"hei... bisakah kita bertemu lagi,? dan aku pastikan nanti akan membawa kamu ke
suatu tempat yang sangat menarik dan memberikan sesuatu yang sangat istimewa
untukmu," ucap genit wanita itu sambil mengedipkan matanya ke Alex dan kemudian
melangkah kembali duduk di sofa,
“hmmm....” Alex hanya tersenyum ketika melihat wajah cantik wanita itu tersenyum
padanya dengan begitu mempesona, dia juga memandangi tubuh bagian
belakangnya yang sangat seksi ketika berjalan,
"sedikit saran dariku, jika kau memang benar-benar berniat ingin mengetahui
semuanya, sebaiknya kau mulai dari dalam perusahaanmu sendiri lebih dulu" ucap
Mosas tersenyum penuh arti,
"terima kasih atas sarannya, saya harap kerja sama kita tetap berjalan dengan baik,
oiya.. Terima kasih juga atas jamuannya," ucap Alex yang kemudian pergi
meninggalkan ruangan,
“dan yang harus tuan muda ingat, tidak ada satu pun penjabat, kelompok, bahkan
instansi pemerintah yang bisa di percaya di kota Centropolis,” ucap Mosas ketika
Alex berjalan ke arah pintu,
“yaah... termasuk kelompok anda,” jawab Alex ketika membuka pintu,
“hahaha... ya.. betul sekali.. hahaha..”
Saat Alex sudah meninggalkan ruangannya, "dia baru saja datang menemuiku,"
ucap Mosas kepada seseorang melalui sambung telepon,
.
*****
.
Di kediaman Lisa,
Di dalam kamar mandi aku mengira-ngira jika pak samsul dan pak juki pasti sedang
asyik mengobrol di meja makan sedang menungguku selesai mandi seperti waktu
itu, pasti mereka berharap dapat suguhan yang menarik lagi, yaa tentu saja
kemolekan tubuhku ini,
Entah normal atau tidak, terkadang aku tertantang untuk menggoda mereka dengan
melancarkan sedikit aksi nakal dengan memamerkan tubuhku, namun aku selalu
melakukannya seolah-olah dengan tidak di sengaja, walau bagaimanapun aku harus
tetap menjaga image sebagai istri baik-baik dan wanita terhormat, sebenarnya
belakangan ini mulai ada rasa keinginan dalam hatiku untuk mencoba tampil lebih
vulgar dan bebas bertelanjang di dalam rumah, tapi walaupun ingin nyatanya aku
masih belum ada keberanian untuk bisa melakukannya,.
Begitu selesai mandi, aku pun keluar hanya berbalut handuk kecil yang sudah pasti
tanpa dalaman beha dan celana dalam, aku yakin tubuhku akan terlihat sangat
menggoda, tapi ketika membuka pintu sayangnya dugaanku ternyata salah, di
dalam rumahku tampak sangat sepi tidak ada siapa-siapa, kulihat dua kantong
belanjaanku sudah ada di atas meja dapur, aku pun tidak mendengar ada suara
obrolan dari kedua pria tua itu, yang kudengar hanya suara gemeresek orang yang
sedang menyapu di luar rumah,
Dengan langkah cuek aku menuju ke depan rumah, ternyata hanya ada pak juki
yang sedang fokus menyapu halaman, "pak jukii.." aku memanggilnya sambil
menempelkan tubuhku di kusen pintu,
Mendengar suaraku pak juki langsung menoleh ke arahku, dia pun langsung
terbengong-bengong dan tidak konsen dengan pekerjaannya, dengan posisi dan
penampilanku yang seperti ini pasti menjadi sebuah pemandangan yang sangat
menggoda untuknya, pahaku yang putih mulus terlihat jelas karena handuk yang
kupakai memang pendek, hanya membalut sebagian buah dadaku sedangkan
bagian bawahnya memperlihatkan sebagian besar daging pahaku, tapi aku tetap
berusaha bersikap biasa dan sewajar mungkin,
