Ranjang Yang Ternoda berkutat seputar pengalaman tragis kakak beradik yang harus berhadapan dengan pria-pria tua haus seks yang mengincar kemolekan tubuh mereka, sementara mereka sendiri sudah memiliki status sebagai istri dan ibu muda. Dina si anak pertama yang harus berhadapan dengan pimpinan suaminya di kantor, Alya si anak tengah yang harus berhadapan dengan preman kampung tetangganya, dan Lidya si bungsu yang harus berhadapan dengan mertuanya sendiri. Selain ketiga wanita jelita tersebut, ada pula Anissa calon adik ipar Alya yang juga menghadapi masalah yang sama.
Cerita ini adalah karya fiksi. Semua karakter, tempat, dan peristiwa yang termuat di dalamnya bukanlah tokoh, lokasi, dan kejadian nyata. Kemiripan akan penamaan, perilaku, penggambaran ataupun kejadian yang terdapat dalam cerita ini murni ketidaksengajaan dan hanya kebetulan belaka. Saya tidak menganjurkan dan atau mendukung seandainya terdapat aktivitas negatif seperti yang mungkin diceritakan.
Mudah-mudahan berkenan.
Selamat menikmati, sobat ambyar.
KARAKTER UTAMA
“Dasar tua bangka bejat!” maki lidya Safitri saat Bejo Suharso melangkah keluar dari gerbang rumah.
Alya arumsari erkejut dan melotot ke arah adiknya dengan pandangan marah, sesekali ia melirik ke arah depan dan berharap orang tua itu tidak mendengar makian yang baru saja dilontarkan sang adik. Untung saja Pak Bejo sudah melangkah jauh sehingga ia bisa menghela nafas lega.
“Heh! Ngawur! Jangan keras-keras! Ngatain orang kok seenaknya sendiri! Pas ada orangnya lagi! Kalau dia denger gimana coba?” hardik Alya.
Di mata Alya, Pak Bejo dan istrinya adalah tetangga yang baik, mereka gemar membantu orang lain dan sangat ramah walaupun hidup mereka bisa dibilang agak kekurangan. Ia dan istrinya, Entin atau biasa dipanggil Bu Bejo, adalah tetangga dekat keluarga Alya – barangkali bahkan yang paling dekat. Sejak Alya, suami, dan anaknya pindah ke kawasan pemukiman ini Pak Bejo dan istrinya yang merupakan penduduk asli tidak pernah jera memberikan bantuan. Bahkan ketika Alya atau suaminya sedang disibukkan dengan pekerjaan, Pak Bejo dan istrinya membantu menjaga opi putri mungil mereka dengan lapang hati.
Lidya adalah adik Alya yang kebetulan semalam menginap di rumah Alya. Berbeda dengan Alya yang menaruh simpati pada Pak Bejo, Lidya sudah tidak suka dengan pria tua itu sejak pertama kali bertemu dengannya. Kali ini pun ia menyuarakan ketidaksukaannya dengan jujur.
“Halah, orang seperti itu, Mbak. Biarin aja kalau dia denger. Habis dia nggak tau diri sih,” tukas Lidya memberikan alasan. Bibirnya mencibir, walaupun maksud hati ingin meledek tapi gestur itu justru membuat wajahnya terlihat sangat manis. “Tahu nggak, sewaktu Mbak Alya tadi membungkuk mau mengambil mainannya Opi yang jatuh? Matanya jelalatan, Mbak! Berani-beraninya dia ngeliatin ke belahan dada Mbak Alya. Nggak sopan banget! Dia sadar aku liatin, jadi aku pelototin aja! Eh, udah gitu bukannya malu atau memalingkan wajah, dia malah menjilat bibirnya sendiri, pura-pura nggak ngelihat aku! Mesum banget! Itu kan nggak sopan namanya!”
Lidya berhenti sebentar, menatap kakaknya yang molek dengan pandangan serius. “Serius, aku jadi takut, Mbak. Jangan-jangan Pak Bejo naksir Mbak Alya? Pengen ngelonin?”
