SEMUANYA BERKAT MAMIE (IBU TIRIKU?) PART 1

 


Diriku bukan kacang yang lupa pada kulitnya. Aku sadar benar bahwa awal kesuksesanku berkat kebaikan Mamie, ibu tiriku yang sekaligus Papa ijinkan untuk menjadi kekasihnya.




Itulah sebabnya aku tak pernah melupakan kebaikan Mamie itu. Minimal seminggu sekali aku “menengok”nya. Meski Papa ada di rumah pun, aku tetap diijinkan untuk membawa Mamie ke lantai dua. Bahkan Papa ikut mendukung agar Mamie punya anak lagi dariku.




Maka aku pun mengikuti keinginan Papa dan Mamie, untuk “berjuang” agar Mamie hamil lagi.




Keinginan kami pun terkabul. Mamie hamil lagi untuk anak kedua kami. Lalu lahirlah anak cewek yang cantik dan diberi nama Athia Kamaratih, yang diartikan sebagai Dewi Cinta.




Mamie pun mengerjakan seorang babysitter lagi. Babysitter lama tetap ditugaskan untuk mengasuh Satria Pratama (anak pertamaku dari Mamie), sementara babysitter yang baru ditugaskan untuk merawat dan menjaga Athia Kamaratih.




Dan Mamie hanya dua bulan beristirahat. Lalu sibuk lagi mengurus bisnisnya bersama Papa.




Anehnya, setelah punya anak dua, Mamie malah semakin cantik dan semakin menggiurkan di mataku.




Bahkan pada suatu hari aku sengaja membawa Mamie ke villa yang bekas tempat pertemuanku dengan Mrs. Alana dan bekas tempat mengeksekusi keperawanan Bella.




Setiap kali mau menjumpai Mamie, aku selalu mengendarai sedan mewah pemberian Mamie. Tak pernah memakai jeep hadiah dari Merry. Karena aku ingin diriku terkesan selalu merawat benda apa pun yang Mamie hadiahkan padaku.




Dan memang sedan mahal pemberian Mamie itu selalu kurawat dengan baik. Ada yang kurang enak sedikit saja, pasti kumasukkan ke bengkel langgananku, untuk dicari dan dibetulkan bagian yang membuat kurang nyaman itu.




Pada waktu membawa Mamie ke villaku itu pun, aku memakai sedan pemberian Mamie.




Tibalah aku dan Mamie di depan villaku yang sebenarnya selalu dijaga oleh beberapa orang satpam secara bergiliran dan kebersihannya selalu dijaga oleh dua orang pembantu.




Belum masuk pun Mamie tertegun di depan villaku dengan sorot pandangan kagum di sepasang mata sipitnya. “Wow ... villamu ini luar biasa mewahnya. Dindingnya dilapisi batu pualam asli ya ?”




“Iya Mam, “ sahutku, “Di bagian dalamnya pun sama, semuanya dilapisi batu marmer asli. “




“Cekkk cekk cekkk, “ Mamie berdecak kagum sambil geleng - geleng kepala, “Berapa puluh milyar kamu ngabisin duit untuk membangun villa ini Sam ?”




“Aku hanya menjalankan duit taipan dari Macau Mam. “




“Ohya ? Orang Macaunya pasti cewek kan ?”




“Hehehee ... betul Mam. Mrs. Alana namanya. “




“Dan kamu pacari dia juga, makanya dia bisa buang - buang duit padamu kan ?”




“Iya juga Mam. Sekarang hampir semua duitnya dipercayakan padaku untuk membangun bisnis di negara kita. “




Mamie menggandeng lenganku masuk ke dalam villaku. Sambil berkata, “Berarti dua orang konglomerat yang memback-up kamu sekarang ya. ”




“Iya Mam. “




“Baguslah. Berarti kamu sekarang sudah jauh lebih tajir daripada Mamie kan ?”




“Ah ... aku tak pernah menghitung sampai ke sana Mam. “




“Tapi yang penting kamu jangan melupakan Mamie ya Sayang, “ ucap Mamie setelah berada di ruang keluarga.




