CEMBURU PART 14

 

Setelah merapihkan seluruh Kantin, aku pun masuk kedalam rumah. Badan ku terasa lebih ringan, hati ku terasa jauh lebih tenang. Ku Abaikan semua Telp panggilan masuk dan pesan di ponsel ku menjelang malam itu.




Sisa tenaga ku, ku gunakan memperbaiki jawaban ku yang salah dalam menjawab soal pertanyaan tugas sekolah yang sempat diperiksa dan diberi arahan Bu Indah.




Ku lihat di layar ponsel pukul 19.45 WIB. Ku rebahkan tubuh ku di kursi ruang tamu, setelah selsai mengerjakan Tugas sekolah.




Lalu ku pejamkan mata ku, setelah ku mode pesawat ponsel ku lalu ku charge di ruang keluarga.




Walaupun mendapat kuncian dan beberapa kali serangan pria paruh baya seperti pak Saepi, aku merasa tubuh ku makin ringan.




Lebih dari itu, aku makin membulatkan tekad ku agar sejak dini mengatur dan mempersiapkan pikiran dan fisik ku menata masa depan.




Hingga ku setengah tertidur malam itu.......... Di sofa ruang tamu........ Menunggu kepulangan mamah.




Dikeheningan malam itu, sesuai perkiraan ku mamah masuk melalui pintu dapur. Namun ku biarkan dan berpura pura tetap tertidur, terdengar mamah memasuki kamar mandi. Beberapa kali ia seperti mandi atau bercuci muka, langkah kakinya terdengar ketangga atas seperti menghampiri kamar ku.




Lalu langkahnya jelas terdengar kearah ruang tamu di iringi wangi Parfum dan wangi makanan yang ia bawa untuk lu malam itu.






"Albert...... Sayang..... Bangun bentar sayang... Mamah bawa oleh oleh special buat makan malam kamu nak.... " Bisikan mamah sambil merapatkan tubuh nya membengunkan ku penuh kelembutan malam itu.


"Al.... Sayang.... Bangun dong nak, sebentar aja.....mamah udah capek capek telfonin kamu, beliin makanan Special buat kamu, masa kamu bobo sayang..... " Katanya manja membisiki ku.


"Nanti kalau dingin ga enak lho sayang.... " Sesungguhnya aku ingin pura pura tetap tidur, dan menikmati himpitan pelukan mamah malam itu.






Namun hati ku iba mendengar keluh kesah mamah, apalagi ku intip wajahnya murung sedih setelah melihat ku pura pura kelelahan. Yang sesungguhnya pura pura tidur.




Mamah pun berjalan ke ruang keluarga, aku pun bangkit dan duduk disana sendiri. Ku perhatikan jam saat itu menunjukkan pukul 20.02 WIB.




Perlahan aku mengintip mamah yang sambil mengigit bibir bawahnya memainkan ponselnya, sepertinya ia bertukar pesan dengan seseorang malam itu.




Namun wajahnya lagi lagi seperti tegang dan kaget melihat ku berdiri memperhatikannya malam itu sedang asik memainkan Ponselnya dan menyalahkan TV diruang keluarga.






"Sayang kamu kebangun yaa.....??ni lho mamah beliin makanan special buat kamu malam ini." Mengenakan daster rumahan malam itu, mamah dengan sigap dan cekatan menghidangkan makanan itu dipiring makan untuk ku.






Mamah terlihat cantik malam itu, sangat cantik. Wajahnya merona bahagia, hingga ku sadari beberapa kali ponsel mamah bergetar pertanda ada pesan masuk berkali kali.




Namun tak kusentuh, karna ku tau layarnya mamah posisikan terbalik seolah takut aku membuka atau pun melihat dengan siapa mamah berkomunikasi menelang malam hari ini.






"Sayaaang kok bengong gitu sii?? " Tanya mamah menghidangkan makan malam berupa masakan khas Western malam itu.






Namun segera mamah meraih ponselnya lalu memindahkan ponselnya ke kamarnya dan mencharge nya.






"Yuk kita makan malem berdua, kamu pasti udah laper banget kan sayang sambil nunggu mamah pulang tadi." Ajak mamah menikmati makan malam itu bersama ku.


"Iya mah.... " Kata ku singkat tak ingin membuat mamah kembali murung andai aku tanyakan apa saja yang mamah lakukan tadi.


"Kamu kenapa sih nak, kok kayak yang murung liat mamah dari tadi?? " Sambil makan makanan yang ia beli tadi.


