Mobil tuan Leon terus berjalan menuju ke suatu tempat yang biasa dia gunakan
untuk beristirahat, setelah perjalanan yang cukup jauh hingga akhirnya ia memasuki
kawasan mansion luas yang jauh dari kata ramai, sebuah bangunan yang sangat
besar dan mewah itu berada di dekat hutan dan danau, dari gerbang pintu masuk
kita bisa menikmati hamparan taman yang ditumbuhi rerumputan hijau yang begitu
luas, dari atas balkon mansion itu, siapa pun bisa melihat indahnya pemandangan
alam, seperti gunung, hutan dan danau, tempat inilah yang paling di sukai oleh tuan
Leon dan keluarganya ketika ingin beristirahat, ataupun ingin berkumpul keluarga,
Setelah mobil berhenti, tuan Leon keluar dari dalam mobil setelah pak Alfred
membukakan pintu untuknya, dan ketika mereka masuk terlihat beberapa pelayan
sedang sibuk melakukan pekerjaan mereka, ada yang tengah sibuk bersih-bersih
ada pula yang sibuk menyiapkan makan siang, karena tau jika hari ini tuan besar
mereka akan datang,
Tuan Leon berjalan menuju ruang kerjanya bersama pak Alfred yang mengikutinya
dari belakang, sedangkan beberapa anak buahnya menunggu di luar, tuan Leon
memang tidak terlalu banyak berbicara kepada siapa pun kecuali kepada
keluarganya, pak Alfred, dan beberapa orang terdekatnya, tuan Leon melihat dan
memeriksa beberapa berkas-berkas perusahaan raksasa miliknya, selain menjadi
seorang pemilik perusahaan tuan Leon pun juga menjadi salah satu bos mafia, wajar
jika sosoknya cukup ditakuti banyak orang,
"jika sudah tidak ada keperluan lagi, sebaiknya saya segera kembali ke kantor tuan
muda," ucap pak Alfred sembari melihat arloji di tangannya,
"apa kau tidak mau makan siang dulu di sini,?" tanya tuan Leon kepada orang
kepercayaannya itu.
"terima kasih, tidak apa-apa nanti saya bisa makan setelah sampai di kantor tuan
muda," jawabnya dengan nada datar yang memang sudah ciri khasnya,
"yaa baiklah, sampaikan salamku pada Alex," ucap tuan Leon,
"baik tuan, kalau begitu saya permisi," ucap pak Alfred kemudian berlalu pergi dan
keluar dari ruangan itu, begitu juga dengan tuan Leon, setelah selesai dengan
berkas-berkasnya, dia pun memilih untuk meninggalkan ruang kerjanya menuju ke
arah ruang makan,
.
*****
.
Di sebuah cafe di tengah-tengah kota Centropolis,
Setelah selesai makan siang, di sela-sela percakapan tentang pekerjaan dan
beberapa jadwalnya di perusahaan, Alex yang sepertinya merasa sedikit penasaran
dan ingin mengenal lebih dekat dengan sekretarisnya yang memiliki paras cantik
bernama Jessica, Alex pun mencoba menanyakan beberapa hal yang agak sedikit
pribadi mengenai sekretarisnya itu,
"oiya Jess, kalo aku boleh tau, kamu tinggalnya dimana,?" tanya Alex, dengan rasa
ingin tahu,
Jessica tersenyum, "Saya tinggal di apartemen gak jauh dari kantor, kenapa pak,?
mau mampir ya,? hihihi.."
"hahaha.. bisa aja kamu, soalnya aku perhatiin kamu gak pernah telat dan selalu
dateng pagi banget," ujar Alex,
Jessica mengangguk, "iyaa.. saya emang sengaja nyari tempat tinggal yang gak
terlalu jauh dari kantor, supaya bisa berangkat setiap pagi tanpa harus terjebak
macet, tau sendiri kan pak lalu lintas di sini padetnya kayak apa,?" keluhnya,
"hahaha.. iya juga sih, kamu udah lama tinggal di sana,?" tanya Alex lagi, dia
merasa senang bisa mengenal lebih dekat dengan stafnya.
