CEMBURU PART 7

 

Hari senin selsai kegiatan belajar mengajar aku kembali kedapur kantin sekolah, ucapan menyemangati ku agar bisa pulih berdatangan dari rekan rekan sekelas maupun yang menonton pertandingan secara langsung sabtu kemarin.




Beberapa guru serta wali kelas juga turut prihatin serta berharap aku lekas pulih sebelum Sabtu depan mengikuti babak penyisihan.




Aku hanya tersenyum, tak bisa mengatakan apapun. Hingga Pram serta Asep mendukung ku dari jauh lewat pesan. Mereka mungkin paham bagaimana perasaan ku sesungguhnya. Atau mungkin ditekan oleh Kakak kelas ku sendiri, mengingat betapa Arogannya Vinay dan Anji.




Seperti biasa senin siang aku langsung kembali membersihkan piring kotor rekan rekan, siswa dan dewan guru saat makan siang. Mamah juga terlihat bersemangat melayani mereka semua, kami sama sekali tak terganggu dengan pamitnya ayah kembali ke Jakarta.




Setelah selesai aku makan siang, mengerjakan tugas rumah dari sekolah lalu istirahat karna efek ngantuk dari obat dokter. Hingga saat sore hari aku sadar........ Saat itu aku baru tau waktunya jam anak anak tim bola selesai latihan.




Badan ku terasa lebih baik dan enteng, hanya sedikit kepala saja masih terasa pusing. Aku berjalan memutar kantin, entah mengapa lagi lagi aku penasaran dengan pembicaraan Mamah dengan teman teman ku.




Ternyata benar!!!!!!




Aku mengintip, tepatnya sore itu aku mengintip dari spot jendela perpustakaan yang sudah cukup gelap dan sepi bila dilihat dari luar. Sedangkan dari dalam, bisa melihat jelas keluar karna kaca gelap jedela perpustakaan di design tidak mengganggu orang yang melihat dari luar.




Mereka ber 4 duduk dimeja Kantin yang mana spot nya andai aku berjalan dari rumah atau dapur, mamah bisa dengan cepat berdiri dan menjauhi mereka begitu pun sebaliknya.




Layaknya para lelaki yang berebut mendapatkan perhatian mamah yang sedang menulis rekapan hasil penjualan. Mamah duduk berhadapan dengan Damar dan Lingga didepannya yang saat itu memainkan Ponselnya sambil sesekali memandangi kecantikan mamah dari dekat.




Vinay selalu paling agresif di antara teman teman ku mengambil duduk di samping mamah saat itu. Sesekali mereka tersenyum, sesekali mereka tertawa, ada juga mamah seperti menyampaikan sesuatu menereka bertiga terlihat mendengarkan dengan serius.




Apapun yang terjadi dan pembicaraan mereka disana mereka disana, expresi wajah mamah bagaikan seperti seorang wanita cantik yang dipuja 3 lelaki sekaligus.




Terlihat mamah juga sangat menikmatinya. Apalagi mereka bertiga telah terlihat segar setelah mandi serta hanya mengenakan celana bola pendek memamerkan paha paha kekar serta berbulu dihadapan mamah.




Suasana terlihat semakin ramai saat Bu Indah bersama Anji yang entah dari mana bersama mereka. Mereka berdua sesekali mengarahkan wajah mereka kearah rumah maupun lapangan, sepertinya mereka was was pak Tony suami bu indah serta aku maupun keamanan melihat keberadaan mereka.




Mereka berenam sepintas bagai sekumpulan remaja kuliahan biasa, namun andai diamati lebih teliti ada beberapa gerakan tangan dari kakak kelas ku yang menggoda mamah maupun Bu Indah.




Hingga akhirnya, pak Tony datang dan diketahui oleh Anji dan Sugeng yang posisi duduknya mengawasi kearah Luar Kantin sekolah.




Aku merasa lega, saat rupanya mereka berpamitan pulang setelah Bu Indah sedikit menjauh dari mereka ber 5. Mamah juga berpura pura menyimpan buku rekap catatan di meja Kantin.




