Silent Rose part 28

 

Bab 28






Keesokan harinya




Wajah Wise Crow terlihat sumringah saat ia dan sahabatnya, Airul Hutomo –Silent Rose berada di salah satu gerbong kereta api bawah tanah Tokyo, entah sudah berapa kali Wise Crow menengok ke layar smartphone-nya membaca beberapa sms yang dikirim oleh Pristy –Adorable Starfruit kekasihnya. Duet Crow-Rose memang telah menyelesaikan Case mereka dengan cepat dan mengagumkan, dan kini sesuai janji Rose, mereka akan membantu Adorable Starfruit menyelesaikan Casenya.




“Ternyata kau bisa terlihat memuakkan juga, Wise,” kelakar Silent Rose yang melihat sahabatnya tersenyum-senyum sendiri. Berbeda dengan Wise Crow yang sibuk melihat isi sms, Silent Rose lebih fokus dengan tabletnya, mencoba mempelajari dan mendalami target case yang diberikan pada pair-up Cannary-Starfruit.




“Apa sahabatmu ini tidak boleh bahagia karena akan bertemu dengan pujaan hatinya?” jawab Wise Crow tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar smartphone.




“Ieyasu Koji, putra pertama dari Klan Koji. Menurutku ini target yang sedikit aneh, bukankah Klan Koji sendiri sempat diisukan akan bergabung dengan Klan Tamada? Apalagi setelah Klan Yamaguchi habis.” Rose berbisik lirih, seolah takut ucapannya didengar oleh orang lain.




“Pristy akan menjelaskan situasinya. Yang perlu kita lakukan hanya memuluskan jalannya saja.”




“Yeah, aku harap Noisy Cannary sudah menyiapkan rencana terbaiknya.”




Wise sedikit berjengit mendengar nama Noisy Cannary, bagaimanapun dia sedikit risih harus membantu Noisy Cannary, namun dia tidak punya pilihan lain. Association telah menunjuk Noisy Cannary sebagai pair-up Adorable Starfruit.




“Coba kau ulangi lagi Wise, apa rencana kita hari ini?” Rose meminta Wise mengulangi rencana yang disampaikan oleh Adorable Starfruit lewat sms-nya.




“Kita akan bertemu dengan Pristy di stasiun Shibuya, ada kemungkinan Ieyasu Koji akan menghadiri pertemuan di gedung M-21, beberapa meter dari stasiun Shibuya. Kau akan berjaga dengan snipermu di salah satu atap gedung, aku akan bersiap dengan mobil untuk menjemput Pristy, setelah Pristy sukses mengeksekusi target.”




“Dan bagaimana dia akan mengeksekusi target?”.




“Ciuman…” kali ini ada cemburu di nada suara Wise Crow. “Bangsat Cannary itu menggunakan daya tarik Adorable Starfruit untuk meracuni Ieyasu melalui ciuman. Sialan itu…”




“Itu tugas, Wise… dia hanya melaksanakan strategi.” Rose mengingatkan.




Wise Crow tidak membantah, meski sebenarnya hatinya masih merasa dongkol, menggunakan pesona daya tarik Starfruit tidak selamanya harus menggunakan strategi yang mengharuskan terjadinya kontak fisik. Selama menjadi pair-up Adorable Starfruit, Wise Crow berhasil mengeksekusi banyak target tanpa mengharuskan Adorable melakukan kontak fisik dengan target-targetnya. Wise Crow menganggap Noisy Cannary malas berpikir, strategi kontak fisik memang hal termudah untuk membuat target lengah.




Kereta mereka berhenti di stasiun bawah tanah Shibuya, Silent Rose mengenakan ranselnya dan keluar bersama kerumunan orang yang turun di stasiun tersebut. Wise Crow tepat di depannya. Wise Crow menyapu seisi stasiun yang cukup besar dan ramai tersebut untuk menemukan pujaan hatinya, tidak begitu sulit, karena beberapa detik kemudian ia melihat seseorang membuka payung berwarna pink. Seperti yang telah disampaikan Pristy dalam sms nya, gadis cantik itu membawa sebuah payung berwarna pink yang sebenarnya itu adalah senjata sejenis shotgun.