"pak juki, pak Samsul kemana ya,?" seruku padanya,
"ehh.. itu non, tadi dia bilang mau pulang dulu ngambil minyak urut,"
"ooh gitu, aku kira kemana, soalnya aku belum ganti uang belanjaannya,"
"iyaa.. nanti dia balik lagi kok, itu awas handuknya melorot non, hehe,”
“nggak donk, udah kenceng ini,” sahutku sambil menggoyangkan lipatan handuk di
dadaku,
“saya pelorotin ahh..” seloroh pak juki dengan gaya seperti orang yang ingin
menangkap ayam ke arahku,
“iihhh.. takutt.. kabuurrr.. hihihi..” aku pun cekikikan sendiri sambil berlari kecil masuk
menuju kamarku, senang sekali rasanya bisa bebas bercanda di rumah,
Aku tutup pintu kamar tanpa kukunci, aku sudah cukup lama mengenal pak juki dan
percaya bahwa dia tidak akan berbuat kurang ajar tanpa ijin dariku, semenjak aku
memiliki hubungan dengan pak juki dan pak yono, mereka berdua sangat baik
kepadaku bahkan bisa di bilang sangat sayang padaku, meski cara berpakaianku ini
bisa di bilang cenderung nakal dan menggoda bila bersama mereka, bahkan
mungkin penampilan dan keadaanku sehari-hari bisa menimbulkan gairah para laki-
laki, namun pada kenyataannya sampai saat ini tidak terjadi hal buruk yang
menimpaku karena ulah mereka, aku merasa jika mereka memperlakukan aku
dengan sangat baik dan juga selalu menghargai aku karena aku memang di kenal
sebagai wanita baik-baik,
Setelah rapi berpakaian, aku kembali turun ke lantai bawah, kulihat jam sudah
menunjukkan pukul sebelas siang suasana di depan rumahku sudah sepi, terdengar
pak juki yang kini sedang beraktivitas membersihkan halaman belakang, aku pun
menghampirinya yang sedang menyapu mengumpulkan sampah dedaunan, aku
yang saat ini mengenakan daster seperti yang biasa kupakai sehari-hari ketika di
rumah, memang kebanyakan dari pakaian yang aku punya memiliki model yang
hampir sama cukup terbuka, menurutku pakaianku ini biasa saja tapi entah kalau
menurut yang memandang,
"Pak jukii.." aku pun memanggilnya dengan nada manja,
"iya.. kenapa non,?" jawabnya sambil terus menyapu, aku pun langsung berjalan
menghampirinya di halaman belakang,
"emm.. aku lapeerr.." ucapku bermanja sambil merangkul lengannya, entah kenapa
jika sedang bersama pak juki atau pak yono aku jadi sangat manja padahal
sebenarnya aku sangat jutek bahkan bisa dibilang galak jika dengan orang lain, tapi
jika bersama mereka aku jadi kolokan seperti anak kecil, atau mungkin juga seperti
seorang gadis dengan pacarnya,
"awas dulu non, nanti badannya kotor, saya juga masih keringetan ini,”
“ishh.. pak juki maaahhh...”
“iyaa.. iyaaa.. terus kalo laper kenapa,?"
"hari ini aku kan gak masak pak, beliin makan yaa.." ucapku merengek sambil
menggoyang-goyangkan lengannya, sudah pasti dia bisa merasakan daging buah
dadaku yang tak terbungkus beha,
"Yaudaah.. non Lisa mau makan apa, nanti saya beliin,?" tanyanya lembut,
"emm.. nasi padang aja yang di depan komplek, pak juki belum makan juga kan,?"
tanyaku menatap wajahnya,
"iya belum, yaudah lepasin dulu tangannya," ucapnya,
"tapi beliin yaa, pak juki punya uang kan,? hihihi.." ucapku bertingkah centil
menatapnya, seperti seorang gadis yang minta jajan pada pacarnya,
"punya doonk, non Lisa tenang aja, hehe.." jawabnya menowel daguku,
"hihihi.. makasih ya pak, aku tunggu di dalem ya,,?"
