ISTRI YANG BAIK SEASON 2 PART 15

 

Karena bosan menunggu, akhirnya aku keluar dan berdiri di teras, kondisi di luar


rumah sudah gelap hanya diterangi cahaya lampu-lampu penerangan jalan dan aku


perhatikan suasana di sekitar kompleksku juga sudah sangat sepi, semua pagar


rumah selalu tertutup rapat, begitu juga dengan rumahku, dari sebagian besar


penghuninya hanya sedikit yang saling kenal karena terlalu sibuk dengan urusannya


sendiri-sendiri, terlebih lagi rumahku yang posisinya paling ujung jadi jarang sekali


ada kendaraan yang lewat, paling hanya kurir pengantar paket yang memutar di


taman atau bundaran yang terletak depan rumahku,


Beberapa menit berlalu tanpa ada seorang pun yang lewat, “huhh... masih lama


kayaknya, mending aku mandi dulu aja deh..” gumamku, mungkin pak Yono sedang


mengantri pikirku dalam hati,


Aku kembali masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi yang ada di


lantai bawah, karena tubuhku terasa gerah akhirnya sambil menunggu pak Yono


datang kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu, pintu pagar sengaja tidak aku kunci


dan pintu rumah pun aku biarkan terbuka, apabila pak Yono datang nanti aku tidak


perlu repot-repot lagi membukakan pintu, lagi pula aku pikir dia juga sudah terbiasa


keluar masuk di rumahku,


Di dalam kamar mandi aku langsung melepas pakaian beserta sepasang dalaman


yang ku pakai lalu meletakkannya di gantungan kamar mandi, kuputar kran shower


menikmati guyuran air yang terasa sejuk menerpa tubuhku, lalu aku mulai


melakukan kegiatan mandiku membersihkan seluruh bagian-bagian tubuhku dari


ujung kepala hingga ke ujung kaki tanpa ada yang terlewat, entah sudah berapa


lama aku berada di dalam kamar mandi, dan seluruh ritual mandiku pun sudah


selesai, kembali kuputar kran shower dan siraman air pun berhenti menerpa


tubuhku, seketika aku pun jadi menggigil, "uhhh.. dingiiin.."


Namun, saat aku ingin meraih handuk di gantungan, sejenak aku malah berdiri


bengong sambil mendekap tubuhku yang menggigil, aku baru sadar ternyata tadi


aku lupa membawa handuk, meskipun sejak tadi di dalam rumah tidak ada orang


tapi aku tidak tau apakah pak Yono sudah datang atau belum, akhirnya dengan hati-


hati kubuka pintu kamar mandi sedikit demi sedikit, memastikan tidak ada orang di


dalam rumah yang akan melihat, dan setelah dirasa aman, aku pun buru-buru


melangkah keluar dari kamar mandi dengan sedikit berlari sambil berjinjit menuju


kamar utama di dekat ruang tamu,


Srrrttt… duuukkk...


“Aauuwwhhh… aaduuuuhhhh...!”


Karna kondisi tubuhku yang masih basah dan karena terlalu tergesa-gesa sehingga


tanpa sengaja kakiku sedikit terpeleset dan lututku terpentok meja cukup keras


hingga tubuhku jatuh terjerembap di atas sofa, "aduuuhh... saakiittt..." aku duduk di


sofa meringis kesakitan sembari memegangi lututku yang terasa sakit sekali, air


mataku pun keluar, lututku gemetar sambil menahan sakit aku mencoba bangkit tapi


susah,


“non… non Lisa kenapa,?” suara pak Yono sedikit mengagetkan aku, dia sedang


berdiri di depan pintuku yang terbuka lebar membawakan sate pesananku, wajahnya


pun terlihat merah padam mungkin karena sangat terkejut melihat tubuhku yang


masih basah dan bertelanjang bulat sedang duduk sofa sambil meringis memegangi


lututku yang terasa sakit,


"pak Yonooo....!! Hu hu hu..." aku malah menangis seperti anak kecil ketika melihat


pak Yono dan air mataku semakin mengalir, dia pun buru-buru berlari


menghampiriku, tanganku menggapai minta dipeluk, dan pak Yono pun segera


duduk di sebelahku lalu memelukku,


“non Lisa kenapa,? kok nangis,?" tanyanya sambil membelai rambutku,


"kaki aku sakit pak, barusan kepentok meja.. Hu.. Hu.. Hu.." kudekap erat tubuh pak


Yono sambil menangis sesenggukan di dadanya, sebelah tanganku masih


memegangi kakiku yang terasa sakit,


"lohh.. kok bisa,?"