"Anu mah.... aku ingin bicara sama mamah selesai makan ini." Kata ku sambil cepat menghabiskan makanan terasa lezat dilidah ku ini. Namun tak terasa nikmat andai membahas kejadian minggu kemarin serta kejadian sore tadi.


"Hemm, ya udah.... Kita abisin makan malamnya dulu sayang. Ini enak banget kan." Kata mamah namun tak selahap makan ku malam itu.


"Mah... Sebenrnya aku mau tanya.... Mamah sebenernya ada hubungan apa mah dengan kakak kelas ku....?? Ku perhatikan mamah belakangan ini...... " Belum selesai ku selsaikan kata kata ku, Suara Ponsel telfon mamah berdering cukup keras.


"Bentar sayang takut telfon penting." Katanya buru buru menjawab telfon itu, ku lihat mamah menatap senang dengan telfon masuk itu. Ia kaget saat melihat ku yang duduk masih menikmati makanan malam, namun melihat Expresi mamah senang melihat siapa yang menelfonnya malam itu.






"Bentar ya sayang mamah jawab telfon dulu, nanti kita bicarain ya..... " Katanya lalu menutup pintu sambil memasang head set lebih sesak lagi saat mamah mengunci pintu kamarnya dari dalam.






Sepertinya mamah tak ingin aku menganggu saat ia menerima telfon dari "orang itu".




Entah apa yang harus ku lakukan, satu sisi aku butuh tempat ini agar bisa menata masa depan ku. Sisi lain apa iya aku harus memutuskan hubungan ku dengan satu satunya mamah ku di dunia ini.




Andai aku ikut papah, belum tentu bisa lebih baik dari sekarang ini. Terlebih lagi mungkin mungkin jauh lebih "gila" Ketimbang dari saat ini.




Apalagi mereka yang dekat dengan mamah saat ini adalah sekumpulan remaja yang lebih segala galanya dari ku.




Selera makan ku hilang, suara TV diruang keluarga dan musik radio dikamar mamah menyamarkan pembicaraan mamah dengan seseorang ditelponnya.




Ku duduk di kursi ruang keluarga merebahkan badan ku, setelah lebih dari 15 menit mamah tak kunjung keluar kamar. Ku lepaskan segala bentuk kelemahan dan kebodohan ku malam itu dengan linangan air mata.




Hingga aku tertidur di kursi ruang keluarga saat itu, ku rasa lebih baik aku mempersiapkan diri kembali ke rumah kakek dan nenek dari ayah di Jawa Tengah.




Kedua orang tua ku saat ini benar benar menuruti Ego mereka masing masing. Aku sungguh tak perduli andai mereka benar benar bercerai.




Biarlah aku memulai menata masa depan ku di kampung bapak ku. Aku sungguh tak sanggup dan putus asa andai harus terus bertahan di situasi saat ini.




Aku hanya bisa memejamkan mataku membiarkan air mata semakin membasahi pipi ku malam itu. Aku benar benar gak sanggup mencari solusi ataupun menuruiti kemauan ayah yang hendak menikah lagi, maupun mamah yang seperti terlibat asmara dengan kakak kelas ku.




Saat aku akan terasa akan tertidur sambil meredakan tangisan ku reda, terdengar suara lembut dan aroma wangi sangat dekat dengan ku. Aroma wangi dan suara lembut itu melekat lembut disamping tubuh ku, ku buka mata ku yang masih merah dan berlinang air mata.




Mencoba cari tau siapakah yang ada disisi ku saat itu, siapa kah yang menghawatirkan keadaan ku yang menyedihkan ku malam itu.






"Al kamu kenapa sih nak?? Kamu kenapa sayang....??? Kamu kenapa..??? Bilang sama mamah nak...... Kamu kenapa??? " Rupanya itu mamah. Wajah cantik dan cerianya sepanjang hari tadi berubah sedih melihat ku saat ini.


"Maafin aku ya mah, maafin aku andai selama ini menjadi beban mamah, maafin aku andai selama ini ga sanggup membuat mamah bahagia seperti saat mamah bersama mereka." Kata ku lirih dan selembut mungkin menyampaikan perasaan ku kepadanya.


"Maksud kamu apa sayaaang...... Mamah ga ngerti...... Kenapa kamu ngomong kayak gitu.....!!!!!?? " Kata mamah mulai menangis dan histeris mendengar kata kata yang keluar dari mulut ku


"Mamah ga perlu pura pura lagi mah, Al Tau SEMUANYA!!! " kata ku tegas kepada mamah.


