dua pria yang kedua tangannya sedang di ikat ke atas dengan kondisi wajah yang


sudah sangat babak belur, kedua pria itu sangat ketakutan dan mengeluarkan


keringat dingin serta tubuh yang gemetar, di depan dua pria itu terlihat seorang pria


gagah dengan ekspresinya yang dingin dan arogan, tatapan matanya yang tajam


diselimuti aura yang sangat kejam,


Leonel Luther terlihat sedang mengamuk dan marah besar, dia sedang mengimitasi


dan menatap geram pada dua orang anak buahnya yang telah lalai dalam


melakukan tugas yang sebelumnya sudah dia instruksikan dengan sangat jelas


sehingga penyeludupan senjata ilegalnya gagal beroperasi yang mengakibatkan


dirinya mengalami kerugian yang sangat banyak, dia menduga ada tangan-tangan


para pesaing bisnisnya yang ikut andil dalam masalah ini,


"Ampun tuaan.. maafkan kami... kami mohon, jangan bunuh kami." ucap salah satu


pria itu memohon belas kasih tuan Leon,


"Maafkanlah kami tuan, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi.." ucap pria


kedua mengikuti temannya untuk memohon ampun dan belas kasih boss nya,


Tuan Leon tidak mau mendengarkan alasan apa pun meski dia tau semua itu bukan


sepenuhnya kesalahan dari kedua anak buahnya itu, karena baginya kegagalan


tetaplah kegagalan dan itu membuktikan bahwa mereka tidak becus dalam


melaksanakan tugas yang telah dia berikan, sedetik kemudian dia melirik ke arah


Pak jarwo, salah satu orang kepercayaannya yang sedang berdiri di sampingnya


dengan tatapan tajam,


"Baik tuan." ucap Pak jarwo seakan mengerti dengan perintah bos besarnya itu, dan


tanpa menunggu lama dia pun mengeluarkan pistol dari balik jasnya, lalu dia


melepaskan dua kali tembakan ke arah dua orang yang sedang terikat tersebut,


masing-masing mendapat tembakan tepat di kepalanya dan langsung mati di


tempat.


"Bereskan mereka,!" perintah Pak jarwo kepada beberapa anak buahnya untuk


mengurus jasad kedua orang tersebut,


Tuan Leon berjalan keluar ruangan di ikuti Pak Alfred dan Pak jarwo, beberapa anak


buahnya juga mengikuti mereka dari belakang.


"Silahkan tuan." ucap pak Alfred setelah membukakan pintu mobil hitam dan


mempersilahkan tuan Leon untuk masuk ke dalamnya kemudian dia berjalan


memutar dan masuk ke kursi kemudi,


Sebelum masuk ke dalam mobil itu, tuan Leon memanggil pak jarwo lalu memegang


bahunya sambil berkata "susun rencana dan pastikan kalian habisi orang-orang


yang terlibat dalam hal ini dan cari tau siapa orang yang membocorkan informasi"


"Baik tuan." ucap pak jarwo sembari mengangguk mengerti, lalu menutup pintu


mobil setelah tuan Leon masuk ke dalamnya, kemudian mobil pun berjalan


meninggalkan tempat itu,


Mobil tuan Leon terus berjalan menuju ke suatu tempat yang biasa dia gunakan


untuk beristirahat, setelah perjalanan yang cukup jauh hingga akhirnya ia memasuki


kawasan mansion luas yang jauh dari kata ramai, sebuah bangunan yang sangat


luas dan mewah itu berada di dekat hutan dan danau, dari atas balkon mansion itu,


siapa pun bisa melihat indahnya pemandangan alam, seperti gunung, hutan dan


danau, tempat inilah yang paling di sukai oleh tuan Leon dan keluarganya ketika


ingin beristirahat, ataupun ingin berkumpul keluarga,


Posting Komentar

0 Komentar