“Non, bapak cobain ya…” pak Hasan mulai memainkan jarinya di permukaan v49in4ku, ia membvk4 b!b!r v49in4ku sambil tangan satunya menjelajahi p4h4ku hingga pangkalnya. Ia mengorek-ngorek v49in4ku dengan jarinya sambil memainkannya.
Aku mend3$4h dan mer0n+4, sementara Ronny dengan l!4r menyapu permukaan p4yud4r4ku dengan l!d4hnya, kemudian menyu$uri perut sekitar pusarku, naik lagi ke p4yud4r4, kemudian beralih keketiakku, leher sampai akhirnya berakhir di b!b!rku. Ronny memaksaku membvk4 mu|u+, tanpa kusadar kulayani permainan l!d4hnya di b!b!rku.
Keringat mulai membasahi tvbvh t3l4nj4n9ku, meski ruangan kamar ini ber-AC. Eksplorasi l!d4h dan jemari Ronny pada tvbvh bagian atasku, serta permainan jari pak Hasan pada v49in4ku dan s3ntuhan-s3ntuhannya pada p4h4, pinggul, serta p4nt4tku membuat b!r4h!ku berdesir. R0n+4anku pun melemah ketika l!d4h pak Hasan mulai membasuh b!b!r v49in4ku yang yang bersih dan ditumbuhi bulu halus yang jarang.
Aku melirik ke Sherry, kulihat tvbvhnya melemah ketika tiga orang kuli itu m3n!km4t! bagian-bagin tvbvhnya. Rok SMU-nya tersingkap sementara Jamal ada disana m3n!km4t! kemulusan dan putihnya p4h4 Sherry yang berkulit lebih putih dari aku, ia juga keturunan indo, hanya saja papa Sherry orang Amerika, tvbvhnya langsing mulus tanpa cela, wajahnya imut-imut meskipun ia duduk di kelas 2 SMU orang masih mengira ia anak SMP. Rambut Sherry panjang sebahu dengan warna agak kemerahan.
Kulihat p4yud4r4 Sherry tidak lepas dari permainan 3 kuli itu. BH-nya sudah terletak di lantai, tersisa seragam SMU yang telah terbvk4 kancingnya serta tangan-tangan Udin dan Asep yang m3r3m4$ kedua bongkahan p4yud4r4 Sherry yang m0nt0k dengan pu+!ng merah muda itu. P4yud4r4 Sherry memang lebih besar dari milikku dengan bentuknya yang kencang dan menggoda, dan kurasa itulah hal yang sangat menarik cowok-cowok di sekolahku untuk membicarakannya.
Pak Hasan kulihat mulai menelanjangi dirinya, begitu juga dengan Ronny. Aku melihat p3ni$ Ronny yang men3g4n9 itu mendekati wajahku.
“Ayo non, isep non…” Ronny memerintahkanku meng0r4l p3ni$nya.
Perintah Ronny tidak kukabulkan, ia masih saja memaksa p3ni$nya dengan menempelkannya ke wajah dan b!b!rku, aku mer0n+4 menoleh kekiri dan kanan untuk menolaknya. Tiba-tiba saja kurasa tamparan mendarat di pipiku, kulihat wajah Ronny yang berang mengerikan.
“Ayooo !!! isepp nooon !!!” wajah Ronny kulihat sangat mengerikan dan satu tamparan mendarat lagi di pipiku, aku tak punya pilihan, jantungku berdegup kencang, kubvk4 mu|u+ku.
Ronny memaksa p3ni$nya memasuki mu|u+ku, sampai membuatku tersedak dan ingin muntah menghirup aroma p3ni$nya. Perutku mual, namun tidak lama kemudian Ronny mulai memompa p3ni$nya di b!b!rku. Aku tidak dapat melihat pak Hasan dengan jelas, karena tertutup Ronny namun kurasakan pada v49in4ku ia sedang menggesek-gesekkan p3ni$nya disana. Aku tidak dapat melihat sebesar apa miliknya, namun perkiraanku miliknya jauh lebih besar dari milik pacarku saat itu David.
Lagi-lagi kulirik Sherry, kulihat ia d4l4m posisi duduk di sofa, kedua tanganya direntangkan sambil dip3g4n9i Udin dan Asep, sementara Jamal memposisikan wajahnya dihadapan k3m4lu4n Sherry yang sudah tanpa c3l4n4 d4l4m sambil tangannya memaksa Sherry mengangkang. Kulihat v49in4 Sherry yang bersih tanpa bulu-bulu itu sedang dibasuh oleh j!l4+an-j!l4+an dari l!d4h Jamal, kulihat b!b!r v49in4nya memerah dan mengkilat karena air liur Jamal. Kulihat pinggul Sherry bergerak kesana kemari, wajahnya terlihat ketakutan sambil menggumam tak jelas.
Ronny menghentikan pompaannya, ia mencabut p3ni$nya dari mu|u+ku, aku sedikit bisa bernafas sambil terbatuk-batuk. Ronny lalu membvk4 simpul ikat pinggang yang diikatkan ke tempat tidurku, namun kedua tanganku masih terikat, aku tidak tahu apa rencana mereka selanjutnya. Tiba-tiba pak Hasan mendekap tvbvhku dan mengangkatnya, ia memindahkanku ke kamar m4nd! yang juga terletak di kamarku ini. Ia meletakkan tvbvhku diatas Bath tub-ku yang memang luas ukurannya dengan posisi terlentang. Ronny kembali mengikat tanganku kehandle yang terletak disana.
0 Komentar