Aku pernah bertekad untuk menempatkan Anabella sebagai pelabuhan terakhirku. Tapi daya pesona Riri Oriana memaksaku untuk membatalkan “puasa”ku.
Karena sejak lama aku selalu saja penasaran kalau menemukan wanita baru di dalam lingkaran kehidupanku.
Meski begitu, aku sudah memperlakukan Anabella lebih dari semestinya. Aku telah memberi sebuah rumah yang tak jauh dari rumah Merry. Padahal harga tanah di daerah itu termahal di kotaku, karena hanya dihuni oleh kaum menengah ke atas. kaum yang gendut saja rekeningnya di bank.
Jadi, Bella tak perlu mengontrak rumah lagi. Rumah yang lumayan jauh pula letaknya dari rumah dan kantor Merry.
Merry juga tahu itu. Bahkan diam - diam Merry mentransfer dana ke rekeningku, untuk mengganti duit pembelian rumah yang lumayan megah itu. Padahal aku tidak mengharapkan penggantian dari Merry.
Tapi Merry sangat mengharapkan Anabella tidak beranjak dari kerajaan bisnis istri keempatku itu. Maka harga rumah yang mahal itu tidak berarti apa - apa bagi Merry jika dibandingkan dengan “harga” Anabella sendiri.
Dan yang paling membahagiakan Merry adalah ... tokcernya spermaku untuk menghamili Anabella ... ! Sebulan setelah kencanku dengan Bella, sekretaris pribadi Merry itu melapor padaku, bahwa ia sudah hamil tiga minggu setelah memeriksakan diri ke dokter ... ! Ternyata Merry sendiri yang mengatur agar kencan pertamaku dengan Bella, terjadi pada masa subur Bella ... !
Adalah hal yang aneh jika terdengar oleh orang lain. Bahwa istriku justru merasa bahagia setelah mendengar sekretaris pribadinya sudah mulai hamil olehku.
Memang pebisnis bisa melakukan apa pun demi keamanan bisnisnya. Masalah perasaan pribadi terkadang harus dikesampingkan.
Sementara itu, aku pun harus bisa memisahkan mana yang urusan cinta dan mana yang urusan biologis semata.
Banyak juga perempuan yang kujadikan sebagai pelabuhan biologis semata. Seperti Wulan, misalnya. Istri adikku itu memang memenuhi syarat untuk kujadikan pelabuhan biologisku. Karena Wulan senantiasa siap untuk dijadikan sosok pelampiasan nafsuku, dengan segala daya tariknya bagi lawan jenisnya. Itulah sebabnya Wulan seolah “kuobral” kepada teman - teman lamaku.
Walau pun begitu aku tetap memperhatikan kehidupan Wulan. Bahkan Wulan pun kurekrut untuk menduduki jabatan penting di perusahaan baruku ini. Tidak jadi karyawati hotelku lagi. Tentu dengan penghasilan yang lebih besar kalau dibandingkan dengan salary Wulan di hotelku.
Aku memang tidak mencintai Wulan. Aku hanya membutuhkannya sebagai wadah penyaluran hasrat biologisku.
Mungkin hal yang serupa terjadi pada diriku setelah berjumpa dengan teman seSMAku yang bernama Riri Oriana itu. Aku terus - terusan bertanya di dalam hati, seperti apa ya kalau Riri sudah kutelanjangi ? Bahkan pertanyaan yang paling nyeleneh adalah, seperti apa bentuk memek Riri ya ?
Itulah sebabnya ketika Riri datang lagi beberapa hari kemudian, sambil membawa berkas lamarannya, dengan cepat kuminta sekretarisku untuk membuat surat keputusan tentang pengangkatan Riri Oriana sebagai Manager Semarang. Surat keputusan yang dibuat tembusan ke general manager dan kepala bagian personalia (aku gak mau memakai istilah manager HRD dan lainnya yang terkesan muluk - muluk, yang hanya akan menarik perhatian orang pajak).
Tapi aku tidak membicarakan masalah SK itu kepada Riri. Aku bahkan membicarakan masalah lain. Masalah yang mengandung rasa penasaranku ini.
Secara diam - diam kuperhatikan Riri yang sedang duduk di sofa ruang tamu, yang saat itu mengenakan blouse dan rok mini sepatu sport yang serba putih semuanya. Seolah mau bermain tenis.