“hiks.. hiks.. tadi kan aku lagi mandi pak,, hiks..hiks.. trus aku lupa bawa handuk..”


jawabku mencoba berhenti menangis,


"iya terus,? kok bisa sampe kepentok meja gitu,?" tanyanya lagi,


Aku pun melepaskan pelukanku lalu sambil menunduk aku memegangi kakiku yang


masih terasa sakit, "tadi kan aku mandi tapi lupa bawa handuk, trus kan aku mau ke


kamar ngambil handuk, trus kepleset, aduuhhh..." sambil menunduk mulutku masih


meringis menahan sakit,


Pak Yono kemudian menyibak rambutku yang berantakan menutupi wajahku, aku


pun menoleh ke arahnya dan bisa kulihat dia menelan ludah sambil matanya


menyusuri tubuh telanjangku dari kepala sampai ujung kaki,


“ooh begitu.. mananya yang sakit…?” dia pun langsung beringsut di bawahku, lalu


tangannya menelusuri dan memijat-mijat kakiku,


“aawwhh… aduuhh.. sakit paakk..” desahku ketika tangannya tepat berada di sekitar


area lututku yang terasa sakit,


"duuhh.. sampe biru gini non,? kenceng banget ya tadi kepentok nya,?" lalu pak


Yono pun memelankan pijatannya di titik itu, sambil tangannya terus memijat namun


aku bisa merasakan deru nafasnya terdengar memburu, meskipun dia prihatin


dengan keadaanku tapi sebagai laki-laki normal tentu dia juga terangsang dengan


penampilanku yang telanjang bulat seperti ini, dan aku pun tidak menyalahkannya.


"ssshhh... aduuhhh.. iyaaahh paaakk... tadi kenceng banget, soalnya aku kan sambil


lari, aduuhh...” desahku lirih, aku mencoba duduk lebih tegak sambil berpegangan


pada sofa saat menahan pijatan pak Yono pada kakiku yang terasa sedikit sakit,


Setelah beberapa saat dipijat rasa sakitnya pun sudah lumayan menghilang, namun


kuperhatikan pak Yono terkadang masih saja terus curi-curi pandang ke arah buah


dadaku dan juga ke arah celah kemaluanku, segera saja kurapatkan kedua padaku


dan kudekap tubuh telanjangku ini, berusaha menutupinya dengan kedua lenganku


dari tatapan liar kakek mesum yang sedang memijatku dari bawah, pastinya dia


sudah sangat terangsang saat ini,


"ehh.. udah gak sakit lagi kakinya non,? hehe.." ucapnya cengengesan karena


melihatku menutupi area sensitifku,


"iya udah pak, udah enggak terlalu sakit kayak tadi, aku mau ke kamar dulu, mau


pake baju, dingin soalnya telanjang dari tadi," ucapku mencoba berdiri, karena


kakiku masih terasa sakit aku pun berpegangan pada sandaran sofa, dan sebelah


tanganku lagi aku gunakan untuk menutupi kedua payudaraku, alhasil kemaluanku


bisa di lihat langsung oleh pak Yono, tapi biarin aja lah, toh dia juga udah sering liat


punyaku, hihihi..


“yuk non, saya bantu jalan, hehe..” ucap pak Yono yang tiba-tiba memeluk


pinggangku lalu memapahku masuk ke dalam kamar,


"gak usah macem-macem deeh.. aku juga bisa sendiri kok," ucapku menebak isi


pikirannya,


Di dalam kamar pak Yono memapahku hingga ke tempat tidur lalu memintaku untuk


duduk, "non Lisa duduk aja di sini, biar saya yang ambilin bajunya,"


"sekalian ambilin handuknya sekalian pak, itu ada di dalem lemari, badan aku masih


basah soalnya," seruku ketika dia berjalan ke arah lemari pakaianku,


"yang ini kan non,?" tanyanya ketika kembali menghampiriku dengan membawa


selembar handuk,


"Lohh.. bajunya mana pak,? kok gak di ambilin sekalian,?"