“Payung pink?”, Silent Rose mengernyitkan dahinya. “Apa tidak terlalu menonjol?”.




“Cannary bodoh yang menyiapkannya, juga memintanya membuka payungnya, kurasa agar ia mudah mengawasi Pristy dari kejauhan.” Jawab Wise Crow sinis.




Pristy tersenyum dan melambaikan tangan saat melihat sosok Wise Crow, pujaan hatinya.




“Benar-benar tidak terlihat seperti seorang agen…” komentar Rose sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “dia benar-benar terlihat seperti gadis normal.”




“Penyamaran yang sempurna kan?” Wise Crow menjawab sambil nyengir kuda.




Baru beberapa langkah mereka berjalan menuju ke arah Pristy dan payung pink-nya, sebuah letupan senjata mengagetkan seisi stasiun. Waktu seolah berjalan sangat lambat saat Wise Crow terperangah, dia dapat menangkap dengan jelas saat sebutir peluru menembus leher putih kekasihnya, membuat darah bercipratan keras. Wise Crow berlari ke arah Pristy dengan cepat, seolah tidak mempedulikan bahaya yang masih mengintai mereka. Wise Crow menangkap tubuh gadis pujaannya sebelum gadis itu jatuh menghantam lantai stasiun. Darah mengalir dari lubang di lehernya, juga dari bibir cerah gadis tersebut. Wise membelalakkan matanya melihat gadis yang paling dirindukannya, yang paling dicintainya, mengejat, kesulitan menarik nafasnya.




“Rose!!!”, Wise Crow berteriak saat matanya menangkap sosok bersenjata yang mendekati mereka. Wise memeluk dan menggendong tubuh kekasihnya yang masih berusaha bernafas, tangan pria itu kini berlumuran darah.




Silent Rose bereaksi cepat, matanya menangkap pergerakan orang-orang bersenjata diantara kerumunan orang-orang yang berhamburan panik. Dengan tangkas, Rose membuka resleting di kanan-kiri ranselnya dan menarik dua buah pistol Ballers-90 dengan gagang berukir mawar. Tanpa ragu Rose menembakkan kedua pistolnya, satu peluru untuk merobohkan satu orang pengejarnya. Tanpa suara, tanpa membuang energi, tanpa berpikir terlalu banyak Rose mampu menembak dengan akurasi sangat tinggi. Mata Rose menangkap titik merah yang mengarah ke tengkuk Wise Crow, tidak ada waktu untuk memberi Wise Crow peringatan.




DORR!!




Sinar merah di tengkuk Wise Crow hilang. Beberapa meter dari mereka, seorang sniper terjatuh, Rose berhasil melubangi kepalanya. Rose memberi aba-aba pada Wise Crow untuk masuk ke dalam kereta, Wise Crow menggendong kekasihnya masuk ke dalam kereta. Sambil terus menembaki satu-persatu pengejarnya, Rose berhasil masuk ke dalam kereta. Kereta itu berjalan beberapa detik kemudian.




“Rose!! Lakukan sesuatu!”, Wise Crow panik, tubuh Adorable Starfruit masih mengejang-kejang, gadis itu masih berusaha bernafas. Wise Crow berusaha menghentikan pendarahan dengan membalutkan kain ke leher gadis tersebut, namun itu tidak cukup untuk menghentikan pendarahan.




Silent Rose berlutut di dekat Wise Crow, mencoba memeriksa keadaan Starfruit, untuk beberapa saat saja dia sudah tahu bahwa mustahil untuk menyelamatkan gadis itu. peluru yang menembus lehernya sepertinya telah melubangi nadi darah utama yang berada di leher sang gadis, keadaannya sudah begitu kritis.




“Nadinya berlubang, Wise… aku.. maaf… aku…” Rose terbata-bata, sulit baginya untuk menggambarkan bagaimana kritisnya gadis itu, bahwa kemungkinannya untuk selamat sudah nyaris mendekati nol.