Lalu aku duduk di samping kanan Riri sambil menggenggam tangan kanan kanannya. “Aku mau nagih janjimu dulu ah. “
“Janji apa ?” Riri mengerling dengan senyum manis.
Sahutku, “Janji untuk berbagi rasa denganku itu. “
“Harus sekarang ditunaikan janjinya ?” Riri tersenyum lagi.
“Tidak ada kata harus ... karena aku tidak mau memaksamu. “
Tiba - tiba Riri balas meremas tangan kiriku sambil merapatkan kepalanya ke pangkal lenganku. Kata Riri, “Bawalah aku ke mana pun yang Sam inginkan sekarang. juga. “
“Oke. Itu berarti Riri seorang calon pemimpin yang bisa menepati janji, “ kataku sambil berdiri dan menarik tangan Riri untuk berdiri juga.
Lalu kubawa Riri ke basement, tempat mobilku diparkir.
“Kita cari makan untuk sarapan pagi dulu ya, “ ucapku setelah berada di belakang setir sedan hadiah dari Mamie tiga tahun yang lalu ini. Memang untuk keperluan sehari - hari sedan ini lebih praktis dan nyaman kalau dibandingkan dengan jeep long chasis itu, yang menyulitkan kalau terjebak macet di jalanan padat kendaraan.
Kemudian aku belokkan mobilku ke pelataran parkir restoran langgananku.
Aku duduk berdampingan dengan Riri, sambil memandang ke arah aquarium super panjang (lebih dari 5 meter) yang dijadikan tempat hidup beraneka warna ikan laut beserta biota laut yang tampak masih hidup itu.
“Kapan aku harus berangkat ke Semarang ?” tanya Riri.
“Besok juga sudah bisa berangkat. Sekarang surat keputusannya sedang dibuat oleh sekretarisku. “
“Wow secepat itu ... luar biasa ... “
“Aku hanya minta keseriusan dan kejujuran Riri mengelola perusahaan nanti ya. “
“Siap Big Boss. Tapi ... kalau aku kangen sama Sam nanti gimana ?”
“Kalau kamu yang kangen, ya terbang aja ke sini. Kalau aku yang kangen, aku yang terbang ke Semarang nanti. “
Kemudian kami menyantap sarapan pagi, cuma nasi tim ayam dan teh pahit panas.
Beberapa saat berikutnya, Riri sudah duduk lagi di dalam sedanku, menuju ke villa itu lagi. Villa yang pernah dipakai untuk mengeksekusi Anabella dan Mamie. Mungkin aku harus menempelkan icon Love di dinding villa ini, karena aku merasa villa ini akan sering dijadikan tempatku bercinta dengan perempuan - perempuan pilihanku.
Kuajak Riri ke ruang keluarga. Dan kuraih pinggangnya ke atas sofa, sehingga dia jadi duduk di atas pangkuanku. Entahlah, belakangan ini aku suka sekali mendudukkan perempuan pilihanku untuk duduk di atas kedua pahaku. Karena dalam posisi seperti ini terasa akrabnya, sekaligus bisa mendekap pinggangnya dan leluasa untuk menggerayangi bagian tubuhnya yang masih tersembunyi di balik pakaiannya.
“Sejak suamimu meninggal, pernah dekat dengan seorang lelaki ?” tanyaku sambil mendekap Riri dengan lengan kiriku, sementara tangan kananku mulai mengusap - usap pahanya di bawah rok mininya..
”Ya baru sekarang ini dekat dengan cowok yang sangat ganteng bernama Sammy ini, “ sahutnya tanpa menoleh padaku.
“Kamu juga cantik Ri. Kalau gak cantik mana mungkin kuajak ke sini, “ ucapku dengan tangan kanan yang mulai menyelundup ke pangkal pahanya yang terasa hangat, “Tapi kalau gak ada keinginan untuk bekerja di perusahaanku sih, mungkin kamu gak mau dibawa ke sini ya ?”
“Gak begitu juga keles. Masalah pribadi gak ada sangkut pautnya dengan masalah profesi. Tempo hari makanya aku manggil Sam waktu kita sama - sama sedang lari pagi karena apa ? Karena sejak masih sama - di SMA, Sam adalah cowok yang sangat kusukai. Tapi waktu itu Sam selalu menghindar kalau kupancing untuk membicarakan masalah pribadi kan ?”