"Mamah mohon Al, kamu ngerti.... Mamah mohon kamu paham.... kita sekarang ini........." Belum sempat mamah menyelsaikan kalimatnya ku tinggalkan mamah sendiri di ruang keluarga.






Aku pun berjalan kekamar ku, melepaskan pegangan tangan mamah dipergelangan tangan ku.






"Al buka Al buka!!!! Bukaa pintunya!!!! Dengerin penjelasan mamah sayang!!!! Albert mamah mohon buka naaaak!!!!" Ku biarkan mamah menagis histeris didepan pintu kamar ku.






Entah berapa kali mamah mengedor gedor pintu kamar, aku pun duduk dibalik pintu kamar agar mamah tak membuka paksa pintu kamar ku malam itu.




Suara histeris mamah memanggil ku malam itu rupanya mendapat respon dari keamanan Sekolah. Terdengar dari kamar ku suara pak Saepi yang memanggil nama mamah di pintu ruang tamu.




Hingga beberapa saat kemudian, terdengar juga suara Bu Indah dan Pak Tony malam itu. Hingga akhirnya, beberapa menit kemudian suara pak Tony terdengar mengetuk pintu kamar ku malam itu.






"Albert, bapak gak akan ikut campur masalah kamu dan mamah mu nak. Tapi bapak mohon lebih baik kita bicarain masalah ini baik baik nak. Sebelum tetangga dengar dan tau keluarga kalian sedang ada masalah." Katanya diluar pintu kamar.


"Bapak mohon buka pintu, kamu bicarain masalah kamu dan mamah mu secara baik baik yuk. Kasih kesempatan mamah mu bicara." Kata Pak Tony malam itu membujuk ku.






Aku pun membuka pintu kamar,setelah diyakinkan dan di bujuk Pak Tony malam itu. Bersama Pak Tony dan Pak Saepi yang rupanya ikut mendampingi Pak Tony membujuk ku depan pintu kamar malam itu kami turun ke ruang keluarga.




Disana mamah menangis tersedu sedu dipelukan Bu Indah. Sungguh tak ku duga, mamah bisa menagis sesedih itu setelah sedikit ku beri taukan bahwa Aku tau Semuanya.




Mata mamah memelas penuh air mata melihat ku malam itu, lagi lagi aku merasa iba melihat ibu ku yang cantik menjadi sesedih itu malam itu. Namun akan menjadi bahaya besar bagi mamah andai Pak Saepi, bu Indah, terutama Pak Tony tau apa pemicu mamah hingga jadi seperti ini.






"Nak Albert, nak Albert tau kan bagaimana Menyelesaikan masalah nak Albert bersama Bu Anjani malam ini??? " Tanya Pak Saepi tegas kepada ku.


"Tau Pak." Kata ku tegas menjawab pertanyaan Pak Saepi.


"Bu Anjani, nak Albert akan membicarakan semua baik baik bersama bu Anjani saat ini. Sebagai orang Luar, Saya, Bu Indah dan Pak Tony tidak Akan ikut campur andai Nak Albert dan Bu Anjani akan bicarakan masalah ini baik baik sebagai Ibu dan Anak." Kata Pak Saepi tegas dan berwibawa.


"Namun, apabila Bu Anjani maupun nak Albert tidak menemukan titik temu saat pembicaraan nanti. Kami bertiga akan ikut duduk bersama kalian menyelsaikan masalah kalian." Tambah Pak Saepi.


"Silahkan bicarakan baik baik, saya, Pak Tony dan Bu Indah akan menunggu dikantin. Apa Bu Anjani sanggup bicarakan ini baik baik bersama Albert tanpa kekerasan dan Histeris seperti tadi?? " Tanya Pak Saepi kepada mamah yang mulai berhenti menagis disamping Bu Indah.


"Saya sanggup Pak, terimakasih atas bantuannya. Izinkan saya bicara empat mata bersama anak saya sekali ini saja." Kata mamah dengan wajah yang sangat sedih dan memelas kepada ku dan Pak Saepi malam itu.






Setelah Pak Saepi, Pak Tony dan Bu Indah meninggalkan kami berdua diruang keluarga saat itu, mamah menutup pintu ruang tamu. Makanan kami yang berserakan diruang keluarga ku rapih kan.