"badan non Lisa kan masih basah, jadi jangan pakai baju dulu,” jawabnya sambil


mencoba menghanduki tubuhku,


“ishh.. pak yono mau ngapain sih,? biar aku sendiri aja,” Kucoba merebut handukku


dari tangannya, tapi dia malah menangkap dan memegangi tanganku.


“aiihhh... pak yono mau apa,?” jeritku saat tiba-tiba saja dia mendorong tubuhku


hingga tiduran di atas kasur, kedua pergelangan tanganku pun di tariknya ke atas


kepalaku, lalu dicekal hanya dengan satu genggamannya saja.


“maaf non, saya udah enggak tahan,” pak yono langsung menindihku, dan menciumi


tubuhku secara bertubi-tubi, mulutnya terus menciumi leher, pundak, bahkan kedua


payudaraku pun tak luput dari serangannya, seketika tubuhku pun menggelinjang


tak karuan.


“ouhhhh… paakhhh.. stop pakk.. Pleaseee… jangan... oouhhh…” aku terus


meronta-ronta agar dilepaskan, aku sungguh takut jika pak yono benar-benar lupa


diri dan akan berbuat yang lebih jauh dari yang sebelumnya terhadapku, tapi


mulutku tak bisa menyembunyikan desahan yang keluar akibat rangsangan dari


cumbuannya di sekujur tubuhku,


“ouhhh... emmpphhh... paaakkk... stopp.. kalo gak aku teriak nih..!” ancamku,


padahal bisa saja aku mengancamnya akan melaporkan perbuatannya ini pada


suamiku yang pastinya akan membuatnya ketakutan dan menghentikan aksi


bejatnya, tapi entah kenapa mulutku tak mau mengucapkan kalimat itu,


“maaf non… tolong jangan teriak, saya bener-bener udah gak tahan, tolong pasrah


aja ya, sekali iniii aja…” bisiknya di telingaku, lalu dia kembali menciumi tubuhku


bertubi-tubi seperti orang kesetanan, sambil satu tangannya masih menggenggam


kedua pergelangan tanganku, sedangkan satu tangannya lagi meremas-remas


payudaraku sehingga tubuhku pun terus menggelinjang dan semakin terangsang,


"enghhh... paaakkhh.. emmphhh.." desahku mulai melemah dan aku pun tidak lagi


meronta,


Menyadari aku yang tidak lagi meronta, kini pak yono melepaskan genggamannya


pada pergelangan tanganku, dia pun jadi lebih bebas dan leluasa untuk terus


mencumbu dan menggerayangi tubuhku,


Jujur saja, aku memang merasakan rangsangan seksual yang begitu hebatnya, tapi


di sisi lain aku pun ingin menolaknya, sungguh campur aduk perasaanku kini,


"Haruskah aku pasrah,?"


"apakah ini bisa di sebut pemerkosaan,?"


"tidak.. bukan.. jika ini sebuah pemerkosaan, aku pasti sejak tadi sudah melawan,"


Begitu banyak pertanyaan dalam benakku, ketika aku gelisah dengan pikiranku


sendiri, terdengar sebuah pertanyaan keluar dari mulut pak yono yang cukup


mengejutkan aku,


“non Lisa, punyanya udah basah… saya masukin ya,?” ucap pak yono sembari


meraba-raba bibir kemaluanku dengan telapak tangannya,


“jangan yaa paakk… Please…” bukannya mendorong tubuh pak yono, tapi aku


hanya menolaknya dengan kata-kata, padahal kedua tanganku sudah terbebas dari


genggamannya, sungguh malu aku, di saat bibirku terus mengucapkan kata "jangan"


tapi kemaluanku justru semakin basah yang seolah-olah sedang memberitahu pak


yono jika dia boleh memasukinya,


“sekali iniii aja non, saya berani ngelakuin apa aja demi bisa menikmati tubuh non


Lisa, boleh yaa,?” rayunya lagi,


Pak yono terus-terusan meminta dan merayu, seperti sedang berharap jika aku akan


benar-benar menyerahkan lubang surgaku ini untuk bisa dia masuki dengan


penisnya secara suka rela, dan memperbolehkan dirinya untuk memasuki diriku


tanpa paksaan, seolah-olah perbuatannya ini bisa dimaklumi dan bisa dimaafkan,


"jangan ya paakk, please..." aku menatapnya dengan pandangan sayu saat kakek


mesum itu mulai melucuti celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegak


mengacung keras.