Air mata keluar dari mata Wise Crow, Rose hanya bisa melihat sahabatnya itu memeluk erat kepala gadis yang dicintainya. Tubuh gadis itu masih mengejang-kejang, masih berusaha untuk hidup. Meski begitu, Wise Crow tahu bahwa itu tidak akan banyak berguna.




“Maafkan aku sayangku…”, bisik Wise Crow sambil memeluk erat gadis itu. “Beristirahatlah… jangan melawan lagi… aku akan tetap mencintaimu… sayangku…”




Rose memalingkan pandangannya, tidak cukup kuat untuk melihat apa yang terjadi pada sepasang kekasih yang saling mencintai ini. Rose dapat melihat, Adorable Starfruit berusaha untuk tetap hidup, sedang ia tahu bahwa itu percuma. Dan di sisi lain, Wise Crow telah meminta gadis itu untuk beristirahat, setidaknya, menghantarkan ketenangan ke gadis yang ia cintai.




“Sudah… lepaskanlah, jangan melawan lagi sayang….”, Wise Crow terus terisak sambil mencium kening gadisnya. Gerakan tubuh gadis itu melemah, pertanda bahwa ia menuruti apa yang diminta oleh kekasihnya, melepaskan dan berhenti melawan takdir. Tubuh lemahnya terkulai dalam pelukan sang kekasih, nafasnya melemah, seolah mencoba melepaskan dengan perlahan… melepaskan cinta yang dimilikinya. Sedetik kemudian, gadis itu tak bernyawa lagi.




Wise Crow memejamkan matanya, tangisnya tak lagi tersedu-sedu, hanya sesekali ia melepaskan sesenggukan nafasnya. Mata Wise Crow menatap gadis yang ia cintai, sebelum Wise Crow melumat bibir gadis tak bernyawa itu dengan rakus.




“Hey!! Wise!!” Seolah sadar apa yang sedang dilakukan oleh Wise Crow, Silent Rose menarik mundur bahu sahabatnya itu. Wise Crow terhuyung ke belakang, lalu berusaha merangkak kembali, berusaha mengecup bibir gadis yang ia cintai. Silent Rose terpaksa menendang pinggang sahabatnya itu.




“Kau gila Wise!!, bibir Pristy telah dilumuri racun!! Apa itu yang kau inginkan heh?! Kau ingin mati bersamanya dan merubah karirmu selama ini jadi seperti drama picisan Rome and Juliet?!!”. Silent Rose berteriak keras.




“Ya!! Aku ingin mati bersamanya Rose! Dia adalah yang paling berharga untukku!” Wise membalas tidak kalah kerasnya.






DUAGH!!




Rose tidak bisa menahan diri untuk tidak memberikan bogem mentah pada sahabatnya ini. Dengan geram dia mencabut pistol ballers-nya dan menempelkan ke lengan kiri Wise Crow. Tanpa ragu sedikitpun, Silent Rose menarik pelatuk pistol tersebut.




Jeritan dan erangan Wise Crow menyusul sepersekian detik dari bunyi letupan ballers milik Airul Hutomo. Darah mengalir dari lengan pria itu.




“Apa satu tanganmu itu tidak berharga bagimu? Sahabat…” Silent Rose menatap dingin ke arah Wise Crow, sahabat kentalnya. “Dan jika kau kehilangan satu tanganmu, apakah tanganmu yang lain akan ikut lumpuh?. Kehilangan akan membuatmu sakit… tapi tidak lemah, Wise!!”.




Wise Crow terdiam, lubang di lengan akibat tembakan Silent Rose menyadarkannya, bahwa tidak peduli jika kau kehilangan, tidak peduli jika kau kesakitan, takdir tetap harus diterima dengan akal bijak yang sehat, disikapi dengan ketangguhan dan kebesaran hati. Mata Wise Crow masih berlinang saat ia melihat Silent Rose mengeluarkan sebuah tabung kecil dari saku ranselnya, dan mengoleskan cairan tersebut pada bibir Adorable Starfruit.