Jujur saja kedua makanan special itu tak sampai setengah kami habiskan. Namun kali ini akan ku bicarakan baik baik keluh kesah ku kepada mamah. Berharap ia akan berubah.


Tapi........






"Nak..... Mamah bener bener gak ngerti harus bagaimana lagi...... "


"Kamu taukan dari pagi hingga malam mamah bekerja keras demi kita sayang.... "


"Kamu sendiri lihat bagaimana mamah berjuang demi kita sayang..... Jadi mamah mohon nak. Mengertilah dengan keadaan." Kata mamah yang duduk didepan ku kembali memohon akan pengertian ku malam ini. Lalu kembali menangis.






Sikap mamah kali ini jauh berbeda dengan sikapnya yang beberapa tahun lalu marah besar dan memukuli ku akibat bolos sekolah.




Namun kali ini, saatnya aku berusaha menyadarkan kesalahan mamah yang sepertinya berulang kali ia lakukan. Mungkin karna disakiti Papah, terlebih lagi papah mengajaknya berpisah.






"Aku coba mengerti mah aku coba paham keadaan kita, saat ini aku rasa aku sudah pulih." Saat itu mamah mendengarkan setiap kata kata dari mulut ku dengan baik.


"Namun seperti ku bilang tadi mah, aku sudah ingat dan aku sudah tau semuanya." Kata ku lirih dan selembut mungkin agar mamah tak terluka.






Namun nyatanya ia menatap ku, sambil menagis sedih.






"Mah, andaikan keberadaan ku memberatkan mamah apalagi membuat malu mamah dengan kondisi Fisik ku seperti ini. Aku rela mah pulang kembali ke kakek dan Nenek." Mamah pun langsung memeluk tubuhku, himpitan payudara mamah terasa lembut.






Namun saat itu sama sekali tak ada nafsu pada ku, tetapi yang ada perasaan seorang Ibu yang ketakutan kehilangan satu satunya anak Laki lakinya yang Tumbuh remaja.






"Siapa yang bilang gitu nak siapa???" Mamah lirih dan sedih.


"Aku ini Ibu mu, aku ini mamah mu!!!! Ga ada satu pun di dunia ini seorang Ibu yang malu dengan kondisi fisik anaknya nak. Apalagi menjadi beban ibunya..... " Kata mamah sambil memeluk erat tubuh ku.






Tubuh mamah terasa putih mulus malam itu namun berbeda dengan ku yang hitam kecoklatan akibat sering kepanasan bermain bola.






"Liat mamah sayang!!!!" Kedua tangannya memegangi kepala ku menatap matanya


"satu satunya mamah lah yang tau persis bagaimana sakitnya melahirkan kamu ke dunia ini. JANGAN PERNAH RAGUKAN KASIH SAYANG MAMAH Kepadamu NAK." Sambil mata kami bertatapan, mamah sampaikan semuanya tanpa rasa Ragu. Kata kata mamah membuat ku merasa bersalah kepadanya.






Namun ku rasa ini lah waktu yang tepat membicarakan tentang Semua AIB nya yang terjadi belakangan ini.






"Mamah yakin kalau aku ini Anak mamah? Mamah yakin masih anggap aku ini satu satunya anak kesayangan mamah." Tanya ku kepadanya. Sambil menurunkan kedua tangannya dari kepala ku lalu menggenggam kedua tangannya.


"Katakan apa yang harus mamah lakukan nak, agar kamu yakin mamah ini adalah mamah mu sayang....?? " Sambil menatap ku mengiba.






Ku keluarkan ponsel ku lalu ku perlihatkan Foto dan beberapa Video mamah tempo hari. Mulai saat mamah bersenang senang di cafe, hingga saat foto fotonya bersama Reina dan Tina sore tadi.






"Bisa mamah jelasin tentang itu semua mah?? Andai mamah bisa menjelaskan itu semua kepada ku malam ini, lebih baik kita segera kabarkan Pak Saepi, Pak Tony dan Bu Indah. Mereka telah menunggu terlalu lama pembicaraan kita." Mamah pun menyeka air matanya kiri dan kanan. Lalu menghela nafas cukup dalam.


"Yuk, kita kabarin dulu mereka. Ga enak udah malam nungguin kita sayang." Ajak mamah sambil menggandeng ku keluar rumah kearah kantin.