Aku bisa menangkap bahwa kedekatan mereka benar benar terjalin, kedekatan yang lebih dari sekedar ibu langganan kantin. Lebih tepatnya sebuah hubungan seperti asmara terlarang.




Aku berfikir bagaimana cara membuat mamah menjauh dari mereka, terlebih lagi sikap ayah yang sepertinya lebih memilih wanita idamannya dijakarta.






"Lho!!!! Nak..... Mamah kira kamu masih Istirahat?? " Kata mamah kaget yang sedang merapihkan meja tempat biasa ia berjualan.


"Baru bangun kok mah, aku tadi lupa dikelas ketinggalan buku." Sambil menatap mamah yang baru kusadari, melepas jacket Caridgannya. Sehingga menampilkan kedua payudaranya menonjol lebih menggairahkan. Pantas saja Lingga dan Damar betah.


"Kalau gitu mamah mau mandi dulu, gerah seharian melayani temen dan guru guru kamu hihihi...... " Dengan cepat mamah masuk kerumah, membawa beberapa bungkusan. Yang malam ku ketahui itu adalah BAJU BARU!!!!!!!!






Saat malam tiba, terdengar mamah berbicara melalui sambungan telfon yang entah dengan siapa ia berbicara. Lagi lagi konflik batin ku melanda, aku bingung apa yang harus ku lakukan.




Hingga ku putuskan untuk minum obat setelah makan malam, namun sialnya, salah satu obat yang ku minum menyebabkan rasa ngantuk!!!!!!




Saat ku terbangun, mamah menyelimuti ku dan memberiku Bantal karna saat itu aku terbangun pagi hari tertidur di ruang TV keluarga. Depan pintu kamar orang tua ku.








*******








Hari berganti, waktu berlalu, mereka semakin solid saat latihan maupun dari segi kebersamaan. Seiring dengan berjalan waktu, mau tak mau aku menjawab tegur sapa mereka. Kak Reina sepertinya kecewa dengan keputusan ku mundur dari tim, hanya saja diam diam aku tetap berlatih menendang bola seperti latihan David Beckham.




Berkat bantuan Asep dan Pram, aku memiliki beberapa bola untuk berlatih sendiri. Dengan menggantung Ban bekas di lapangan tanah belakang parikiran sekolah, setelah memastikan mamah tak berbuat macam macam sore hari setelah mereka pulang latihan aku berlatih menendang bola sendiri disana.




Dengan Target, memasukkan bola dengan tendangan keras ke lubang tengah Ban bekas!!!!!




Lalu mandi memastikan semua terkunci dan berIstirahat. Mamah sendiri terlihat jarang bertelfon ria seperti hari senin, selain sibuk dengan membantu Bu Indah merekap nilai. Mamah sepertinya sangat berhati hati bergaul dengan "para pemujanya" Di hadapan ku.




Hingga saat...............






"Hmm gmana yaaa.....???? Aku rugi lho nanti ga jualan kalau nonton kalian hihihi......... " Jumat malam mamah sedang bertelfon yang ia kira aku sudah tidur.


"Engga deeeh...... Aku ga akan kegoda...... Lagian juga kemarin perayaan kalian malah buat aku jadi nafsu...... " Apa??? Mamah Nafsu???? Kok bisa??? Mamah nelfon dengan siapa???


"Iich malu tau..... Aku udah tua.... Anak aku aja udah cocok jadi adik kalian. Massa ia sii kalian ga cari yang seumuran gitu...... Hihihi.." Kali ini mamah semakin manja menanggapi godaan seseorang yang menelfonnya.


"Heemmmhhh!!!!! Enak aja.....!!!! Gini aja deh say..... Kalau Bu Indah ikut aku ikut, kalau aku aja yang ikut ntar aku dikeroyok kalian Hihihi.... " Mendengar pembicaraan mereka dengan entah siapa membuat aku semakin merinding.


"Eh bentar..... " Tiba tiba mama membuka pintu kamarnya!!!!!!


"Maaf ya say, aku kira tadi ada Albert nguping hihihi........" Kata mamah pelan sambil mencari keberadaan ku. Padahal aku berada di plafon rumah mengintip ke bawah.