“Ini aneh sekali…” gumam Silent Rose kemudian. Dia berbalik dan menatap Wise Crow yang meringis menahan sakit. “tidak ada racun di bibir Adorable Starfruit…”




*_*_*​




Airul Hutomo menghisap rokoknya dalam-dalam, matanya memandang beberapa lembar kertas yang berserakan di atas meja, tepat di depan matanya. Tidak jauh dari kertas-kertas tersebut, beberapa tabung kecil berisi serum hasil eksperimennya berjejer rapi, beberapa diantaranya sudah hampir habis. Pandangan agen tipe A nomor satu di Association itu beralih ke gerakan-gerakan api yang membakar habis kayu di tungku perapian rumah sewaan itu. Masih jelas tergambar di benaknya apa yang baru saja terjadi beberapa jam lalu di stasiun kereta bawah tanah Shibuya. Silent Rose mencoba untuk tetap berpikir jernih, dalam otaknya, dia tengah mencoba mengurai satu demi satu petunjuk yang tersebar saat insiden penembakan Adorable Starfruit terjadi. Mencoba menemukan benang petunjuk dari peristiwa itu.




Perhatian Silent Rose teralih saat Wise Crow masuk, dia lebih tampak tenang dibanding saat dia berusaha bunuh diri dengan mencium bibir Adorable Starfruit yang seharusnya telah dilumuri racun.




“Kau baik-baik saja?” tanya Silent Rose pada sahabatnya. Sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak dilontarkan, jelas tidak ada satu orangpun di dunia ini yang masih baik-baik saja setelah melihat peluru menembus leher kekasihnya, apalagi setelah melihat bagaimana sang kekasih berusaha untuk menolak kematian. Rose hanya bisa berdoa agar Adorable Starfruit yang baru saja mereka makamkan di belakang rumah sewaan ini bisa beristirahat dengan tenang.




“Ada yang kau dapat?” Wise Crow bertanya balik, ia menganggap tidak perlu menjawab pertanyaan Silent Rose. Wise meletakkan botol wine yang telah kosong. Wine itu, wine yang disebut-sebutnya sebagai wine paling berharga di dunia karena menyimpan kenangan tentang dia dan Pristy. Wise baru saja mengosongkan isi botol itu dengan menyiramkannya di tanah makam kekasihnya.




“Ada beberapa hal yang janggal, yang pertama tidak ada racun di bibir Pristy, tadinya kupikir Pristy menaruh racun itu di lipstik, dan dia baru akan melumurkannya ke bibir ketika sudah ada di dekat target. Tapi aku tidak menemukan racun di lipstik yang dibawa Pristy.” Silent Rose menjawab sembari menyodorkan kertas berisi catatan analisanya mengenai insiden yang terjadi.




“Yang kedua, dari log ponsel yang dibawa Pristy, pembicaraan via ponsel terakhir antara Pristy dan Noisy Cannary adalah lima hari yang lalu, jarak waktu yang cukup aneh mengingat mereka adalah pair-up.”




“Hal itu wajar saja Rose, bisa saja mereka berkomunikasi secara langsung, kan?” Wise mencoba mengoreksi analisa Silent Rose. “Justru aneh kan jika mereka berkomunikasi hanya melalui telepon.”




“Di hari eksekusi?, apa kau akan membiarkan pair-up mu bergerak tanpa berkomunikasi sama sekali? Setidaknya untuk memeriksa apakah ada tindakan yang perlu diambil untuk mengantisipasi hal yang diluar rencana? Apakah eksekusi selalu sama dengan apa yang direncanakan di atas kertas Wise?”




Kali ini Wise terdiam. Komunikasi beberapa jam atau menit sebelum eksekusi dilaksanakan memang termasuk hal yang penting, karena prosedur apa dan bagaimana eksekusi berlangsung harus memiliki tingkat fleksibilitas dengan memperhitungkan keadaan yang ada saat itu.




“Apa ada yang lain?” Wise Crow kembali bertanya.




Silent Rose berdiri dari kursinya untuk menyerahkan selembar foto, Wise Crow menerimanya dan memandang foto tersebut, foto itu memang sedikit buram, seolah itu adalah gambar yang diambil dari sebuah rekaman video.