Yaa Tuhan.. ada apa dengan diriku ini, apakah aku harus terus menolaknya,?


ataukah aku harus menerima dan menikmatinya,?


Aku memalingkan wajah dan kupejamkan mataku rapat-rapat saat pak yono


melebarkan kedua kakiku, lalu mengarahkan penisnya tepat ke arah vaginaku,


sungguh aku tak sanggup melihatnya, setelah ini aku pasrah dengan apa yang akan


terjadi selanjutnya, ternyata diriku dengan mudah ditaklukkan oleh nafsu,


"maaf ya non,." bisiknya pelan,


Aku menggigit bibirku saat kurasakan ada benda tumpul mulai menggesek-gesek


bibir vaginaku yang sudah sangat basah, aku semakin memejamkan mataku saat


ujungnya perlahan-lahan mencoba menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku,


"aku pasrah" dan akhirnya..


"aahhh....."


.


*****


.


Di kantor cabang Luther corp di Centropolis,


Setelah meeting terakhir dengan ayahnya kemarin, Alex akhirnya merasa sedikit


lega karena rencananya bulan depan dia bisa kembali bekerja di kantor pusatnya


setelah tugasnya di kantor cabang itu akan selesai beberapa minggu lagi, dalam


benaknya Alex membayangkan jika dia akan kembali bekerja pada jadwalnya seperti


sediakala dan bisa kembali memiliki waktu luang untuk keluarga kecilnya,


Namun dia juga masih sedikit merasa cemas karena belum ada kepastian ataupun


berita mengenai siapa yang akan menggantikan posisinya nanti sebagai direktur


kantor cabang itu, setelah melakukan beberapa perombakan dan penggantian staf-


staf di kantor itu, dia ingin memastikan bahwa kantor cabangnya akan tetap berjalan


lancar walaupun tanpa kehadirannya, meskipun Alex merasa bahwa dia bukanlah


orang yang baik tapi dia juga tidak bisa terlalu jahat, dia sudah cukup bermurah hati


dengan tidak melakukan phk besar-besaran atas kebobrokan pegawainya, dia juga


sudah melakukan beberapa perubahan peraturan dan membuat beberapa


kebijakan-kebijakan baru di kantor cabang itu,


Alex menekan tombol pada pesawat telepon yang ada di mejanya, "Jess, kamu


udah mau pulang,?” ujar Alex menelepon sekretarisnya,


“belum pak, paling bentar lagi, masih ada berkas yang harus saya rapihin, ada apa


ya pak,?”


“kamu bisa ke ruangan saya sekarang,?"


"oke baik pak, dengan senang hati," jawab sekretarisnya di seberang telepon yang


terlihat senyum-senyum sendiri mendapat instruksi dari atasannya yang tampan itu,


Tok.. Tok.. Tok.. “permisi pak, pak Alex ada perlu dengan saya,?” sapa Jessica


setelah membuka pintu ruangan direkturnya,


“iya.. duduk sini jess,” jawab Alex, Jessica pun langsung berjalan lalu duduk di kursi


di seberang meja atasannya itu,


"Kamu udah berapa lama kerja,?" tanya Alex saat Jessica baru saja duduk,


Jessica menatap Alex yang duduk di hadapannya sembari menghitung-hitung masa


kerjanya selama ini, "emm.. Kira-kira baru satu tahunan pak," jawabnya,


Alex mengangguk, menurutnya dari sekian banyak pegawai memang Jessica yang


terlihat cukup mumpuni, "emm.. maaf nih.. tapi kamu udah nikah,?" tanya Alex,


sebenarnya pertanyaan itu cukup sensitif bagi sebagian orang, bukan tanpa alasan


Alex bertanya seperti itu, karena jika Jessica sudah menikah dia tidak mau


mengganggu waktunya bersama keluarga,


"hihihi.. belum sih pak, mana ada cowo yang mau sama saya," jawab Jessica


mencoba merendah,


"kalo misalnya nanti aku pindah ke kantor pusat, kamu mau ikut jadi asisten saya,?"


tawar Alex, tentu saja Jessica sangat terkejut mendengar pertanyaan Alex,


"Serius pak Alex nanya saya,?" tanya Jessica seolah tidak percaya.


