Karena bosan menunggu, akhirnya aku keluar dan berdiri di teras, kondisi di luar
rumah sudah gelap hanya diterangi cahaya lampu-lampu penerangan jalan dan aku
perhatikan suasana di sekitar kompleksku juga sudah sangat sepi, semua pagar
rumah selalu tertutup rapat, begitu juga dengan rumahku, dari sebagian besar
penghuninya hanya sedikit yang saling kenal karena terlalu sibuk dengan urusannya
sendiri-sendiri, terlebih lagi rumahku yang posisinya paling ujung jadi jarang sekali
ada kendaraan yang lewat, paling hanya kurir pengantar paket yang memutar di
taman atau bundaran yang terletak depan rumahku,
Beberapa menit berlalu tanpa ada seorang pun yang lewat, “huhh... masih lama
kayaknya, mending aku mandi dulu aja deh..” gumamku, mungkin pak Yono sedang
mengantri pikirku dalam hati,
Aku kembali masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi yang ada di
lantai bawah, karena tubuhku terasa gerah akhirnya sambil menunggu pak Yono
datang kuputuskan untuk mandi terlebih dahulu, pintu pagar sengaja tidak aku kunci
dan pintu rumah pun aku biarkan terbuka, apabila pak Yono datang nanti aku tidak
perlu repot-repot lagi membukakan pintu, lagi pula aku pikir dia juga sudah terbiasa
keluar masuk di rumahku,
Di dalam kamar mandi aku langsung melepas pakaian beserta sepasang dalaman
yang ku pakai lalu meletakkannya di gantungan kamar mandi, kuputar kran shower
menikmati guyuran air yang terasa sejuk menerpa tubuhku, lalu aku mulai
melakukan kegiatan mandiku membersihkan seluruh bagian-bagian tubuhku dari
ujung kepala hingga ke ujung kaki tanpa ada yang terlewat, entah sudah berapa
lama aku berada di dalam kamar mandi, dan seluruh ritual mandiku pun sudah
selesai, kembali kuputar kran shower dan siraman air pun berhenti menerpa
tubuhku, seketika aku pun jadi menggigil, "uhhh.. dingiiin.."
Namun, saat aku ingin meraih handuk di gantungan, sejenak aku malah berdiri
bengong sambil mendekap tubuhku yang menggigil, aku baru sadar ternyata tadi
aku lupa membawa handuk, meskipun sejak tadi di dalam rumah tidak ada orang
tapi aku tidak tau apakah pak Yono sudah datang atau belum, akhirnya dengan hati-
hati kubuka pintu kamar mandi sedikit demi sedikit, memastikan tidak ada orang di
dalam rumah yang akan melihat, dan setelah dirasa aman, aku pun buru-buru
melangkah keluar dari kamar mandi dengan sedikit berlari sambil berjinjit menuju
kamar utama di dekat ruang tamu,
Srrrttt… duuukkk...
“Aauuwwhhh… aaduuuuhhhh...!”
Karna kondisi tubuhku yang masih basah dan karena terlalu tergesa-gesa sehingga
tanpa sengaja kakiku sedikit terpeleset dan lututku terpentok meja cukup keras
hingga tubuhku jatuh terjerembap di atas sofa, "aduuuhh... saakiittt..." aku duduk di
sofa meringis kesakitan sembari memegangi lututku yang terasa sakit sekali, air
mataku pun keluar, lututku gemetar sambil menahan sakit aku mencoba bangkit tapi
susah,
“non… non Lisa kenapa,?” suara pak Yono sedikit mengagetkan aku, dia sedang
berdiri di depan pintuku yang terbuka lebar membawakan sate pesananku, wajahnya
pun terlihat merah padam mungkin karena sangat terkejut melihat tubuhku yang
masih basah dan bertelanjang bulat sedang duduk sofa sambil meringis memegangi
lututku yang terasa sakit,
"pak Yonooo....!! Hu hu hu..." aku malah menangis seperti anak kecil ketika melihat
pak Yono dan air mataku semakin mengalir, dia pun buru-buru berlari
menghampiriku, tanganku menggapai minta dipeluk, dan pak Yono pun segera
duduk di sebelahku lalu memelukku,
“non Lisa kenapa,? kok nangis,?" tanyanya sambil membelai rambutku,
"kaki aku sakit pak, barusan kepentok meja.. Hu.. Hu.. Hu.." kudekap erat tubuh pak
Yono sambil menangis sesenggukan di dadanya, sebelah tanganku masih
memegangi kakiku yang terasa sakit,
"lohh.. kok bisa,?"
