CEMBURU PART 6

 

Seorang Pria paruh baya berusia 60 an masih dengan Hobby Musik, Bahasa Asing, Serta Olah Raga adalah 3 hal Favorit yang ia suka dari mengasah Talenta Murid murid disekolahnya selain harus mempelajari Mata Pelajaran Sekolah.




Tanpa banyak Wali Murid dan Siswa yang Tau dengan sembunyi sembunyi, Beliaulah disabtu Siang itu seorang yang Ikut menikmati bahkan bersorak gembira menonton Aksi murid muridnya bermain Turnament Futsal antar Sekolah yang diadakan oleh Pemkot dan KONI Jabar.




Beliau adalah Bapak Tisna Soewardi (63), ia memainkan bola yang sama dengan Bola yang ia gunakan saat menguji Damar dan Albert.




Kecepatan, Insting, serta Kekuatan Albert saat ia Uji Pak Tisna sangat Paham. Saat Ponselnya menyala pagi itu, ia pun menendang Bola ke arah gawang yang kosong tak ada yang menjaga.




Bola itu melesat hampir secepat peluru, tepat hingga masuk di pojok kiri atas gawang. Hingga memantul setelah terkena jaring dan tembok kembali lagi mendekatinya. Andai ada yang mengamati, mereka pasti tau skill menendang bola seperti itu adalah Teknik menendang pemain Profesional.






"Halo..... Gmana....??? Ada perkembangan berita baru?? " Tanya pak Tisna kepada orang yang menelfon kePonselnya.


"Baiklah, saya tunggu laporannya ya pak. Saya tak percaya anak didik saya melakukan hal sembrono seperti itu. Mohon Bantuannya ya Pak Hehehehehe....... " Dengan wajah tenang ia tertawa.ia memainkan bola favnya di kakinya.






Bola itu sesungguhnya sangat teramat sangat Special bagi Pak Tisna, karna disana dibumbui Tanda Tangan Pemain Legenda Favoritenya ialah Roberto Carlos yang rencananya ia akan wariskan kepada remaja yang ia pikir layak mendapatkannya. Terlebih lagi ia menonton dengan kedua matanya sendiri bakat dan skillnya kemarin siang.




Sejak semalam ia terganggu pikirannya, bagaimana mungkin seseorang yang harusnya senang dan Bahagia merayakan kemenangan namun tertimpa sial hanya karna menyebrangi jalan.




Tanpa Pak Tisna sadari, beberapa rekan rekan dekat maupun yang Respect bahkan ngefans kepada Albert mulai mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.




Hanya sedikit yang tau kalau sebelum Albert bisa membuktikan Skillnya, ia mengalami diskriminasi serta bully dari kakak kelasnya yang Tampan dan Gagah namun sangat lembek apabila Beradu Kontak Fisik maupun Body Charge dalam main Sepak Bola.








POV Albert






Dalam mimpi ku semalam aku sempat mendengar tangisan mamah, hingga berubah menjadi aroma wangi yang sangat amat lembut menyentuh hidung ku. Hingga pagi ini aku mulai terbangun dari tidurku lalu membuka mata, rupanya aku tidur diPelukan mamah semalaman.






"Gmana nak, dah enakan?? " Mamah benar benar sangat cantik pagi itu menyambut ku, aroma wangi tubuhnya yang sexy menuntunku untuk menganggukkan kelapa ku.


"Mama siapin sarapan buat kamu ya sayang, semalem kamu mengigau histeris sayang..... " Kata mama sambil merpihkan bantal agar aku duduk di ranjang Tamu tempat ku istirahat.


"Kalau mamah boleh tau, kamu mimpi apa sayang?? " Tanya mamah dengan lembut dan penuh perhatian. Aku hanya termenung, menikmati kecantikan mamah pagi itu, tak ada kata yang bisa ku Ucapkan kepadanya.