"iya sayaaang," jawabnya tersenyum, aku pun melepaskan lengannya untuk kembali
masuk ke dalam,
"awwhh.. nakal ih tangannya, awas aja.." baru saja aku berbalik dia langsung
meremas pantatku dari belakang,
"hehe.. yaudah tunggu ya non, saya ke depan dulu," ucapnya, pak juki meletakkan
sapu di bawah pohon, lalu dia pun pergi untuk membelikan aku makan siang dan
aku pun kembali masuk ke dalam rumah,
Baru sebentar aku duduk di ruang tengah tiba-tiba pak Samsul mengetuk pintu
depan rumah yang sejak tadi ku biarkan terbuka,
"Permisi non,." sapa pak Samsul,
“ehh.. pak Samsul, sini pak masuk aja,"
"iya non, kok non Lisa sendirian,? pak juki kemana,?" ujar pak Samsul yang
kemudian duduk di seberang aku,
"baru aja keluar mau beliin aku makan siang, emangnya tadi di jalan pak samsul gak
papasan sama dia,?" tanyaku langsung saat dia baru saja duduk,
"kayaknya sih enggak non, mungkin karena tadi saya naik ojek jadi gak terlalu
merhatiin jalan,"
"ngomong-ngomong kata pak juki, pak samsul beneran bisa mijit,?" tanyaku lagi,
“ya begituah non, kebetulan saya dulu pernah belajar mijit, panjang kalo di ceritain,
hehe..” kata pak samsul,
"Yaudah jangan di ceritain kalo panjang, hihihi.."
"ngomong-ngomong tadi kata pak juki, non Lisa minta tolong dipijet, emang apanya
yang sakit non,?"
"gak ada yang sakit sih pak, cuma badan aku rasanya pada pegel semua, bisa kan
pak,?'
" Ooh gitu, iya bisa non, yaudah mau dimana pijetnya,?" tanya pak Samsul,
"emm.. di kamar aja pak, yang kemarin kita bersihin, udah aku pasang sprei juga
kasurnya, yuk pak," ajakku pada pak Samsul masuk ke dalam kamar yang tak jauh
dari ruang tamu,
Sebenarnya aku sempat bingung dan masih merasa agak risih juga berduaan di
dalam kamar bersama pak samsul, karena aku belum lama mengenal pak tua itu
namun di sisi lain aku merasa aman juga karena sejauh ini menurutku dia orangnya
sopan dan baik, seperti pak yono dan pak juki, namun tetap saja ada perasaan aneh
dalam diriku karena hanya berduaan di dalam kamar bersama laki-laki lain yang
nantinya akan leluasa menyentuh bagian-bagian tubuhku, jadi aku putuskan untuk
menutup pintu namun tidak kukunci dengan pertimbangan kalau ada hal-hal yang
tidak diinginkan dan butuh pertolongan maka akan mudah bagi yang mau
menolongku untuk bisa segera masuk ke kamar.
“aku sebenarnya takut lho pak dipijit sama laki-laki, rasanya risih aja gitu, soalnya
kita kan belum lama kenal, tapi karena pak Samsul itu temennya pak juki makanya
aku mau," jelasku,
“iya enggak apa-apa non, santai aja, percaya deh sama saya, yaudah silahkan non,"
kata pak tua itu mempersilahkan aku naik ke atas kasur, aku pun langsung berposisi
tengkurap,
“bajunya kalo model begini saya agak bingung mijitnya, di buka aja ya non,” pinta
pak samsul,
“emang harus di buka ya pak,?" tanyaku sambil menoleh ke belakang,
“ya biar lebih enak aja non,” jawabnya,
“tapi aku lagi enggak pake daleman pak, malu laah.."