“Saat itu aku ingin konsen mata pelajaran yang harus kita hadapi. Aku ingin lulus dengan nilai baik. Setelah kuliah pun aku masih tetap dingin pada cewek. Karena ingin secepatnya lulus dengan poredikat cum laude. “
“Setelah S1 langsung tancap gas, ngejar cewek sampai empat orang untuk dijadikan istri - istri Sam ya ?”
“Nggak begitu juga. Semua ada prosesnya. Dua orang istriku adalah perempuan bule. Mereka ingin jadi WNI, tapi sangat sulit kecuali menikah dengan orang Indonesia dulu. Istri pertama orang keturunan chinese. Itu karena dijodohkan oleh ibu tiriku yang tante istri pertamaku itu. Istri keempat juga ada alasan kuat untuk dijadikan istriku. Semuanya bukan berdasarkan nafsu semata, “ kataku dengan tangan yang sudah kuselinapkan ke balik celana dalam Riri Oriana. Dan menemukan permukaan kemaluan yang sangat licin, tiada rambutnya seutas pun.
Dan ketika jari tengahku mulai menyelusup - nyelusup ke dalam celah memeknya, aku berkata setengah berbisik, “Memekmu pasti enak sekali neh. “
“Emangnya ada memek yang nggak enak gituh ?”
“Banyak. Terutama memek yang jarang dicuci dan dirawat. “
“Ooo ... kalau soal itu sih dijamin. Memekku selalu dibersihkan secara rutin tiap hari. Ini kan milik terpenting yang harus selalu terjaga kesehatannya ... hihihihiiii ... !”
“Kontolku jadi ngaceng neh. Pindah ke kamar yuk, biar lebih leluasa, “ ucapku sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana dalam Riri Oriana.
Waktu melangkah menuju kamar utama, Riri berkata setengah berbisik, “Aku degdegan neh ... “
“Wajar sih, aku juga degdegan kok, “ sahutku sambil menutupkan dan mengunci pintu setelah kami berdua berada di dalam kamar utama ini.
“Baru sekali ini aku melihat villa semegah dan semewah ini, “ ucap Riri sambil berdiri di dekat sofa kamar utama.
“Memang villa ini hanya bisa dikunjungi oleh orang - orang istimewa saja. Jadi, sebenarnya kamu termasuk istimewa di hatiku, Riri yang cantik. “
“Masa sih ?” cetus Riri sambil mendekap pinggangku. Dengan tatapan tajamnya yang seolah menembus jantungku.
Aku pun menanggapinya dengan pelukan di lehernya, lalu kucium bibirnya dengan sepenuh kehangatan tuntutan birahiku.
Riri menyambut ciumanku dengan lumatan yang hangat pula. Bahkan ketika kujulurkan lidahku sedikit, dia langsung menyedot dan menggelutkan lidahnya ke lidahku di dalam mulutnya.
Aku pun membalasnya. Ketika lidah Riri terjulur, kusedot dan kugelutkan lidahku ke lidahnya di dalam mulutku. Dan semakin erat juga dekapan Riri di panggangku ini.
Lalu ... Riri melepaskan bblouse dan rok serba putih itu. Kemudian juga sepatu dan kaus kaki serba putih itu pun dilepaskan dari kakinya.
Sehingga tubuh indah itu tinggal mengenakan beha dan celana dalam saja.
Maka aku pun mengimbanginya dengan menanggalkan segala yang melekat di tubuhku, hanya celana dalam yang kubiarkan masih melekat pada tempatnya.
Riri tersenyum melihatku tinggal mengenakan celana dalam ini. “Tubuh Sam ideal banget. Sangat seksi kelihatannya. Pantesan banyak yang ingin jadi istri Sam, “ ucap Riri sambil menanggalkan behanya, lalu celana dalamnya pun ditanggalkan.
Hmmm ... pujian yang ia lontarkan padaku justru harus kuucapkan padanya setelah melihat bentuk tubuh mulus Riri itu. Tinggi langsing tapi tidak kurus. Sepasang toketnya berukuran sedang. Bokongnya pun berukuran sedang, gede tidak tepos pun tidak.