"emm.. belum lama sih pak, yaa semenjak kerja di sini aja," jawab Jessica,
"oohh gitu.. kamu tinggal sendirian,? atau sama pacar kamu,?" tanya Alex yang
mulai tertarik dengan obrolan mereka karena Jessica ternyata orangnya cukup asyik
dia ajak bicara, bisa di bilang Jessica ini orangnya ceplas-ceplos, termasuk ketika
membahas kehidupan pribadinya di luar kantor,
"yaa sendirian lah pak, enak aja sama pacar, bisa bahaya kalo ada cewek sama
cowok dalam satu ruangan, hahaha.." Jessica tertawa,
"yaa siapa tau aja gaya pacaran kamu tuh yang kayak gitu-gitu, hahaha.."
"hahaha.. diih.. enak aja, ya enggak lah, lagian saya juga gak punya pacar kok pak,"
Jessica tersenyum,
"masa sih jess,? kamu itu kan cantik, terpelajar, karirmu juga bagus, aku yakin
banget pasti banyak cowok yang mau sama kamu, jangan terlalu sok jual mahal jadi
orang, hahaha.."
"ishh.. bukannya saya sok jual mahal pak, tapi saya pengen jadi wanita mandiri yang
bisa ngejar impiannya," Jessica membela dirinya,
"ooh.. jadi begitu,"
"tapi kalo cowok yang ngedeketin saya itu pak Alex sih, saya gak mungkin bisa
nolak, hihihi..." canda jessica,
"huuu... bisa habis aku jess kalo ketahuan istri, hahaha..."
"tapi kalo gak ketahuan bu Lisa, berarti gak apa-apa dong ya pak,? hihihi..."
"hahaha.. ngawur..." ucap Alex,
.
*****
.
Di Rumah Lisa,
Ting... Tong... Ting... Tong...
Permisiiii... Delivery...
Saat ngobrol di dalam kamar, Lisa, pak juki dan pak yono tiba-tiba di kejutkan oleh
suara bell dari depan rumah, meskipun awalnya pak yono yang menawarkan diri
ingin keluar untuk mengambil makanan itu tapi Lisa buru-buru mencegahnya,
dengan alasan agar kedua kakek itu tetap di dalam kamar untuk bisa beristirahat,
“udah enggak apa-apa pak, biar aku aja yang bukain,” ujar Lisa yang kemudian
bangkit dari tidurannya, lagi-lagi dia akan menemui orang asing dengan tubuh yang
nyaris telanjang seperti itu, hanya mengenakan handuk kecil yang tak mampu
menutupi tubuhnya, setengah daging payudaranya menyembul di balik lilitan
handuknya yang ketat, sedangkan bagian bawahnya sepasang paha putih mulus
nampak begitu jelas hampir ke pangkalnya, handuk yang sangat pendek itu
membuat Lisa kelihatan seperti tidak mengenakan bawahan,
tapi sesaat sebelum membuka pintu kamarnya, Lisa menoleh ke belakang ke arah
pak yono dan pak juki, “Hmm.. jangan pada ngintip ya bapak-bapak, hihihi.." ujar
Lisa sambil mengedipkan mata dengan nakal untuk menggoda mereka,
Kata-kata itu justru membuat kedua kakek itu jadi penasaran dengan apa yang
dilakukan Lisa saat bertemu dengan pengantar makanan tersebut, Pak juki dan pak
yono buru-buru beranjak dari tempat tidur, dan mereka berdua hanya bisa mengintip
dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka, dengan perasaan was-was dan jantung
berdebar dengan kencangnya memikirkan Lisa akan membukakan pintu pada orang
yang tidak di kenal dengan tubuh yang hanya ditutupi handuk mini seperti itu, namun
sejujurnya mereka berdua juga merasa sangat penasaran menantikan aksi Lisa di
depan pengantar makanan tersebut,
Pintu rumah pun akhirnya di buka oleh Lisa, "mas sini mas, masuk aja, pagarnya
enggak di kunci kok," ujar Lisa sedikit berteriak dari depan pintu rumah memanggil
pengantar makanan itu yang sedang berdiri menunggu di luar pagar,
Dari tempatnya mengintip, pak juki dan pak yono bisa dengan jelas melihat keadaan
di ruang depan, mereka berdua akhirnya bisa melihat pengantar makanan yang