Mama tersenyum, lalu tangannya mengusap ngusap kepala ku. Membuat ku tak percaya andai semalam itu Mamah benar benar Liar bersama Vinay dkk serta bercinta dengan Damar. Ku sandarkan kepala ku dibantal, sambil sedikit menahan pusing ku Ingat ingat lagi urutan kejadian semalam. Hingga..........






"Ini ponsel kamu nak, sambil nunggu mamah siapin sarapan. Sebentar ya sayang pasti kamu bakal suka. " lalu saat mamah akan meninggalkan ku di kasur terdengar suara Berat Berwibawa yang tak asing di telinga kami.


"Permisi.....!!! Pagii Permisi......!!! Tok tok tok...... !!!" Suara Pak Tisna mengetuk pintumu ruang tamu.






Pak Tisna adalah Pemilik Yayasan Sekolah ini, sekaligus orang yang telah berbaik hati kepada Keluarga ku karna memberi fasilitas tinggal serta Usaha kantin sekolah kepada mamah.




Meskipun sudah kepala 6 tapi Kegagahan dan Wibawa Pak Tisna tak pernah luntur. Beliau merasa Ayah ku sudah sangat bekerja Keras merenovasi Sekolah bagian bagian Gedung Sekolah ini bahkan menambahkan Ruangan Kelas serta Fasilitas yang Bagus bagi Murid muridnya.




Hingga saat Ayah dan Mamah terkena musibah dan Masalah, pak Tisna tanpa sungkan dan Pamrih membantu keluarga ku memberikan tempat tinggal. bahkan mengizinkan aku menjadi Pelajar disekolah Swasta Elit dikota Bandung ini.




Tidak hanya Pak Tisna yang menjenguk ku pagi itu, Asep, Pram, Tyo bahkan Reina mulai berdatangan. Meskipun mereka sedih melihat keadaan ku yang memprihatinkan, Pak Tisna memberi ku semangat Untuk bangkit dan tidak Sembrono saat bertindak Selingan Candaan maupun Guyonan Pak Tisna membuat suasana kekeluargaan semakin kental di kamar yang ku gunakan untuk istirahat memulihkan keadaan ku.






"HAHAHAHAHA...... Ya udah kalau gitu kamu Istirahat, makan yang Banyak, setelah Pulih badan mu baru belajar lagi agar menunjang lebih mudah Pendidikan mu diJenjang selanjutnya." Pesan Pak Tisna kepada ku sambil kami bersenda gurau pagi itu.


"Anjani, ada yang saya bicarakan dengan mu. Nanti siang juga akan saya bicarakan dengan Suami mu saat ia pulang nanti.... " Ujar Pak Tisna kepada Mamah. Sepertinya pembicaraan itu tak ingin melibatkan kami remaja yang ada disana.


"Nak Reina, bisa minta tolongkan suapin sarapan Al?? " Pinta mamah kepada Reina.


"O ia bu, tentu saja..... Biar aku yang suapin Al." Meraih mangkuk berisi bubur, yang mamah persiapkan untuk ku sarapan.






Sepeninggal Pak Tisna dan Mamah raut wajah Asep, Pram, maupun Tyo seperti Iba kepada ku. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat itu, tapi sepertinya mereka tau apa yang terjadi semalam dari Tyo hingga aku jadi celaka seperti ini.






"O ia Al, buku mata pelajaran ada dikamarkan?? Biar gue sekalian ngerjain tugas Sabtu kemarin, jadi hari senin ga perlu repot cari Contekan." Kata Tyo yang memang kutu buku dan paling cerdas diantara kami.


"Waaaah!!! Tau gitu, gue ikut nyontek nih hehehe.... " Tambah Asep.


"Ia ni apalagi ada kak Reina...... " Pram ikut bicara.


"Kalau buat adik ku Albert, pasti aku Bantu kerjain. Tapi kalau buat kalian berdua...... Sorry ya....... ga gratis!!!! Hihihihi.." Kata kak reina dengan wajah cantiknya yang meluluhkan kami berEmpat.


"Kenapa Al?" Tanya Reina.