Mungkin bentuk tubuh seperti itu diidam - idamkan oleh banyak istri.
Aku pun tak mau buang - buang waktu lagi. Kulepaskan celana dalamku, lalu merayap ke atas tubuh Riri yang tampak sudah pasrah untuk dijadikan penyaluran hasrat birahiku. Tapi Riri menghindariku setelah melihat bentuk penisku yang memang di atas rata - rata ini.
“O my God !” seru Riri sambil memegang penisku yang sudah ngaceng berat ini, “Ini anaconda apa penis ?!”
“Ini namanya kontol Non, “ sahutku sambil menepiskan genggaman Riri, lalu kugumuli tubuh hangatnya dengan segenap gairahku.
Riri pun menyambut gumulanku dengan pelukan erat di leherku, disusul dengan ciuman dan lumatan binalnya di bibirku.
Sepasang toket Riri ternyata masih sangat kencang, meski usianya sudah di atas 27 tahun, setahun lebih tua dariku. Mungkin karena jarang diremas lawan jenisnya. Mungkin juga karena dirawat oleh obat - obatan khusus untuk mengencangkan payudara. Entahlah.
Yang jelas aku mulai mencelucupi pentil toketnya, sementara jemariku nyasar ke memeknya. Untuk mengelus - elus mulut vaginanya dan untuk menyelusup - nyelusup ke dalam celahnya yang mulai membasah.
Bahkan akhirnya aku melorot turun ke bawah perut Riri, karena sudah sangat penasaran, ingin menjilati memeknya yang tembem dan mudah basah setelah kucolek - colek dengan jari tengahku barusan.
Dan ... sepasang paha mulus itu pun merenggang. Seolah mengucapkan selamat datang buat lidah yang gemar menjilati memek ... !
Tanpa basa - basi lagi mulutku langsung menyeruduk memek yang sudah kungangakan oleh kedua tanganku. Langsung menjilati bagian dalamnya yang kemerahan dan mengkilap oleh lendir libidonya itu.
Riri pun mulai mendesah, “Aaaaaaaaah .... ini pertama kalinya memekku disentuh lelaki lagi sejak suamiku meninggal Saaam ... aaaaa .... aaaaaah .... Saaaaam .... Saaaaam .... aaaaaa ... aaaaaahhhh.... “
Tubuh Riri pun mulai menggeliat - geliat. Terlebih lagi setelah jilatanku difokuskan ke clitorisnya. Jilatan yang bercampur dengan isapan dan sedotan kuat ... sementara jari tengahku mulai kuselundupkan ke dalam liang memeknya ... lalu kumaju mundurkan di dalam liang basah dan licin itu, seolah gerakan penis tengah mengentot.
Rintihan Riri pun semakin menjadi - jadi, “Ooooo .... oooo ... oooooh Saaaaaam ... dijilatin itilnya sih pasti aku cepat orgasme Saaaam ... tapi enak sekali ... ooooooh Saaaaam ... Saaaaaam ... masukin aja kontolmu Saaaam ... nanti aku keburu orgasme ... bisa becek memekku nanti Saaam ... “
Kupikir benar juga rintihan Riri itu. Bahwa kalau dia keburu orgasme, bisa becek liang memeknya nanti. Justru aku senang kalau pasangan seksualku mencapai orgasmenya justru pada waktu aku sedang mengentotnya.
Maka kujauhkan mulutku dari memek yang tembem dan bersih mulus itu. Kemudian kuletakkan penis ngacengku di permukaan kemaluan yang menggiurkan itu. Dan iseng kupukul - pukulkan dulu penis ngacengku ke permukaan memek Riri.
“Hihihihiiii .... “ Riri ketawa cekikikan ketika aku mengisenginya itu.
Lalu kuletakkan moncong penisku di arah yang pas. Dan kudorong sekuatnya. Langsung melesak masuk lebih dari separohnya ke dalam liang memek yang memang sudah basah ini.
“Dudududuuuuuh .... luar biasa gedenya kontol ini ... “ desah Riri sambil memejamkan matanya.
Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dada Riri, dilanjutkan dengan mengayun penisku yang sudah terbenam di dalam liang memek teman lamaku.