“hiks.. hiks.. tadi kan aku lagi mandi pak,, hiks..hiks.. trus aku lupa bawa handuk..”
jawabku mencoba berhenti menangis,
"iya terus,? kok bisa sampe kepentok meja gitu,?" tanyanya lagi,
Aku pun melepaskan pelukanku lalu sambil menunduk aku memegangi kakiku yang
masih terasa sakit, "tadi kan aku mandi tapi lupa bawa handuk, trus kan aku mau ke
kamar ngambil handuk, trus kepleset, aduuhhh..." sambil menunduk mulutku masih
meringis menahan sakit,
Pak Yono kemudian menyibak rambutku yang berantakan menutupi wajahku, aku
pun menoleh ke arahnya dan bisa kulihat dia menelan ludah sambil matanya
menyusuri tubuh telanjangku dari kepala sampai ujung kaki,
“ooh begitu.. mananya yang sakit…?” dia pun langsung beringsut di bawahku, lalu
tangannya menelusuri dan memijat-mijat kakiku,
“aawwhh… aduuhh.. sakit paakk..” desahku ketika tangannya tepat berada di sekitar
area lututku yang terasa sakit,
"duuhh.. sampe biru gini non,? kenceng banget ya tadi kepentok nya,?" lalu pak
Yono pun memelankan pijatannya di titik itu, sambil tangannya terus memijat namun
aku bisa merasakan deru nafasnya terdengar memburu, meskipun dia prihatin
dengan keadaanku tapi sebagai laki-laki normal tentu dia juga terangsang dengan
penampilanku yang telanjang bulat seperti ini, dan aku pun tidak menyalahkannya.
"ssshhh... aduuhhh.. iyaaahh paaakk... tadi kenceng banget, soalnya aku kan sambil
lari, aduuhh...” desahku lirih, aku mencoba duduk lebih tegak sambil berpegangan
pada sofa saat menahan pijatan pak Yono pada kakiku yang terasa sedikit sakit,
Setelah beberapa saat dipijat rasa sakitnya pun sudah lumayan menghilang, namun
kuperhatikan pak Yono terkadang masih saja terus curi-curi pandang ke arah buah
dadaku dan juga ke arah celah kemaluanku, segera saja kurapatkan kedua padaku
dan kudekap tubuh telanjangku ini, berusaha menutupinya dengan kedua lenganku
dari tatapan liar kakek mesum yang sedang memijatku dari bawah, pastinya dia
sudah sangat terangsang saat ini,
"ehh.. udah gak sakit lagi kakinya non,? hehe.." ucapnya cengengesan karena
melihatku menutupi area sensitifku,
"iya udah pak, udah enggak terlalu sakit kayak tadi, aku mau ke kamar dulu, mau
pake baju, dingin soalnya telanjang dari tadi," ucapku mencoba berdiri, karena
kakiku masih terasa sakit aku pun berpegangan pada sandaran sofa, dan sebelah
tanganku lagi aku gunakan untuk menutupi kedua payudaraku, alhasil kemaluanku
bisa di lihat langsung oleh pak Yono, tapi biarin aja lah, toh dia juga udah sering liat
punyaku, hihihi..
“yuk non, saya bantu jalan, hehe..” ucap pak Yono yang tiba-tiba memeluk
pinggangku lalu memapahku masuk ke dalam kamar,
"gak usah macem-macem deeh.. aku juga bisa sendiri kok," ucapku menebak isi
pikirannya,
Di dalam kamar pak Yono memapahku hingga ke tempat tidur lalu memintaku untuk
duduk, "non Lisa duduk aja di sini, biar saya yang ambilin bajunya,"
"sekalian ambilin handuknya sekalian pak, itu ada di dalem lemari, badan aku masih
basah soalnya," seruku ketika dia berjalan ke arah lemari pakaianku,
"yang ini kan non,?" tanyanya ketika kembali menghampiriku dengan membawa
selembar handuk,
"Lohh.. bajunya mana pak,? kok gak di ambilin sekalian,?"
