KULI BANGUNAN PART 1



Namaku Katnia, saat itu usiaku 18 tahun dan aku baru saja lulus dari SMU. Aku memang belum pernah menceritakan detail diriku. Nama lengkapku Lavenia, ya aku memang lahir dari darah campuran, papi-ku orang Indonesia dan mami-ku dari swedia. Aku lahir di Swedia, ketika ayahku bekerja sebagai duta Indonesia disana. Aku bisa dibilang memilki wajah indo, paling jelas terlihat di hidungku yang mancung, b!b!r tipis menghiasi mu|u+ku dan tulang pipiku yang dibilang paling menarik oleh teman-temanku serta rambut yang panjang lurus sepunggung. Selain rajin merawat wajah, aku juga selalu merawat tvbvhku, aku suka sekali fitness di gym, atau sekedar jogging pagi-pagi setiap hari minggu. Hal itu membuat tvbvhku langsing dan terawat, selain tentunya aku juga diet.




Aku m3mutuskan untuk melanjutkan studi-ku ke Australia, Namun tahun pelajaran di Australia belum dimulai, aku terpaksa menunggu sekitar 2 bulan sebelum aku berangkat kesana. Jadilah aku menganggur di rumah sambil menunggu saat itu tiba.


Saat ini Di rumahku sedang ada renovasi, Papi ingin membuat dua bu4h kamar lagi di lantai atas yang diperuntukkan sebagai kamar tamu, letaknya b3r$eb3l4h4n dengan kamarku. Oh iya, aku adalah anak tunggal, saat itu papi-ku sedang berdinas keluar negeri, yaitu ke swedia, dan mami ikut kesana untuk mengunjungi saudara-saudaranya yang tinggal disana, sebenarnya aku ditawari ikut, tapi aku menolak karena malas, entah kenapa aku ingin sekali m3n!km4t! waktu-waktu ku di rumah sebelum aku berangkat ke Australia. Di rumah aku tidak sendirian, ada seorang pembantu wanita yang telah lama bekerja di rumahku, mbak Siti, dan 5 orang kuli bangunan yang bekerja merenovasi rumahku. Sebenarnya ada juga supir dan tukang kebun yang juga bekerja di rumahku, namun mereka berdua sedang pulang kampung.


5 orang kuli bangunan itu ramah terhadapku, aku pun mengenal mereka dengan baik karena mereka sudah 3 hari bekerja di rumahku. Si pemimpin namanya pak Hasan, pria 40 tahunan dengan badan besar dan agak gendut dan kulit hitam serta kumis tebal di bawah hidungnya. Ada juga si Asep pemuda 30 tahunan berbadan ceking, tiga lainnya Udin, Jamal, dan Ronny yang berusia sekitar 20 tahunan. Mereka semuanya ramah dan rajin sekali d4l4m bekerja, namun aku tidak menyadari pikiran-pikiran kotor dibalik keramahan mereka.


Pagi itu Mbak Siti meminta izin padaku untuk mengunjungi keponakannya yang sakit k3r4$ di Cirebon, dan katanya ia akan pulang selambatnya keesokan harinya. Sebenarnya aku agak ragu memberikan izin itu padanya, namun wajahnya yang memelas membuatku tak tega, akhirnya ia pun berangkat pagi itu juga. tinggallah aku sendiri bersama 5 orang kui bangunan itu di rumah, tidak apalah pikirku aku cukup berani di tinggal sendirian aku kan sudah bvk4n anak kecil lagi.


Saat itu sekitar jam 9 pagi dan aku sedang bermain basket di halaman belakang rumahku. setelah agak lelah aku beristirahat di teras belakang rumahku. Kudengar pak Hasan memanggilku.


“Non, non Nia…”


“Iya ada apa pak?” jawabku


“Ini non, kami mau istirahat sebentar sambil nonton-nonton VCD di ruang keluarga boleh?”


“Oh iya ngga apa-apa pak…hidupin aja”


“Baik, terima kasih non” pak Hasan pun menghilang dari pandanganku.


Aku pun segera naik ke kamarku untuk m4nd! kemudian tidur siang. Sayup-sayup kudengar irama musik dangdut mengalun dari ruang keluarga. Pasti dari CD yang diputar pak Hasan dan yang lain pikirku, dasar orang-orang kampung.


Jam 12-an siang aku terbangun. Entah kenapa perasaanku agak gundah, setelah mencuci muka aku beranjak ke CD playerku, aku ingin sekali mendengarkan artis favoritku Norah Jones. Aku pun terlarut di kamarku terbuai oleh lagu-lagu favoritku.


Entah kenapa aku teringat sesuatu, yaitu VCD hasil rekaman handy cam-ku bersama sahabat-sahabatku ketika aku mengerjai adik kelasku Sherry di sekolah tidak terdapat d4l4m tumpukan koleksi CD-ku. Akupun terkejut, ini memang kebodohanku sendiri yang suka menaruh barang-barang penting seasalnya saja. Hatiku mulai gundah, bagaimana kalau mami-ku atau papi-ku menemukannya.

Posting Komentar

0 Komentar