“haduuh.. yaa pake daleman dulu sih non, tapi emang biasanya yang saya pijit harus
telanjang biar gampang mijitnya, sama biar terasa juga pijitannya, tapi kalo
dalemannya yaa tetep di pake,” jelas pak samsul,
“ooh gitu, sebentar ya pak” aku bangun dan turun dari tempat tidur lalu keluar kamar
dengan sedikit berlari menuju ke arah kamar mandi, aku mencoba untuk mencari
celana dalam yang tadi pagi aku gantung di kamar mandi,
Aku lantas memakai celana dalam itu tanpa memakai beha dan kembali masuk ke
dalam kamar, aku pun langsung naik dan duduk di atas tempat tidur membelakangi
pak Samsul lalu melepas daster yang kupakai, aku merasa deg-degan karena tubuh
polosku yang putih mulus ini akan dapat dilihat lagi oleh tukang becak itu, apalagi
celana dalam yang kupakai bermodel mini dan bahannya juga cukup tipis, lalu aku
rebahkan tubuhku lagi di kasur dengan posisi tengkurap,
“mau dipijat pakai minyak urut punya saya atau pakai punya non Lisa aja nih,?”
“Pake punya aku aja pak, tuh di atas meja udah aku siapin,” pintaku sambil
menunjukkan minyak urut zaitun milikku yang memiliki aroma wangi,
Pak samsul pun mengambil minyak yang aku tunjukkan lalu membukanya dan mulai
menuangkan di telapak tangannya juga ke ujung kakiku,
“Maaf ya non..” kata pak samsul seolah minta ijin untuk menyentuh kakiku,
"iyaa pak," jawabku, kemudian dia pun mulai memijit dari ujung kaki sampai ke betis.
“terlalu keras nggak non mijitnya,?" tanya pak samsul,
“nggak kok pak, enak malahan,” kataku,
Pijitan pak samsul memang enak kurasakan tidak terlalu keras namun tetap terasa,
kunikmati pijatan pak tua itu pada kakiku yang kurasakan perlahan-lahan semakin ke
atas ke bagian paha, aku akui memang pijatannya terasa enak tapi saat dia memijat
pahaku rasanya mulai bercampur dengan sedikit rasa geli, namun kutahan rasa geli
itu dengan sedikit menggigit bibirku, dia terus mengurut pahaku hingga sampai
pangkalnya, ada sensasi yang kurasakan dan sepertinya mulai menimbulkan birahi
kewanitaanku,
"emmhhh..." tubuhku sedikit merinding tak tahan dengan rasa geli yang muncul,
“sakit ya non,?” tanya pak samsul,
“enggak pak, cuma kerasa geli aja, soalnya aku suka gak tahan kalo dipegang
daerah situ,” kataku beralasan ketika pijatannya mulai terpusat pada pangkal
pahaku,
“laah.. terus gimana non, bagian sini mau dipijit atau dilewatin aja,?” tanya pak
samsul,
“enggak apa-apa terusin aja pak, aku cuma belum terbiasa aja, jadinya agak gimana
gitu,” kataku, sepertinya aku memang tidak rela kalau sensasi dari rasa geli-geli ini
aku lewatkan,
“kadang saya juga suka mijit perempuan kok non, kalo yang belom terbiasa sih yaa
kayak non Lisa ini, tapi kalo yang udah terbiasa sih lebih santai, non Lisa nikmatin
aja pijitan saya nanti lama-lama juga terbiasa kok,” kata pak samsul,
"ooh gitu, iya deh pak," jawabku sambil memejamkan mata,
Setelah selesai dengan pangkal pahaku, pak samsul melanjutkan pijatannya ke arah
pantat, “maaf yan non saya turunin sedikit celananya,” dia meminta ijin.