menghampiri Lisa saat ini adalah seorang pemuda dengan kulit hitam dengan wajah
standar, kedua kakek itu juga bisa melihat tampang pemuda itu yang sepertinya
sangat terkejut melihat penampilan wanita cantik di depan matanya dengan
penampilan yang sangat seksi seperti itu, apalagi handuk yang dipakai Lisa
ukurannya cukup minim dan tidak mampu menutupi seluruh tubuhnya sehingga
paha mulusnya serta separuh daging buah dadanya menjadi santapan segar bagi
pandangan mata pemuda tersebut, dan tentu saja pemuda itu jadi terbengong-
bengong sambil terus memandangi tubuh Lisa, pak yono dan pak juki jadi panas
dingin dan juga semakin was-was memperhatikan Lisa sedang berduaan dengan
orang asing, takut-takut jika pemuda tersebut nekat berbuat kurang ajar terhadap
wanita cantik pujaan hati mereka,
“Mas.. Mas.. Kok bengong sih,?” kata Lisa menyadarkan pemuda itu,
“ehh.. iya maaf non,” jawab pemuda itu yang tampak terkejut sambil matanya terus
memperhatikan penampilan Lisa, karena walau bagaimana pun pemuda tersebut
tetaplah laki-laki normal yang pasti juga bakal konak melihat wanita berparas cantik
dengan bentuk tubuh yang indah berpenampilan sangat seksi seperti itu di
depannya,
“Liatin apa sih mas,? maaf ya aku gak sopan cuma pake handuk kayak gini, soalnya
aku baru aja mau mandi, eehh.. masnya dateng, hihihi...” goda Lisa sambil
menggerak-gerakkan tubuhnya, yang tentu saja membuat pemuda itu jadi semakin
salah tingkah, namun Lisa tetap santai dan cuek saja ketika tubuhnya sedang di
pelototi oleh pria asing yang tidak dia kenal dari jarak yang cukup dekat, kini
bertambah satu orang lagi yang akhirnya bisa melihat penampilannya yang asal-
asalan seperti sekarang ini,
"ehh.. iya gak apa-apa non, ini pesanannya," ucap pemuda tersebut sembari
menyerahkan pesanan Lisa,
“iya mas, terima kasih yaa.. ini tip buat masnya yang udah mau anterin pesanan
aku,” kata Lisa menyerahkan uang tip untuk pemuda tersebut,
“oh iya non.. terima kasih banyak ya non… semoga rezeki non makin lancar..”
“Amin…” sahut Lisa sambil tersenyum manis pada orang itu,
Debar jantung kedua kakek yang sedang mengintip itu semakin berdegup semakin
kencang seperti mau copot melihat tingkah Lisa yang sedang bersama pria asing di
teras rumahnya, tapi untung saja Lisa tidak berbuat hal yang lebih aneh-aneh lagi
seperti misalnya mengajak pemuda itu masuk ke dalam rumah, sehingga pak juki
dan pak yono bisa lebih tenang karena pemuda itu pun langsung pergi setelah
menyerahkan pesanan Lisa,
“kalo gitu saya permisi ya non…” kata pria itu berusaha sopan,
“Iya mas, yang semangat ya kerjanya,.” jawab Lisa,
Setelah pengantar makanan itu berlalu pergi, Lisa pun kembali masuk ke dalam
rumah dan menutup pintu, pak juki dan pak yono pun keluar dari tempat
persembunyian mereka,
“maaf ya bapak-bapak, tadi kelaman yah nungguinnya,?” ucap Lisa karena melihat
kedua kakek itu sudah keluar kamar,
"hehe.. enggak kok non, hehe.." Jawab pak juki,
“yaudah nih pak tolong di siapin piring sama air minumnya, nanti kita sama-sama
makannya, aku mau ganti baju dulu bentar.” ujar Lisa menyerahkan makanan yang
tadi dia pesan kepada pak juki, lalu bergegas naik menuju ke kamarnya
“iya non, okee siap…” jawab pak juki yang kemudian menuju ke dapur mengambil
peralatan makan untuk mereka, sedangkan pak yono menyiapkan air minumnya,
Selang beberapa lama kemudian Lisa pun yang telah selesai dari kamarnya kembali
turun ke lantai bawah,