"Gpp kak sedikit agak puyeng aja kepala masih brasa.... " Sambil memegangi kepala ku, apa karna kurang Tidur ya?


"Biar mamah Pijitin sayang..... Nak Reina bisa bantu ibu lagi ngga...?? " Tanya mamah kepada Reina, dengan wajah yang cantiknya. Mamah seperti tak ingin jauh jauh dari ku, keberadaan beberapa teman baik ku mamah manfaatkan untuk benar benar merawat ku saat itu.


"Tentu aja bu..... " Jawabnya kepada mamah, cantik cekatan penuh perhatian. Sungguh beruntung aku bisa dekat dengan Reina.


"Tolong bantu ibu siapin Air hangat ya buat kompres Al, sama bersih bersih. Maaf banget ibu lagi lagi repotin nak Reina hihihi...... " Kata mamah sambil tersenyum manis dan sedikit centil kepada Reina.


"Gpp bu, Albert udah saya anggep kayak Adik saya sendiri.... Apalagi saya ga punya Adik Cowok bu hihihi..... "Kata reina Sebelum ia berlalu keDapur.


"Kalau gitu saya Bantu kak Reina di dapur ya bu, sekalian nunggu Buku saya dianter abang Ojek kesini bu." Tambah Asep.


"Ia gue juga deh.... Sekalian kita rapihin ruang tamu sama keluarga, Tyo Stand by siapa tau ada Tamu sama tempat kita nanti ngerjain tugas sekolah. " Ajak Pram kepada Tyo.


"Makasi ya teman teman, kalian baik banget. ma gue..... Maaf udah ngerepotin." Kata ku sebelum mereka benar benar berlalu meninggalkan aku dan mamah di kamar berdua.






Setelah sarapan selsai, Pak Tony bersama Istrinya bu Indah datang menjenguk ku pagi itu. Dibalik kalimat kalimat basa basi dan obrolan yang terkesan biasa aja di telinga ku aku memperhatikan Kak Reina yang gesit dan cekatan membantu mamah merawat ku.






"Kak gpp kan bantu aku ngerjain tugas Sekolah hari sabtu kemarin?? " Saat itu ku tanyakan kepadanya.


"Ia dek.... Sabar yaah..... Hihihihi....... " Tawanya merekah manja pagi itu, andai aku berharap secepatnya ia ada di samping ku. Menggantikan keberadaan mamah.






Bila perlu, mereka bertiga segera keluar dari kamar ini, aku hanya ingin minum obat dan istirahat didekat orang yang benar benar tulus sayang kepada ku yaitu Kak Reina.






"Kalau gitu saya pamit duluan supaya Al bisa Istirahat maksimal dan Pulih dari cederanya. Al cepat pulih ya, kamu bagian penting lho dalam Tim." Kata pak Tony sambil mengusap Kaki ku.


"Ia pak, makasi udah nengok saya.... " Kata ku sambil tersenyum.


"Mas, bu Anjani sibuk mengurus Al, belum lagi bu anjani juga mempersiapkan bahan makanan buat besok. Aku akan stay disini dulu ya...... Sekalian belajar masak sama bu Anjani hihihi......" Bu Indah meminta Izin kepada suaminya yang tampan bak artis Korea tersebut.


"Gpp dek, silahkan.... Kalau ada apa apa hubungi aku, o ia bu, andai Al mau check up ada keluhan lain saya akan Antar. Jangan Sungkan pasti kita lakukan yang terbaik agar Albert lekas pulih." Mamah, Bu Indah serta Pak Tony pun bertiga berjalan keluar kamar sambil mengobrol tentang keadaan ku.


"Jangan banyak gerak dulu.... " Kata Reina.Saat itu aku coba bangun dari Ranjang ku.






Ternyata hanya mencoba bergerak duduk di tepian ranjang terasa kepala ku menjadi Pusing serta mata ku berkunang kunang seperti semalam. TUNGGU DULU!!!!! SEPERTI SEMALAM!!!!!




BERARTI!!!!!!






"Kak!! bisa bantu aku mencoba berjalan sedikit?? " Pinta ku kepadanya.


