Silent Rose part 27

 

Bab 27






Beberapa hari kemudian.




Pagi itu salju turun menaungi daerah Sumoto di prefektur Hyogo, Jepang. Tempat dimana rumah besar yang menjadi pusat aktivitas Klan Yamaguchi berada. Bangunan itu tampak megah, bertengger di sebuah dataran yang lebih tinggi, sedikit jauh dari pusat keramaian kota. Sebuah sungai besar membentang di belakang bangunan, dan rimbunan pohon-pohon tinggi seakan menjadi pagar alami bangunan tersebut. Kendati salju turun, sinar matahari masih mampu memberi penerangan. Beberapa burung tampak lebih memilih untuk bersembunyi di sarang hangat mereka. Beberapa mamalia mungkin sudah memasuki proses hibernasi mereka. Dan diantara bulir-bulir salju lembut yang turun, tampak sebuah layang-layang berwarna kuning terbang menghias langit.




Hari itu penjagaan tampak lebih ekstra dari biasanya. Beberapa orang mengenakan setelan jas hitam tampak menenteng senjata api mereka terang-terangan, seolah memberi peringatan pada siapapun yang hendak mendekat. Bagaimana tidak, beberapa jam yang lalu mereka menerima surat kaleng berisi ancaman pada keselamatan Seikahara Yamaguchi, oyabun klan Yamaguchi. Dalam surat itu mereka menuntut agar Yamaguchi membatalkan agenda pertemuannya dengan oyabun Klan Hino; Daisuke Hino. Seikahara sendiri merasa itu adalah perbuatan klan lain yang tidak ingin Yamaguchi menjalin kekuatan dengan klan yang menguasai area prefektur Osaka. Yamaguchi memutuskan untuk menjawab tantangan tersebut, dia tidak akan merubah agendanya. Untuk itulah dia menempatkan anggota di beberapa titik sepanjang rute perjalanan yang akan ditempuhnya menuju Osaka nantinya. Yamaguchi sendiri berniat untuk membawa serta keluarga intinya, dua istrinya dan dua putri dan seorang putranya. Hal biasa yang dilakukan oleh oyabun yang ingin menjalin persaudaraan dengan klan lain.




DOR!!!




Perhatian sedikit terpecah akibat bunyi letupan senjata, seorang anggota klan Yamaguchi yang berjaga di pos belakang bangunan melepaskan satu tembakan.




“Ada apa?” tanya rekannya yang datang tergopoh-gopoh sambil menenteng senjatanya.




“Sepertinya aku melihat sesuatu bergerak di dalam air” ujar penembak itu, menunjuk ke aliran sungai dalam yang ada di belakang benteng.




Rekannya menatap ke arah sungai, mencoba mencari gerakan yang dimaksud oleh sang penembak. Cukup lama dia memperhatikan, namun semuanya terlihat normal-normal saja.




“Aku tidak melihat apa-apa, mungkin itu binatang. Lebih baik simpan amunisi senjatamu dan jangan sembarangan menembak. Kau bisa menarik perhatian oyabun-sama dan kurasa kau masih ingin hidup kan?”.




Pria yang tadi melepaskan tembakan mengangguk mengerti.




“Oyabun akan segera berangkat”. Ujar rekan pria penembak itu.




Tiga mobil sedan keluar dari pekarangan markas besar Klan Yamaguchi, dua mobil sedan hitam mengapit sebuah mobil SUV berwarna silver. Dua pengendara motor mengikuti di belakang iring-iringan mobil tersebut.




“Bagaimana keadaanmu Rose? Aku melihat mereka mulai bergerak”. Wise Crow berbicara melalui radio panggil. Tangannya memegang kemudi, dengan tenang Wise Crow melihat layar kecil di sampingnya, layar itu menampilkan iring-iringan mobil yang mulai meninggalkan kediaman Yamaguchi. Gambar itu diambil melalui kamera jarak jauh yang ditempelkan pada layang-layang, satu-satunya layang-layang yang ada di langit, jelas saja layang-layang di cuaca bersalju seperti ini bukanlah sesuatu yang wajar.




