RANJANG YANG TERNODA PART 7

 

PRIA TUA BERAKSI KEMBALI








Lidya tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri yang gegabah karena selalu tidur tanpa mengenakan pakaian, kebiasaan buruknya itu membuat mertuanya yang bejat bisa memanfaatkan situasi dengan mudah. Selain selalu tidur tanpa sehelai benang pun, satu lagi kebiasaan buruk Lidya adalah dia sering meremehkan situasi. Lidya dengan santainya tidur telanjang tanpa mengunci pintu kamar, padahal dia hanya berdua saja dengan mertuanya. Sungguh sebuah kesalahan yang sangat fatal. Ingatan Lidya tak bisa lepas dari kejadian di malam terkutuk saat Pak Hasan, mertuanya sendiri dengan leluasa memperkosa Lidya.




Lidya terjaga sepanjang malam, dia tidak bisa tidur karena masih teringat apa yang telah dilakukan Pak Hasan kepadanya. Dia berusaha melupakan semua kejadian, tapi amatlah sulit melupakan perkosaan yang terjadi pada diri sendiri. Jangankan melupakan, denyutan penis mertuanya yang melesak di dalam vagina seakan tidak pernah hilang dari memek Lidya. Pak Hasan mengancam akan melakukannya lagi, dan dengan kepergian Andi selama beberapa hari ini, tentunya amat mudah bagi Pak Hasan memperoleh kesempatan untuk menidurinya lagi. Lidya berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari terkaman nafsu sang ayah mertua. Untungnya ayah mertuanya yang bejat itu seharian pergi entah kemana.




Sudah sepanjang pekan Lidya kesulitan menghubungi Mbak Alya, sejak kunjungannya yang terakhir kali, mereka tidak pernah bertemu lagi, kalaupun berhubungan hanya melalui WhatsApp untuk menanyakan kabar. Mungkin Alya dan Hendra sedang sibuk jadi jarang berada di rumah. Satu-satunya harapan Lidya kini ada pada Dina. Tadi pagi Lidya sudah berusaha menghubungi Mbak Dina. Tapi ada sesuatu yang aneh dari nada suaranya. Kakaknya itu biasanya senang kalau ditelpon Lidya atau Alya, tapi hari ini sangat lain, sepertinya ada beban berat yang tengah dipikul Mbak Dina.






“Mbak, aku boleh tidur di sana seminggu ini? Paling tidak sampai Mas Andi pulang.” tanya Lidya saat menelpon Dina. “A-aku takut di rumah sendirian, Mbak.”


“Eh… ehm… gimana yah… ehm… a-aku…” Dina terbata-bata menjawab.




Lidya mengernyitkan dahi. Aneh sekali, ada apa dengan kakaknya itu? Tidak biasanya Mbak Dina terbata-bata saat menerima telepon darinya. Pasti kakaknya itu tengah menghadapi satu masalah yang sangat berat.




“Mbak Dina? Mbak kenapa?”


“Eh… ehm, aku nggak apa-apa kok. Hanya saja untuk beberapa hari ini aku tidak bisa menerima tamu, Dik. Karena… ehm… karena… karena… aku dan Mas Anton sangat-sangat sibuk, iya, kami sangat sibuk. Bahkan untuk mengurus anak-anak saja tidak sempat dan… dan… lalu… ehm…”


“Oh ya sudah kalau begitu. Mbak Dina baru sibuk ya? Nggak apa-apa kok, Mbak. Aku juga nggak pengen nggangguin kalau Mbak Dina lagi sibuk.” Lidya jadi tidak enak hati. Tapi sebagai seorang adik yang hapal dengan sikap dan sifat kakaknya, Lidya tahu ada sesuatu yang tidak beres di rumah Dina. Itu sebabnya kakaknya itu menolak kedatangannya. Belum pernah seumur hidupnya Dina menolak kehadiran Lidya, Alya ataupun keluarga yang lain. Lidya paham benar ada masalah berat yang tengah dihadapi kakaknya. Dengan berat hati karena kecewa gagal melarikan diri dari rumah, Lidya pun pamit. “Kalau begitu, nanti aku telepon lagi yah, Mbak.”




“I-iya, dik. Sori banget yah. Aku baru…”


“Iya Mbak, nggak apa-apa. Dah Mbak Dina.”


“Dah Adik.”..




Klk.




Kekhawatiran mulai merasuk ke diri Lidya.