Kami berdua pun kompak menjelaskan bahwa telah terjadi salah paham antara kami berdua, sehingga aku mengunci diri dalam kamar membuat mamah histeris beberapa belas menit yang lalu.






"Kak kalau ada apa apa kabarin kita janji ya.... Al jaga mamah mu lho, masa iya kamu tega buat mamah mu yang cantik ini jadi nangis sedih kayak gini...... " Kata Bu indah


"Ya udah, kasih kesempatan Albert dan mamahnya selesaikan salah paham ini. Lagi pula kita udah siap jaga rahasia ini." Kata pak Tony yang tak mau kalah mesra dengan mamah yang sedari tadi menggelayut manja kepada ku.


"Makasi banget udah care ma kita, bener aku takut banget anak bujang ku ini bener bener marah tadi hihihi...... " Kata mamah yang kembali ceria sambil memeluk ku.






Setelah Pak Saepi terlebih dahulu berpamitan, giliran Bu Indah dan Pak Tony suaminya pamit pulang kepada kami berdua melaui pintu dapur.




Malam itu, rupanya Pak Saepi lah yang berinisiatif menelfon Pak Tony. Karna ia cukup terkejut setelah pulang menolong warga Lahiran .




Beliau mendengar suara mamah Histeris memanggil nama ku di dalam rumah. Dengan sigap Pak Tony dan istrinya Bu Indah datang kerumah.




Lalu Bu Indah yang membujuk mamah agar membuka pintu rumah agar bisa Suaminya membujuk ku menyelesaikan masalah ini secara baik baik.




Malam itu meski terlihat lelah, mamah dandan cantik sekali untuk ku.






"Sini sayang, jangan malu malu.... Mamah mau cerita dan akui kesalahan fatal mamah sama kamu sejak beberapa minggu lalu." Ajak mamah kedalam kamarnya. Yang saat itu mamah duduk diranjang dan memanggil ku agar naik ke atas Ranjang kamarnya.


"Setelah mamah ceritakan semuanya dan mama bocorin rencana mamah selanjutnya sama kamu, terserah kamu mau benci sama mamah atau mau Bangga dengan mamah mu yang cantik ini sayang...... Mamah akan Terima keputusan kamu dengan lapang dada" Katanya manja dan penuh keyakinan meyakinkan ku malam itu.








************








Berbagai expresi mamah malam itu ku rasakan saat mendengar semua penjelasan mamah malam itu. Aku yang hampir selama setengah jam lebih medengarkan cerita awal mamah kasmaran dengan Damar hingga mempunyai rencana sendiri demi kebaikan aku dan keluarga ku, hanya bisa terdiam.




Tak ada keraguan dan sesuatu hal bisa ku Bantahkan saat Mamah menjelaskan rentetan cerita yang mamah alami malam itu.




Sampai akhirnya malam itu aku tidur bersama mamah saling berpelukan, sama sekali tak ada nafsu, sama sekali tak ada pikiran pikiran nakal terlintas saat aku dan mamah berpelukan diranjang yang sama malam itu.




Malam itu kami berdua saling menguatkan melawan nasib malang keluarga kami, saling menenangkan dalam menghadapi masalah, saling memaafkan atas kesalahan dan kehilafan kami berdua. Bahkan ikatan antara Mamah ku yang cantik bersama aku Putra nya yang Dekil semakin kuat.




Hingga kami berdua tidur berpelukan saling melindungi diatas satu Ranjang dan selimut didinginnya malam kota Bandung.






"Naaak..... Bangun sayang..... Udah saatnya kita hadapi tantangan hari ini sayang..... " Kata mamah pagi itu setelah mengecup kening ku sambil mengedipkan matanya indahnya dengan centil kepada ku.






Ku sambut hari Jumat pagi saat itu penuh percaya diri, sambil membicarakan rencana selanjutnya pagi itu bersama mamah dan membantunya mempersiapkan kantin sekolah. Kali ini tanpa ragu dan penuh semangat ku jalani aktifitas ku dengan Bangga sebagai Putra Anjani Prameswari yang berperan sebagai pelajar, mulai menata masa depan yang lebih baik.




Lebih dari itu mamah juga sudah terang terangan tentang rencana selanjutnya, yang berarti Tugas ku saat ini Melindungi mamah dan Percaya dengan Rencananya saat ini kepada "mereka" Sambil menunggu dan berharap Papah sadar.




Bahwa kamilah keluarganya yang selalu menanti beliau PULANG.

Posting Komentar

0 Komentar