…copy” Rose menjawab sambil menepis beberapa tanaman air yang menyangkut pada baju selamnya. “Aku tidak apa-apa, salah satu anggota klan Yamaguchi ada juga yang bermata cukup jeli. Untung dia tidak jago menembak”. Rose merujuk pada satu tembakan yang dilepaskan oleh salah satu anggota klan Yamaguchi.




“Kau menemukan apa yang kita cari?”. Tanya Wise kemudian.




“Yap! Sedikit sulit menemukannya, tapi aku mendapatkannya.”




“Berarti tidak rugi kau harus merelakan dirimu kedinginan di atas langit semalam” komentar Wise Crow.




Rose menatap layang-layang yang terbang di atas langit, dari tempatnya berada sekarang layang-layang itu terlihat kecil sekali, meski tidak begitu sebenarnya. Beberapa jam yang lalu, Silent Rose menggantungkan diri pada layang-layang tersebut dan berputar terbang di atas benteng Yamaguchi beberapa kali guna mendapatkan gambaran jelas atas apa yang ada di dalam bangunan tersebut. Silent Rose menggunakan senjata dengan gelombang sonar frekuensi rendah untuk mendapat gambaran jelas tentang tiap lekuk topografi yang ada di areal markas besar Klan Yamaguchi tersebut. Hasil dari pengintaian tersebut menunjukkan adanya terowongan dari bangunan tersebut menuju ke tepi sungai, tempat Silent Rose sekarang berada. Itulah yang akan jadi akses masuk Silent Rose.




“Turunkan layang-layang itu, Wise.” Ujar Silent Rose. “Kau siap untuk beraksi?”.




“Sesuai dugaan, mereka memilih untuk menyisir pantai, menghindari jalan utama Kobe-Awaji. Sekitar lima belas menit lagi mereka akan keluar dari kota Awaji, saat itulah aku akan beraksi.”




“Oke, tetap seperti rencana, aku akan mencoba masuk sekarang.”




Layang-layang itu terlihat merendah secara perlahan, membuatnya tampak semakin kecil, Rose mengerti bahwa Wise Crow telah menurunkan layang-layang itu, tanda bahwa pekerjaan mereka akan dimulai tanpa komunikasi. Seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Airul Hutomo, sang Silent Rose menempelkan sebuah peledak listrik yang nyaris tak bersuara ke sebuah pintu besi berbentuk bundar, dengan perlahan dia membuka pintu tersebut dan memasuki terowongan rahasia tersebut.




Wise Crow mematikan rokoknya saat dia melihat iringan mobil Klan Yamaguchi, dengan tangkas dia menginjak pedal gas. Sebuah Land Rover berwarna hitam keluar dari jalan setapak di hutan, tepat berada di belakang dua pengendara motor yang mengawal iring-iringan mobil tersebut.




Salah satu anggota klan Yamaguchi yang berada dalam mobil di belakang sedan silver menyadari kehadiran land rover yang mencurigakan. Jelas saja, kebetulan macam apa yang membuat mobil itu seolah menunggu iring-iringan melewati jalan tersebut.




“Land rover hitam di belakangmu, periksa dia” perintah salah satu pengawal ke anak buahnya yang mengendarai sepeda motor.




Dua pengendara motor itu melambat, membuat jarak dengan mobil penjaga di depannya, dengan tangkas Wise memperlambat laju land rovernya, Wise Crow tersenyum sambil menekan tombol klakson, seolah ia adalah pengendara biasa yang merasa lajunya diperlambat oleh dua pengendara motor di depannya.




Wise Crow memutar kemudinya ke samping, mencoba melewati pengendara motor tersebut, tapi jalurnya segera tertutup oleh gerakan sepeda motor yang kini jelas-jelas menghalanginya. Wise Crow berkali-kali membunyikan klakson, semua itu agar ia terlihat hanya sebagai pengendara biasa saja.