“Jiwaku tidak sekerdil itu Mam, “ kataku sambil meraih lengan Mamie agar duduk di pangkuanku, “Mamie adalah awal dari segalanya. Tanpa Mamie tak mungkin aku bisa seperti ini sekarang. Dan yang terpenting, Mamie adalah wanita pertama yang mengandung dan melahirkan putraku. Sekarang ditambah lagi dengan kehadiran si cantik Devi. Aku bahagia sekali Mam. “




Mamie yang sedang duduk di atas kedua pahaku, lalu menciumi pipiku berulang - ulang. Lalu berkata perlahan, “Mamie juga bahagia, karena kamu selalu mengerti apa yang mamie inginkan, Sayang. “




Seperti biasa, kalau Mamie sudah duduk di pangkuanku, pasti tanganku merayap ke balik gaunnya. Kali ini pun begitu. Tanganku menyelundup ke balik gaun sutra orangenya, lalu menyelinap ke balik celana dalamnya. Dan mulai menggerayangi kemaluannya.




Pada saat yang sama, Mamie mencium bibirku, lalu melumatnya dengan lahap dan romantisnya. Karena jemariku mulai menyelundup ke dalam liang memeknya yang selalu saja membangkitkan gairahku.




Semua ini membuat nafsuku mulai bergejolak dan tidak terkendalikan lagi. Maka dengan hati - hati kuangkat dan kubopong Mamie ke dalam kamar utama. Kamar yang pernah kupakai mengeksekusi Mrs. Alana dan keperawanan Anabella.




Lalu kurebahkan Mamie dengan hati - hati di atas bed bertilamkan seprai putih bersih itu.




Kutanggalkan segala yang melekat di tubuhku, sementara Mamie pun melakukan hal yang sama. Melepaskan segala yang melekat di tubuhnya, sehingga kami jadi sama - sama seperti Adam dan Hawa waktu pertama kali diturunkan ke permukaan bumi ini.








Ketika melihat Mamie sudah telanjang bulat, aku sangat mengaguminya. Karena Mamie bahkan lebih menggiurkan daripada waktu belum punya anak dahulu. Mungkin karena Mamie teramat pandai merawat badannya, dengan berolahraga, minum suplemen dan ramuan - ramuan secara teratur. Sehingga sepintas lalu tubuhnya seperti wanita yang baru 25 tahunan.




Dan yang paling mengherankan, aku sering cepat bosan kepada perempuan yang sudah kugauli. Tapi kepada Mamie ini sebaliknya. Semakin sering aku ketemuan dan ML dengannya, yang tertinggal ti hatiku adalah kangen dan kangen terus. Hanya saja aku terlalu sibuk mengurus ini dan itu, sehingga Mamie seolah tidak punya greget lagi. Padahal aku sering merindukannya, tapi terhalang oleh kesibukan. Sedangkan Mamie berbeda dengan wanita - wanita lain yang sudah kumiliki. Mamie punya harga diri yang sangat tinggi. Mamie tidak mau mendatangi tempatku. Harus aku yang mendatangi tempatnya ... !




Tapi kalau sudah berduaan di dalam kamar seperti ini, Mamie tidak jaim lagi. Tidak jaim pula untuk memegang batang kemaluanku, yang lalu diselomotinya dengan lahap, takk ubahnya anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli atau es lilin.




Sebenarnya aku kurang tega membiarkan Mamie mengoralku. Karena biar bagaimana dia itu istri ayahku, yang tetap saja menimbulkan rasa hormat di hatiku.




Namun setelah jiwa digoda nafsu birahi, semuanya dilupakan.




Setelah cukup lama aku dioral oleh Mamie, aku pun menggumulinya di atas bed. Menciumi dan menjilati bibirnya, lehernya, daun telinganya, toketnya dan ketiaknya. Dan Mamie menyambutku dengan pelukan hangatnya.