Kali ini Lisa ingin berpakaian santai dengan mengenakan tank top agak longgar
berwarna hijau namun bahannya sangat tipis dan agak menerawang, dan untuk
bawahannya Lisa memakai celana tipis berwarna hitam yang ukurannya sangat
pendek dan juga begitu ketat membungkus bulatan pantatnya, bisa di bilang celana
itu lebih mirip seperti celana dalam,
Meskipun tadinya tubuh Lisa terlihat amat seksi karena hanya tertutup oleh handuk
kecil yang sangat menggoda, namun kali ini dengan pakaiannya yang seperti itu
justru membuat Lisa jadi tampil semakin seksi, kedua bukit kembarnya semakin
terlihat bulat menonjol di balik tank topnya yang berbahan tipis, dan ibu satu anak itu
juga jadi tambah kelihatan semakin segar menggairahkan,
Dalam kesehariannya, kalau sedang bepergian keluar rumah, biasanya Lisa selalu
memilih memakai pakaian yang cenderung lebih tertutup walau terkadang sesekali
baju dan celana yang di kenakannya itu modelnya agak ketat, dan kalau sedang
berada di rumah, Lisa sudah terbiasa memakai pakaian yang lebih santai atau
terbuka, bahkan pakaian ataupun penampilannya bisa dibilang cukup seksi, tapi
yang jadi masalahnya adalah kebiasaannya berpenampilan seksi seperti itu bukan
hanya ketika dia sedang sendirian ataupun ketika berdua dengan suaminya, namun
saat para kakek mesum itu datang berkunjung pun Lisa tetap santai dengan pakaian
seksinya,
Makin hari entah kenapa Lisa semakin terobsesi untuk menunjukkan auratnya serta
bagian-bagian intim di tubuhnya kepada orang lain selain suaminya, bahkan dia
dengan senang hati saat dirinya di jadikan sebagai objek seksual para pria mesum
yang datang ke rumahnya, tak jarang dengan sengaja justru dia lah yang lebih dulu
menggoda mereka dengan omongannya, cara berpakaiannya dan juga terkadang
dengan ulah-ulah nakalnya,
Jadi tidak heran jika setiap laki-laki yang datang ke rumah Lisa mereka selalu
terkagum-kagum melihat kecantikan serta kesaksiannya, sungguh beruntung bagi
mereka yang bisa mendapat pemandangan segar seperti itu, bahkan Lisa tetap
bersikap ramah, meladeni obrolan juga candaan-candaan setiap pria yang datang ke
rumahnya sambil tidak terlalu memperdulikan dengan penampilannya itu, walaupun
dia tahu orang yang memandanginya pasti akan berpikiran ngeres, namun dia tetap
santai dan cuek saja saat dirinya di pandangi dengan tatapan penuh nafsu,
Seperti saat ini, Lisa kembali turun ke lantai bawah untuk makan bersama sambil
membawakan pakaian milik suaminya yang sudah tidak terpakai untuk dia berikan
kepada pak juki dan pak yono, karena pakaian kotor kedua kakek itu belum sempat
dia cuci, meskipun tatapan mata kedua kakek itu terus memperhatikan
penampilannya, tapi Lisa yang memang sudah terbiasa dengan kehadiran para pria
tua mesum itu di dalam rumahnya dan juga dengan tatapan-tatapan mupeng
mereka, Lisa tetap cuek dan santai saja sambil berjalan ke arah ruang tengah,
karena dia ingin makan sambil menonton televisi, pak juki dan pak yono yang
awalnya sudah menunggu di meja makan pun akhirnya mengikutinya dan
membawakan makanan yang sudah mereka siapkan itu ke ruang tengah, setelah
meletakkan pakaian ganti untuk kedua kakek itu di sofa, Lisa dan kedua kakek itu
pun duduk bersama di lantai,
"bapak-bapak gak pada mau pake baju dulu,? itu kan udah aku siapin baju sama
celananya," tanya Lisa karena kedua kakek itu langsung ikutan duduk dilantai,
"entar aja non, sekarang kita makan aja dulu, udah laper saya soalnya, hehehe.."