Telegram : @cerita_dewasaa








Alya menguap usai binge watching film drama Korea enam episode, karena sudah merasa mengantuk maka dimatikannya televisi. Film yang diputarnya itu baru usai jam 01.00 dinihari. Hendra sudah terlelap setelah kelelahan seharian bekerja, Opi juga sudah nyenyak di kamar. Hanya tinggal Alya sendiri yang belum tidur. Akhir-akhir ini Alya mengalami kesulitan tidur, mungkin karena trauma akibat insiden yang dialaminya. Alya telah diperkosa oleh Pak Bejo Suharso, salah seorang tetangga di komplek.




Saat hendak melangkah dan mematikan lampu, tiba-tiba saja smartphone-nya berdering. Dengan langkah yang sedikit malas karena sudah sangat mengantuk, Alya meraih telpon genggamnya. Siapa yang menelpon jam segini?




Nomor tidak dikenal. Siapa ya?




Alya khawatir kalau-kalau ada keluarganya yang tertimpa musibah.






“Halo?” Alya menerima telepon dengan ragu-ragu.


“Suaramu merdu sekali, manis. Ini aku, Bejo kekasihmu.”






Sudah beberapa hari ini baik Pak maupun Bu Bejo tidak terlihat datang ke rumah Alya dan Hendra. Sejak hari naas bagi Alya itu, hanya sekali Bu Bejo datang ke rumah. Alya merasa lega karena berharap Pak Bejo sudah tuntas melupakan niat jahatnya. Sayang sepertinya harapan Alya tidak terwujud.




Suara Pak Bejo yang berat membuat jantung Alya langsung berdebar-debar. Seketika itu juga rasa kantuknya menghilang. Alya mengintip ke arah kamar tidur dan berharap mudah-mudahan Hendra tidak sedang terbangun.




Pak Bejo terus menyerang. “Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk kerja sampai-sampai ga sempat nyamperin Mbak Alya lagi, padahal aku tahu Mbak Alya kangen berat. Jangan takut, aku akan selalu ingat saat-saat indah kita bermain cinta, sayang.” bisik Pak Bejo.




“Pak Bejo sudah gila? Menelponku jam segini?” Alya mendesis marah. Suaranya bergetar karena ketakutan.


“Aku kan sudah bilang barusan. Aku kangen, pengen ngentotin kamu lagi malam ini. Gimana kalau Mbak Alya datang ke pos kamling yang ada di ujung gang? Itu pos sepi banget. Aku pengen meluk tubuh kamu yang seksi itu, Mbak. Sekedar untuk menghangatkan diri di malam dingin ini. Kamu setuju kan ya.”




Alya mendengar suara dari arah kamar. Sepertinya Hendra, suaminya sudah terbangun.




“Sekarang?! Pak Bejo benar-benar sudah gila ya?” Bisik Alya sepelan mungkin.


“Sayang? Ada telpon ya? Dari siapa malam-malam begini?” tanya Hendra dari dalam kamar. Untunglah Hendra tidak lantas bangun dari tempat tidur. Dia hanya bertanya dari tempatnya berbaring.


“Bu-bukan siapa-siapa kok. I.. ini dari Lidya... Iya Lidya. Tidur saja lagi, sayang.”




Pak Bejo terkekeh-kekeh. “Aku belum gila, manis. Cuma lagi pengen ngentotin kamu saja. Sudah dua hari ini aku tidak melihatmu, padahal aku selalu membayangkan tubuh indahmu yang telanjang dan bermandikan keringat. Aku selalu ingat merdu kamu merintih nikmat, apalagi waktu kontolku masuk ke memekmu.”




Hendra menutup kembali tubuhnya dengan selimut. Dia sudah terlampau capek sehingga tidak bisa bangun. “Ya sudah.” kata Hendra. “Aku tidur lagi ya.”




“Dengar, Pak Bejo.” bisik Alya supaya Hendra tidak curiga. Dia takut suaminya itu belum benar-benar tertidur sehingga bisa mendengarkan percakapan ini. “Aku tidak mau melakukannya lagi. Tidak mungkin. Apalagi sekarang ?! Bapak tahu ini jam berapa?”


“Sayang sekali.” Pak Bejo terdiam agak lama. “Apa perlu aku yang ke rumahmu sekarang? Apa perlu kamu aku hajar sekali lagi? Atau mungkin perlu besok aku membawa Opi jalan-jalan dan tidak sengaja meninggalkannya di tengah kota?”