Dan ketika wajahku sudah berhadapan dengan memeknya yang tetap kugilai, Mamie merentangkan sepasang paha mulusnya selebar mungkin. Lalu kujilati memeknya yang selalu kukangeni ini habis - habisan. Tak cuma kujilati, jempol tanganku pun mulai ikut beraksi. Menggesek - gesek kelentit Mamie yang sudah sangat kuhapal letak dan bentuknya ini.




Mamie pun mendesah - desaah terus, sampai akhirnya ia bersuara dengan nada memohon, “Sudah Sayang ... masukkan aja kontolmu ... mamie sudah kangen benar sama entotan kontol gedemu itu ... “




Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong penisku di mulut memek Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu.




Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kemaluanku. Dan .... langsung amblas semuanya .... bleeesssssssssssskkkkkk ... ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena penisku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong ... tanpa harus bersusah payah lagi.




Mamie pun menyambut kehadiran penisku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang ... kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu ... agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “




“Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah .... “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta.




Lalu aku mulai mengentotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh .... Saaaam ... kontolmu ini yang bikin mamie tgergila - gila padamu ... selalu saja membuat mami klepek - klepek gini ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaaaa ... entot terus Saaaaam ... entot teruuuussssssssssss ... entooooooottttttttttttt ... entoooooooottttttttttt ... iyaaaaaaaaa ... iyaaaaaaaaaaa ... !”




Terlebih lagi setelah aku mengentotnya sambil mencelucupi puting payudaranya yang satu dan meremas payudara yang satunya lagi.




Aku sendiri mulai merasakan nikmatnya menyetubuhi Mamie, karena meski memeknya tidak sesempit sebelum punya anak dahulu, namun liang kewanitaannya ini tetap terasa legit. Terlebih setelah Mamie mulai mengayuun pinggulnya, bergoyang - goyang laksana goyangan penari perut dari timur tengah, disertai dengan getaran - getaran erotis di perutnya yang tetap kecil, tidak buncit sedikit pun.




Aku pun menanggapi goyang pinggulnya dengan menjilati ketiak kirinya, sambil meremas toket kanannya. Dan semakin berhamburanlah rintihan - rintihan histeris ibu tiriku yang sangat cantik dan baik hati itu.




“Saaaaaam ... oooooooohhhhhhhhhh .... Saaaaaam .... dientot sama kamu sih sepuluh kali sehari juga mau Saaaaaaaam .... entooooot teruuuuuuuussssss Sayaaaaaaang .... entooot teruuussss sepuasmu Sayangkuuuuuu ... ooooohhhhhhhhhh ... ini nikmat sekali Saaaaaaammmm ... nikmaaaaaaaaaaaaaattttt ... entoooottttttt teruuussssssss ... entoooooooottttttttttttttttttttttt ... entoooooooooooooooooootttttttttttttttttt .... !”




Cukup lama aku mengentot Mamie. Sementara tubuhku sudah bermandikan keringat, bercampur aduk dengan keringat Mamie yang senantiasa harum mewangi, berkat wewangian yang senantiasa dipakainya itu.




Bahkan pada suatu saat, Mamie mulai berkelojotan. Dan aku tahu benar, bahwa Mamie akan segera mencapai puncak orgasmenya.




Tapi kali ini aku seolah ingin memamerkan keperkasaanku. Bahwa pada saat Mamie terkejang - kejang, dengan liang memeknya yang berkedat - kedut, aku tetap gencar mengentotnya.




Begitu juga setelah Mamie terkulai lemas, aku tetap gencar mengentotnya dengan gerakan hardcore yang sangat keras. Sehingga moncong penisku terus - terusan mentok di dasar liang memek Mamie. Hal itu membuat Mamie membuka matanya lagi. Lalu tampak seperti bergairah kembali.




Tapi ia berkata, “Gantian ah. Mamie pengen di atas. “




“Boleh, “ sahutku sambil tersenyum geli. Karena seingatku, Mamie lebih cepat orgasme dalam posisi WOT.