"badan non Lisa kan masih basah, jadi jangan pakai baju dulu,” jawabnya sambil
mencoba menghanduki tubuhku,
“ishh.. pak yono mau ngapain sih,? biar aku sendiri aja,” Kucoba merebut handukku
dari tangannya, tapi dia malah menangkap dan memegangi tanganku.
“aiihhh... pak yono mau apa,?” jeritku saat tiba-tiba saja dia mendorong tubuhku
hingga tiduran di atas kasur, kedua pergelangan tanganku pun di tariknya ke atas
kepalaku, lalu dicekal hanya dengan satu genggamannya saja.
“maaf non, saya udah enggak tahan,” pak yono langsung menindihku, dan menciumi
tubuhku secara bertubi-tubi, mulutnya terus menciumi leher, pundak, bahkan kedua
payudaraku pun tak luput dari serangannya, seketika tubuhku pun menggelinjang
tak karuan.
“ouhhhh… paakhhh.. stop pakk.. Pleaseee… jangan... oouhhh…” aku terus
meronta-ronta agar dilepaskan, aku sungguh takut jika pak yono benar-benar lupa
diri dan akan berbuat yang lebih jauh dari yang sebelumnya terhadapku, tapi
mulutku tak bisa menyembunyikan desahan yang keluar akibat rangsangan dari
cumbuannya di sekujur tubuhku,
“ouhhh... emmpphhh... paaakkk... stopp.. kalo gak aku teriak nih..!” ancamku,
padahal bisa saja aku mengancamnya akan melaporkan perbuatannya ini pada
suamiku yang pastinya akan membuatnya ketakutan dan menghentikan aksi
bejatnya, tapi entah kenapa mulutku tak mau mengucapkan kalimat itu,
“maaf non… tolong jangan teriak, saya bener-bener udah gak tahan, tolong pasrah
aja ya, sekali iniii aja…” bisiknya di telingaku, lalu dia kembali menciumi tubuhku
bertubi-tubi seperti orang kesetanan, sambil satu tangannya masih menggenggam
kedua pergelangan tanganku, sedangkan satu tangannya lagi meremas-remas
payudaraku sehingga tubuhku pun terus menggelinjang dan semakin terangsang,
"enghhh... paaakkhh.. emmphhh.." desahku mulai melemah dan aku pun tidak lagi
meronta,
Menyadari aku yang tidak lagi meronta, kini pak yono melepaskan genggamannya
pada pergelangan tanganku, dia pun jadi lebih bebas dan leluasa untuk terus
mencumbu dan menggerayangi tubuhku,
Jujur saja, aku memang merasakan rangsangan seksual yang begitu hebatnya, tapi
di sisi lain aku pun ingin menolaknya, sungguh campur aduk perasaanku kini,
"Haruskah aku pasrah,?"
"apakah ini bisa di sebut pemerkosaan,?"
"tidak.. bukan.. jika ini sebuah pemerkosaan, aku pasti sejak tadi sudah melawan,"
Begitu banyak pertanyaan dalam benakku, ketika aku gelisah dengan pikiranku
sendiri, terdengar sebuah pertanyaan keluar dari mulut pak yono yang cukup
mengejutkan aku,
“non Lisa, punyanya udah basah… saya masukin ya,?” ucap pak yono sembari
meraba-raba bibir kemaluanku dengan telapak tangannya,
“jangan yaa paakk… Please…” bukannya mendorong tubuh pak yono, tapi aku
hanya menolaknya dengan kata-kata, padahal kedua tanganku sudah terbebas dari
genggamannya, sungguh malu aku, di saat bibirku terus mengucapkan kata "jangan"
tapi kemaluanku justru semakin basah yang seolah-olah sedang memberitahu pak
yono jika dia boleh memasukinya,
“sekali iniii aja non, saya berani ngelakuin apa aja demi bisa menikmati tubuh non
Lisa, boleh yaa,?” rayunya lagi,
Pak yono terus-terusan meminta dan merayu, seperti sedang berharap jika aku akan
benar-benar menyerahkan lubang surgaku ini untuk bisa dia masuki dengan
penisnya secara suka rela, dan memperbolehkan dirinya untuk memasuki diriku
tanpa paksaan, seolah-olah perbuatannya ini bisa dimaklumi dan bisa dimaafkan,
"jangan ya paakk, please..." aku menatapnya dengan pandangan sayu saat kakek
mesum itu mulai melucuti celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegak
mengacung keras.
