i
Setelah selesai makan siang, pak juki langsung mencuci piring, dan di dalam hati sebenernya
ada sedikit rasa iri pada temannya itu yang bisa berduaan dengan wanita pujaan hatinya,
apalagi tadi dia sempat melihat posisi Lisa yang sedang telungkup dalam kondisi sudah
bertelanjang bulat dan sangat mengkilap karena basah oleh minyak, "duuh.. enak banget
pasti tuh pak sam," batin pak juki, "tapi biarin deh bagi-bagi rejeki,"
Selesai mencuci piring, dia pun memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di ruang
tamu, menyalakan televisi, dan bersantai sejenak di atas sofa yang empuk, sebelum
melanjutkan pekerjaannya membersihkan halaman belakang,
Sedangkan didalam kamar, ketika mendengar ucapan Lisa yang memintanya untuk memijat
bagian punggung, pak samsul berinisiatif naik ke atas tempat tidur lalu mengambil posisi
berlutut dengan kedua kakinya berada di kanan dan kiri pantat Lisa, namun tanpa
sepengetahuan ibu muda itu, pak Samsul sudah lebih dulu melepaskan celana kolornya
sehingga penisnya yang sedang ereksi itu kini terpampang bebas dengan kedua bijinya yang
hitam dan keriput itu menggantung di atas pantat Lisa,
Pak samsul meneteskan minyak dan mulai mengelus-elus punggung Lisa yang halus itu, kulit
yang masih begitu kencang di tambah dengan warnanya yang begitu putih tanpa cela,
sungguh begitu sempurna dan menjadi pemandangan yang sangat indah di mata pak tua itu,
bukannya memijat tangan pak samsul justru hanya terus mengelus-elus punggung yang tidak
tertutup apa-apa itu tanpa ada protes dari mulut Lisa,
Sementara tangannya mengelus-elus seluruh punggung Lisa yang halus dan licin, matanya
juga jelalatan melihat belahan pantat wanita cantik yang sedang telungkup di bawahnya, dan
yang membuatnya semakin bernafsu adalah lipatan bibir kemaluan Lisa yang terlihat sedikit
mengintip di sela-sela antara paha dan pantatnya.
“emm.. maap non, kaki saya agak pegel nih, pahanya saya dudukin ya, gak berat kok,?” ucap
pak samsul mencari alasan,
“ehh.. iya pak, gak apa-apa duduk aja,” jawab Lisa,
Dengan pelan dan hati-hati pak samsul duduk di atas kedua paha Lisa, sehingga penisnya
yang tegak itu seakan menunjuk langsung ke hadapan kemaluan wanita cantik itu, walaupun
belum bersentuhan namun posisi kepala penisnya mungkin tinggal beberapa senti saja dari
permukaan vagina Lisa, karena begitu dekatnya kemaluan pak samsul dengan kemaluan Lisa
sehingga dia dapat merasakan betapa hangatnya udara di sekitar selangkangan wanita cantik
itu,
Sebagai wanita dewasa yang sudah berpengalaman tentu saja Lisa bisa merasakan kulitnya
bersentuhan langsung dengan kulit pak samsul, dan dia juga bisa merasakan jika kantung
pelir pak tua itu bergesekkan langsung di antara kedua pahanya, "pak samsul gak pake
celana ya,?" tanya Lisa pelan sambil terus tengkurap dan memejamkan matanya,
"hehe.. iya non sakit soalnya, udah gitu gerah juga jadi ya saya copot aja deh sekalian,
hehe.." jawab pak samsul sambil cengengesan,
“dasarr.. ternyata pak samsul nakal juga ya, padahal kan lagi berduaan sama istri orang, kok
malah sengaja gak pake apa-apa sih, hihihi.." ucap Lisa yang bukannya memarahi tapi justru
tanpa sungkan malah membiarkan pak samsul berada di atas tubuhnya dengan kondisi
sama-sama bertelanjang bulat,
Mendengar jawaban Lisa yang terkesan semakin menggoda, juga melihat posisi wanita
cantik itu yang sedang tengkurap membuat jantung Pak samsul semakin berdebar-debar,
bongkahan pantat Lisa yang besar, kencang, membulat dan nampak begitu basah mengkilap
karena minyak, terlihat semakin seksi dan menggoda di matanya sehingga membuat
penisnya semakin menegang menahan gejolak birahi,
Tanpa pikir panjang, pak samsul kembali melanjutkan pijatannya, namun posisi duduknya
malah membuat tangan pak tua itu tidak bisa menggapai punggung Lisa, jadi dia hanya