Tapi kuladeni saja keinginannya. Apa sulitnya celentang dan membiarkan Mamie yang mengentot, membiarkan liang memeknya mengocok batang kemaluanku.




Kali ini Mamie main di atas tapi tidak sambil berlutut seperti biasanya. Setelah penisku membenam ke dalam memeknya, Mamie menghempaskan kedua toket indahnya ke atas dadaku. Lalu ia melanjutkannya, liang memeknya mengocok batang kemaluanku, tapi ia melakukannya sambil menelungkupiku.




Aku pun tidak tinggal diam. Ketika mulut memek Mamie sudah mentok di dasar batang kemaluanku, aku pun menggerakkan penisku dalam arah berlawanan. Ketika memek Mamie menurun, aku pun mendorong penisku ke atas. Dan kalau memek Mamie naik ke atas, aku pun menarik penisku. Dengan demikian kami jadi sama - sama aktif. Tidak ada yang cuma diam pasrah.Bahkan dalam posisi seperti ini, aku bisa mengemut pentil toket Mamie dengan leluasa. Bisa mencium dan melumat bibir Mamie yang terkadang kusedot - sedot sampai keliatan seperti memble bibir sensualnya itu. Dalam posisi ini pun aku bisa menjilati dan menggigit - gigit leher Mamie, bisa menjilati ketiaknya yang senantiasa harum dan bahkan bisa menjilati telinganya. Semua ini membuat Mamie terpejam - pejam dalam ekspresi erotisnya.




Dan seperti dugaanku semula, hanya belasan menit Mamie bisa beraksi di atas perutku. Lalu ... klepek - klepek dan ... orgasme ... !




Mamie memang suka main di atas, tapi tak bisa bertahan lama. Lalu ambruk sambil menyedot lidahku ke dalam mulutnya.




Tapi aku tak mau membahas kecepatan Mamie mencapai orgasme dalam posisi WOT itu. Biarlah. Mungkin dia sengaja main di atas agar cepat mencapai orgasme lagi.




Lalu kami menggulingkan badan, jadi miring berhadapan, dengan penis tetap menancap di dalam liang kewanitaan mamie yang sudah semakin basah. Lalu kulanjutkan mengentotnya dalam posisi miring dan berhadapan ini. Dan akhirnya Mamie mengajak dilanjutkan dalam posisi missionary lagi. Mungkin agar dia bisa goyang pinggul lagi, untuk memberikan kepuasan bagiku. Karena aku selalu senang kalau Mamie sudah memamerkan goyang pinggul ala timur tengahnya.




Di dalam posisi konservatif ini, keringatku semakin membanjir. Sehingga aku mengajak Mamie untuk beristirahat dulu.




“Iya ... kalau perlu, kita mandi dulu, supaya sama - sama bersih dan segar. Nanti lanjutkan lagi dalam keadaan sudah fresh lagi, “ kata Mamie.




“Iya deh, mendingan mandi dulu. Sambil bernostalgia waktu pertama kalinya aku merasakan nikmatnya menyetubuhi Mamie di Tangerang dahulu. “




“Iya, sambil mengenang masa ketika Mamie mulai jatuh cinta padamu, “ sahut Mamie sambil menjauhkan memeknya, sehingga batang kemaluanku terlepas dari liang memeknya.




Kemudian kami turun dari bed dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.




Shower air hangat pun dipancarkan. Membasahi tubuh kami sekaligus mendorong keringat kami ke lantai. Lalu dengan mesra kami saling menyabuni seperti sering kami lakukan pada detik - detik penuh kemesraan seperti ini.




Bahkan aku selalu ketyagihan unrtuk menyabuni memek Mamie, karena biasanya memek Mamie jadi licin oleh sabun cair yang kami gunakan. Lalu tak peduli lagi sedang berada di mana dan dalam posisi seperti apa, kami pun lakukan persetubuhan sambil berdiri.