"Hemh, yuk tp pelan pelan ya.... " Katanya. Aku pun Mencoba bangkit, pelan pelan berdiri dengan kaki ku. Sambil dipegang kak Reina.






Ku langkahkan kaki ku menuju tembok tempat semalam aku menyaksikan "semuanya" Hingga sampai, kak Reina tak curiga dengan pengamatan ku.




Sambil terengah engah dan menahan rasa Pusing aku tak bisa mendengar pembicaraan mereka di ruang keluarga. Hanya suara suara samar dan rasa pusing seirama dengan detak Jantungku saat itu.






"Dek kamu gpp....??? " Tanya kak Reina saat aku meneteskan Air mata, menemukan Paku Tembok dan Lubang kecil yang ku sembunyikan dengan hiasan kamar.


"Aku gpp kak, jangan cerita siapa siapa lagi yah.... hhh hhh hhh..... " Sambil terengah engah menahan Pilu, sesak dan sakit kepala secara bersamaan, aku pun duduk diKursi.


"Dek... Kamu kenapa...?? " Tanya kak Reina. Berdiri disamping ku melihat ku menangis, sambil menundukkan kepala ku sambil memegangi kepala ku yang terasa pusing.


"Kerasa pusing kak, padahal cuma jalan 3 langkah." Ku jawab sekenanya agar ia tak curiga tentang lubang dan Paku yang tadi kusembunyikan. Karna semalam itu benar rupanya terjadi sesuatu antara mamah dan Damar.


"Sini kakak Pijitin dek, dah bersih bersih nanti minum obat." Kepala ku diTempel kePerutnya, lalu ia Pijat pijat kepala ku penuh kasih sayang.






Pelan tapi pasti meredakan pusing dan rasa sakit sesak didadaku. Namun setelah beberapa menit perasaan dan pijatan menenangkan ku saat itu, mamah dan bu Indah datang menghampiri ku.






"Kamu kenapa nak...?" Tanya mamah berJongkok didepan ku yang duduk menanyai ku Dan bu Indah juga disebelah kanan ku.


"Gpp mah, pusing aja kok ini udah enakan di pijitin kak Reina.... " Kata ku, mulai membenamkan wajah ku di perut kak Reina. Sepintas bu Indah dan Mamah berpandangan.


"Al, kamu belum bersih bersih lho.... Biar Ibu Bantu kamu bersih bersih dulu ya, sekalian cek luka atau cedera di tubuh kamu." Kata bu Indah membujuk ku sambil menatap ku penuh kasih sayang.


"Nak Reina, tolong Ibu bawa Air Panas yuk supaya kita bisa bersihin Al." Ajak mamah kepada Reina. Lalu mereka berdua meninggalkan kamar ini.






Ibu Indah menutup pintu kamar itu, lalu menguncinya dari dalam. Dengan anggun dan perlahan ia membuka hijabnya, dengan sangat telaten Bu Indah hampir menelanjangi tubuh ku, lalu membalut tubuh ku Handuk.




Tak lama kemudian mamah datang membawa seEmber Air Hangat, tak ada yang aneh pagi itu. Lagi pula tubuh ku masih terasa lemas serta kepala ku masih cukup terasa nyeri.




Kalau pun ada sedikit kejanggalan adalah saat Bu Indah melihat Penis ku, namun tak lama Tegang kembali menciut akibat cuaca pagi yang teramat sangat Dingin.






"Tok tok tok..... Bu... Sayurnya kayaknya udah mau mateng deh. Aku wadahin dimangkuk atau gimana bu." Suara Reina. Mereka pun kaget dan berpandangan.


"Tok tok tok bu...... ???" Ketukan kedua kalinya. Bu indah pun segera merapihkan diri namun tak mengenakan hijab.


"Bentar Nak Reyna, ibu lagi gantiin pakaian baju Bayi gede dulu hihihi..... " Kata mamah sambil menghanduki ku.