Yaa Tuhan.. ada apa dengan diriku ini, apakah aku harus terus menolaknya,?
ataukah aku harus menerima dan menikmatinya,?
Aku memalingkan wajah dan kupejamkan mataku rapat-rapat saat pak yono
melebarkan kedua kakiku, lalu mengarahkan penisnya tepat ke arah vaginaku,
sungguh aku tak sanggup melihatnya, setelah ini aku pasrah dengan apa yang akan
terjadi selanjutnya, ternyata diriku dengan mudah ditaklukkan oleh nafsu,
"maaf ya non,." bisiknya pelan,
Aku menggigit bibirku saat kurasakan ada benda tumpul mulai menggesek-gesek
bibir vaginaku yang sudah sangat basah, aku semakin memejamkan mataku saat
ujungnya perlahan-lahan mencoba menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku,
"aku pasrah" dan akhirnya..
"aahhh....."
.
*****
.
Di kantor cabang Luther corp di Centropolis,
Setelah meeting terakhir dengan ayahnya kemarin, Alex akhirnya merasa sedikit
lega karena rencananya bulan depan dia bisa kembali bekerja di kantor pusatnya
setelah tugasnya di kantor cabang itu akan selesai beberapa minggu lagi, dalam
benaknya Alex membayangkan jika dia akan kembali bekerja pada jadwalnya seperti
sediakala dan bisa kembali memiliki waktu luang untuk keluarga kecilnya,
Namun dia juga masih sedikit merasa cemas karena belum ada kepastian ataupun
berita mengenai siapa yang akan menggantikan posisinya nanti sebagai direktur
kantor cabang itu, setelah melakukan beberapa perombakan dan penggantian staf-
staf di kantor itu, dia ingin memastikan bahwa kantor cabangnya akan tetap berjalan
lancar walaupun tanpa kehadirannya, meskipun Alex merasa bahwa dia bukanlah
orang yang baik tapi dia juga tidak bisa terlalu jahat, dia sudah cukup bermurah hati
dengan tidak melakukan phk besar-besaran atas kebobrokan pegawainya, dia juga
sudah melakukan beberapa perubahan peraturan dan membuat beberapa
kebijakan-kebijakan baru di kantor cabang itu,
Alex menekan tombol pada pesawat telepon yang ada di mejanya, "Jess, kamu
udah mau pulang,?” ujar Alex menelepon sekretarisnya,
“belum pak, paling bentar lagi, masih ada berkas yang harus saya rapihin, ada apa
ya pak,?”
“kamu bisa ke ruangan saya sekarang,?"
"oke baik pak, dengan senang hati," jawab sekretarisnya di seberang telepon yang
terlihat senyum-senyum sendiri mendapat instruksi dari atasannya yang tampan itu,
Tok.. Tok.. Tok.. “permisi pak, pak Alex ada perlu dengan saya,?” sapa Jessica
setelah membuka pintu ruangan direkturnya,
“iya.. duduk sini jess,” jawab Alex, Jessica pun langsung berjalan lalu duduk di kursi
di seberang meja atasannya itu,
"Kamu udah berapa lama kerja,?" tanya Alex saat Jessica baru saja duduk,
Jessica menatap Alex yang duduk di hadapannya sembari menghitung-hitung masa
kerjanya selama ini, "emm.. Kira-kira baru satu tahunan pak," jawabnya,
Alex mengangguk, menurutnya dari sekian banyak pegawai memang Jessica yang
terlihat cukup mumpuni, "emm.. maaf nih.. tapi kamu udah nikah,?" tanya Alex,
sebenarnya pertanyaan itu cukup sensitif bagi sebagian orang, bukan tanpa alasan
Alex bertanya seperti itu, karena jika Jessica sudah menikah dia tidak mau
mengganggu waktunya bersama keluarga,
"hihihi.. belum sih pak, mana ada cowo yang mau sama saya," jawab Jessica
mencoba merendah,
"kalo misalnya nanti aku pindah ke kantor pusat, kamu mau ikut jadi asisten saya,?"
tawar Alex, tentu saja Jessica sangat terkejut mendengar pertanyaan Alex,
"Serius pak Alex nanya saya,?" tanya Jessica seolah tidak percaya.