Seperti sekarang ini. Setelah memek Mamie kulicinkan dengan sabun yang berbusa - busa, kucelupkan jemariku ke dalam liang memeknya. Licin sekali. Dan Mamie tidak menolak ketika moncong penisku dicolek - colekkan ke mulut vaginanya yang sudah licin sekali itu. Bahkan diam - diam kudorong penisku yang belum ejakulasi ini. Langsung melesak masuk ke dalam liang memek Mamie. Yang Mamie sambut dengan dekapan di pinggangku, sambil menyandar ke dinding kamar mandi yang dilapisi batu pualam mengkilap itu.




Bersetubuh sering dijuluki sebagai permainan surgawi. Dalam posisi apa pun tetap saja mendatangkan nikmat tersendiri. Begitu pula ketika aku mengentot Mamie dalam posisi sama - sama berdiri di kamar mandi ini. Sama saja nikmatnya.




Mamie tidak berkomentar sepatah kata pun. Hanya desahan - desahan nafasnya yang terdengar di telingaku.




Tapi aku tak mau berejakulasi di dalam kamar mandi. Hanya beberapa menit saja aku mengentot Mamie sambil berdiri begini. Dan akhirnya kucabut penis ngacengku dari liang kewanitaan Mamie. Lalu melanjutkan mandi sampai benar - benar bersih. Kemudian kami mengeringkan badan kami dengan handuk. Dan keluar dari kamar mandi dengan membelitkan handuk di tubuh kami masing - masing.




Mamie duduk di atas sofa putih. Pandangannya tertuju ke coffee maker yang terletak di salah satu sudut kamar utama ini. “Coffee maker yang harganya puluhan juta malah ditaroh di kamar, “ kata Mamie.




“Iya Mam, “ sahutku, “Soalnya belakangan ini aku jadi males minum kopi tubruk. Makanya beli coffee maker itu, agar kalau mau minum kopi gak usah keluar dari kamar. Mamie mau minum kopi ?”




“Nggak ah, “ sahut Mamie sambil berdiri dan melangkah ke arah kulkas kecil yang berdampingan dengan coffee maker itu. Lalu membuka pintu kulkas itu dan mengeluarkan sebotol soft drink dari dalamnya. “Kalau ini, mamie suka, “ katanya sambil membuka tutup botol soft drink impor itu, lalu meneguknya tanpa sedotan. Dan melangkah ke sofa yang masih kududuki.




Kuraih pinggang Mamie, agar dia duduk di atas pangkuanku. Mamie paling suka kalau aku sudah memperlakukannya seperti ini. Namun kali ini aku memang ingin menyelidiki sesuatu. Karena itu tanganku langsung kuselinapkan ke balik handuk yang membeliti badan Mamie. “Jadi kering memeknya ya Mam, “ ucapku setelah jari tengahku sudah berada di dalam liang memek Mamie.




Mamie menyahut, “Iya Sayang. Tadi kan sudah disabuni dan dibilas lalu dihanduki.




Berarti ... kalau MLnya mau dilanjutkan ... “




“... Harus dijilatin dulu, “ potongku.




“Mmmm ... kekasih mamie memang cerdas sekali. “




“Ayo kita lanjutkan lagi, “ kataku sambil mengangkat tubuh Mamie dan membopongnya ke atas bed kembali.




Di atas bed, Mamie melepaskan handuk yang membelit badannya, lalu menelentang sambil mengusap - usap memeknya.




Aku pun melepaskan handuk yang membeliti badanku, lalu merayap ke antara sepasang paha mulus Mamie yang sudah direnggangkan.




Tanpa basa basi lagi mulutku langsung menyeruduk permukaan memek Mamie. Dan langsung menjilatinya sambil mengelus - elus kelentitnya dengan ujung jemariku.




Seperti biasa, kalau sudah diperlakukan seperti ini, Mamie menggeliat - geliat sambil meremas - remas rambutku.




Sampai akhirnya liang memek Mamie basah kembali. Basah oleh air liurku yang mungkin bercampur dengan lendir libidonya sendiri.