jawab pak yono,
"iya, nanti aja kalo udah selesai makan," sahut pak juki,
“emm.. iya deh kalo gitu.. nih pak juki mau yang paha atau yang dada,?” tanya Lisa
dengan memegang paha di tangan kanannya dan dada di tangan kirinya, sedangkan
di tengah ada buah dadanya,
"emm.. apa ya non,?" jawab pak juki bingung karena matanya fokus memandang
yang tengah,
"ishh.. pak juki ditanya yang mana malah ngeliatin yang mana, kalo pak yono mau
paha ayam atau dada ayam,?” tanya Lisa menambahkan kata 'ayam' karena dia
tahu apa yang sedang dipikirkan kedua kakek mesum itu,
“Ehh... saya dada aja non, lebih gede soalnya, hehehe..” jawab pak yono,
"saya dada juga deh non, hehe.." sambung pak juki,
“nih pak…” ucap Lisa sambil memberikan dada ayam ke piring pak juki dan juga pak
yono,
Mereka bertiga pun makan bersama, mata kedua kakek itu pun sambil curi-curi
padang ke arah Lisa yang sedang makan sambil duduk bersila di depan mereka,
“ayamnya gak enak ya pak,?” tanya Lisa di tengah menikmati makan mereka,
“enak kok non, enak banget malahan.. bikin nafsu.. hehehe..” canda pak yono,
“kok kayaknya dari tadi bapak-bapak malah liatin aku terus sih,? bukannya cepet-
cepet ngabisin makanannya.. hayoo.. nafsu makan apa nafsu yang lain nih,? hihihi.."
goda Lisa,
“hehehe.. yaa nafsu makan lah non, masa nafsu yang lain, hehehe.." jawab pak
yono,
"beruntung banget kita ya pak yon, bisa ketemu perempuan yang cantiknya luar
biasa kayak non Lisa ini," ujar pak juki,
"iya betul banget itu pak, selain cantik, non Lisa juga baik hati banget..” sahut pak
yono,
Lisa tertawa renyah mendengar godaan kedua kakek itu. “hihihi.. bisa aja nih bapak-
bapak, ya udah.. ngerayu sam gombalnya nanti aja, habisin dulu itu makanannya.”
ujar Lisa yang sudah menghabiskan makanannya,
"hehehe.. iya non.."
"yaudah kalo gitu aku mau ke kamar dulu mau liat Oliver, nanti kalo bapak-bapak
udah selesai nanti tolong di beresin ya pak," ucap Lisa,
"siiip... tenang aja itu mah non, hehehe.."
Setelah selesai makan dan mencuci tangannya, Lisa masuk ke dalam kamar
meninggalkan pak juki dan pak yono yang masih melanjutkan makan mereka yang
belum selesai karena tadi tidak fokus sambil memperhatikan Lisa,
.
*****
.
Di suatu tempat,
Seorang pemuda sedang sibuk mengatur rencana dan menjelaskan instruksi kepada
dua orang yang dia sewa untuk membantunya dalam melaksanakan apa yang
sudah dia rencanakan itu,
"Bagaimana,? apa kalian mengerti,?" ucap pemuda tersebut dengan senyuman
liciknya,
"kalo cuma pekerjaan seperti itu sih gampang, yang penting bayarannya," ucap
salah satu orang yang ada di ruangan itu,
"yaa baiklah.. ini aku berikan separuhnya dulu, setelah pekerjaan kalian beres nanti
sisanya aku kirim ke tempat kalian seperti biasa.." ucap pemuda tersebut
menyerahkan sebuah tas berisi beberapa gepok uang tunai kepada orang yang
berbicara tadi,
"Naah.. kalo urusannya lancar begini kan enak, hahaha.." ucap pria itu setelah
menghitung uang yang ada di dalam tas,
"untuk pekerjaan kali ini sebaiknya kalian lebih hati-hati, sebab yang kalian hadapi
bukanlah orang sembarangan," ucap pemuda itu,
"hahaha.. gak perlu khawatir, semuanya pasti beres," ucap pria itu dengan
sombongnya,
Setelah orang-orang sewaannya itu keluar dan pergi dari dalam ruangan itu, si
pemuda hanya tersenyum sinis dengan seringai licik yang menyiratkan seperti ada
sesuatu yang sangat menyeramkan dibalik senyuman seperti itu, "dasar amatir.."