"Ya iyalah, emang ada orang lain di sini,?" ujar Alex, karena di dalam ruangan itu


hanya ada mereka berdua, "kalo mau, nanti gajimu aku naikin," sambung Alex lagi


yang tentu saja membuat wajah Jessica seketika bertambah cerah dan tersenyum


lebar,


"iya Pak, saya mau," seru Jessica kegirangan, tanpa gajinya dinaikan pun dia sudah


merasa sangat senang karena dia akan bisa sering-sering bersama atasannya yang


ganteng itu,


"tapi kamu harus serius dan juga fokus kerjanya," ujar Alex mengingatkan,


"iya siap Pak Alex, hihihi.." Jessica mengangguk menatap Alex, senyumnya yang


manis semakin lebar terukir di wajahnya,


“emm.. kalo boleh tau, emangnya kapan pak Alex balik lagi ke kantor pusat,?” tanya


Jessica,


“aku juga belum tau pasti untuk kapannya, kemungkinan sih dalam waktu dekat ini,


tapi yang jelas aku udah kasih kamu penawaran,”


“oohh gituu.. hihihi.. iya pak saya mau,” ucap Jessica nampak begitu riang dan


bahagia,


.


*****


.


Di dalam kamar di rumah Lisa,


Aku menggigit bibirku saat kurasakan ada benda tumpul mulai menggesek-gesek


bibir vaginaku yang sudah sangat basah, aku semakin memejamkan mataku saat


ujungnya perlahan-lahan mencoba menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku,


"aku pasrah" dan mungkin inilah akhirnya..


"aahhh....."


dokk.. dokk.. dokk..


Di tengah keadaan yang sudah di ujung tanduk itu, tiba-tiba terdengar suara ada


orang yang menggedor-gedor pintu kamar,


Aku dan pak Yono sama-sama langsung terperanjat kaget bukan kepalang, kakek


mesum itu menarik penisnya yang sudah nyaris menjebol pertahanan terakhirku, dia


pun segera berdiri namun oleng karena saking gugupnya sehingga terjatuh duduk di


lantai, aku segera duduk dan menutupi tubuh telanjangku dengan handuk, seketika


wajah kami berdua pucat pasi karena sama-sama merasa sangat ketakutan,


jantungku berdegup kencang karena takut jika orang yang menggedor-gedor pintu


itu adalah suamiku yang sudah pulang,


dokk.. dokk.. dokk..


"non.. non Lisa,? non Lisa di dalem,? non,??" terdengar suara orang yang


memanggil namaku dari balik pintu,


"Hhhhh...... " Aku menghela nafas panjang, untuk sesaat kami berdua merasa sedikit


lega karena dari suaranya aku dan pak yono bisa mengenali jika itu adalah suara


pak juki,


"non.. non Lisa..." serunya lagi,


"iya paak, aku di dalem kamar, sebentaaar yaa..." seruku sedikit berteriak,


"buruan pak, itu di pake lagi celananya," perintahku kepada pak yono dengan suara


pelan,


Setelah melilitkan handuk menutupi tubuhku dan pak yono pun sudah kembali


memakai celananya, "ceklek" aku membuka kunci pintu lalu membuka pintunya


sedikit-sedikit karena masih merasa was-was jika pak juki tidak datang sendirian,


kulihat pak juki yang sudah duduk di sofa sedang menoleh ke arahku mungkin


karena mendengar suara kunci dibuka, setelah memastikan tidak ada orang lain lagi


di sana aku pun segera keluar kamar untuk menemui pak juki,


"eeh.. ada pak juki, udah lama pak,?" tanyaku berbasa-basi,


"yaa lumayan lah non, dari tadi saya panggil-panggil gak ada yang nyaut, tapi pintu


rumahnya ke buka," terang pak juki sambil matanya memandang terus ke arah


tubuhku karena handuk yang kupakai terlalu pendek, tapi mungkin karena sudah


terbiasa tampil seksi di depannya aku jadi bersikap santai dan biasa saja tanpa


berusaha menutupi bagian dada atau pangkal pahaku yang sedang terekspos saat


ini,


"hihihi.. maaf deh pak, gak kedengeran soalnya, hihihi.."