“ehh.. iya pak.” jawabku,
Pak Samsul menurunkan sedikit bagian belakang celana dalamku dan meneteskan
cukup banyak minyak di sana, kemudian dia memulai pijatannya di sekitar pinggang
dan bagian atas bokongku, sentuhan-sentuhan tangan kasarnya yang terus
menerus menimbulkan sensasi-sensasi yang tak bisa kuhindari kurasakan
bersamaan dengan pijatannya, tanpa kusadari birahiku perlahan-lahan muncul
karena rangsangan sensasi itu, kugigit bibirku berusaha untuk menahan rasa nikmat
yang kurasakan, namun kadang aku pun melenguh pelan merespons rasa nikmat
yang mulai tak tertahankan, celana dalamku juga sepertinya sudah mulai basah
karena cairan kewanitaanku yang merembes mengalir keluar akibat rangsangan
yang ditimbulkan dari pijatan pak tua itu, sungguh malu rasanya kalau hal ini sampai
diketahui olehnya, aku hanya bisa berharap semoga pak Samsul tidak
memperhatikan hal itu dan tetap dengan tujuannya memijat untuk menghilangkan
rasa lelahku,
Kurasakan tangan pak Samsul sepertinya semakin bersemangat untuk
mengeksplorasi bongkahan daging pantatku dan aku merasa seolah-olah sedang di
permainkan oleh sentuhan-sentuhan tangannya yang sepertinya memang sengaja
ingin memberikan rangsangan agar semakin membangkitkan birahiku, sejujurnya
aku masih takut sekali seandainya saja dia tahu jika aku yang dalam keadaan
telanjang tak berdaya ini sedang menahan nafsu birahi,
Tak lama kemudian, tanpa meminta persetujuan dariku terlebih dahulu dia dengan
beraninya menurunkan celana dalamku sedikit lebih ke bawah lagi sampai turun ke
paha, tapi anehnya aku tidak bisa marah ataupun mencegah aksinya itu, pastinya
saat ini pak tua itu bisa dengan jelas melihat bongkahan pantatku dengan kulitnya
yang putih mulus sudah terbuka seluruhnya dan tentu saja dari sela-sela belahan
pantatku dia juga dapat mengintip celah kewanitaanku yang mulai basah,
Pak Samsul dengan santai meneruskan pijatannya, kadang-kadang tangannya
seperti sengaja memijit di daerah tertentu yang merupakan daerah sensitif wanita,
bahkan menurutku pak tua itu sudah tidak benar-benar sedang memijit tapi justru
lebih seperti meraba-raba dan membelai-belai untuk menimbulkan rangsangan,
yang tentu saja membuat perasaanku jadi semakin tak karuan dibuatnya, namun
aku berusaha untuk tetap rileks menikmati setiap pijatan dan sentuhan tangannya
walaupun terkadang tanpa sadar aku sering melenguh kecil dan menggigit bibirku
untuk menahannya,
Entah mungkin ini hanya pikiran negatifku saja atau memang karena pak Samsul
yang pandai menyamarkan rangsangan di sela-sela pijatannya, tapi yang jelas aku
tidak ingin berhenti untuk terus merasakannya,
Sepertinya pak Samsul sudah mengetahui jika aku yang kini sudah mulai
terangsang, karena terbukti dia jadi semakin lebih leluasa meraba-raba daerah
sensitifku, namun sejauh ini dia sama sekali belum menyentuh vaginaku sedikit pun,
padahal karena ulahnya yang terus memberikan rangsangan sehingga nafsu
birahiku semakin naik membuat kewanitaanku ini jadi semakin basah, dan
sebenarnya di dalam hatiku seperti berharap jika dia mulai memainkan jari-jarinya
pada alat kelamin milikku,
“uuugghhh...” rasanya aku sudah mulai semakin tidak tahan, tapi kenapa pak tua itu
belum juga beraksi lebih jauh lagi untuk menanggapi birahiku, pikiranku mulai kacau
karena biasanya jika dengan pak juki ataupun pak yono mereka tidak akan kuat
melihat tubuhku yang sudah dalam keadaan polos seperti ini, dan biasanya aku juga
lah yang selalu menggoda mereka sehingga mereka memohon untuk diizinkan
menjamah tubuhku,
Sejenak aku jadi melamun "hebat juga pak tua ini," aku berkata dalam hati, bisa-
bisanya dia memancing nafsu birahiku padahal baru semalam aku mendapatkan
kepuasan dari suamiku, namun di sela-sela lamunanku tiba-tiba aku tersadar karena
merasa celana dalamku saat ini sedang ditarik hingga benar-benar lolos terlepas
dari kakiku, seketika aku pun jadi terkejut, “Lho pak, celana dalam aku kok di lepas
sih,?” tanyaku sambil menoleh, karena mengetahui kini aku telah telanjang bulat di
depan pak tua itu tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku.