gumamnya pelan,
Tiba-tiba ekspresi wajah pemuda itu berubah terlihat bahagia dan senyuman
sinisnya berubah menjadi sebuah tawa karena membayangkan para pengusaha dan
para mafia pasti saat ini sedang marah besar, dan saling mencurigai satu sama lain,
akibat dari aksi pertamanya yang membuat mereka mengalami kerugian uang
dengan jumlah yang tidak sedikit bahkan hingga mencapai milyaran,
"aku pastikan kalian akan membayar atas dosa-dosa kalian, orang-orang kaya,
pengusaha, dan para mafia, kalian tidak pantas hidup di dunia ini," ucap pemuda itu
geram, karena hatinya masih di penuhi dendam dan amarah yang sudah ia
genggam di hatinya sejak kedua orang tuanya tewas akibat tragedi di masa silam,
.
*****
.
Di dalam ruangan direktur di kantor cabang Luther Corp, di kota centropolis.
“Tok.. tok.. Permisi tuan muda..” ucap pak Alfred masuk ke ruangan Alex,
"iya ada apa pak Alfred,? sudah selesai urusan di tempat papih,?"
"iya sudah, ini ada titipan surat dari tuan besar,"
"surat apa pak,?" tanya Alex,
"hemm.. kalau di lihat dari logonya, itu dari kementerian, tapi untuk isinya saya juga
belum tau,"
"oo gitu.." ucap Alex kemudian membuka amplop tersebut untuk membaca isinya,
"surat undangan pak, konferensi internasional, seharusnya papih kan yang datang di
acara ini," ujar Alex sembari mengernyitkan dahinya,
"mungkin beliau berhalangan hadir, makanya surat ini dia titipkan untuk tuan muda,"
"Hhhhh...." Alex menghela nafasnya, dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya
sambil memijat-mijat keningnya sendiri,
"kalau begitu saya permisi,"
"iya pak terima kasih, untuk gimana-gimananya nanti saya kabarin,"
"iya baik tuan muda," ucap pak Alfred yang kemudian keluar ruangan, lalu Alex
menghubungi sekretarisnya dari telepon kantor,
"hallo jess, tolong ke ruangan saya sekarang,"
"iya baik pak," jawab jessica,
tok... tok.. tok...
"permisi pak," ucap jessica,
"iya jess, masuk aja,"
"ada perlu apa ya pak,?" tanya jessica setelah duduk di kursi di depan Alex,
"nih ada surat, kamu baca aja,"
"Waaah.. ini perusahaan kita diundang untuk menghadiri acara konferensi
internasional pak," suara jessica terdengar antusias dan bersemangat setelah
membaca isi surat itu,
"He'em.." Alex hanya manggut-manggut mendengarkan,
"pasti banyak orang-orang penting yang hadir, para pengusaha, orang-orang
pemerintahan, pengusaha dari luar negeri, ya kan pak,? hihihi.. maaf ya kalo aku
sok tau, hihihi.."
"hahaha.. iya.. iya.." Alex pun tertawa melihat tingkah sekretarisnya itu,
"emm.. tapi bukannya ini undangan untuk tuan besar ya pak,? kok malah kamu kasih
tau ke aku,?" tanya jessica heran,
"iya itu, justru kenapa aku kasih tau ke kamu, sebenernya aku tuh paling males
urusan begini," ujar Alex,
"maksudnya,?" tanya jessica lagi,
"iyaa.. Ayahku berhalangan hadir, aku di minta untuk menggantikan dia, kamu baca
aja itu acaranya berapa hari sama tempatnya dimana,"
"emm... acaranya diadakan di Bali, selama tiga hari," gumam Jessica sembari
membaca tulisan di surat itu,
"nah itu dia, aku harus keluar kota lagi kan,?" ujar Alex,
"emm.. iyaa aku ngerti.. tapi.. menurut aku, kamu berangkat aja, lagian juga kan
setelah tuan Leon pensiun nanti, mau gak mau itu semua akan jadi bagian dari
pekerjaan kamu, aku yakin bu Lisa juga pasti mendukung kamu," ucap Jessica
dengan lembut memberi pengertian kepada Alex,
"hhhh... tapi nanti kamu ikut ya,?”