“Baru beberapa kali entotan, aku merapatkan pipiku ke pipi Riri, sambil membisiki telinganya, “Dugaanku benar ... memekmu ini enak sekali ... licin tapi legit ... “
“Kontol Sam juga luar biasa ... gesekannya terasa sampai ke sekujur tubuhku ... aaaaaa ... terusin Sam .... entot terusss ... jangan diberhentikan gini ... lagi enak -enaknya .. aaaaaah ... aaaaaa ... iyaaaaaa ... iyaaaaaaa ... iyaaaaaaa ... aaaaaah ... enak sekali Saaaam .. entooot terusssss ... entoooootttttttttt ... entooottttttttttt Saaam ... iyaaaaa ... iyaaaaaaa ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaaaa ... aaaaaaaa ... aaaaaa ... aaaaahhh ... Saaaaam ... Saaaam ... entoooootttttttt ... entooooooootttttttttttttttttt ... “
Aku memang mulai gencar mengentot memek licin tapi legit ini.
Tak cuma itu. Aku pun mulai menjilati leher Riri disertai dengan gigitan - gigitan kecil, agar jangan sampai meninggalkan bekas sesudahnya.
“Cupangin leherku Saaam ... cupangin .... !” cetus Riri pada suatu saat.
“Nanti kelihatan bekasnya di lehermu gimana ?”
“Biarin aja. Aku bawa syal di tasku. Nanti leherku bisa dibelit syal itu. Cupangin dong leherku Sam ... please ... ! “ rengek Riri bernada memohon.
Aku selalu tidak tega kalau mendengar suara perempuan memohon. Karena itu kukabulkan permintaan Riri itu. Pada saat penisku sedang digenjot untuk mengentot liang memek Riri habis - habisan, kusedot - sedot leher yang sudah mulai berkeringat itu sekuatnya. Kulakukan hal itu sebanyak mungkin. Sehingga dalam waktu singkat aku sudah bisa membuat totol - totol merah kehitaman di leher Riri Oriana.
Tapi Riri justru kelihatan sangat menikmati setiap kali aku berhasil membuat lehernya merah kehitaman itu.
Maka setelah leher Riri kelihatan terlalu banyak totol - totol merah kehitaman itu, aku pun pindah ke sepasang toketnya sambil bertanya, “Toketnya mau dicupangin juga ?”
“Iiiii ... iiiiyaaaaaaaaaa ... silakaaaan ... “ sahutnya terengah karena penisku sedang mentok di dasar liang memeknya dan lalu kubenamkan terus seolah mau ejakulasi.
Maka kugencarkan lagi entotanku, sambil menyedot - nyedot toketnya sekuatku. Mulai timbul bekas merah kehitaman di toket Riri.
Meski sedang gencar mengentolt dan mencupangi toket Riri, aku masih smepat bercanda, “Nanti kalau toketnya sudah penuh dengan cupanganku ... cupangin itilnya, mau ?”
Riri menyahut, “Iiiih ... jangan dong ... bisa mati aku kalau itil dicupang sih ... aaaaaaah ... aku bakal ketagihan nih ... kontolmu luar biasa enaknya Saaam ... aku ... aku seperti udah mau orgasme niiiih .... “
“Ya ayoooo ... raihlah orgasmemu sepuas hati ... !” kataku sambil mempercepat ayunan penisku. Maju mundur dan maju mundur dan maju mundur teruis dengan cepatnya.
Lalu, ketika Riri menggelepar dan mengejang tegang, kutancapkan penisku sampai mentok lagi di dasar liang memeknya ... !
Sesuatu yang sangat indah pun terjadi. Bahwa liang memek Riri laksana spiral yang memilin - milin batang kemaluanku, disusul dengan kedat - kedut erotis yang menciptakan keindahan tersendiri bagiku.
Lalu ia terkulai lunglai. Dengan keringat membasahi wajah dan lehernya.
Namun hanya beberapa detik Riri terkulai lemas. Lalu ia menggulingkan tubuhnya sampai menelungkup, sehingga batang kemaluanku terlepas dari memeknya.
Riri tak sekadar menelungkup, karena ia lalu merangkak sambil menunggingkan bokongnya, sampai dari belakang pun tampak jelas kemaluannya yang sedang diusap - usap oleh tangannya, “Silakan dilanjutkan Big Boss ... “ ucapnya dengan nada centil.