memijat bagian pinggang Lisa sambil matanya terus memandangi pantat dan belahan
kemaluan wanita cantik itu, sedangkan di dalam pikirannya pak tua itu sedang mencari-cari
alasan yang tepat untuk bisa memajukan pantatnya agar penisnya bisa bersentuhan
langsung dengan kelamin Lisa,
“punggung sama bahunya kok gak dipijit pak,?” tanya Lisa,
"ehh.. iya non, gak nyampe soalnya saya duduknya kurang majuan dikit, hehe.." jawab pak
samsul,
Pucuk dicinta ulam tiba, ini adalah momen yang di tunggu-tunggu, akhirnya dia punya alasan
yang tepat untuk memajukan penisnya, dengan perlahan pak samsul menggeser duduknya
dan memajukan tubuhnya ke depan tanpa takut dikira kurang ajar, dengan kedua tangannya
terjulur untuk meraih pundak Lisa, namun yang paling utama dan yang paling penting adalah
pantatnya yang perlahan dia gerakkan ke depan agar ujung penisnya bisa semakin
mendekati lipatan bibir vagina Lisa yang sangat menggoda itu, bahkan dia dengan sengaja
mengarahkan kepala penisnya agar terselip di belahan pantat wanita cantik itu,
"emhhh.." Lisa mengeluarkan suara tertahan, dan tubuhnya tiba-tiba terdiam kaku
menyadari ada benda tumpul yang menyelip di belahan pantatnya, tentu saja hal itu
membuat pak samsul jadi sedikit merasa was-was karena dia tidak bisa menebak apa yang
sedang ada di pikiran Lisa saat ini, dia masih takut jika tiba-tiba wanita cantik itu menjadi
sangat marah karena perbuatannya,
Pak samsul menahan gerakannya beberapa menit, setelah melihat Lisa yang terus saja
terdiam dan dirasa aman, dia pun mulai kembali menggerakkan tangannya untuk memijat
dan mengelus punggung Lisa dari atas ke arah bawah hingga mencapai pinggangnya, lalu
diulang lagi dan terus seperti itu, dengan posisi tersebut membuat Pak samsul dengan
mudah menggesek-gesekan penisnya maju mundur di tengah belahan pantat Lisa dengan
gerakan yang seolah-olah kepala penisnya itu tidak sengaja jadi terselip karena minyak yang
begitu licin, dengan hati-hati dan pelan-pelan dia lanjutkan terus gesekan penisnya seirama
dengan tempo pijatannya yang terkadang cepat dan kadang juga pelan,
"eemmphhh..." suara lenguhan Lisa yang menandakan dia sangat menikmati pijatan pak
samsul pada tubuhnya,
Mendengar suara lenguhan Lisa yang terdengar sangat merdu dan menggoda di telinganya,
membuat jantung pak samsul semakin berdebar-debar begitu hebat, pandangan pak tua itu
tak pernah lepas dari tubuh Lisa yang sudah sangat basah, licin dan mengkilap karena di
banjiri oleh minyak, sebuah pemandangan yang terlihat semakin menggairahkan, apalagi
saat ini dia juga terus menggesekkan kepala penisnya di belahan pantat Lisa dan terus
mencoba mendorongnya agar penisnya bisa menyentuh kemaluan wanita cantik yang
sedang dia pijat itu,
Meskipun tadi pak samsul sudah menuangkan minyak cukup banyak di area pantat Lisa,
namun sepertinya dia masih merasa cukup kesulitan mendorong penisnya untuk bisa masuk
lebih dalam karena posisi Lisa yang tengkurap sambil merapatkan kedua pahanya, ditambah
lagi karena memang daging pantat Lisa yang begitu padat dan kenyal membuat penis pak
tua itu terasa sangat terjepit,
Namun karena pikiran kotor pak samsul sudah pada puncaknya, dan burungnya juga sudah
sangat tidak tahan untuk bisa masuk ke dalam sarang yang saat ini sedang tersaji di
depannya, ada suara-suara yang terus membisiki telinganya untuk segera beraksi dan tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan mata, kesempatan yang tidak mungkin akan
datang dua kali,
Dengan perasaan berdebar karena nafsu yang sudah di ubun-ubun, kali ini pak samsul
membulatkan tekadnya untuk bisa menerobos belahan pantat Lisa untuk bisa menggapai
lubang surganya, pak tua itu mulai menarik penisnya dengan sedikit mengangkat pantatnya,
lalu dengan sekali hentakan, dia mendorong penisnya dengan sangat kuat,
“eeuugghhh...” pak samsul menekan penisnya dengan kuat,
"aawwhhh... saakiittt..."
