Namun aku mulai berpikir mungkin mbak Siti yang suka membereskan kamarku yang memindahkannya, aku akan segera menelponnya, namun sebelum aku beranjak ke pesawat telepon aku mendengar ketukan pada pintu kamarku.
“Siapa ?” tanyaku.
“Pak Hasan non Nia” jawab suara dari balik pintu, aku pun bergegas membvk4nya.
Pak Hasan dan teman-temannya berdiri di depan pintu kamarku sambil menyeringaikan senyum. Aku pun merasakan hal yang tidak beres terjadi, hatiku berdegup kencang.
“Ada apa pak ?” tanyaku.
“He..he..enggak non, barusan kami liat film yang non buat…” wajah pak Hasan menyeringai.
“Iya, yang ada tulisan ‘Sherry’nya di kotaknya itu loh non…” Ronny menambahkan sambil tersenyum mengerikan.
“Iya, non disitu bagus banget loh mainnya…kita sampe…sampe ngaceng Non he..he…” Pak Hasan menambahkan lagi.
Sekejap jantungku berdegup kencang, ternyata VCD itu mereka yang temukan. Habislah aku.
“Bapak dapat itu dari kamar saya kan ? kenapa bapak masuk-masuk kamar saya tanpa izin ?!!” aku mulai marah.
“Tenang Non, non ngga mau kan sampe papa dan mama non tau CD ini ?” Pak Hasan mengernyitkan dahinya.
“Jangan macam-macam ya pak, saya bisa lapor polisi !!” aku mengancam.
“Kalo non lapor polisi, bvk4nnya non yang malah rugi, gini deh Non, non kasih aja maunya kita…” Pak Hasan berusaha menyudutkan aku.
“Ok, bapak mau uang berapa, sebut saja, nanti saya ambil dulu di ATM…”
“Bvk4n, bvk4n uang non…” Pak Hasan memotong pembicaraanku.
“Tapi….” wajahnya kembali menyeringai lalu berbisik padaku.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah, mereka ingin sekali m3n!km4t! tvbvh remajaku yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Aku pun tidak bisa menghindar lagi, aku rela mereka m3n!km4t! tvbvhku ketimbang mereka melaporkan ini pada mami dan papi, saat itu aku tidak bisa berpikir panjang, kemauan mereka kuturuti.
Aku pun menelepon Sherry yang saat itu masih b3r$ekolah di kelas 2 sebagai perjanjian dengan 5 kuli mesum yang juga ingin m3n!km4t! tvbvh mulus Sherry. Aku terpaksa berbohong padanya bahwa aku ingin mengajaknya pergi shopping sorenya, makanya sepulang sekolah aku menyuruhnya langsung ke rumahku.
Kini aku berbaring diatas tempat tidurku mengen4kan kaos tanpa lengan dengan c3l4n4 pendek ketat. 5 kuli-kuli mesum itu pun mulai melaksanakan aksi mereka. tak henti-hentinya mereka mengagumi tvbvhku sambil tangan-tangan mereka merambah bagian-bagian sensitif dari tvbvhku.
“Non Nia emang punya body yang bagus he..he…berapa umurnya non ?” tanya Asep.
“De…delapan belas…” jawabku.
Hatiku berdebar ketika tangan-tangan itu membelai p4h4 dan betisku dengan lembut. Perasaan takut dan jijik bergejolak di hatiku menghadapi p3rk0$4an 5 kuli k4$ar ini yang sedang mengerubungi tvbvhku.
“Memang beda ya sep, ABG gedongan sama perek kampung…” Jamal berkata.
“ya iyalah, Bego lo mal, ini kan non Nia pasti beda lah rasanya, jauh lebih terawat, ya kan non ?” Asep tersenyum padaku.
Perlahan pak Hasan melucuti kaos tanpa lenganku, sementara Asep dan Jamal masih sama membelai-belai sambil m3nc!umi p4h4 putihku, mereka terbuai oleh kemulusannya. Setelah melucuti kaos ku pak Hasan sentak membvk4 BH putihku, membiarkan udara dingin AC mey3ntuh kulit p4yud4r4ku yang berukuran 34B.
“he…he…T0k3tnya oke juga non, bapak udah pernah nger4$ain yang lebih gede dari ini, tapi ngga yang semulus dan seindah punya non he…he…” Pak Hasan kulihat terpesona dengan keindahan p4yud4r4ku. p4yud4r4ku memang tidak besar tapi karena aku sering berolah raga bentuknya kencang dan padat, dengan kulit putih yang selalu kurawat dan pu+!ng kemerahan.
5 kuli mengerubutiku diatas tempat tidurku yang kecil, membuatnya jadi sesak, sehingga aku sulit bernafas, aku mer0n+4-r0n+4 tapi Udin meraih kedua tanganku ke atas lalu mengikatnya dengan ikat pinggang yang ia pakai ke ujung r4nj4n9 sehingga aku pun semakin member0ntak.
“Cukup pak, cukup…atau saya teriak…”
0 Komentar