"Udah sama aku aja kak, kakak rawat Al dulu." Setelah mereka rapih berpakaian, bu Indah membuka pintu lalu berbicara bersama Reina yang sempat melihat ku sedang bersikat gigi, berjalan bersama bu Indah keDapur.


"Sayang minum obat ya dah ini istirahat, mamah janji mamah ga akan kemana mana." Kata mamah duduk disampingku diRanjang seperti tak ingin jauh dari ku.


"Apalagi teman teman mu nanti pasti tambah ramai yang akan jenguk kamu." Mama pun memberi penjelasan dengan perasaan sangat senang. Aku sendiri sempat bingung berkali kali mamah menekankan kata "tidak akan kemana mana"


"Aku ga mau nemuin mereka ma, bilang aja aku istirahat. Kepala ku masih cukup pusing" Kata ku lirih dan ketus, mendengar kata 'teman teman' maupun 'ramai' membuat ku merasa alergi. Apalagi mengingat mamah menjadi "nakal" Saat bersama mereka.


"Ya udah sayang ia... Kalau itu malu kamu, tapi janji kamu minum obat terus istirahat ya...." Sambil buru buru memelukku seperti takut aku marah. Tangannya mengusap ngusap kepala ku penuh kelembutan.






Aku pun istirahat dan tak ingat apa apa saat meminum obat pemberian mamah, hanya saja Samar samar dalam mimpi terdengar pertengkaran suara Mamah dan Papa.




Ingin sekali aku membuka mata ku, namun terasa amat sangat berat. Hingga saat perlahan membuka mata ku, mamah tertidur sore itu sambil mendekap ku. Disisi lainnya Ayah tertidur dikursi dengan sebagian tubuhnya di ranjang kasur,menghadap ke arah aku yang dipeluk mamah diatas kasur.




Ada apa ini?? Apa tadi papa dan Mamah benar benar bertengkar?? Atau hanya mimpi??




Tapi..... Kalau mimpi..... Kok ad papa ya? Malah teman teman ku kayaknya dah pulang. Cukup bersusah payah sore itu aku bangkit dari ranjang berjalan hingga Kantin sekolah yang sepi.




Salah satu spot meja kantin yang menghadap Lapangan tempat biasa ku berlatih sepak bola, tempat berlatih fisik, mengasah kordinasi kotak kanan dan kiri namun saat itu yang ku lakukan adalah mengingat apa yang terjadi dalam semalam.




Hingga akhirnya.........






"Sudah kau bisa ingat secara utuh nak?? " Tanya Papa,sembari menyimpan satu tangan kasarnya yang biasa digunakan untuk bekerja berat.


"Belum semua pah, hanya sebagian sebagian." Sambil memegang kepala ku, cukup nyeri andai ku ingat rangkaian kejadian malam akhir pekan kemarin.






Semua ini tidak hanya sekedar sakit kepala mengingatnya, perasaan sesak diDada bergemuruh andai ku ingat betapa lepas dan nakalnya mamah andai aku dan Papa tak ada disekitarnya.






"Papa ngerti perasaan kamu, Papa juga paham kamu pasti kecewa dengan kesibukan papa. Terlebih lagi, tentang desas desus Papa punya wanita idaman lain." Kata Papa sore itu sambil menyalakan sebatang rokok.


"Tapi perlu tau nak." Sambil mengeluarkan asap cukup banyak dari mulutnya.


"Semua ini bukan keinginan Papa...... Papa hanya mengikuti alur yang telah berjalan demi mempertahankan Keluarga kita." Lalu Ayah menghisap rokoknya cukup dalam, dan membuang asapnya seiring hembusan nafasnya.






Kali ini aku benar benar dibuat tak berdaya dengan ucapan yang keluar dari papa. Sekarang aku paham, mengapa mamah bisa seperti kemarin. Fakta dan kenyataan yang mama temukan bersama Bu Indah serta Damar, sudah lebih jauh ketimbang yang ku ketahui apalagi yang ku dengar langsung dari Damar.