Alya mulai berkaca-kaca menahan tangis, bagaimana ini? Tidak ada jalan keluar untuk melepaskan diri dari ancaman Pak Bejo. Alya kebingungan setengah mati, dia tidak mungkin menceritakan semua perkosaan yang dilakukan Pak Bejo pada Hendra karena takut pria tua yang sangat kasar itu akan menyakiti tidak saja dirinya tapi juga suami dan anaknya yang masih kecil karena kedektan mereka dengan keluarga Pak Bejo. Alya hanya bisa pasrah. Ancaman Pak Bejo bukan ancaman main-main. Tubuhnya bersandar di dinding dengan lemas.






“Tidak.” desah Alya pasrah. “Tidak perlu kemari. Aku yang akan segera ke sana.”


“Manis…”


“Ya?”


“Aku ingin kamu menggunakan pakaian rumah paling seksi yang pernah kamu miliki dan juga jangan memakai BH dan celana dalam.” Terdengar suara Pak Bejo menjadi bertambah berat dan dalam, “Aku akan menunggumu.”


“Aku tidak punya pakaian yang seksi.” Bisik Alya sambil mengintip ke arah kamar. Hendra benar-benar sudah terlelap sekarang.


“Jangan bohong.”


“Aku tidak punya!”


“Suamimu tidak membelikan baju seksi buat ngentot?”


“Mas Hendra bukan orang yang pikirannya kotor seperti Pak Bejo!”






Pak Bejo terdiam lagi. Alya takut pria tua marah karena nada suara Alya meninggi. Tapi terdengar suara kekehan pelan yang menyeramkan. “Kalau begitu aku menyerahkan keputusan itu padamu, sayang. Pokoknya aku pengen kamu segera ke pos kamling pakai baju seksi, daster yang tipis juga boleh, nantinya toh kamu harus telanjang di sini. Hahahaha!”




Alya menggerutu kesal. “Aku sudah bilang aku tidak pun…”




“Aku tunggu di pos kamling.” Klek. Pak Bejo menutup telpon.






Tetesan air mata Alya mulai deras. Dengan sesunggukan istri Hendra itu berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mau beranjak dari dinding tempatnya bersandar. Kepalanya terasa berat dan jantungnya terus didera detakan bertubi.




Tiba-tiba smartphone-nya berbunyi kembali. Alya bergegas mengangkatnya, benci sekali dia lupa mengaktifkan mode mute. Terdengar suara kekehan Pak Bejo dari ujung yang lain.






“Ada apa lagi?! Apa Bapak mau orang satu rumah ini bangun gara-gara Pak Bejo telpon malem-malem begini? Bapak pengen Mas Hendra tahu?” desis Alya marah.


“Aku cuma mau mengingatkan, ada kemungkinan suamimu nanti akan terbangun dan kebingungan mencari istrinya yang tidak ada di rumah. Hendra pasti kalut. Kamu harus mencari alasan yang tepat untuk mengelabui Hendra karena aku pengen pakai memekmu agak lama malam ini.”


“Apa yang harus aku katakan pada Mas Hendra?”




Terdengar suara dari kamar. Hendra bergerak lagi. “Alya? Sayang? Ada telpon lagi?”




Sambil berharap Hendra tidak bisa menangkap getar rasa takut dari suaranya, Alya menengok ke arah kamar. “Ti-Tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Tidur aja lagi.”




“Bilang saja Bu Bejo lagi sakit atau apa, dan kamu harus bantuin ke rumah. Pikirkan sesuatu. Aku kan cuma orang bodoh, kamu yang seharusnya lebih pintar.”






Klk.




Sekali lagi Pak Bejo menutup telepon.




Alya kembali ke kamar dengan perasaan kacau. Dia berpikir dengan keras. Apa yang harus dikatakannya pada Hendra? Dia harus punya alasan secepat mungkin. Perlahan Alya kembali ke kamar dan duduk di samping Hendra memeluk selimutnya erat.






“Siapa lagi yang telpon kamu?.” tanya Hendra. Matanya masih tertutup. Alya mengelus rambut suaminya dengan penuh sayang. Hendra memeluk tubuh sintal istrinya.


“Itu tadi Pak Bejo.” Alya mencoba mencari alasan, paling tidak dia tidak berbohong kalau memang benar Pak Bejo yang menelponnya barusan. “Dia baru bepergian jauh dan ditelpon dari rumah, katanya Bu Bejo sakit. Aku disuruh menengok dan menemani Bu Bejo malam ini. Paling tidak sampai Pak Bejo datang. Boleh?”