"Ya iyalah, emang ada orang lain di sini,?" ujar Alex, karena di dalam ruangan itu
hanya ada mereka berdua, "kalo mau, nanti gajimu aku naikin," sambung Alex lagi
yang tentu saja membuat wajah Jessica seketika bertambah cerah dan tersenyum
lebar,
"iya Pak, saya mau," seru Jessica kegirangan, tanpa gajinya dinaikan pun dia sudah
merasa sangat senang karena dia akan bisa sering-sering bersama atasannya yang
ganteng itu,
"tapi kamu harus serius dan juga fokus kerjanya," ujar Alex mengingatkan,
"iya siap Pak Alex, hihihi.." Jessica mengangguk menatap Alex, senyumnya yang
manis semakin lebar terukir di wajahnya,
“emm.. kalo boleh tau, emangnya kapan pak Alex balik lagi ke kantor pusat,?” tanya
Jessica,
“aku juga belum tau pasti untuk kapannya, kemungkinan sih dalam waktu dekat ini,
tapi yang jelas aku udah kasih kamu penawaran,”
“oohh gituu.. hihihi.. iya pak saya mau,” ucap Jessica nampak begitu riang dan
bahagia,
.
*****
.
Di dalam kamar di rumah Lisa,
Aku menggigit bibirku saat kurasakan ada benda tumpul mulai menggesek-gesek
bibir vaginaku yang sudah sangat basah, aku semakin memejamkan mataku saat
ujungnya perlahan-lahan mencoba menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku,
"aku pasrah" dan mungkin inilah akhirnya..
"aahhh....."
dokk.. dokk.. dokk..
Di tengah keadaan yang sudah di ujung tanduk itu, tiba-tiba terdengar suara ada
orang yang menggedor-gedor pintu kamar,
Aku dan pak Yono sama-sama langsung terperanjat kaget bukan kepalang, kakek
mesum itu menarik penisnya yang sudah nyaris menjebol pertahanan terakhirku, dia
pun segera berdiri namun oleng karena saking gugupnya sehingga terjatuh duduk di
lantai, aku segera duduk dan menutupi tubuh telanjangku dengan handuk, seketika
wajah kami berdua pucat pasi karena sama-sama merasa sangat ketakutan,
jantungku berdegup kencang karena takut jika orang yang menggedor-gedor pintu
itu adalah suamiku yang sudah pulang,
dokk.. dokk.. dokk..
"non.. non Lisa,? non Lisa di dalem,? non,??" terdengar suara orang yang
memanggil namaku dari balik pintu,
"Hhhhh...... " Aku menghela nafas panjang, untuk sesaat kami berdua merasa sedikit
lega karena dari suaranya aku dan pak yono bisa mengenali jika itu adalah suara
pak juki,
"non.. non Lisa..." serunya lagi,
"iya paak, aku di dalem kamar, sebentaaar yaa..." seruku sedikit berteriak,
"buruan pak, itu di pake lagi celananya," perintahku kepada pak yono dengan suara
pelan,
Setelah melilitkan handuk menutupi tubuhku dan pak yono pun sudah kembali
memakai celananya, "ceklek" aku membuka kunci pintu lalu membuka pintunya
sedikit-sedikit karena masih merasa was-was jika pak juki tidak datang sendirian,
kulihat pak juki yang sudah duduk di sofa sedang menoleh ke arahku mungkin
karena mendengar suara kunci dibuka, setelah memastikan tidak ada orang lain lagi
di sana aku pun segera keluar kamar untuk menemui pak juki,
"eeh.. ada pak juki, udah lama pak,?" tanyaku berbasa-basi,
"yaa lumayan lah non, dari tadi saya panggil-panggil gak ada yang nyaut, tapi pintu
rumahnya ke buka," terang pak juki sambil matanya memandang terus ke arah
tubuhku karena handuk yang kupakai terlalu pendek, tapi mungkin karena sudah
terbiasa tampil seksi di depannya aku jadi bersikap santai dan biasa saja tanpa
berusaha menutupi bagian dada atau pangkal pahaku yang sedang terekspos saat
ini,
"hihihi.. maaf deh pak, gak kedengeran soalnya, hihihi.."