Keringat dingin membasahi Dahi ku di lapangan tanah area parkiran sekolah, keceriaan anak kecil yang bermain layangan. Wajah wajah bahagia para pedagang disekitar lapangan sore itu hanya membuat aku semakin terpuruk sendiri disana setelah ku tinggal kan papa sendiri di kantin sekolah minggu sore itu.




Apa yang harus aku lakukan???




Seperih inikah garis takdir hidup gue???




Cepat atau lambat, kedua orang tua pasti akan berpisah andai situasi tetap seperti ini. Semua itu terbukti saat jam makan malam dimeja keluarga semua terasa Hambar, ga ada senda gurau bahkan terkesan sangat Dingin antara Papa dan Mamah.




Sebelum aku istirahat, terlihat mereka berdua cenderung sibuk dengan Ponsel mereka masing masing. Hingga akhirnya mamah memilih tidur bersama ku di kamar tamu.








*******






Perhatian Kak Reina cukup intens kepada ku, bahkan temen temen sekelas iri dengan kedekatan ku dengan kak Reina. Secara gitu lho, salah satu kembang Sekolah!!!! Kok mau maunya sama Siswa Dekil dan kere kayak Gue!!!!!




Asep dan Pram, terkejut dengan keputusan ku mundur dari Tim Futsal. Kabar ini tentu cukup mengagetkan, apalagi di rekaman Aku bermain yang menyebar diMedsos mereka memuji permainan ku yang membawa Tim sekolah menang dengan 3 Gol dan 2 assit yang ku berikan.






"Yakin lu bro, ga mau cerita yang sebenarnya terjadi?? " Tanya Tyo, saat jam Istirahat sekolah menemani ku mencuci piring kotor diKantin.


"Kondisi gue belum pulih, lagian juga lu tau kan awal kejadian sebelum gue celaka kayak gini gmana??" Jelas ku kepada Tyo.


"Sorry bro.... tapi ini kesempatan elu juga dapet beasiswa. Andai........... " Belum selsai Tyo menyelesaikan kata katanya.


"Aku belum pulih bro. Gue bakal makasi banget andai elu jaga rahasia malam minggu kemarin. Andai gagal, maupun sukses gue bawa tim sekolah diKompetisi ga akan berpengaruh banyak Bro kalau gue mesti kehilangan orang yang gue sayangin." Kata ku lirih dan pelan.






Sepertinya Tyo paham dengan maksud aku kehilangan, sepulang dari mendatangi mamah bersama kakak kelas ku di cafe live music tempo hari sudah benar benar merenggut sesuatu yang berharga dari Hidup gue.




Lebih parah lagi, aku malah celaka..... Berdampak kepada kebugaran tubuh ku saat ini.






"Nak Tyo, pesanannya udah ibu siapin ya dimeja kantin. Al, kamu mau makan sesuatu nak bersama Tyo. Biar Mamah siapin sekalian. " Tanya mamah saat jam istirahat sekolah.






Hari ini mamah tampil cantik dengan Hijab serta stelan pakaian tidak terlalu longgar. Bisa dibilang cukup modis serta Jilboob namun tertutup Cardigan.






"Nanti aja mah, aku masih kenyang kok. Sekalian sebelum minum obat aku makan siang." Jawab ku sambil merapihkan piring yang selsai ku cuci.


"Gue makan dlu, andai gue bisa lakuin sesuatu buat elu kabarin gue. Gue suka Main bola, tapi buat skill, stamina, dan permainan elu memang jauh diatas gue." Kata Tyo sebelum meninggalkan ku sendiri di dapur kantin tempat mencuci piring. Aku hanya tersenyum, karna Tyo sepertinya ga paham apa yang aku rasain saat ini.






Di antara celah dapur keArah ruangan kantin sekolah aku mengintip, cukup ramai pagi itu siswa siswi jajan diKantin yang menu makanan serta minuman dikelola mamah.




Dengan senyum khas dari wajah Ayunya mamah melayani para siswa yang rata rata berasal dari Kaum berstatus sosial tinggi. Hingga saat "para atlit" Atau tim Futsal ku tiba di kantin sekolah.