“Boleh saja. Bu Bejo kan sudah banyak menolong kita. Perlu aku antar?”


“Tidak usah. Mas Hendra kan capek dan besok pagi harus berangkat ke kantor. Kalau aku besok bisa berangkat agak siang.”






Alya membungkuk dan mencium bibir Hendra. Pria itu tersenyum saat merasakan sapuan bibir mungil Alya yang basah. “Aku sayang Mas Hendra.” Untung saja Hendra terlelap dan tidak membuka mata sehingga tidak bisa melihat Alya yang hampir menangis.


“Aku juga sayang kamu.” Hendra menguap. “Mudah-mudahan Bu Bejo tidak apa-apa. Kalaupun tidak bisa ditinggal, kamu tidur di sana saja malam ini. Kasihan Bu Bejo sendirian. Pak Bejo kemana sih, kok istri sakit ditinggal sendiri?”


“Se-sedang mencari obat katanya. Toko obat di dekat sini sudah tutup semua.” Alya tergagap. Dia merasa sangat bersalah pada Hendra. Suaminya itu tidak tahu, kalau lelaki tua yang disebutkan namanya itu sebentar lagi akan melesakkan penisnya dalam-dalam di vagina Alya. “Katanya tadi sih begitu.”


“Baiklah, hati-hati di jalan ya. Udah malem banget ini. Sori, aku ngantuk sekali, sayang.” Hendra berbalik dan perlahan tenggelam lagi dalam tidurnya.






Setelah Hendra terlelap, Alya mulai membuka lemari pakaian dan mencari-cari baju. Pak Bejo tidak menginginkan Alya mengenakan BH ataupun celana dalam, tapi Alya tidak mau ambil resiko. Diambilnya satu celana dalam G-String yang sudah tidak pernah dipakainya sejak sangat lama. Hendra membelikannya saat bulan madu. Untung saja, Alya bukanlah tipe wanita yang melar tubuhnya saat melahirkan ataupun berubah ukuran celananya dengan drastis. Walaupun agak kesempitan, tapi celana dalam itu pasti masih cukup dikenakannya.




Alya mengambil daster terusan bermotif bunga yang ada di dalam lemari. Baju itulah yang menurutnya paling seksi yang ia miliki. Daster itu tipis sekali, sehingga dengan cahaya seredup apapun, kemolekan lekuk tubuh Alya akan terlihat menerawang. Selain itu dengan daster yang sedikit longgar di bagian leher dan bahu, belahan dada Alya akan terlihat sangat menantang, belum lagi bagian bawah daster sangat pendek hingga hanya bisa pas menutup sampai satu jengkal di atas lutut Alya. Kalau dia membungkuk sedikit pasti celana dalamnya kelihatan.




Saat melangkah ke pintu depan, terdengar suara panggilan kecil dari kamar Opi.






“Mama?”




Alya berbalik dan menemui Opi yang terbangun. “Shhh. Tidur lagi yah sayang.” bisik Alya sambil memeluk dan mencium putri tersayangnya. Opi langsung terlelap dengan cepat. Si kecil itu tidak merasakan lelehan air mata yang menetes di pipi sang ibu.






Telegram : @cerita_dewasaa








Lokasi pos siskamling yang dimaksud oleh Pak Bejo ada di pojok jalan. Pos itu berbentuk bangunan kecil yang hanya memiliki dua jendela, satu di sisi kanan dan satu di kiri serta satu pintu di sisi luar sementara sisi lain menempel di tembok sebuah pagar beton tinggi milik rumah warga. Tidak ada apa-apa di dalam pos itu kecuali tikar, asbak dan kartu remi. Alya sangat berharap, tidak ada orang lain yang berada di luar rumah malam itu kecuali dirinya dan Pak Bejo.




Harapan Alya terkabul karena malam itu suasana sangat sepi. Hanya suara angin menggesek daun dan beberapa ekor kochenk oren hilir mudik sambil mengeong mencari makan yang menemani suara jangkrik dan serangga malam lain.




Alya merasa aneh berjalan sendirian malam hari seperti ini dengan pakaian yang sangat tipis dan menerawang. Dia berjalan mepet di sisi tembok agar bisa bersembunyi di balik bayangan pagar yang tinggi. Walaupun suasana sepi, tapi Alya tidak mau mengambil resiko. Untung saja jarak antara rumah dan pos kamling tidak terlalu jauh.