“Foto itu diambil oleh seorang amatiran yang kebetulan ada bersama kita. Dia meng-upload hasil jepretannya ke situs pribadinya.” Silent Rose menjelaskan asal-usul foto tersebut.




Wise Crow memandang foto tersebut dengan diam, muncul gejolak dalam benaknya, seolah ingatannya mengenai insiden yang baru beberapa jam lalu terjadi menekan jantungnya dari dalam. Pria itu mencoba menahan agar tetap mampu berpikir jernih. Foto itu menggambarkan beberapa penyerangnya yang sudah tersungkur akibat tembakan Silent Rose, dan seseorang membawa senapan laras panjang tengah melayang di udara. Menurut dugaan Wise, pria itulah yang menembak Pristy, Adorable Starfruit, kekasihnya.




”Memang tidak begitu jelas, tapi ada bros yang menempel di jas sniper itu…” Rose melanjutkan hasil analisanya terkait foto tersebut. “Saat aku memperbesar dan mengolah foto tersebut, aku dapat melihat bros tersebut berbentuk seperti tiga bunga sakura dengan lima kelopak.”




“Tiga sakura dengan lima kelopak??” Wise terkejut. “itu bukan lambang Klan Koji.”




“Itu lambang Klan Tadama.” Silent Rose menyempurnakan hipotesanya. “Apa yang dilakukan Klan Tadama? Kenapa mereka malah menyerang kita?”




“Ada kabar dari Association terkait ini, Rose?”




“Target dibatalkan. Itu yang dikonfirmasi oleh Association, semua Case dianggap cukup. Kita diminta kembali ke Indonesia sesegera mungkin.”




“Rose…” Wise Crow menghentikan ucapannya, sejenak keraguan muncul di getaran nada bicaranya.




“Aku tahu Wise.” Seolah membaca apa yang ada dalam benak sahabatnya itu, Silent Rose mengemasi tabung-tabung serum di meja. “Kita tidak bisa menyentuh Klan Tadama atau Klan manapun. Kita akan terbang ke Jerman dan mendesak Association untuk mengusut tentang Case yang menyebabkan kematian kekasihmu.”




*_*_*​




Markas besar Association – Jerman.




Wise Crow dan Silent Rose berjalan memasuki Centre, satu-satunya ruangan yang bisa digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan para Director. Lantai dan dinding ruangan itu dilapisi granit alam berwarna hitam gelap, dengan plafond yang juga berwarna hitam. Berseberangan dengan pintu terdapat Sebuah meja tinggi yang memanjang, dengan tujuh kursi di belakang meja tersebut. Ini adalah pertama kalinya Silent Rose memasuki Centre, tapi bagi Wise Crow, ini adalah kali keduanya.




Ruangan itu sangat gelap, sebelum akhirnya menjadi terang akibat tujuh lampu sorot yang tergantung di langit-langit ruangan, menyorot langsung ke tempat Silent Rose dan Wise Crow berdiri. Rose paham betul bahwa dekorasi ruangan Centre ini bukan dibuat tanpa tujuan. Nuansa hitam yang memberi kegelapan maksimal mampu memberi rasa tertekan bagi siapapun yang ada di dalam ruangan ini. Lampu sorot yang difokuskan pada mereka bertujuan untuk memberi efek kejut, seolah semua mata menuju ke arah mereka. Centre bisa dikatakan sebagai sebuah ruangan yang memiliki efek psikologis tinggi.




Tidak ada siapapun di dalam Centre kecuali mereka berdua. Rose menduga Tujuh Director akan masuk dari tempat lain dan duduk di atas kursi mereka masing-masing. Namun dugaan Rose keliru, tujuh director tidak memasuki Centre. Hanya layar monitor di atas masing-masing kursi yang tiba-tiba menyala, menampilkan angka dari satu hingga tujuh di masing-masing layar.




“Kami menjawab panggilanmu, Silent Rose, Wise Crow”, suara yang dikenal sebagai Director no. 6 terdengar dari speaker besar di sekeliling ruangan. “Duduklah di kursi di tengah ruangan dan gunakan microphone saat kau bicara.”