Maka tanpa banyak ngomong lagi kubenamkan batang kemaluanku ke dalam liang memek ibu tiriku yang masih tetap cantik itu.




Mamie pun menyambut kehadiran batang kemaluanku di dalam liang kewanitaannya, dengan dekapan erat di pinggangku.




Ketika aku mulai mengentotnya, Mamie pun merintih - rintih erotis lagi. “Sam Sayaaang ... inilah yang bikin mamie semakin lama semakin cinta padamu. Ooooo ... oooooh ... kamu selalu memuaskan mamie ... kamu selalu membuat mamie berkali - kali orgasme ... hal ini sulit ditemukan pada lelaki lain Saaam .... oooo ... ooooohhhhhhh .... Saaaam ... kamu memang lelaki yang luar biasaaaa .... ooooooohhhhhhhhhhhh .... “




Sebagai jawaban, kugencarkan entotanku, sambil menjilati leher jenjangnya yang selalu harum parfum, terutama leher yang di bawah telinganya. Karena aku sudah hafal, di bagian itulah salah satu titik sensitif Mamie.




Mamie pun semakin merintih dan merengek - rengek manja, yang selalu terdengar erotis di telingaku. “Iya Sam ... entot terus Saaaam ... entot teruuuusssss ... entoooottttttt ... entoooootttttt .... iyaaaaaaa ... iyaaaaaaaaaaa ... iyaaaaaa ... aaaah .... Saaaam ... ini luar biasa enaknya Saaaaam ... entooot teruuuus ... entooot yang kencaaaaaang ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... entoooot ... entooooottttttttt ... “




Terkadang aku pun menjilati ketiaknya sambil meremas - remas toketnya yang masih tetap enak buat diremas, meski sudah dua kali melahirkan dan menyusui.




Dan ... lagi - lagi Mamie mencapai orgasme yangentah unuk keberapa kalinya.




Namun beberapa saat kemudian aku pun menancapkan batang kemaluanku sedalam mungkin, sampai mentok di dasar liang memek Mamie.




Dan ... berlompatanlah air mani dari moncong penisku.




Crottttt ... croooottttttttttt ... crooott ... crooooooooooooooootttt ... crot ... croooooooootttt ... crooooooooooooooooottttttttttt ... !




“Akhirnya ... ngecrot juga ya, “ bisik Mamie yang dilanjutkan dengan ciuman mesranya di bibirku.




Aku cuma meringis. Lalu mencabut batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas ini.




“Aku cinta dan sayang padamu Mam, “ ucapku yang kuakhiri dengan kecupan hangat di bibir sensualnya.




Mamie menatapku dengan mata berlinang - linang, “Mamie juga sangat mencintaimu Sayang. Sejak lahirnya Satria, mamie merasa tiada orang yang lebih penting di dunia ini selain dirimu. Karena mamie tau, kamu selalu berniat baik pada mamie. Makanya perasaan mamie padamu seolah - olah kamulah yang jadi suami mamie ini. “




Aku tersenyum, dalam bahagia bercampur haru.








Hari demi hari pun berputar terus dengan cepatnya.




Sampai pada suatu pagi ...




Pagi itu aku sedang lari pagi di atas bahu jalan, mengelilingi kantor baruku yang dibiayai oleh dana Mrs. Alana (yang biasa kupanggil Lana itu). Biasanya aku berlari sebanyak 30 putaran. Lalu nongrong di tukang bubur ayam untuk sarapan pagi. Setelah keringatku kering, barulah aku pulang ke kantorku, sekalian mandi di lantai tujuh.




Tapi pagi itu, ketika aku baru berlari kurang dari 10 putaran, tampak seorang wanita muda, yang kira - kira sebaya denganku, yang juga tengah lari pagi dengan arah berlawanan dengan arahku. Ketika berpapasan dengannya, aku cuek saja. Tapi setelah berpapasan kudengar suara perempuan memanggilku, “Saaam ... !”