Walaupun hanya mengenakan daster dan tidak mengenakan make-up apa pun, wajah Alya tetap mempesona. Hanya dengan memandangi keelokan paras dan keseksian tubuhnya saja, penis tua Pak Bejo bisa menegang. Bandot tua itu geleng-geleng. Dia masih belum bisa mempercayai keberuntungannya. Pria tua buruk rupa seperti dirinya akhirnya bisa juga meniduri wanita cantik dan alim seperti Alya.




Terdengar suara ketukan pelan di pintu pos kamling. Pak Bejo segera membukanya.




Alya terlihat sangat cantik dalam balutan daster tipis menerawang. Tubuhnya yang luar biasa indah terlihat semakin seksi dan kulitnya yang putih seakan menyala di kegelapan malam. Dia terlihat bagaikan seorang bidadari yang baru saja turun dari khayangan.




Pak Bejo Suharso terkekeh-kekeh melihat penampilan mempesona wanita yang akan segera disetubuhinya. “He he he, luar biasa, Mbak Alya. Benar-benar cantik.”




Alya terdiam dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. “A-aku sudah datang kemari. Aku harap Pak Bejo…”




“Sstt, jangan membangunkan tetangga yang sudah tidur. Ayo masuk ke dalam.”






Alya menurut saja dan masuk ke dalam pos kamling. Hanya berdua dengan bandot tua yang bejat itu membuat tubuh Alya menggigil ketakutan. Dia hampir tak percaya apa yang sedang dilakukannya. Alya dengan rela menyerahkan diri untuk digauli tetangganya yang buruk rupa sementara suaminya yang tampan sedang tidur di rumah. Pak Bejo menutup pintu pos kamling dan menguncinya. Tak lupa dia juga menutup jendela dengan kardus bekas agar tidak ada orang yang bisa mengintip adegan yang akan segera terjadi di dalam pos kamling ini.




Alya berdiri di tengah pos kamling sambil memeluk dirinya sendiri yang kedinginan terkena udara malam. Tubuh Alya masih terus bergetar, bukan dikarenakan oleh dinginnya semilir angin tapi karena perasaannya yang campur aduk.






“Uhhhhhmmm.” Desah Alya lirih saat tubuh hangat Pak Bejo memeluknya dari belakang. Pria tambun itu tidak perlu berbasa-basi dan ingin langsung menyantap hidangan utama yang lezat yang disuguhkan oleh ibu rumah tangga yang masih muda dan sangat cantik ini. Tangan Pak Bejo bergerak menyusur seluruh tubuh Alya sementara dia menempelkan tubuhnya sendiri di belakang sang ibu muda yang molek itu.






Alya memejamkan mata, setengah tak rela tubuhnya disentuh lelaki selain suaminya, setengahnya lagi menikmati rabaan Pak Bejo di setiap jengkal tubuhnya. Alya makin merinding ketika pria tua itu mulai menciumi bagian belakang leher dan telinganya. Suara kecupan Pak Bejo menjadi satu-satunya suara yang mengisi sepinya malam itu.




Alya melenguh lagi saat Pak Bejo menempelkan penisnya yang mulai mengeras di sela-sela pantat sang ibu muda. Pria tua yang makin bernafsu itu menggerak-gerakkan kontolnya di belahan pantat Alya dengan gerakan yang lembut sementara bibirnya terus menciumi bagian belakang kepala Alya. Tangan Pak Bejo mulai bergerak bebas, meraba buah dada Alya yang ranum.




Untuk beberapa saat lamanya Alya hanya berdiri di tengah pos kamling sementara Pak Bejo terus meraba-raba seluruh tubuhnya. Baru kali ini pria tua menjijikkan itu memperlakukannya dengan lembut.




Tak perlu waktu lama bagi Pak Bejo untuk segera melucuti pakaian yang dikenakan oleh Alya. Dia segera mendorong tubuh ibu muda jelita itu ke tikar yang kotor di lantai pos kamling. Satu persatu baju Alya dilucuti. Setelah pertahanan terakhir Alya yang berupa celana dalam mungil dilucuti oleh Pak Bejo, pria tua itu segera beraksi. Pak Bejo menciumi ujung jari kaki Alya dan perlahan turun terus hingga ke daerah betis, lutut, paha dan akhirnya selangkangan Alya. Ketika sampai di daerah rambut halus bibir vagina Alya, ibu muda itu menangis sesunggukan dan meremas ujung tikar dengan perasaan campur aduk, antara menikmati dan menolak.