Sambil mengurut kepala ku yang sedikit agak pusing aku memperhatikan kehadiran Lingga, Vinay, Sugeng, dan Anji dari dapur tempat ku mengintip.




Meskipun samar dan tak terdengar jelas dari expresi wajah mereka menanyakan keadaan ku. Mamah dengan antusias menunjuk ku berada didapur kantin, tak ada yang aneh sebenarnya saat mereka berkomunikasi dengan mamah.




Di antara mereka berempat, hanya vinay yang sesekali manja bahkan mengedipkan matanya kepada mamah. Mamah meresponnya hanya dengan senyum biasa, sepertinya mamah kali ini tahan dengan godaan mereka.




Meskipun sudah hampir menjelang 40 secara body dan kecantikan mamah bisa dibilang lebih cantik dan sexy ketimbang bu Indah.




Saat mengantarkan Empat makanan pesanan mereka, terlihat dengan wajah muram Lingga berbicara sesuatu kepada Mamah. Mamah hanya mengangguk ngangguk kan kepalanya, belum lagi saat Sugeng juga ikut berbicara. Mamah juga terlihat menghela nafas Panjang seperti sedih.




Aku gak GR tp aku yakin mereka sepertinya membicarakan keputusan ku yang mundur dari Tim. Hingga Vinay melihat kehadiran Damar, wajah mereka pun menjadi sumigrah. Damar dan Lingga ada 2 sosok pangeran sekolahan baru Vinay dengan wajah Khas India nya.






"Naah kalau ada dia ini baru Tim kita yakin bisa lebih bagus.... " Ujar Vinay menyeringai dikantin. Semua tersenyum lega, mamah sesekali melihat kearah dapur tempat ku berada dan tersenyum kearah mereka.






Terlihat pelan dan samar Lingga bertanya sesuatu kepada Damar, yang saat itu masih berdiri dimeja Kantin. Ia sepertinya beradu pandang dengan mamah tapi masih tahap sopan dan normal.




Hingga.....






"Gue udah dapet izin balik ketim, tenang aja, kalau pun Albert mundur ada gue jadi gantinya." Kata Damar.






Aku sama sekali tidak peduli walaupun hingga ada 5 orang setampan dan segagah Lingga bermain untuk tim sekolah. Namun yang membuat ku sesak dan cemburu adalah sorot mata mamah yang terlihat sangat mengagumi mereka.




Mamah meninggalkan mereka saat ada beberapa siswa memesan makanan, aku pun lanjut merapihkan piring bersih yang telah ku cuci di dapur. Rasanya males banget nganter keluar sampai meja depan.




Kak Reina juga kayaknya masih sibuk di perpustakaan sekolah, gelak tawa dan candaan dikantin sekolah semakin riuh terdengar sampai ke dapur kantin.




Kepala ku sedikit terasa pusing saat itu, setelah ku pastikan semua rapih dan bersih. Aku berjalan keluar Dapur kantin, menuju ke kelas. Entah kebetulan atau tidak, semua mata tertuju kepada ku yang mengenakan perban dikepala pipi ku yang lecet akibat benturan juga semakin menambah seramnya penampilan ku sebagai pelajar.




Suasana mendadak hening, terlebih lagi beberapa kali saat mamah memanggil ku dengan suara lembut namun tak ku hiraukan. Ku tundukkan wajah ku menyembunyikan semua rasa Cemburu dengan kelebihan yang "mereka" Semua miliki.




Sedikit ku rasakan, hanya Sugeng dan Damar tertunduk malu, Lingga terlihat bingung sedangkan Anji dan Vinay seperti sinis menatap ku. Aku kalah, aku akui aku kalah saat ini dari mereka.




Hingga benar benar ku meninggalkan area kantin, dengan tenang aku duduk di kelas bersiap menunggu bell masuk kelas mengikuti mata pelajaran selanjutnya.

Posting Komentar

0 Komentar