“iya maaf non, biar enggak ganggu mijitnya” jawab pak Samsul enteng,
“tapi aku kan malu pak," ucapku,
"kenapa musti malu non, emang biasanya juga yang saya pijit itu telanjang kok, mau
laki-laki atau perempuan sama aja kok non,” lanjut pak Samsul berusaha
meyakinkan aku,
"yaa tapi aku malu aja pak, masa aku jadi bugil gini di depan pak samsul,," ucapku
dengan nada sedikit manja, karena aku semakin penasaran sampai sejauh mana
pak tua itu akan tahan dengan godaanku,
"lagian badan non Lisa kan bagus, putih bersih, mulus lagi, kenapa musti malu,
hehehe.." kata pak tua itu sambil cengengesan,
"ahh.. masa sih pak,?"
"iyaa non, beneran, sumpah, hehe.. saya lanjut lagi ya pijetnya,"
"hemm.. iya deh kalo gitu,"
Mengetahui aku tidak melanjutkan protesku lagi maka dia pun kembali dengan
leluasa melanjutkan pijatannya, aku sendiri juga berusaha untuk cuek saja dengan
keadaanku, aku merebahkan kembali kepalaku dan memejamkan mata untuk
menikmati pijatan tukang becak tua itu,
Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati pijitan pak Samsul, tiba-tiba terdengar
teriakan pak juki memanggilku, “non.. non Lisa..?” suara pak juki dari luar kamar,
"iya paak.. aku lagi di kamar niih.." jawabku sambil sedikit berteriak,
"ceklek.. Pak juki membuka pintu kemudian melonggokkan kepalanya ke dalam
kamar, dan tentu saja dia sangat terkejut dengan pemandangan yang dia lihat, aku
yang sedang tengkurap tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhku, aku pun
menoleh ke samping ke arah pintu, “kenapa sih paak,? aku lagi telanjang nih, lagi
dipijet, hihihi..” sengaja aku menggodanya sambil tersenyum manis,
“ehh.. maap non, kirain pak Samsul belom dateng, ini makanannya,” kata pak juki
dan matanya seperti melotot melihat keadaan tubuhku yang telanjang terbaring
tengkurap dengan pak Samsul duduk di sampingku, entah apa yang ada di
pikirannya saat ini, sudah pasti dia sangat iri dengan temannya yang saat ini
sedang berduaan di dalam kamar bersamaku, hihihi..
“jangan ngeliatin aku kayak gitu dong pak, kan aku malu..” ucapku dengan nada
manja,
"hehe.. ya udah kalo gitu saya makan duluan ya non, udah laper soalnya,"
"iya pak duluan aja, aku makannya nanti aja kalo udah selesai pijet,." jawabku,
"iya non, selamat menikmati pijitan pak Samsul, hehe.." kata dia lagi, aku dan pak
samsul hanya bisa tersenyum mendengar celotehannya,
Setelah pintu tertutup aku kembali merebahkan kepalaku sementara pak Samsul
melanjutkan pijitannya yang tadi sempat berhenti sebentar karena kedatangan pak
juki, aku pun kembali menikmati pijatan-pijatannya yang masih di seputar paha dan
pantatku,
Setelah beberapa lama sepertinya pak Samsul sudah semakin berani, kali ini dapat
kurasakan dia mulai melakukan sedikit belaian ke bibir vaginaku yang sudah basah,
sementara tangan yang satunya masih terus memijit atau lebih tepatnya meremas-
remas pantatku,
"emmpphh..." lenguhan kecil keluar dari mulutku saat tangannya bermain di
selangkanganku dan membelai lembut bibir vaginaku yang semakin basah, aku
menggigit bibirku berusaha untuk menahan agar tidak mendesah,
“enak gak non pijetannya,?” tanya pak samsul,
“he.. ehhmmm….” aku pun mengangguk dan hanya itu yang keluar dari mulutku.