Saat Pak Bejo menjilati memeknya yang manis, Alya menggerakkan pinggulnya tanpa sadar dan tubuh seksi wanita cantik itu melonjak-lonjak karena rangsangan luar biasa yang diakibatkan oleh jilatan lidah Pak Bejo. Ketika masih meresapi manisnya cairan cinta yang meleleh di pinggir bibir vagina Alya, Pak Bejo merasakan jemari Alya menjambak rambutnya. Pak Bejo gembira karena Alya rupanya telah tenggelam dalam nafsu birahi.






“Jangaaan… jangaaaan… aku tidak mauuuuu!!!” Alya megap-megap sambil menggeleng kepala menolak kenikmatan badani yang tiba-tiba saja mencapai puncak dan menguasai tubuh indahnya. Wanita cantik itu telah mencapai orgasme awal karena tidak bisa menahan gejolak nafsu birahinya sendiri.






Tubuh Alya melejit dan lepas dari pelukan Pak Bejo. Pria tua itu melepaskan Alya dan membiarkannya terbaring di tikar. Mata Alya terbelalak dan tubuhnya menggigil karena ketakutan saat melihat Pak Bejo melucuti pakaiannya sendiri.




Pria tua yang bertubuh gemuk dan berkulit gelap itu berlutut dan menempelkan ujung gundul kemaluannya yang basah di bibir vagina Alya. Saat dilesakkan kontolnya ke dalam memek Alya, ternyata liang cinta ibu muda itu belum sepenuhnya terlumasi. Hanya sebagian saja dari keseluruhan batang kemaluan Pak Bejo yang bisa masuk.






“Ahhhh… jangaaaaan diteruskaaan… saya mohon Pak! Sakiiiit!! Jangaaan… pelaaan! Pelaaan sajaaa!! Jangaaaan!! Hentikaaan!! Hentikann!!” Alya menjerit lirih karena takut membangunkan penghuni komplek di sekitar pos kamling, tapi rasa sakit yang dirasakannya terlalu menyiksa sehingga air mata menetes di wajahnya.




Alya berusaha mendorong tubuh Pak Bejo menjauh darinya walaupun sia-sia. Alya hanya bisa menangis sesunggukan dan berusaha tabah saat Pak Bejo malah menyodokkan sisa kontolnya ke dalam memek Alya.




“Siap-siap digenjot ya, Bu Hendra?” ejek Pak Bejo yang sengaja memanggil Alya dengan nama suaminya. Wajah Alya memerah karena dipermalukan seperti itu.






Pak Bejo menarik kaki Alya yang jenjang dan menempelkannya di kedua sisi wajahnya. Ibu rumah tangga yang cantik itu harus merelakan tubuhnya dibolak-balik oleh Pak Bejo yang memang berniat menikmati seutuhnya keindahan tubuh Alya. Dengan kaki terangkat ke bahu Pak Bejo, Alya memejamkan mata karena tahu apa yang akan segera dilakukan pria tua itu.




Pak Bejo menarik pinggul Alya dan menjebloskan penisnya ke dalam memek Alya.






“Aaaaaaaaaduhhhh!!! Jangaaaaaaaann!! Sakiiiiiiiiiit!! Aduuuhhhhh… jangaaaan… pelaaan sajaaa! Pelaaaan!!” pinta memelas Alya belum digubris oleh Pak Bejo.






Teriakan dan desis perih Alya ibarat musik yang merdu di telinga Pak Bejo yang bejat. Mendengarkan suara wanita idamannya menjerit kesakitan dan menggeram karena merasakan desakan penisnya di dalam vagina membuat Pak Bejo sangat terangsang. Pak Bejo menarik sedikit batang kemaluannya. Hal ini membuat Alya bisa bernafas sedikit lega, sayang tak berlangsung lama. Saat Alya masih terengah-engah dan menarik nafas, tiba- tiba Pak Bejo mendorong batang penisnya masuk ke rahim Alya sampai ujung terdalam! Alya menjerit kesakitan saat kontol itu menguasai liang cintanya yang sempit.






“Hiyaaaaaaahhh!!” teriak Alya di tengah sepinya malam. Dia sudah tidak peduli lagi kalau-kalau ada orang yang melewati pos kamling itu.




Kontol Pak Bejo masuk sepenuhnya ke lubang vagina Alya. Sekali lagi wanita cantik itu merasakan pahitnya disetubuhi lelaki menjijikkan seperti Pak Bejo.








BERSAMBUNG









Report content on this page

Posting Komentar

0 Komentar