Hmmm ... tampaknya Riri ingin dilanjutkan dalam posisi doggy.
Tentu saja aku tidak menolak posisi gogog ini. Karena aku sudah terlatih menggauli wanita dalam posisi apa pun. Maka sambil berlutut, kubenamkan batang kemaluanku ke dalam memek Riri yang masih sangat basah dan licin ini ... blesssssssssskkkkk ... terbenam amblas seluruhnya.
Lalu, sambil berlutut aku pun mulai mengentotnya, dengan kedua tangan memegangi bokong semoknya. Hmmm ... dalam posisi apa pun memek Riri memang enak buat dientot. Namun di tengah asyiknya aku mengentot memek teman lamaku ini, aku masih menyempatkan diri untuk berkata, “Nanti di Semarang jangan macem - macem ya Riri. “
“Nggak lah. Pantau aja diriku nanti. Aku takkan macem - macem. Hanya Big Boss Sammy yang boleh mengentot memekku ... !”
Lalu kulanjutkan lagi entotanku. Makin lama makin gencar. Tapi aku tak mau mengemplangi pantat Riri, karena Riri bukan Mama Ken. Belum tentu Riri suka kalau aku menampar - nampar buah pantatnya pada saat sedang kusetubuhi dalam posisi doggy ini.
Aku malah punya sasarfan lain daripada ngemplangin bokong. Kedua tanganku merayap sampai kemaluan Riri yang sedang kuentot ini. Yang kucari adalah kelentitnya.
Setelah menemukan kelentit di atas mulut vaginanya, aku pun mulai menggesek - gesek bagian yang hanya sebesar kacang kedelai itu.
Karuan saja Riri mulai merintih - rintih lagi, “Saaaam ... oooooohhh .... Saaaaammm ... oooooohhhhhhhhhh .... Saaaaaaaammmmmmmmmmm .... duuuuh enak Saaaaam ... gesek terus itilku Saaaam ... iyaaaa ... iyaaaa ... itilnya Sam, itiiiil .... ooooh ... ooohhh ... Saaaam ... enak Saaaam .... enak ... itilnya ... itilnya ... ooooh .... !”
Akhirnya aku merasa lebih menarik lagi kalau bisa menggesek kelentit Riri dengan jari tangan kanan dan meremas toket Riri dengan tangan kiriku. Karena itu aku merapatkan dadaku ke punggung Riri dengan “kegiatan” seperti yang kubayangkan tadi. Kuremas toket kiri Riri sambil menggesek kelentitnya dengan jari tangan kanan, sementara batang kemaluanku tetap mengentotnya dengan gencar.
Dan justru dalam posisi inilah Riri menbgejang dalam orgasmenya, bersamaan dengan meletusnya puncak penisku ... memuntahkan air mani yang banyak sekali ...
Crottttt ... crottt ... croooootttt ... crotcrot ... crooooooottttt ... croooooooooootttttttt ... !
Lalu kami sama - sama terkulai lemah lunglai.
Beberapa saat kemudian ....
“Barusan dibarengin ya ?” tanya Riri setelah menyeka memeknya dengan kertas tissue basah.
“Iya. Kan biar nikmat dan berkesan, “ sahutku sambil mengusap - usap perutnya yang kencang dan tidak kelihjatan buncit sedikit pun.
“Terus kalau aku hamil nanti gimana ?”
“Hamil ya hamil aja. Tapi aku takkan bisa menikah denganmu, karena istriku sudah empat orang. Tapi kalau gak mau hamil, minum aja pil kontrasepsi ini, “ kataku sambil meraih tas kerjaku dari atas meja tulis, lalu mengeluarkan 1 strip pil kontrasepsi. Dan menyerahkannya ke tangan Riri.
“AKu kan mau berkarier dulu di perusahaan Sam. Jadi sebaiknya jangan hamil dulu. “
“Ya udah, minum aja pil itu sesuai dengan aturan pakainya.
Perusahaanku yang sebenarnya bermodalkan hibah dari Alana, berdasarkan cintanya padaku, masih membutuhkan tenaga terpercaya untuk menduduki jabatan manager di beberapa kota.