"Lohhh..???" tiba-tiba tampang pak juki langsung terkejut melihat pak yono keluar
dari kamar sambil cengengesan,
"biasa aja kali pak juki, gak usah sampe mangap begitu, hehe.." seloroh pak yono,
“waduuhhh.. habis ngapain pak yon,?” tanya pak juki,
“saya habis beginian sama non Lisa (dengan kode menjepit jempolnya di antara jari
telunjuk dan jari tengah).. hehehe.. ” jawab pak yono seenaknya,
“ishh,, apaan sih pak,” ucapku dengan wajah sebal.
“tapi emang bener kan non,? hehe..” ucap pak yono lagi,
“bo'ong banget tuh pak, ngarang dia, untung aja pak juki keburu dateng, jadi selamet
deh aku, hihihi.."
"iya nih, pak juki ganggu aja orang mau enak-enak," sambung pak yono,
"maksudnya,??" tanya pak Juki dengan tampang penasaran karena sepertinya dia
kurang paham dengan ceritaku,
"yaa pokoknya gitu lah, hihihi.. yaudah aku mau ke kamar, mau pake baju, bapak-
bapak ngobrol berdua aja dulu yaa," ucapku langsung beranjak ke lantai atas
menuju ke kamarku sekalian ingin mengecek keadaan anakku, aku tidak ingin
menemani kedua kakek mesum itu hanya dengan mengenakan handuk seperti ini,
karena resikonya sudah pasti aku bakalan di nakalin lagi seperti biasanya,
Sesampainya di kamar, aku langsung melepas handuk dan memilih baju yang
nyaman untuk dipakai, setelah rapi berpakaian kemudian aku pun mengecek
keadaan Oliver yang ternyata sudah terjaga dari tidurnya, aku terlebih dahulu
merapikan rambutku lalu menggendong Oliver sebelum kembali ke lantai bawah,
saat menuruni tangga, aku mendengar suara tawa dari ruang tamu, Pak Juki dan
Pak Yono nampaknya tengah asik membicarakan sesuatu di sana, aku pun
menghampiri mereka,
"ngomong-ngomong, pak juki ada apa nih malem-malem mampir kesini,?" tanyaku
tersenyum setelah duduk bersama di ruang tamu,
“oh iya,” ucap pak Juki sembari merogoh kantong celananya, “saya mau ngasih ini,
waktu itu kan saya udah janji mau ngasih uang gaji bulanan saya ke non Lisa,"
lanjutnya lagi lalu menyerahkan sebuah amplop coklat kepadaku,
"oh iya hampir lupa," ucap pak yono yang kemudian merogoh kantong celananya
juga, "nih non, buat non Lisa," lanjutnya lagi yang juga memberikanku sebuah
amplop coklat seperti halnya pak juki,
Aku merasa sedikit terkejut dan tidak menyangka bahwa kedua kakek mesum itu
ternyata memang sangat baik dan sangat perhatian terhadapku,
"bapak-bapak serius,?? ini beneran buat aku,??" ucapku kegirangan mendapatkan
nafkah dari kedua kakek itu, padahal jika di bandingkan dengan uang milikku sudah
tentu uangku lebih banyak dari mereka,
“saya ngerasa kayak punya tanggung jawab aja gitu pengen nafkahin non Lisa, dari
pada saya yang pegang nanti malah abis gak karu-karuan," ujar pak Juki dengan
mantap.