“Habisi dia dan kembali ke posisi kalian”. Suara Seikahara Yamaguchi terdengar dari radio panggil. Cukup membuat para anggotanya terkejut. Begitu pula dengan dua pengendara sepeda motor itu.




“oyabun-sama… anda yakin kita harus menghabisi pengendara mobil itu?”. tanya seorang kepala pengawal yang ada di mobil hitam terdepan.




“Kau dengar apa yang aku katakan, Jiro”. Perintah Seikahara dingin. Kepala pengawal yang bernama Jiro itu menarik nafas panjang sebelum memberi instruksi.




“Kalian dengar apa yang diperintahkan oleh oyabun-sama”. Ujar Jiro pada kedua pengendara motor. Para pengendara motor menyanggupi perintah darinya.




Kedua pengendara motor itu mencabut sebuah senjata UZI-G550 buatan Rusia, dan tanpa ragu memindahkan isi senjata tersebut ke arah Land Rover di belakang mereka. Kaca depan Land Rover itu pecah dengan cepat, diikuti oleh decitan rem yang membuat Land Rover tersebut sedikit berputar. Land Rover itu berhenti, tidak bergerak. Kedua pengendara motor itu kembali melaju, menyusul iring-iringan di depannya.




Untuk sesaat kedua pengendara itu merasa tenang, mereka merasa telah berhasil menyingkirkan sebuah ancaman. Namun ada sesuatu yang masih terasa mengganjal di benak Jiro. Jiro sendiri pernah menghadapi beberapa ancaman, dan seharusnya, jika seseorang berani memberikan ancaman langsung pada oyabun, seharusnya dia jauh lebih cerdik dari apa yang mereka lakukan sekarang. Menyerang iring-iringan dengan sebuah mobil memang hal klise yang cukup efektif. Namun jika memang mobil Land Rover yang tadi mengikutinya adalah sang pengancam, bukankah seharusnya mobil itu segera menyerang begitu mendapat tempat di belakang mereka?!. Nyatanya, mobil tersebut malah dengan tenang mengikuti iring-iringan, layaknya seorang penonton yang menunggu dimulainya sebuah pertunjukan.




“Abe, Kashi, bagaimana posisi kalian?”, dengan sedikit khawatir Jiro memantau anggotanya yang berjaga di beberapa titik di depan mereka.




“Disini aman, Jiro-sama.” Suara Abe terdengar.




“Tidak ada yang janggal disini, Jiro-sama.” Kashi juga menyampaikan laporannya.




Jiro masih merasa ada yang janggal, seolah mereka telah masuk ke dalam sebuah perangkap yang besar.




“Oyabun-sama…”, Jiro memanggil Seikahara. “Saya akan melaju lebih cepat, mencoba mengamankan jalan yang ada di depan.” Ujar Jiro kemudian.




“Lakukanlah.” Jawab Seikahara dingin.




Jiro memberi perintah pada anggota yang memegang kemudi untuk memperbesar jarak dengan SUV silver yang mereka kawal. Mobil sedan hitam itu menaikkan kecepatannya, mencoba melaju mengamankan jalan di depan mereka. Sedan yang ditumpangi Jiro sudah berada dalam jarak yang cukup jauh ketika sebuah land rover tampak kembali di belakang dua pengendara motor yang mengawal iring-iringan.




“Apa yang?!!”, salah satu pengendara motor itu terkejut menemukan sebuah land rover dengan kaca depan yang pecah melaju cepat ke arah mereka. terlalu cepat hingga mereka tidak mampu menghindar.




“Waktunya bersenang-senang…” gumam Wise Crow sambil memasukkan persneling dan menginjak pedal gas, senyum tersungging di bibirnya saat ia berhasil membuat seorang pengendara motor terlempar ke laut di bawah jurang, tepat di tepi jalan yang mereka lalui saat ini.




Seorang pengendara motor yang lain lebih cekatan menghindari terjangan land rover yang dikemudikan Wise Crow. Dengan cepat motor itu berada disamping land rover, pria itu menarik senjatanya dan memberondongkan isinya ke samping mobil tersebut, membuat kaca samping land rover tersebut pecah.