Rose dan Wise menuruti apa yang diminta, lampu sorot terus bergerak mengikuti hingga mereka duduk di atas kursi yang dimaksud. Menghadap ke tujuh kursi tanpa penghuni.




“Kami datang kemari untuk mendapatkan informasi hasil penyelidikan terkait insiden yang menyebabkan meninggalnya salah satu agen, Adorable Starfruit.” Silent Rose bicara melalui michropone di depannya.




“Case itu sudah ditutup dan dibatalkan, Klan Koji diidentifikasi sebagai Klan yang tidak lagi berbahaya. Insiden itu terjadi karena ada informasi yang diterima mengenai pembunuh Seikahara Yamaguchi. Artinya, target sebenarnya dari insiden tersebut adalah kalian berdua.” Director No. 6 memberikan penjelasannya.




“Kami berdua?, kami melakukan eksekusi dengan rapi dan tidak terdeteksi oleh siapapun! Bagaimana bisa…” Wise Crow bicara dengan nada cukup tinggi, pria itu menghentikan ucapannya setelah Silent Rose memberinya isyarat untuk menahan diri. Wise Crow memandang ke arah Silent Rose yang duduk tepat di sebelahnya.




“Apa sumber informasinya telah diidentifikasi?” tanya Rose tenang, tidak ada gunanya melakukan konfrontasi dengan mencoba memberi tekanan. Jika memang apa yang disampaikan Director no. 6 itu benar adanya, maka pasti mereka sudah mengidentifikasi sumber informasi.




“Daisuke Jiro, tangan kanan Seikahara Yamaguchi berhasil mengidentifikasi Land Rover yang kalian gunakan untuk menyerang mereka. Dari situlah informasi berasal.”




Jawaban Director no.6 membuat Silent Rose dan Wise Crow terperanjat. Mobil Land Rover yang mereka gunakan adalah mobil yang dibeli di Jepang oleh mereka berdua, mereka membeli mobil tersebut di Nagoya, seharusnya kecil kemungkinan mobil tersebut dapat diidentifikasi sedemikian cepatnya. Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah.




“Harusnya aku membunuh mereka semua…” Wise berbisik lirih.




“Bagaimana dengan Noisy Cannary? Apakah rencana yang dibuatnya sudah dianalisa? Dimana pertanggung-jawabannya atas kematian pair-up nya?”, Rose mulai memberi tekanan.




“Biar aku yang menjawabnya…” suara seorang wanita kini terdengar. “Agen Rose dan Wise Crow, aku adalah Director no. 3 yang bertanggung jawab atas investigasi mengenai insiden tersebut. Kami telah memanggil Noisy Cannary terkait kematian agen Adorable Starfruit. Kami juga telah melakukan analisa terhadap rencana yang dibuatnya, tidak ada kesalahan dalam rencana tersebut, rencana itu benar-benar logis dan masuk akal, hingga terjadinya insiden tersebut.”




“Boleh kami tahu detail rencana Noisy Cannary?” Wise Crow bertanya. Jelas sekali jawaban yang diberikan Director no. 3 tidak memuaskannya.”




“Baiklah agen Wise Crow…” Director no. 3 mulai menjelaskan detail rencana yang disampaikan oleh Noisy Cannary. “Ieyasu Koji akan menghadiri pertemuan di gedung M-21 Shibuya pada pukul tujuh malam. Noisy Cannary berhasil memasukkan Adorable Starfruit sebagai salah satu dari beberapa gadis penghibur disana. Dengan kecantikan dan keindahan tubuhnya, tentu tidak sulit bagi Adorable Starfruit untuk menarik perhatian Ieyasu Koji. Pria itu akan membawa Adorable Starfruit ke ruang VIP, seperti yang biasa ia lakukan, saat itulah Adorable Starfruit akan meracuni Ieyasu Koji melalui ciuman, setelah meracuni, Adorable Starfruit akan berlari sambil menangis, seolah Koji telah melakukan sesuatu yang membuatnya menangis. Dengan alasan itu, Adorable akan berlari ke luar gedung dan meninggalkan TKP.”