"Ya udah deh iaa..... Aku pasti dateng, tp janji ya jangan ampe kelewatan kayak kemarin hihihihi...... Byeee.. Vinay sayang....!!!!" Bisa dibayangkan bukan perasaan ku saat itu?? Namun yang terpenting adalah membuat mamah kapok dan tidak mengulanginya lagi.






Tak lama kemudian, ponsel mamah berdering saat ia hendak meninggalkan kamar. Mamah melihat ke ruangan keluarga, setelah mamah rasa aman ia menutup pintu lalu kali ini mengenakan Head setnya menerima panggilan telfon.






"Tadi suami ibu nelfon nak, maaf ya agak lama jawab telfon kamu...... " Kata mamah dengan manja.


"Ia serius Damar sayang, kamu kenapa sii marah marah gini?? Tolong dong ngerti keadaan ibu nak....!!! " Kata mamah kearah kamera ponsel.


"Apa siii kamu mau apa.....??? Jangan aneh aneh ah, ibu takut ketauan lho nak!!! " Kata mamah manja menolak permintaan Damar.


"Ya udah pkoknya kalau menang dan buat Gol aku kasih hadiah, tp ibu dapet apa sayang....?? " Sepertinya mamah bernegosiasi dengan kakak kelas ku.


"Eummhh yang bener??? " Goda mamah semakin menjadi.


"Kalau gitu.......... " Mamah berbisik sambil mendekatkan kameranya keArah belahan dadanya.






Dan....... "DUAGH!!!!! "






Aku yang sudah tak tahan lagi meninju keras kayu Plafon, lalu berjalan dan duduk dikamar ku. Tak lama mamah datang kekamar ku dengan langkah tergesa gesa lengkap mengenakan baju hangat menutupi pakaian kaosnya yang ketat yang ia kenakan bervideo Call dengan Damar.






"Al kamu tadi denger sesuatu?? Apa itu ya?? Mamah kaget!!!! " Tanya mamah di kamar ku dengan wajah panik.


"Ga tau mah, mungkin kucing..... " Jawab ku sekenanya. Sambil mengusap kepala ku. Saat ini perban kepala sudah ku lepas tinggal perban tepat di luka kepala kanan yang tersisa tak begitu besar.


"Kamu kenapa sayang?? Kerasa lagi ya sakit dikepala?? " Sambil mengikuti memijat kepala ku.


"Ini minum obatnya nak, supaya kamu bisa Istirahat trus ilang sakit kepalanya." Kata mamah dengan sigap menyiapkan obat untuk ku, namun dengan tegas ku tahan dengan satu tangan ku .






Karna perasaan sesak didada ku dengan kenakalan mamah jauh lebih sakit ketimbang rasa pusing dikepala ku.






"Bentar lagi aku pasti istirahat kok mah tanpa minum obat!!! Ini cuma puyeng biasa." Kata ki sambil menatapnya tajam.


"Ya udah kalau gitu nak, mama istirahat ya nak. Ada apa apa mamah dibawah pintu kamar ga akan mamah kunci. " Dengan ragu mamah meninggalkan ku sendiri dikamar tanpa menutup pintu kamar.






Tuhan apa yang harus aku lakukan?????? Kenapa semua jadi begini.....??? Andai ku salah mengadu, aku yakin semua hanya akan menjadi berantakan. Apalagi ini di lingkungan pendidikan.








*******








Hari pertandingan kedua Sekolah ku tiba, sekolah hanya memberlakukan jam belajar mengajar hanya setengah hari. Jujur aku ga perduli sangat tak perduli dengan apapun hasilnya.




Meskipun sejak pagi Damar, Vinay, dan Lingga dkk disambut bak melepas pahlawan yang hendak berjuang ke medan perang. Termasuk Pram dan Asep, masuk Final kayaknya motong kambing nih sekolah pikir ku secara sentimen.




Satu jam sebelum pertandingan mulai seluruh siswa dan siswi berangkat menuju Gor Tempat pertandingan diselenggarakan. Selain menjual Tampang Damar, Lingga, dan Vinay, pertandingan kali ini adalah pertandingan terbuka siang itu.