Aku menoleh dan menghentikan lariku. Siapa ya ? Wanita muda bercelana pendek dan berbaju kaus serba putih itu kok cantik sekali. Dari mana dia mengetahui namaku ?




“Udah lupa ya ?” cetus wanita cantik itu sambil tersenyum, “Aku Oriana, Sam ... “




“Oriana ? Mmm ... Riri ? “




“Iya ... Riri Oriana ... “




“Riri ?! Kok jadi berubah jadi cantik gini sih ?! Dulu kan item ... “ ucapku sambil menjabat tangan wanita muda itu. Teman SMAku dulu. Teman yang suka nraktir makan baso itu ... !




“Item ? Hihihiii ... yang item sih Atiek. Bukan aku. “




“Owh ... iya, iya ... kok aku jadi pikun ya ?”




“Emang dulu aku sering panas - panasan. Makanya agak iteman. Kena sorot matahari mulu. Kamu kerja di mana sekarang ?”




“Di situ, “ sahutku sambil menunjuk ke kantorku.




“Haa ? Itu kan kantor perusahaan besar. Kamu sebagai apa di situ ?”




“Sebagai OB, “ sahutku sengaja ingin mempermainkannya.




“Aaaah ... masa cuma sebagai OB ?”




“Terus maunya apa dong jabatanku di situ ?”




“Yang punya wewenang untuk menempatkanku di perusahaan itu. “




“Emangnya kamu lagi nganggur ?”




“Iya. Ada lowongan gak di perusahaan itu ?”




“Ayo ikut aja sama aku ke sana. “




“Tapi Sam ... aku cuma pake celana pendek dan baju kaus gini ... takut ditegor nanti di kantormu. “




“Siapa yang bderani negor ? Ayolah ikut aku. Nanti di kantor kita rundingkan kalau kamu benar - benar mau kerja. “




“Beneran nih gak apa - apa ?”




“Benar. Masa aku main - main. “




Akhirnya Riri Oriana melangkah di sampingku menuju pintu gerbang kantorku. Begitu pintu kaca otomatis itu membuka ketika aku dan Riri sudah menginjak keset besar di depannya, tampak karyawan berderet di lobby yang akan kulewati.




Secara serempak mereka berucap, “Selamat Pagi Big Boss ... !”




Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyum. Lalu langsung melangkah ke pintu lift. Dan memijat angka 7 di samping pintu lift itu.




Hanya aku dan Riri yang berada di dalam lift itu.




Dengan sorot mata heran, Riri berkata, “Mereka semua manggil big boss ... wah ... berarti kamu orang penting di kantor ini. Mungkin kamu direktur utama di sini ya ?”




“Mmm ... lebih tinggi sedikit dari dirut, “ sahutku.




“Haaa ?! Jabatan di atas dirut apa ?” tanyanya seperti bingung.




“Owner, “ sahutku singkat.




“Maaaak ... ! Jadi Sam pemilik perusahaan ini ?”




“Begitulah kira - kira. “




“Wah ... kalau gitu, aku harus mengubah sikap kalau berhadapan dengan owner perusahaan sebesar ini. “




“Di sini hanya kantor pusat. Perusahaannya tersebar di seluruh nusantara. “




“Kalau begitu maafin aku ya ... karena aku terlalu lancang menganggap Big Boss sebagai teman lamaku. “




“Kamu memang teman lamaku kok. Santai aja Ri. “




Lift berhenti di lantai 7. Setelah pintunya terbuka, kutuntun tangan Riri untuk menuju ruang kerjaku.




Setelah dipercaya untuk mengelola dana Alana, kantorku jadi dua. Yang satu, tetap di hotelku. Yang satu lagi di gedung tujuh lantai ini.




Tentu saja ruang kerjaku jauh lebih megah kalau dibandingkan dengan ruang kerja di hotelku. Karena yang berada di belakangku bukan wanita biasa. Wanita yang sangat disegani oleh pebisnis di tempat tinggalnya, Macau.