“Racun jenis apa yang akan digunakan Noisy Cannary?” Silent Rose bertanya.




“Dicyanides”. Jawab Director no. 3




“Cyanide adalah racun yang cepat bereaksi, melumurkannya di bibir dapat membunuh Adorable Starfruit secara instant.” Dengan tenang Rose menunjukkan kapasitasnya sebagai orang yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia serum-serum kimiawi.




“Tidak jika Adorable Starfruit melumuri lidahnya dengan Sodium Thiosulfate sebelum melumuri bibirnya dengan Dicyanides”




Silent Rose terdiam, apa yang disampaikan oleh Director no. 3 memang masuk akal. Tidak seperti Sodium Cyanides atau Tetra Cyanides, Dicyanides memang cenderung lebih mudah dinetralkan menggunakan antitode standar seperti Amyl Nitrite, Sodium Nitrite, atau Sodium Thiosulfate.




“Kami tidak menemukan racun di bibir Adorable Starfruit” ucap Wise Crow. “Juga tidak ada komunikasi antara Noisy Cannary dan Adorable Starfruit via ponsel, seolah-olah Noisy Cannary ada di stasiun itu saat insiden berlangsung.”




“Racun memang baru akan dilumurkan saat Adorable Starfruit berada di gedung M-21. Dan pada saat insiden tersebut berlangsung, Noisy Cannary sedang ada di dalam gedung M-21 untuk mempersiapkan. Pernyataan Noisy Cannary telah kami konfirmasi kebenarannya.”




“Tidak ada racun di lipstik yang dibawa oleh Adorable Starfruit.” Kali ini Rose yang bicara. “tidak ada racun di semua barang yang dibawa olehnya.”




“Lipstik yang diberi racun dibawa oleh Noisy Cannary yang juga menyusup ke pertemuan sebagai bartender. Baru akan diberikan saat mereka bertemu. Soal komunikasi, mereka telah mematangkan rencana itu jauh-jauh hari, komunikasi yang berlebihan hanya akan mengundang perubahan rencana yang tidak diinginkan.”




“Jadi dia tidak bertanggung jawab? Si Noisy Cannary itu? dimana dia sekarang?” gigi-gigi Wise Crow bergemeretak menahan sesuatu yang hendak meledak dalam dirinya. Bagaimanapun dia tidak dapat menerima bahwa insiden itu terjadi karena keberadaannya dan Rose di stasiun Shibuya.




“dia di Indonesia pastinya, kami merasa dia tidak bertanggung jawab dan tidak perlu menahannya. Itu keputusan bersama dari tujuh director” salah seorang dari tujuh director menjawab pertanyaan Wise Crow.




“Jadi insiden itu terjadi karena kami?! Dan itu murni kesalahan Adorable Starfruit? Jika memang insiden itu karena kami, kenapa mereka lebih dulu menembak Pristy!!, KENAPA BUKAN AKU??!!” Wise Crow berteriak histeris, jelas sekali dia kehilangan kendali dirinya. “JAWAB AKU!! KENAPA BANGSAT ITU TIDAK BERSALAH,!!”.




Rose menyentuh pundak Wise Crow, mencoba menenangkan sahabatnya. Namun Wise Crow mengibaskan tangan Silent Rose.




“Pelaksanaan rencana tidak di atas kertas!! Bagaimana mungkin bisa mengabaikan komunikasi pada hari pelaksanaan, hal itu tidak masuk akal, KALIAN TAHU ITU!! KALIAN BODOH ATAU APA?!”, Wise Crow berdiri dari kursinya, berteriak lantang sambil menunjuk ke tujuh kursi kosong di depannya.




“Tahan dirimu agen Wise Crow!!”, salah satu director kembali bicara. “Keputusan Director telah dibuat dan tidak bisa diganggu gugat!”




“Kalau begitu biar aku yang akan mengirim bangsat itu ke AJALNYA!!” Wise Crow kembali berteriak.




Rose tidak bisa membiarkan suasana menjadi lebih keruh lagi, dia harus segera bertindak agar Wise Crow tidak dijatuhi hukuman.