Lokasi GOR Kompetisi digelar pun cukup dekat dengan sekolah sehingga semua menuju kesana dengan kendaraan Masing masing.




Setelah suasana ku rasa sepi dan hening aku pun berjalan sambil membawa beberapa Bola dan Ban Bekas. Entah mengapa dari sekian banyak siswa bahkan Mamah ku sendiri hanya Kak Reina lah yang memperhatikan aku sendiri di lapangan parkir tanah belakang sekolah.




Selain beberapa keamanan sekolah, Kak Reina, kali ini aku melihat seorang pemuda gagah berdiri tegap menyaksikan ku menendang Bola ke arah Lubang Ban yang ku gantung sebagai target ku.




Hingga akhirnya.........






"Arah tendangan kamu ke sisi luar bola, lalu arahkan sisi luar kaki terkuat kamu untuk melepaskan tembakan bola agar arahnya gak mudah dibaca penjaga gawang. "






Hanya dengan sekali penjelasan yang ku ingat seumur hidup, Pria yang beberapa hari terakhir terlihat disekitar sekolah ini melepaskan sebuah tendanhan keras.






"DUGG!!"






tendangan keras menyebabkan bola melengkung dari kiri ke kanan Hingga akhirnya dengan keras dan cepat masuk melewati Lubang Ban yang aku Gantung hingga mematul terkena Tembok belakang sekolah.




Ia tersenyum melihat ku, karna beberapa kali aku sempat memasukkan bola ke tengah lubang Ban itu. Bedanya tak sekeras tendangan keras terarah hingga bola memantul tembok dan kembali kearah penendang.




Teknik menendang ala Roberto Carlos dan CR7 dalam melepaskan tendangan bebas yang sangat sulit dikuasai andai tak sering berlatih. Pandangan ku langsung kagum kepada pria itu, begitu pula Reina serta beberapa pedagang diluar area sekolah.






"Andai kamu sudah yakin, saat kamu melepaskan tendangan itu kemungkinan membobol gawang lawan sudah 95% andai sang penjaga gawang tak tangguh." Tambahnya, tanpa melihat kondisi fisik ku memberikan ilmu yang tak akan pernah ku lupa seumur hidup.


"Kak Anggara.....!!!! Kenapa ga ikut aja sama kita ke pertandingan sekolah kak?? " Tiba tiba kak Reina menyapa beliau.


"Kayak enggak deh Re, kakak cuma kebetulan lewat disini. Karna kakak harus dinas lagi sore nanti." lalu ia pun berpamitan kepada kami berdua.


"Kamu yakin ga akan nonton?? Diabsen lho Al!!! Kalau kamu ga kesana nanti dapat tugas tambahan dari guru!!!! " Kata kak Reina yang baru ku tau ada peraturan seperti itu dari Dewan guru.






Dengan sangat terpaksa aku ikut Reina ke acara pertandingan itu. Niat ku mengabsen lalu mengajak mamah pulang, toh bagaimana pun juga Anjani Prameswari adalah satu satunya Ibu ku.




Andai mamah menolak akibat ikut euforia kemenangan tim sekolah ku, biarlah itu akan menjadi pertimbangan ku untuk ikut ayah diJakarta.






"APA!!!!!! 3 - 0 !!!!!!!! " Jerit histeris kak Reina melihat hasil skor menjelang pertandingan beberapa menit berakhir.






Benar benar diluar dugaan!!!! Dream Team sekolah ku diinjak injak oleh Tim Sekolah Unggulan siang itu.




Permainan tim sekolah ku terlihat Kacau, sehingga semakin tertinggal dengan Skor 4 - 0 beberapa menit kemudian. Dari segi postur Tubuh, Ketampanan, style seragam dan sepatu, serta pesona tim sekolah ku memang jauh lebih unggul.




Namun baik dari segi Skill dan kualitas kekompakan Tim dalam permainan, teman teman ku kalah telak. Benar saja, dalam beberapa menit kemudian Tim sekolah ku semakin Terbenam dengan skor 5 - 0 tanpa balas!!!!




Seluruh suporter pendukung sekolah ku benar benar terdiam, belum lagi cemooh berdatangan dari suporter Tim lawan serta Supporter Tim yang belum memulai pertandingan.