Pak juki yang sedang bersantai menonton TV di ruang tamu yang posisinya tak jauh dari
pintu kamar tiba-tiba dia di kagetkan dengan suara teriakan Lisa yang terdengar begitu keras
dari dalam, refleks pak juki langsung secepat kilat bergegas membuka pintu kamar untuk
melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi, dan ketika dia baru saja membuka pintu Lisa
yang masih dengan kondisi bertelanjang bulat langsung berlari memeluknya sambil
menangis sesenggukan, sedangkan di lantai dia melihat pak samsul yang sudah tidak
memakai celana sedang duduk sambil memegangi pantatnya, sepertinya dia baru saja
terjatuh dari tempat tidur dan dari wajahnya pun terlihat bahwa pak samsul sedang
ketakutan,
"pak jukii.. hiks.. hiks.." Lisa menangis sesenggukan di pelukan pak juki sambil
membenamkan wajahnya di dada pak tua itu, pak juki yang merasa bingung menatap pak
samsul memberi isyarat dengan anggukan kepalanya seolah-olah sedang bertanya "ada
apa,?" dan di balas oleh pak samsul dengan mengangkat kedua bahunya seperti menjawab
"enggak tau,"
"iyaa.. kenapa non,? cup.. cup.. cup.." tanya pak juki penuh perhatian sambil membelai-belai
rambut Lisa yang sedang membenamkan wajahnya di dada pak Juki,
"hiks.. hiks.. aku takut pak, hu.. hu.. hu.." jawab Lisa menangis sesenggukan,
"takut kenapa,? kan sekarang udah ada saya, jangan nangis lagi yaa.." ucap pak juki kepada
Lisa yang masih memeluknya dengan erat,
"hiks.. hiks.. hu.. hu.. hu.." Lisa tidak menjawab namun masih terus sesenggukan di dada pak
juki,
"pak sam, tolong keluar dulu ya," ucap pak juki yang masih belum mengerti dengan apa yang
sebenarnya sedang terjadi, sedangkan pak samsul yang masih merasa ketakutan hanya bisa
mengangguk dan segera memunguti pakaiannya lalu kemudian keluar kamar,
Setelah pak samsul keluar, pak juki langsung menutup pintu kamar lalu berjalan perlahan ke
arah tempat tidur sambil terus memeluk Lisa dan kemudian membimbingnya untuk duduk,
saat mereka duduk pun Lisa tetap tak mau melepaskan pelukannya namun tangisannya
sudah sedikit mereda, pak juki terus membelai rambut Lisa dengan lembut dan penuh
perhatian, setelah beberapa saat akhirnya Lisa mulai kembali tenang dan melepaskan
pelukannya, dengan sigap pak juki menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang wanita
cantik itu,
"non Lisa kenapa,? kok nangis,?" tanya pak juki lembut,
"emm.. gak apa-apa pak, cuma pantat aku rasanya sakit banget," jawab Lisa menundukkan
kepalanya sembari mengusap air matanya,
"loh.. kok bisa,?" tanya pak juki heran,
"iya.. soalnya tadi pak samsul kekencengan,"
"oalah.. yaudah non Lisa tunggu di sini, biar saya kasih pelajaran itu orang," ujar pak juki sok
jagoan,
"jangan pak, gak usah dimarahin, mungkin dia juga gak sengaja tadi, aku gak mau pak juki
jadi ribut-ribut cuma gara-gara aku," ucap Lisa menahan lengan pak juki yang hendak berdiri,
"ya gak bisa gitu non, soalnya dia udah bikin non Lisa jadi nangis gini,"