Pak Yono mengangguk setuju. “saya harap walaupun jumlahnya gak banyak, non
Lisa mau terima pemberian ini,"
“duuh.. terima kasih banyak ya pak Juki, pak Yono,” ucapku dengan tulus menerima
kedua amplop tersebut, tanpa sadar air mataku pun menetes,
"non Lisa kok malah nangis,?" ucap pak juki dengan suara lembut,
Aku segera mengusap air mataku lalu tersenyum kepada mereka, "enggak pak, aku
enggak nangis, cuma merasa terharu aja, soalnya aku gak nyangka bapak-bapak
sampe kayak gini buat aku,“
"gak apa-apa kok non, justru kita berdua seneng kok, ya gak pak juki,?" ujar pak
yono,
"betul tuh non, seneng banget malahan," timpal pak juki,
“trus pak Yono udah ngasih kiriman buat istrinya di kampung,?” tanyaku pada pak
Yono karena beliau masih memiliki istri,
“Udah kok non, tenang aja, udah kebagian semuanya,” jawab pak Yono,
"yaudah kalo gitu, ini uangnya aku simpen, nanti kalo bapak-bapak lagi butuh,
jangan sungkan ngomong ke aku ya," ucapku tersenyum kepada mereka,
"non Lisa tenang aja, uangnya itu non Lisa pake aja, kan emang buat non Lisa sama
buat si kecil, kalo kita berdua mah gampang, gak usah di pikirin," ujar pak yono,
"iya.. iyaa pak, uang ini nanti kita pake sama-sama yah, buat keperluan kita,
pokoknya nanti aku yang ngatur, okee,???" ucapku tersenyum,
"iyaa terserah non Lisa aja saya mah, yang penting non Lisa sama den Oliver
seneng," jawab pak juki,
"ho'oh.. setuju.." timpal pak Yono,
"yaudah kalo gitu saya berdua pamit ya non, udah malem takutnya pak Alex keburu
pulang, kan gak enak bertamu malem-malem," ujar pak juki,
"iya pak, yaudah aku anter sampe pintu depan," jawabku berjalan mengikuti mereka
hingga ke depan pintu, "emm.. pak,!!" seruku saat mereka hendak turun dari teras,
"ehh.. iya kenapa non,??" ucap pak yono, mereka berdua berbalik ke arahku,
"gak mau cium istrinya dulu nih sebelum pulang,?" ucapku malu-malu, mereka pun
kembali berjalan menghampiriku, pak Yono mencium pipiku yang kanan sedangkan
pak juki yang sebelah kiri,
"Terima kasih ya non, kalo gitu kita berdua pamit yaa," ucap pak juki,
"iyaa.. bapak-bapak berdua terima kasih banyak yaa.. hati-hati di jalan, gak usah
ngebut,"
"iya non,," balas pak juki yang duduk di boncengan motor pak yono,
Aku terus tersenyum dan melambaikan tanganku melepas kepergian mereka hingga
terus menjauh dan hilang dari pandangan, aku kembali masuk ke dalam kamar lalu
meraih ponselku dan mengirim pesan singkat ke nomor pak yono,
"nanti aku laporin suamiku,!!!"
Setelah pesan terkirim aku jadi senyum-senyum sendiri membayangkan seperti apa
tampang pak yono nanti ketika sampai di rumahnya dan membaca pesanku, "biarin
aja biar kapok, lagian suruh siapa tadi nakal banget, hihihi.."
.
*****
.
Minggu pagi,
Aku dan suamiku sedang menikmati sarapan pagi, aku tersenyum manis sambil
terus menatap suamiku yang sedang menyuap makanan dengan begitu lahap,
Alexander, pria yang selalu menjagaku dan juga menemaniku dalam setiap momen
indah maupun sulit dalam hidup,
"mama mikirin apa,? bukannya makan malah ngelamun," ucap suamiku, yang
menyadari aku sedang memperhatikannya,
"bukannya ngelamun, tapi mama lagi seneng aja soalnya hari ini papa libur, jadi bisa
berduaan deh, hihihi.."
Memang hari ini rasanya aku senang sekali karena Alex libur bekerja, yaaah..
"Bekerja" adalah sebuah kebutuhan yang juga menjadi sebuah kewajiban, namun
sayangnya, terkadang kewajiban bekerja ini, tidak bisa menyeimbangi kewajiban
yang lainnya, dalam lingkungan bekerja, terkadang kita di hadapkan pada orang-
orang yang terlalu sibuk dan fokus pada pekerjaannya, bahkan banyak dari mereka
yang tidak bisa menyempatkan diri untuk menikmati kehidupan lain selain kehidupan
kantor.
0 Komentar