Setelah berada di ruang kerjaku, Riri kupersilakan duduk di sofa ruang tamu sambil berkata, “Tunggu sebentar ya. Aku mau mandi dulu. Atau mau ikut mandi ?”




“Hihihihiii ... iya, iya Big Boss. Aku mau nunggu di sini aja. Mandi bareng Big Boss sih takut. “




“Takut apa ?” tanyaku.




“Takut kesengsem lalu lupa diri, “ sahutnya.




“Hahahaaa ... bisa aja kamu, “ ucapku sambil melangkah ke dalam kamar mandi yang hanya boleh dipakai olehku sendiri. Kecuali kalau Alana datang ke sini, tentu saja akan kuijinkan mandi di kamar mandi ini.




Aku mandi sampai terasa benar - benar bersih. Lalu mengeringkan tubuhku dengan handuk sambil membuka pintu lemari pakaianku yang terbuat dari kaca tebal dan menempel ke dinding. Kukenakan pakaian formalku, dengan jas dan dasi.




Setelah menyisir rambut, aku keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri Riri Oriana yang masih duduk di atas sofa ruang tamu.




“Sudah punya suami ?” tanyaku waktu duduk di depan Riri terbatasi oleh meja kecil yang 100% terbuat dari kaca tebal,




“Pernah punya, tapi hanya enam bulan, “ sahutnya.




“Terus kenapa ? Cerai ?”




“Meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, “ sahutnya lirih.




“Owh ... maaf aku nanya soal suami, karena status calon karyawati harus jelas kan. Kalau punya suami, harus ada ijin suami dan sebagainya. Terus ... ijazah terakhir dari mana ?”




“Magister managemen. “




“Owh ya ?! Kalah dong aku yang cuma S1. “




“Ah, owner sih tamatan SD juga tetap aja dihormati dan ditakuti. “




“Gak gitu juga kale. Ohya ... berarti statusmu sekarfang ini janda ?”




“Iya. Janda tanpa anak. Kawinnya juga cuma berumur enam bulan. “




“Kapan terjadinya kecelakaan yang menewaskan suamimu itu ?”




“Sekitar tujuh bulan yang lalu. “




“Tapi kamu sudah bisa move on kan ?”




“Bisa. Tapi belum ada yang mau. Makanya mending nyari kerja aja dulu, mumpung masih bebas. “




Aku tercenung sejenak. Lalu tanyaku, “Bersedia kalau ditempatkan di Semarang ?”




“Maaf ... sebagai apa ?”




“Di sini tidak ada istilah direktur cabang. Yang ada hanya manger Surabaya, manager Semarang dan sebagainya. Berarti pucuk pimpinan di Semarang ya manager Semarang. Nantinya bertanggung jawab kepada general manager yang kantornya di sini. “




“Wah ... mau ah ... mau banget. “




“Di Semarang kamu dapat rumah dinas dan mobil inventaris. “




“Wah enak dong. Gak usah nyari rumah kontrakan, gak usah naik turun angkot. “




“Rumah dinasnya ada di dekat pabriknya. “




“Perusahaannya berbentuk pabrik ?”




“Iya. Yang jelas perusahaan itu memproduksi sesuatu untuk dipasarkan di negara kita. Belum terpikir untuk ekspor. “




“Siap Big Boss. “




“Tapi nanti bikin lamaran secara formal berikut lampiran fotocopy ijazah - ijazah sejak SD sampai S2. Fotocopynya harus dilegalisir semua. Oke ?”




“Siap Big Boss, “ sahut Riri sambil tersenyum manis.




“Kamu cantik Ri. Sayang aku sudah punya istri empat orang. “




“Wow ! Big Boss sih bisa tancap gas sampai maksimal gitu ya. “




“Tapi sekadar saling bagi rasa sama kamu, bisa kan ?”




Riri Oriana menatapku sambil tersenyum. Lalu mengangguk, “Bisalah. Mumpung masih janda. Sekalian ingin dekat dengan orang nomor satu di perusahaan ini. “

Posting Komentar

0 Komentar