Laga pembuka penyisihan kompetisi yang benar benar memalukan saat itu, aku yang berdiri di belakang Gawang bersama kak Reina hanya bisa Pasrah mendengar cemoohan Suporter Tim lawan.






"Ganteng doang maen bola dipanggang!!! Hahahaha....."


"Gaya boleh hedon!!! Skill Nol besar!!! Hahahahha....."


"Sekolah Elit maen bola pabeulit!!! Hahahaha..."


"Kalau ga bisa nendang bola mending maen Volly aja biar ga gampang jatohan Huahahahahahaha !!! "






Pertandingan tersisa beberapa menit lagi, Tim lawan benar benar mengurung, Vinay, Lingga, Damar, Anji dan Sugeng yang menjadi penjaga gawang.




Tangan kak Reina menggenggam tangan ku karna ketakutan dan tegang karna dari seragam kami adalah dari Tim sekolah yang di bantai oleh Tim lawan. Belum lagi permainan mereka terkesan dipermainkan lawan.




Lingga, Vinay, serta Damar berjatuhan saat berbody Charge dengan Tim lawan, hanya tersisa Anji dan Sugeng yang mati matian menjaga gawang agar tak kebobolan.




Lebih parah lagi, Sugeng sudah mati langkah saat itu. Anji sudah dilewati 2 orang Tim lawan, beruntung tendangan keras dari salah satu pemain Tim lawan,mengenai Tiang atas gawang hingga gawang atas hingga bergetar!!!!!




Bola tetap meluncur cepat meski terpantul tiang gawang lalu mengarah ke arah wajah cantik Kak Reina!!!!




Tangan ku yang digenggam kak Reina ku lepaskan dengan cepat menahan lajunya bola yang mengarah wajahnya dengan telapak tangan Kanan ku!!!!!!!




Semua bertepuk tangan melihat aksi ku menyelamatkan wajah Cantik Kak Reina dari Bola liar. Tak sedikit yang menyoraki dan mencemooh bahwa ada yang masih bisa menahan laju bola itu.






"Woyyy!!!! kasih bolanya woyyy!!!!!! Jangan buang buang waktu!!!! Mau nendang sekali juga Gue bakal kawin ama MONYET kalau Masuk Gawang Sekolah Gue!!!!! Hahahahhahaha hhahhahahahaha!!!!" Kata seorang yang terlihat seperti senior sekolah lawan. Lalu menertawakan kami berdua. Suara itu terdengar sangat Jelas melecehkan ku saat itu yang tak tau apa apa dan menyaksikan di belakang gawang Sugeng. Kak Reina menatap ku Panik karna masih memegang Bola itu ditangan kanan ku.




Terlebih lagi kami berdua masuk Big Screen digelanggang Olah Raga itu, itu memang bukan bola satu satunya yang digunakan selama Kompetisi ini. Namun hinaan mereka tujukan benar benar tak dapat ku terima. Apalagi terekspose didepan umum.




Mendengar Hinaan mereka, benar benar membuat ku ingin membuktikan siapa aku sebenarnya. Dengan tetap memegang bola tidak langsung ku berikan kepada Sugeng yang menjaga gawang saat itu.




Ku hempaskan sedikit bola dari tangan ku hingga turun perlahan melewati paha ku. Dengan arahan yang ku ingat dan semua kekesalan ku luapkan kesatu Tendangan sekeras kerasnya ke bola yang tadi sedikit ku hempas melayang melayang di depan ku.






"DUAAAAAAAAGGGHHH"






Dari luar garis gawang belakang gawang yang dijaga Sugeng, bola itu melesat sangat cepat dan keras. Jelas terlihat beberapa Tim lawan tak mampu menahannya, bahkan Damar dan Vinay terlihat kaget dan menghindar saat bola itu melaju.




Hingga penjaga gawang Tim lawan pun tak bisa menahan lajunya bola yang akhirnya bersarang dipojok kanan atas Gawang nya.




Suasana hening seketika!!!!!




hingga........ Teriakan menggema dari teman teman sekolah ku.






GOOOOLL!!!!






Sorak sorai teman teman ku diarahkan kepada orang yang menghina ku tadi!!!