Alya hampir tersedak mendengar kalimat yang keluar dari bibir mungil sang adik. Si cantik itu diam sebentar, menatap Lidya tak percaya karena adiknya itu baru saja meracau seperti senapan mesin. ia menatap adiknya dengan pandangan serius, lalu tertawa terpingkal-pingkal.
Lidya yang awalnya memasang wajah serius akhirnya juga ikut tertawa ketika sadar tuduhannya mungkin sudah terlalu berlebihan. Alya bukannya ingin membela Pak Bejo atau berpihak kepada adiknya sendiri, tapi si cantik berjanji dalam hati di lain kesempatan akan lebih hati-hati berpakaian saat tetangganya itu datang berkunjung. Kalau sudah mengurus Opi, dia memang sering teledor memperhatikan pakaiannya sendiri, seringkali lupa kalau ada lawan jenis di ruangan.
“Hush! Kamu itu… jangan ngawur ah. Kalau yang seperti tadi kan jelas-jelas kesalahan Mbak, bukan Pak Bejo. Mbak tadi lupa bagian atas baju yang dipakai agak longgar, jadi kalau membungkuk bisa kelihatan…” kata Alya mencoba meredamkan emosi Lidya sambil membenahi baju yang ia kenakan.
“Iya juga sih, Mbak. Tapi kalau orangnya sopan kan sudah memalingkan wajah, bukannya malah menikmati! Dasar dia otaknya kotor! Tapi, ya sudahlah…” Lidya mengangkat bahu tanda ia tidak akan mempermasalahkan lagi perkara tadi, tapi sejenak kemudian si manis itu memukul pundak kakaknya pelan. “Makanya lain kali kalau pakai baju yang bener. Udah tahu itu gendolan seksi banget pake dipamerin.”
Alya tertawa.
Dalam hati Lidya sadar dia juga tidak bisa menyalahkan Pak Bejo begitu saja. Jangankan pria tua itu, semua laki-laki normal pasti tidak akan menolak disodori tubuh molek milik Mbak Alya! Kakak Lidya itu memiliki tubuh yang seksi bak gitar spanyol dan memiliki kecantikan luar dalam bagaikan bidadari. Ditambah perilaku yang sangat lembut dan ramah, makin lengkaplah kesempurnaan Alya yang bagaikan dewi khayangan turun ke bumi.
Rambut panjang indah, tubuh ramping yang jauh lebih indah lekukannya dibandingkan Sirkuit Sentul, kulit putih mulus, mata indah, bibir mengundang, pantat membulat kencang dan buah dada yang luar biasa ranum menggiurkan meskipun sudah memiliki satu orang anak.
Ya, dengan kemolekannya itu, semua orang berpikiran kotor pasti punya pandangan mesum pada sang kakak. Pak Bejo hanyalah satu dari segelintir orang yang beruntung bisa menikmati keindahan Alya dari jarak dekat, yang hanya bisa memandang dari jarak jauh lebih banyak.
Lidya sendiri sebenarnya juga sangat cantik. Tubuhnya tidak kalah indah, walaupun kalau dibanding Alya yang memiliki ukuran dada besar, Lidya berukuran lebih kecil meski tetap seksi dan aduhai. Kecantikan keluarga mereka memang sudah terkenal. Kadang banyak laki-laki di kampung sekitar berkumpul hanya untuk mengobrol tanpa arah di depan rumah keluarga Alya kalau ketiga kakak beradik Dina, Alya dan Lidya sudah berkumpul. Alasannya? Demi bisa menikmati keindahan dan kecantikan mereka bertiga.
Tapi... kisah ini bukanlah kisah yang akan berlangsung dengan indah.
Kisah ini adalah awal cerita tentang kejatuhan ketiga kakak beradik itu ke dalam lembah yang kelam. Yang akan mengubah kehidupan mereka selama-lamanya. Inilah awal kejatuhan mereka ke dalam lingkaran nista ranjang yang ternoda
0 Komentar