Ekspresi pria itu berubah saat ia mengetahui tidak ada seorangpun yang duduk di kursi pengemudi. Belum habis rasa herannya, land rover itu telah menghantam motornya, membuatnya terlempar dari motornya.




“Tembak ban-nya!!”, Jiro memberi perintah, jendela belakang sedan hitam yang paling belakang terbuka, dua orang bersenjata menembak membabi-buta, mereka lalu mencoba mengarahkan tembakannya ke ban land rover di belakangnya. Terlambat, land rover itu lebih dulu menabrak bagian belakang mobil mereka, membuat mobil tersebut terjun bebas ke arah laut.




Dengan tidak sabar Jiro menendang anggotanya yang memegang kemudi hingga keluar mobil, kini Jiro memegang kemudi, pria itu memutar mobilnya ke arah sedan silver yang mereka kawal, tampaknya itu sia-sia, tampaknya itu terlambat, Land rover itu kini telah berada sejajar dengan SUV silver yang ditumpangi oleh Seikahara. Sesuatu menarik perhatian Jiro, land rover itu tidak segera menghantamkan tubuhnya ke sedan silver, seolah dia tidak berniat untuk melempar SUV silver itu ke laut. Samar-samar Jiro dapat melihat sebuah garis sinar berwarna merah muncul dari sebuah alat yang menempel di samping mobil land rover tersebut.




“Menunduk!! Semua menunduk!!”, Jiro berteriak melalui radio panggil dengan panik.




Sebuah jeritan terdengar dari dalam mobil saat sinar yang disinyalir sebagai laser pemotong itu memotong bagian atas mobil sedan silver. Kap mobil itu terpotong dan tertiup angin, terbang layaknya sebuah kertas yang jatuh ke laut. Kamera di samping land rover tersebut merekam kejadian di dalam SUV silver tersebut.




“Tinggalkan mobil!”, Jiro berteriak sambil melompat keluar dari sedan hitamnya, dua anggotanya juga melakukan hal serupa. Naas, salah satu dari anggotanya malah meloncat tepat ke SUV silver, tubuhnya segera terlempar ke laut. Mobil sedan hitam yang ditinggalkan Jiro menabrak keras Land Rover yang datang dari arah sebaliknya. Membuat sebuah ledakan yang keras.




Aman" Wise Crow tampak girang sambil melihat layar besar yang kini menampilkan bintik-bintik putih, seperti sebuah stasiun televisi yang sedang mengalami gangguan. Dengan santai Wise Crow mengambil sebatang rokok dan membakarnya. Senyumnya terkembang melihat beberapa layar yang terletak disampingnya. Layar itu menampilkan foto yang diambil dari kamera samping Land Rover. Dari foto tersebut, Wise Crow bisa memastikan Seikahara Yamaguchi tidak ada dalam mobil SUV silver itu.




Sekilas Wise Crow memandang sekelilingnya, keadaan kamarnya sekarang benar-benar mirip dengan kamar seorang maniak game balap, dua buah kemudi mainan, lengkap dengan pedal gas, persneling dan pedal rem. Empat layar besar yang menampilkan gambar dari kamera-kamera di sekitar mobil. Sedikit bangga dengan apa yang dilakukannya, seolah dia benar-benar berada dalam mobil land rover yang tadi dikendalikannya dari jauh.




Perhatian Wise Crow teralih saat ponselnya bergetar.Tanpa mematikan rokoknya ia menerima panggilan dari Silent Rose, sahabatnya.




“Bagaimana Wise?”, suara Silent Rose terdengar cukup tersengal-sengal.




“Target tidak ada di mobil, sepertinya strategi telurmu berhasil”. Jawab Wise Crow.




“Oke… naikkan kembali layangannya, aku mau memastikan tidak ada korban jiwa tambahan.”