"Lohhh..???" tiba-tiba tampang pak juki langsung terkejut melihat pak yono keluar


dari kamar sambil cengengesan,


"biasa aja kali pak juki, gak usah sampe mangap begitu, hehe.." seloroh pak yono,


“waduuhhh.. habis ngapain pak yon,?” tanya pak juki,


“saya habis beginian sama non Lisa (dengan kode menjepit jempolnya di antara jari


telunjuk dan jari tengah).. hehehe.. ” jawab pak yono seenaknya,


“ishh,, apaan sih pak,” ucapku dengan wajah sebal.


“tapi emang bener kan non,? hehe..” ucap pak yono lagi,


“bo'ong banget tuh pak, ngarang dia, untung aja pak juki keburu dateng, jadi selamet


deh aku, hihihi.."


"iya nih, pak juki ganggu aja orang mau enak-enak," sambung pak yono,


"maksudnya,??" tanya pak Juki dengan tampang penasaran karena sepertinya dia


kurang paham dengan ceritaku,


"yaa pokoknya gitu lah, hihihi.. yaudah aku mau ke kamar, mau pake baju, bapak-


bapak ngobrol berdua aja dulu yaa," ucapku langsung beranjak ke lantai atas


menuju ke kamarku sekalian ingin mengecek keadaan anakku, aku tidak ingin


menemani kedua kakek mesum itu hanya dengan mengenakan handuk seperti ini,


karena resikonya sudah pasti aku bakalan di nakalin lagi seperti biasanya,


Sesampainya di kamar, aku langsung melepas handuk dan memilih baju yang


nyaman untuk dipakai, setelah rapi berpakaian kemudian aku pun mengecek


keadaan Oliver yang ternyata sudah terjaga dari tidurnya, aku terlebih dahulu


merapikan rambutku lalu menggendong Oliver sebelum kembali ke lantai bawah,


saat menuruni tangga, aku mendengar suara tawa dari ruang tamu, Pak Juki dan


Pak Yono nampaknya tengah asik membicarakan sesuatu di sana, aku pun


menghampiri mereka,


"ngomong-ngomong, pak juki ada apa nih malem-malem mampir kesini,?" tanyaku


tersenyum setelah duduk bersama di ruang tamu,


“oh iya,” ucap pak Juki sembari merogoh kantong celananya, “saya mau ngasih ini,


waktu itu kan saya udah janji mau ngasih uang gaji bulanan saya ke non Lisa,"


lanjutnya lagi lalu menyerahkan sebuah amplop coklat kepadaku,


"oh iya hampir lupa," ucap pak yono yang kemudian merogoh kantong celananya


juga, "nih non, buat non Lisa," lanjutnya lagi yang juga memberikanku sebuah


amplop coklat seperti halnya pak juki,


Aku merasa sedikit terkejut dan tidak menyangka bahwa kedua kakek mesum itu


ternyata memang sangat baik dan sangat perhatian terhadapku,


"bapak-bapak serius,?? ini beneran buat aku,??" ucapku kegirangan mendapatkan


nafkah dari kedua kakek itu, padahal jika di bandingkan dengan uang milikku sudah


tentu uangku lebih banyak dari mereka,


“saya ngerasa kayak punya tanggung jawab aja gitu pengen nafkahin non Lisa, dari


pada saya yang pegang nanti malah abis gak karu-karuan," ujar pak Juki dengan


mantap.