"lohh.. kok aku,?? emm.. gimana ya, bukannya aku gak mau, tapi kan udah ada pak
Alfred sama pak Barry yang udah pasti ikut nemenin kamu,"
"Barry gak bisa ikut soalnya dia lagi tugas di kantor pusat, trus yang nanti atur jadwal
sama nyiapin keperluan aku masa aku minta tolong ke pak Alfred,"
"emm.. gitu.. iya deh, itung-itung liburan, hihihi.."
"itu kan acaranya masih seminggu lagi, nanti tolong kamu atur lagi jadwal buat
seminggu ke depan,"
"iyaa.. aku juga jadi masih punya waktu buat beli bikini, hihihi.."
"hahaha.. dasarr..."
.
*****
.
Di rumah Lisa,
“non…” panggil pak juki dari depan pintu kamar,
“iya pak, masuk aja..” jawab Lisa yang sedang duduk bersandar di ranjang sambil
memainkan ponselnya, dari tempatnya berdiri pak juki dapat melihat sepasang kaki
jenjang yang putih bersih nampak begitu indah dari atas paha hingga sampai ke
bagian kuku yang dihiasi dengan kutek berwarna merah cerah, karena posisi Lisa
yang sedang selonjoran dengan satu kaki dia atas satunya lagi,
"kirain non Lisa, lagi main sama den Oliver," ujar pak juki sambil berjalan menuju ke
ranjang,
"itu Olivernya lagi tidur pak," jawab Lisa, “ehh.. tunggu bentar, pak juki mau
ngapain,? emangnya sisa makanan tadi udah di beresin,?” kata Lisa lagi
menghentikan pak juki yang baru saja hendak naik ke atas tempat tidur,
"udah donk non, udah beres semua, lantainya juga udah saya sapuin, udah di pel
juga,"
“piring sama gelasnya udah di cuci,?” tanya Lisa lagi,
“Udah tuh lagi di cuci sama pak yono, paling sebentar lagi juga selesai,"
“Hmm.. trus pak juki udah cuci tangan belum,?” tanya Lisa dengan nada menggoda,
“ya pasti udah lah non,” ujar pak juki gemas,
“hahaha.. ya udah.. iya, boleh naik ke ranjang deh kalau gitu.. sini pak, hihihi...”
Akhirnya pak juki naik ke atas ranjang dan tiduran di samping Lisa yang masih asyik
memainkan ponselnya, saat berada di dekat Lisa mata kakek itu terus tertuju pada
paha ibu muda itu yang tampak sangat kencang dan mulus dengan kulitnya yang
begitu putih bersih, sontak saja kejantanannya langsung berdiri tegak, siapa pun
pasti akan merasakan hal yang sama jika di sebelahnya ada wanita yang cantik dan
molek seperti Lisa yang hanya memakai celana ketat seksi berwarna hitam yang
modelnya sangat pendek lebih mirip seperti celana dalam,
Pak juki yang mulai tidak tahan akhirnya mencari-cari kesempatan untuk bisa
berbuat yang macam-macam lagi dengan Lisa, pelan-pelan dia semakin merapatkan
tubuhnya agar semakin menempel dengan tubuh molek wanita cantik di
sampingnya, tapi meskipun gerakan pak juki di lakukan sepelan apa pun tetap saja
Lisa bisa menyadari hal itu dan merasa terusik juga,
“Ahh... pak juki nih.. ganggu orang lagi asik aja,” ujar Lisa sambil tersenyum, yang
kemudian bangkit dari tempat tidur untuk meletakkan ponselnya di atas meja rias
0 Komentar