Wise Crow menaikkan kembali layang-layang bertenaga gas dengan kendali jarak jauh, kamera pada layang-layang tersebut kembali menyala dan menunjukkan gambar keadaan di rumah Yamaguchi. Beberapa penjaga tampak tetap pada posisi masing-masing. Wise Crow memutuskan untuk tidak memberi tahu Rose bahwa aksinya baru saja menghabisi nyawa beberapa anggota klan Yamaguchi, dua pengendara motor, empat orang di dalam mobil hitam di belakang dan seorang yang tertabrak sedan silver saat melompat dari mobilnya.




“Wise?” Silent Rose memanggil, menandakan bahwa ia menunggu konfirmasi dari Wise Crow.




“Tidak ada siapapun di gudang makanan, tempat itu bersih.”




”, jawab Silent Rose sambil mengeluarkan dua buah bola dari tas-nya, jelas sekali apa yang dibawa Silent Rose bukanlah bola, melainkan dua buah granat tangan. Sambil mencoba memperhitungkan arah angin, Silent Rose melempar granat itu ke atas. Para penjaga yang bertugas bereaksi terlambat, mereka baru menyadari bahaya setelah granat itu meledakkan gudang makanan mereka.




“Ledakkan Wise”. Ujar Silent Rose sambil menjatuhkan dirinya ke dalam sungai. Wise Crow paham apa yang diminta oleh pair-up nya kali ini. Hanya dengan menekan beberapa tombol, Wise Crow membuat layangan bertenaga gas itu meluncur menghantam pintu gerbang rumah kediaman Yamaguchi, membuat sebuah ledakan keras.




Wise Crow tersenyum sambil mengingat pertanyaan yang dilontarkan oleh Silent Rose, ‘bagaimana cara termudah mendapatkan telur segar?’. Telur paling segar tentu akan mudah didapatkan jika kita mendatangi sarang burung yang kita inginkan, karena telur tidak akan pernah meninggalkan sarang. Itulah permainan yang mereka lakukan sekarang, dengan surat ancaman, mereka membuat Seikahara menerapkan taktik




decoy and distraction




. Seikahara juga memperkuat pertahanan, ibarat cangkang telur yang keras, namun sebagai gantinya, dia diam di sarangnya, ibarat sebuah telur yang tidak dapat bergerak.




Hingar bingar segera terdengar dari dalam kediaman Yamaguchi, Seikahara baru saja mendengar berita penyerangan terhadap keluarganya melalui Jiro. Pimpinan tertinggi klan Yamaguchi itu tahu, bahwa kali ini serangan akan dilakukan secara frontal. Dengan tenang dia memberi aba-aba kepada para komandannya yang tertinggal, dan tanpa banyak bicara, pria itu bergegas kabur melalui terowongan rahasianya.




Sebuah tindakan logis untuk dilakukan, bahkan bagi raja manapun, menyelamatkan diri melalui lorong rahasia saat benteng akan jatuh adalah hal yang lumrah untuk dilakukan. Itulah yang kini dilakukan oleh Seikahara Yamaguchi. Satu-satunya yang menjadikan strategi tersebut tidak efektif adalah jika musuh telah mengetahui keberadaan lorong rahasia tersebut. Bukan hanya tidak efektif, tapi itu sangat fatal.




Dan itulah yang terjadi pada Seikahara Yamaguchi yang tengah mencoba menyelamatkan dirinya melalui terowongan rahasia di kediamannya. Pair-up Silent Rose dan Wise Crow telah berhasil menempatkan diri selangkah di depan targetnya. Di sebuah titik di tengah terowongan itu, Silent Rose telah memasang sebuah sensor yang jika dilewati akan memicu ledakan nitrogen yang segera membakar habis semua yang ada di sepanjang terowongan. Airul Hutomo, sang Silent Rose hanya tersenyum dari kejauhan saat melihat api menyembur kencang dari pintu akses terowongan. Dengan santai ia meninggalkan lokasi, menuju ke kamar hotel yang hangat, tempat dimana sahabatnya yang juga pair-up nya dalam Case kali ini menunggu.








BERSAMBUNG 



Report content on this page

Posting Komentar

0 Komentar