Mereka semua terkagum dan takjub satu tendangan keras yang Indah menusuk gawang lawan yang tak bisa diBobol semua teman teman ku siang itu.






"Luar BIASA!!!!Tendangan keras terarah dipraktekkan Siang ini oleh seorang Albert yang membawa Timnya minggu lalu memenangkan pertandingan!!!! " Ucap seorang komentator.


"Yak!!!! tendangan sekaras itu saya hanya liat dipemain pemain Tim Real Madrid Bung!!! Luar biasa nampaknya nak Albert masih cedera ya!!!! Jadi siang ini tak bisa bermain. Tapi tendangan kerasnya tadi cukup menghibur bagi suporter yang Timnya kalah 5 Gol tanpa Balas." Ucap komentator pendampingnya.


"Woyyy bang!!!! Gue tunggu loe KAWIN SAMA MONYET!!! " sambil ku tunjuk wajahnya yang merah padam menahan malu. Kak Reina pun cepat menarik lengan ku menjauh dari kerumunan suporter lawan.


"Yu kak, aku udah absen. Mending kita cari minuman dingin." Ajak ku dengan pedenya menggandeng dan mengajak kak Reina keluar GOR. Karna ia terlihat panik.


"ALBERT!!!! ALBERT!!! ALBERT!!! ALBERT!!! ALBERT!!!! " Suara suara teman teman ku memberikan dukungan kepada ku menggema didalam gedung. Namun tak hiraukan, lebih baik pergi menjaga kak Reina yang pasti trauma wajah cantiknya terkena bola serta ejekan bully didepan umum.


"Sayang, kamu udah baikan.... Sepatu kamu robek sayang....!!! " Kata Mamah yang menyusul ku saat aku sedang duduk dan minum soda dingin bersama Reina.


"Albert, ibu udah yakin, kamu ga ikut main pasti Tim kita kalah telak. Ke buktikan. " Kata bu Indah dengan raut wajah yang sedih. Dan duduk disamping kamu Reina.


"Nak, gimana kepala mu sayang?? Masih sakit....??" Tanya mamah yang terlihat menghawatirkan ku saat itu. Dan mulai duduk di samping ku.






Namun belum sempat aku menjawab pertanyaan pertanyaan mamah dan bu Indah seorang Pria mendekat dan langsung berkata kepada Kak Reina.






"Re... Andai teman mu memang belum check up, gak ada salahnya kan kamu ajak kedokter lagi.... " Sapa seorang pria berstelan Jass resmi namun santai.


"Ayah!!! Nonton pertandingan disini juga??? " Sapa Reina kepada ayahnya.


"Ia ayah ga sengaja lewat, jadi mampir aja kesini.... " Ujar pria itu kepada Reina putrinya.


"Ayah sudah hubungi om Harry dan Tante Sonia. Andai bu Anjani dan Nak Albert tidak keberatan, bawalah Albert memeriksa luka kepalanya. Takutnya ada luka dalam." Tambahnya dengan sangat ramah.


"Terima kasih pak atas tawarannya, nak Reina juga sudah banyak sekali membantu Putra saya yang " Ngeyel" Pak, Terimakasih pak.... " Kata mamah, aku pun hanya mengangguk kepada ayah kak Reina yang tak ku tau namanya.








*******








Tanpa Albert dan Reina sadari, serta seluruh orang pahami. Di pihak Intern team sekolah terjadi perpecahan, selain lemah dalam beradu Body Charge mereka juga sebenarnya bersaing mendapatkan perhatian Bu Anjani serta Bu Indah. Parahnya hal ini tak disadari pak Tony tentunya.




Hingga tak kasat mata, permainan hari itu menjadi kacau. Terjadi 2 kubu dalam dream Team tersebut, kubu Lingga dan Kubu Damar menjadikan tim lawan dengan mudah menggulung mereka dengan Skor 5 - 0 tanpa balas.




Mampukah Albert menjaga bu Anjani dan bu Indah??




Atau bahkan mereka akan mendapatkan perhatian Bu Indah Pasca kekalahan telak hari itu??


Posting Komentar

0 Komentar