Mendengar jawabanku yang tidak memprotes ulahnya, membuat pak tua itu
semakin berani dengan terang-terangan menggunakan jari-jemarinya untuk terus
membelai-belai bibir vaginaku,
"eemphhh... " nikmat sekali rasanya, tapi aku masih bisa menguasai diri dan tak mau
kalah begitu saja dengan pak tua itu,
“emmhh.. cukup pak pijet di situnya,” kataku pelan, sambil menengok ke arahnya,
“bener non udah cukup,?" tanyanya keheranan,
“Iya pak, pindah ke punggung aja” pintaku,
"iya non," Pak samsul memulai pijatannya pada punggungku, kali ini dia sambil
mengajakku mengobrol,
“emm.. pak juki sering kesini ya non,?”
“gak sering kok pak, cuma kalo aku lagi perlu aja, emang kenapa,?”
“ooo… saya kira sering, soalnya saya liat non Lisa sama pak juki udah akrab banget
gitu,”
“hahaha.. bingung aku juga jawabnya pak, panjang kalo di ceritain, nanti coba tanya
langsung aja ke pak juki gimana asal mulanya,.”
“oo gitu, iya deh nanti saya tanyain, ngomong-ngomong badan non Lisa bisa bagus
gini, pasti perawatannya mahal ya non,?”
“hahaha.. ya enggak juga sih pak, emang dari sananya udah begini, paling aku
cuma olahraga aja, tapi semenjak punya anak jadi gak sempet, makanya udah pada
kendor lagi, hihihi..”
"enggak kok non, kalo menurut saya sih masih kenceng, sebentar dulu ya non, saya
mau ke kamar mandi,,”
"ehh.. iya pak,"
Pak samsul masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar karena
memang di rumahku ini setiap kamarnya memiliki kamar mandi masing-masing di
dalamnya, ketika dia keluar aku lihat dia sudah melepas pakaiannya hanya memakai
celana kolor pendek, yang tentu saja di tengahnya sudah ada tonjolan yang artinya
penis pak Samsul sedang ereksi di balik kolornya itu, "kok telanjang gitu pak,?"
“gerah banget saya non, hehe.." jawabnya cengengesan, dan tentu saja itu hanya
sebuah alasan,
"padahal kan AC udah aku nyalain ya pak,? apa jangan-jangan kurang dingin kali
ya,?"
"emm.. gak tau non, badan saya berasa gerah aja gitu,"
"ooh.. yaudah gak apa-apa, kalo pak Samsul emang beneran gerah..” aku pun
meng-iyakan saja, karena aku pikir kasihan juga karena selain kegerahan sudah
pasti kemaluannya juga sudah menegang sejak tadi, lagi pula walaupun celana
panjangnya sudah dia lepas tapi pak tua itu masih memakai celana kolor
pendeknya,
Pak Samsul kembali duduk di sampingku dan memulai lagi memijat punggungku,
sambil tangannya terus memijat dia pun kembali mengajak aku mengobrol sambil
sesekali dia menjelaskan tentang titik-titik peredaran darah di tubuh, tapi lama-
kelamaan pijatannya turun lagi ke arah pantatku,
“niih.. masih padat banget non, siapa bilang udah kendor,” komentarnya sambil
meremas-remas pantatku,
“ahh masa sih pak,? mungkin karena aku sering lari pagi kali ya pak,? jadinya pantat
aku kerasa kenceng.. hihihi.." Jawabku asal,
“iya non kenceng, dan bulet, hahaha..” jawab pak samsul yang tangannya terus
meremas-remas daging pantatku,
“hihihi.. bisa aja pak nih samsul, tapi ngomong-ngomong tangannya jangan di situ
terus sih pak, pundak aku juga rasanya pegel nih, tolong di pijet juga ya," pintaku
sedikit menyindir,
“hehe.. iya non maaf, soalnya pantat non Lisa bikin saya gemes, tangan saya kayak
enggak mau pindah, hehe..”
“huuu.. dasarrr... bisa aja nih ngeless nya,”
“hehehe...”
“pak samsul nih mau mijit, apa jangan-jangan mau yang lain juga nihh..?” ucapku
dengan suara manja,
“ehhh.....”
0 Komentar