“Kami hanya ingin keputusan itu dipertimbangkan kembali, ada satu fakta yang aneh, karena yang menyerang kami bukan dari Klan Koji, melainkan Klan Tadama.” Rose mencoba memperbaiki situasi.




“Case telah ditutup, begitu juga investigasinya, aku sudah menerima foto yang kau maksud mengenai keberadaan Klan Tadama pada insiden tersebut, negatif, foto itu terlalu kabur untuk bisa disimpulkan itu lambang Klan Tadama. Tuduhanmu tidak beralasan, Rose.” Director no. 3 membantah kata-kata Silent Rose.




“Dengan ini pembicaraan selesai, Rose kau bisa kembali ke Indonesia… sedang untukmu agen Wise Crow, kami akan mempertimbangkan kembali codename yang kau sandang.” Salah seorang Director berkata.




Kata-kata itu membuat Rose dan Wise tercekat. Saat Director menyatakan akan mempertimbangkan codename berarti mereka punya keinginan mencabut codename tersebut. Pencabutan codename berarti hukuman mati.




“Siapapun akan bereaksi seperti itu jika melihat orang yang dicintai meninggal di depan mata, Director. Itu bukan alasan yang kuat untuk melakukan pertimbangan codename.” Rose mengajukan lobby kepada tujuh Director untuk menyelamatkan sahabatnya. Seolah telah membaca situasi, Wise Crow kini diam tak bicara.




Para Director tidak menjawab, hanya ada ketenangan sesaat, seolah tujuh orang di balik layar itu pergi meninggalkan Centre untuk melakukan perundingan khusus. Keheningan itu pecah saat suara salah satu Director kembali terdengar melalui speaker.




“Kami membatalkan pertimbangan terhadap Codename-mu agen Wise Crow.”




Kalimat itu memberi kelegaan tersendiri bagi Silent Rose.




“Namun sikap yang kau tunjukkan dalam Centre kali ini bukan sikap yang bisa kami terima dengan baik. Jika saja kami tidak memandang Blood of Roses yang menjadi sahabat baikmu, dan jika saja kami tidak mempertimbangkan kontribusimu yang cukup tinggi untuk Association, mungkin kami akan mencabut codename-mu”.




“Dan atas sikap itu, tujuh Director akan menjatuhkan detensi padamu, kau akan menjalani masa skorsing, selama lima tahun di rumah orang tuamu di Belanda. Selama masa skorsing, kau tidak diijinkan meninggalkan Eropa. Jadikanlah masa skorsing itu untuk menenangkan diri, kami harap kau sudah kembali ke kondisi primamu setelah masa skorsing selesai.” Kali ini Director no. 6 yang bicara. “Dengan keputusan itu, maka pertemuan kita di Centre kali ini selesai. Agen Rose, kau bisa kembali ke Indonesia, dan agen Wise Crow, anggota kami sudah menunggumu di luar, mereka akan mengantarkanmu kembali ke Belanda.”




Tujuh layar hadapan mereka mendadak mati. Pertanda bahwa pertemuan telah diakhiri, Rose dan Wise beranjak dari kursi mereka. Mereka berjalan beriringan keluar dari Centre tanpa bicara sepatah katapun.




“Indonesia akan sepi tanpamu, sahabat…” ujar Rose seraya menepuk punggung sahabatnya.




Wise Crow menatap dalam-dalam mata sahabatnya, sekali lagi Rose menyelamatkan nyawanya. “Terima kasih sahabat… sampai lima tahun lagi.” Ujarnya lirih.




Rose hanya bisa menatap punggung Wise Crow yang dikawal oleh empat orang anggota Association. Skorsing untuk Wise Crow sebenarnya adalah kerugian besar bagi Association, karena mereka harus kehilangan agen tipe B terbaik mereka untuk beberapa lama. Secara mengejutkan, dua hari setelah pertemuan di Centre berlangsung, Tujuh Director mengeluarkan ketetapan untuk menghapus sistem pair-up. Meski demikian, pair-up masih boleh dilakukan, namun tidak lagi diharuskan.






BERSAMBUNG 



Report content on this page

Posting Komentar

0 Komentar