Pak Yono mengangguk setuju. “saya harap walaupun jumlahnya gak banyak, non


Lisa mau terima pemberian ini,"


“duuh.. terima kasih banyak ya pak Juki, pak Yono,” ucapku dengan tulus menerima


kedua amplop tersebut, tanpa sadar air mataku pun menetes,


"non Lisa kok malah nangis,?" ucap pak juki dengan suara lembut,


Aku segera mengusap air mataku lalu tersenyum kepada mereka, "enggak pak, aku


enggak nangis, cuma merasa terharu aja, soalnya aku gak nyangka bapak-bapak


sampe kayak gini buat aku,“


"gak apa-apa kok non, justru kita berdua seneng kok, ya gak pak juki,?" ujar pak


yono,


"betul tuh non, seneng banget malahan," timpal pak juki,


“trus pak Yono udah ngasih kiriman buat istrinya di kampung,?” tanyaku pada pak


Yono karena beliau masih memiliki istri,


“Udah kok non, tenang aja, udah kebagian semuanya,” jawab pak Yono,


"yaudah kalo gitu, ini uangnya aku simpen, nanti kalo bapak-bapak lagi butuh,


jangan sungkan ngomong ke aku ya," ucapku tersenyum kepada mereka,


"non Lisa tenang aja, uangnya itu non Lisa pake aja, kan emang buat non Lisa sama


buat si kecil, kalo kita berdua mah gampang, gak usah di pikirin," ujar pak yono,


"iya.. iyaa pak, uang ini nanti kita pake sama-sama yah, buat keperluan kita,


pokoknya nanti aku yang ngatur, okee,???" ucapku tersenyum,


"iyaa terserah non Lisa aja saya mah, yang penting non Lisa sama den Oliver


seneng," jawab pak juki,


"ho'oh.. setuju.." timpal pak Yono,


"yaudah kalo gitu saya berdua pamit ya non, udah malem takutnya pak Alex keburu


pulang, kan gak enak bertamu malem-malem," ujar pak juki,


"iya pak, yaudah aku anter sampe pintu depan," jawabku berjalan mengikuti mereka


hingga ke depan pintu, "emm.. pak,!!" seruku saat mereka hendak turun dari teras,


"ehh.. iya kenapa non,??" ucap pak yono, mereka berdua berbalik ke arahku,


"gak mau cium istrinya dulu nih sebelum pulang,?" ucapku malu-malu, mereka pun


kembali berjalan menghampiriku, pak Yono mencium pipiku yang kanan sedangkan


pak juki yang sebelah kiri,


"Terima kasih ya non, kalo gitu kita berdua pamit yaa," ucap pak juki,


"iyaa.. bapak-bapak berdua terima kasih banyak yaa.. hati-hati di jalan, gak usah


ngebut,"


"iya non,," balas pak juki yang duduk di boncengan motor pak yono,


Aku terus tersenyum dan melambaikan tanganku melepas kepergian mereka hingga


terus menjauh dan hilang dari pandangan, aku kembali masuk ke dalam kamar lalu


meraih ponselku dan mengirim pesan singkat ke nomor pak yono,


"nanti aku laporin suamiku,!!!"


Setelah pesan terkirim aku jadi senyum-senyum sendiri membayangkan seperti apa


tampang pak yono nanti ketika sampai di rumahnya dan membaca pesanku, "biarin


aja biar kapok, lagian suruh siapa tadi nakal banget, hihihi.."


.


*****


.


Minggu pagi,


Aku dan suamiku sedang menikmati sarapan pagi, aku tersenyum manis sambil


terus menatap suamiku yang sedang menyuap makanan dengan begitu lahap,


Alexander, pria yang selalu menjagaku dan juga menemaniku dalam setiap momen


indah maupun sulit dalam hidup,


"mama mikirin apa,? bukannya makan malah ngelamun," ucap suamiku, yang


menyadari aku sedang memperhatikannya,


"bukannya ngelamun, tapi mama lagi seneng aja soalnya hari ini papa libur, jadi bisa


berduaan deh, hihihi.."


Memang hari ini rasanya aku senang sekali karena Alex libur bekerja, yaaah..


"Bekerja" adalah sebuah kebutuhan yang juga menjadi sebuah kewajiban, namun


sayangnya, terkadang kewajiban bekerja ini, tidak bisa menyeimbangi kewajiban


yang lainnya, dalam lingkungan bekerja, terkadang kita di hadapkan pada orang-


orang yang terlalu sibuk dan fokus pada pekerjaannya, bahkan banyak dari mereka


yang tidak bisa menyempatkan diri untuk menikmati kehidupan lain selain kehidupan


kantor.

Posting Komentar

0 Komentar