Prinsipku tetap akan mengutamakan keluarga besarku untuk direkrut ke dalam perusahaanku, terutama bagi mereka yang masih menganggur dan mereka yang sudah ... kuentot ... !
Tapi tentu saja aku harus memilih yang “The right man/woman on the right place”. Jangan sembarangan memilihnya. Meski pun saudara dekatku, kalau diperkirakan takkan mampu bekerja untukku, ya takkan kurekrut.
Kebetulan aku punya daftar sirsilah keluarga besar dari pihak ibu almarhumah, yang lengkap dengan tanggal lahir dan pendidikannya masing - masing.
Ketika aku membaca daftar sirsilah itu, perhatianku tertuju kepad salah seorang adik ibu kandungku, yang belum pernah “kuapa - apain”, yakni Tante Della. Nama lengkapnya Della Delianti. Pendidikan S2, pekerjaan dosen. Lalu tertera juga alamat rumah dan nomor handphonenya.
Lalu kuambil handphoneku dan kupijat nomor Tante Della. Lalu :
“Hallo ... ada yang bisa saya bantu ?”
“Ini dengan keponakanmu, Tante. “
“Siapa nih ?”
“Sam alias Sammy. Keponakan Tante yang namanya Sam cuma aku seorang kan ?”
“Heheheee ... Sam ! Apa kabar nih eksekutif muda ?”
“Sehat Tante. Tante sendiri gimana ? Sehat aja kan ?”
“Iya ... sehat juga Sam. “
“Maaf Tante ... aku mau to the point aja ya. Tante masih jadi dosen atau sudah beralih ke profesi lain ?”
“Masih ngajar Sam. Ya itu kan sudah jadi profesiku. Mau kerja apa lagi ?”
“Maaf ... kalau dilihat dari daftar sirsilah keluarga besar kita, Tante kan sudah es-dua. Es - duanya di bidang apa Tante ?”
“Managemen. Emangnya kenapa ? Mau nawarin aku buat ngajar di slaah satu perguruan tinggi ?”
“Memang mau nawarin pekerjaan. Tapi bukan sebagai dosen. Tante akan kurekrut untuk bekerja di perusahaanku, dengan gaji yang pasti jauh lebih gede daripada gaji dosen. “
“Kerja di hotelmu ?”
“Bukan Tante. Di perusahaanku yang cabangnya tersebar di limabelas kota di negara kita. Kebetulan es-dua Tante cocok dengan keinginanku. Bagaimana ?”
“Gak bisa langsung memutuskan sekarang Sam. Kantornya di mana sih ? Kapan - kapan aku mau mendatangi kantormu. “
Lalu kusebutkan nama perusahaan dan alamat kantorku, yang katanya sedang dicatat oleh Tante Della.
“Wow ... ! Itu sih kelihatannya perusahaan besar Sam. Aku sudah tau kok. Kantornya aja sampai berapa lantai tuh ... kayak hotel bintang lima ... !”
“Syukurlah kalau Tante udah tau kantorku. Baiknya secepat mungkin Tante datang ke kantorku, mumpung aku masih mencari tenaga - tenaga profesional untuk pimpinan di beberapa cabang. “
“Iya ... iya ... ! Kalau gitu besok deh aku mau ke kantormu Sam. “
“Bagus. Lebih cepat lebih baik Tante. Besok langsung aja naik lift ke lantai tujuh. Kalau ditanya petugas security, bilang aja mau ketemu aku. Tapi jangan bilang aku ini keponakan Tante. Karena kalau Tante jadi kerja di perusahaanku juga, sebaiknya hubungan kekeluargaan kita dirahasiakan saja. “
“Iya, iya. Soal itu sih aku ngerti Sam. Kalau kita merahasiakannya, kan aku bisa bergerak seperti mata - mata. “
“Betul itu. besok aku tunggu di kantor, ya Tante. “
Setelah hubungan seluler itu ditutup, aku tercenung sendiri di ruang kerjaku. Memikirkan adik - adik ibuku yang perempuan, yang hampir semuanya sudah kugauli. Hanya Tante Della dan Tante Dini yang belum kuapa - apain. Lalu apakah Tante Della akan kugauli pula nantinya ?
