ADIK IPARKU PART 7

 


banyak cucian baju dan cucian piring. Paling baru bisa ngajak Mbak Danilla pergi nanti sore.”


“Jalan-jalan? Aku harus ngajak Mbak Danilla jalan kemana, Mas?” tanya Dharma yang sepertinya juga tidak punya ide mau mengajakku kemana.


“Iyaa ajak jalan ke sawah, kasih tau kalo kita punya




sawah juga. Mbak Danilla jarang ngeliat sawah, empang, dan perkebunan. Yaa pokoknya ajaklah Mbak Danilla ke sana. Kasian kalo diam saja di rumah,” jawab Andra memberikan saran.


“Yowes, tak ajak jalan-jalan ke sawah. Ayoo Mbak Danilla kita main ke sawah. Pakai pakaian yang agak tertutup, biar kulitnya gak gosong kena




panas,” ajaknya yang kemudian aku turuti saja, hahaha.


Sebenarnya Dharma ini orangnya gak dingin-dingin banget kalo sama keluarga sendiri. Tapi Andra sering cerita, Dharma itu sering gak ramah kalo bukan sama saudaranya. Andra menceritakan hal itu, hanya




untuk jaga-jaga supaya aku tidak tersinggung.


Khawatir saat aku ke sana, ternyata Dharma malah gak mau aku ajak ngobrol sama sekali. Tapi ternyata Dharma itu yaa cair dan asyik banget orangnya. Iyaa mungkin dia gak enak juga, kalo nunjukin sifat pendiamnya sama aku.


Dharma saat itu berganti pakaian, dia menggunakan




kaos, kemeja santai, dan celana pendek selutut bawah. Sementara aku karena bingung mau pakai baju apa, akhirnya gak ganti baju sama sekali. Iyaa aku bingung costume untuk ke sawah itu seperti apa.


Dharma menyalakan motornya, dan aku naik ke motor dibonceng olehnya. “Emang sawahnya jauh, Ma?




Kok kita perginya pakai


motor?” Dharma.


“Enggak


sengaja


Takutnya


pengen diajak jalan-jalan ke tempat lain.” Yang sebenarnya lebih gak habis pikir lagi, Dharma mengajakku ke sawah dengan menaiki motor CBR 250.


tanyaku kepada


jauh, tapi aku bawa motor. Mbak Danilla




Ini kaya motor cowo-cowo fuckboy di Jakarta. Tapi yaa karena aku akan menjadi anggota keluarga baru di sini, jadi aku memilih untuk diam dan ikutin kemauan Dharma saja. Dan setelahnya, Dharma tancap gas motornya menuju ke sawah.


Iyaa perjalanan gak sampai 3 menit, dan kami sudah sampai di sawah.




Sesampainya di sana, ada banyak teman-temannya Dharma yang lagi nongkrong. “Wooyyy, Dharma! Lu bawa cewe siapa itu cantik bener? Lu punya cewe baru lagi? Indri mau lu kemanain?”


Dharma saat itu berhenti sebentar menyapa temen- temennya. “Kagak broo! Ini calon istrinya abang gua, gua cuma disuruh ajak jalan-jalan




aja. Seneng bener gua kalo punya cewe kaya gini mah, hahaha.”


 Mendengar perkataan Dharma, aku seketika merasa tersipu malu. Dharma senang banget kalo punya pacar kaya aku? Benarkah seperti itu? Atau dia hanya basa basi saja




dengan teman-teman di sekitar rumahnya itu?


“Ohhh, itu berarti kakak ipar lu dong bro? Calon istrinya Mas Andra? Cakep yaa? Iyaudah lu ajak keliling dulu aja. Nanti mampir ke sini yaa, Ma. Yang kemarin masih belum kelar loh!” jawab teman Dharma itu. Iyaa aku gak kenal nama dia siapa.




Dharma mengangguk dan mengacungkan jari jempolnya. “Wookeh siaap! Nanti sorean paling gua mampir ke sini. Permisi dulu gua yaa.” Dharma langsung tancap gas lagi meninggalkan teman-temannya itu.


Mendengar perbincangan Dharma dengan teman- temannya barusan. Aku pun bertanya, “Ma—Maksud dari




omongan kamu tadi apa? Kok kamu ngomongnya kaya gitu sih ke temen kamu? Gak enak loh kalo di denger tetangga rumah kamu.”


“Ohh? Hahaha itu bercanda aja kok Mbak. Biasalah, orang-orang di sini juga pada tau kok. Kalo aku itu meskipun pendiem, tapi kalo udah sama sahabat- sahabatku. Yaa aku seneng




guyon dan bercanda,” kelahnya yang mengatakan itu hanya candaan.


Sejujurnya, hatiku merasa senang jika itu bukan candaan. Tapi entah kenapa aku merasa, perkataan Dharma kepada temannya tadi bukanlah bercanda. Dia hanya mengelak saja ke aku, karena dia merasa gak enak sama aku.




Aku pun menjawab, “Iyaudah kalo memang mereka tau kamu cuma bercanda. Soalnya kan tadi lokasi mereka gak jauh dari rumah kamu. Takutnya ada tetangga yang dengar, dan salah paham sama omongan kamu barusan.”


“I-Iyaa aku minta maaf ya, Mbak. Aku gak akan ngulangin perbuatanku lagi.




Maaf, jika perkataanku membuat Mbak Danilla gak nyaman,” ungkapnya yang langsung meminta maaf kepadaku. Dia ternyata masih memiliki sopan santun yang baik, sama seperti Andra.


Aku seketika tersenyum, ketika mendengar kerendahan hati Dharma. “Iyaa, gak masalah kok. Kamu mirip sama Andra, sama-




sama tukang bercanda. Kalian berdua memang memiliki banyak kemiripan. Ohh iyaa, kamu mau ngajak aku ke mana sekarang?”


“Aku mau ngajak Mbak ke Taman Balai Kemambang. Jaraknya gak terlalu jauh dari sini. Di dekat rumah sini banyak tempat wisata. Tapi jangan bilang ke Mas Andra kalo aku bawa ke sini yaa.




Soalnya tempatnya terbilang jauh,” jawab Dharma menjelaskan tujuannya.


Aku pun mengangguk dan menuruti perkataan Dharma. “Iyaa, aku gak akan bilang Mas Andra. Yang penting jangan terlalu jauh, dan jangan terlalu lama di sananya.”


“Siaap Mbak!” Padahal tadi Dharma bilang ingin




membawaku ke sawah. Tapi, aku melihat sawahnya sudah kelewat. Bahkan kami sekarang sudah berada di jalan raya. Iyaudahlah, aku ikutin aja Dharma mau bawa aku ke mana.


Sesampainya di tempat wisata tujuan, tepatnya di Taman Balai Kemambang. Aku melihat danau kecil, yang dikeliling jalan seperti jogging




track. Terdapat beberapa air mancur di tengah danau itu. Dan terdapat banyak pasangan yang mengunjungi tempat ini.


“Kamu ngajak aku ke sini?” tanyaku kepada Dharma.


“Iyaa, tempat ini enak buat sekedar main dan lihat-lihat. Kan Mas Andra minta ke aku buat ngajak Mbak Danilla jalan-jalan aja kan? Mbak




Danilla gak suka kah?” tanyanya yang menatapku dengan tatapan khawatir.


Aku melemparkan senyuman dan sejujurnya aku merasa senang. “Aku suka tempat ini kok. Aku bahkan gak nyangka, di Purwokerto ada taman indah seperti ini. Kamu sering ngajak pacar kamu ke sini kah?

Posting Komentar

0 Komentar