Entahlah. Yang jelas, aku selalu tergiur oleh bentuk tante - tanteku yang cantik - cantik dan mulus - mulus itu.
Bahkan kalau dipikirkan lagi, Wulan pun bukan orang jauh. Dia itu adik sepupuku sekaligus istri adikku (Yoga). Anehnya, aku pun tergiur olehnya. Apalagi setelah Yoga berkata ingin memasrahkan Wulan padaku, karena Yoga tidak mampu lagi memuasi istrinya yang bernafsu gede itu.
Setelah Yoga kutempatkan di hotelku yang di Surabaya sebagai general manager, aku semakin leluasa lagi “memakai” Wulan. Bahkan aku masih ingat benar bahwa Wulan pernah dithreesome oleh teman - teman lamaku (Bimo dan Galih). Tapi lucunya, setelah teman - temanku pulang, Wulan malah mendekapku sambil berkata, “Rasanya di dunia ini tiada cowok yang bisa memuaskanku selain Bang Sam. Meski pun tadi aku digauli oleh dua cowok sekaligus, jujur ... aku tidak bisa orgasme. Tapi aku pura - pura orgasme supaya mereka senang saja. “
Aku cuma terlongong mendengar curhatan Wulan itu. Memang mengherankan kalau digauli oleh dua orang teman lamaku masih belum puas juga. Dan Wulan hanya bisa puas olehku saja. Aneh memang.
Yang lebih aneh lagi, Wulan belum hamil - hamil juga. Padahal dia pernah memeriksakan diri ke dokter. Dan dokter itu mengatakan bahwa Wulan normal - normal saja. Tidak ada kelainan pada rahimnya. Lalu kenapa sampai sekarang Wulan belum hamil juga ?
Entahlah. Yang jelas aku sangat memperhatikan nasib Wulan. Punya suami tapi tidak bisa memuaskannya. Sedangkan aku sendiri tak mungkin bisa menikahinya, karena istriku sudah empat orang.
Karena itu aku berusaha untuk membahagiakannya dengan cara lain. Dengan menempatkannya di perusahaan baruku, sebagai asisten pribadiku. Kedudukan yang lebih tinggi daripada general manager, tapi tidak ada di dalam struktur perusahaan.
Namun seluruh karyawanku tahu, bahwa aspri itu jabatan yang paling “berbahaya” buat mereka yang akan melakukan pelanggaran atau kecurangan.
Tiba - tiba handphoneku berdering, membuyarkan terawanganku tentang Wulan dan tante - tanteku. Setelah kulihat layar hapeku, ternyata dari Gina ... !
“Hallo Sayang ... “ sambutku di dekat hapeku.
“Hallo Cinta ... kok lama gak nengok aku sih ? Sekarang kandunganku sudah berumur delapan bulan lho. “
“Iya, iya, iyaaaa ... aku sibuk sekali Sayang. Sibuk menata perusahaan baruku ini. Tapi sejam lagi aku akan merapat ke rumahmu deh. “
“Iya. Aku tunggu ya. Aku kangen sekali padamu Samku Sayang ... “
“Sama, aku juga udah kangen berat, makanya sejam lagi aku akan merapat ke rumahmu. “
Aku yang tadinya akan mengadakan briefing pada seluruh karyawan di kantyor pusat perusahaanku ini, terpaksa kubatalkan. Karena aku merasa Gina lebih penting daripada briefingku yang bisa dilaksanakan besok atau lusa saja. Sementara kerinduan Gina padaku tidak boleh kuanggap sepele. Karena aku dan Merry sudah bersusah payah untuk menyembuhkan kelumpuhan Gina. Sudah bersusah payah pula untuk menghamilinya. Maka setelah dia hamil, aku harus semakin rajin “menengok”nya. Apalagi sekarang, Gina sudah hamil tua. Sekitar 45 hari lagi juga bakal melahirkan, mungkin.
Tepat sejam kemudian mobilku sudah berada di pekarangan rumah Gina yang sudah direnovasi oleh Merry, menjadi sebuah rumah bergaya minimalis yang tampak kokoh dan cantik. Sementara pohon - pohon di sekitarnya dibiarkan tetap tumbuh, agar bisa dijadikan tempat bermain anak, kalau Gina sudah melahirkan anakku kelak.
0 Komentar