"udah pak.. jangan yaa.. beneran aku gak apa-apa kok, mungkin tadi akunya juga yang salah,
pak juki temenin aku aja di sini," ucap Lisa lembut sambil merangkul lengan pak juki, dan
menyandarkan kepalanya di bahu pak tua itu,
"yaudah kalo gitu, non Lisa mau minum,? biar saya ambilin,"
"emm.. boleh deh pak, air dingin ya,"
"yaudah tunggu bentar ya non,"
"he'em.." Lisa mengangguk sambil tersenyum,
Saat pak juki keluar kamar dia mendapati pak samsul yang sudah rapi berpakaian lengkap
sedang duduk di sofa dan langsung menanyakan kondisi Lisa,
"gimana pak, non Lisa masih nangis gak,? dia marah ya,?" tanya pak samsul kepada pak juki
yang baru saja keluar dan menutup pintu,
"enggak pak, non Lisa gak marah," jawab pak juki duduk di samping pak samsul,
"beneran pak,? tadi tuh saya beneran khilaf, saya mau minta maaf sama non Lisa,"
"hadeeh.. makanya pak sam, lain kali kalo mijet itu gak usah kenceng-kenceng, jadi nangis
kan non Lisa, sakit banget katanya," jawab pak juki yang mengira Lisa tadi berteriak kesakitan
akibat pijatan pak samsul yang terlalu kencang, dia tidak tau apa yang sebenarnya sudah di
perbuat oleh kawannya itu pada Lisa,
"ehh.. anu.. iya pak maaf gak sengaja, oiya pak, tolong bilang ke non Lisa ya, saya mau
ngomong, mau minta maaf sama dia," pinta pak samsul,
"yaudah bentar, saya mau ambilin minum dulu buat non Lisa," jawab pak juki lalu beranjak
menuju dapur,
Saat pak juki kembali dari dapur membawa satu gelas air dingin, pak samsul yang masih
menunggunya di sofa kembali mengingatkan, "pak juki jangan lupa ya, tolong bilangin ke non
Lisa,"
"iya pak sam, tunggu aja di situ,"
Pak juki memasuki kamar yang kini terasa sepi, Lisa sedang berbaring dengan posisi
menyamping menghadap ke arah pintu, pria tua itu tersenyum simpul melihat wajah damai
si cantik jelita yang sedang tertidur, wajah polosnya terlihat sangat tenang karena sepertinya
dia tidur dengan sangat pulas, kecantikan ibu muda itu benar-benar nyata, bahkan terlihat
sangat imut dan teramat manis,
Pak juki berjalan semakin mendekat, setelah meletakkan gelas di meja kecil di samping
tempat tidur, dia bersimpuh dengan posisi wajahnya tepat di depan wajah Lisa, perlahan
tangannya bergerak membelai lembut pipi si cantik jelita, pria tua itu juga menyingkirkan
beberapa helai anak rambut Lisa yang terlihat sedikit menutupi dahi dan wajah manisnya,
"hemm.. gak terasa ya non.?" gumam pak juki sangat pelan sambil tersenyum kecil
memandangi wajah cantik Lisa yang sedang lelap tertidur,
Memang tak terasa waktu terus berlalu, perasaan baru kemaren dia bertemu Lisa di taman,
namun kenyataannya saat ini dia juga tidak pernah menyangka bisa begitu dekat dengan
wanita ini, pak juki kembali tersenyum tulus, perlahan dia kecup kening Lisa, "Mimpi indah
ya non..." Bisik pak juki lagi, kemudian dia berdiri dan merapikan selimut yang menutupi
tubuh Lisa, kemudian dia pun ada berlalu meninggal kan wanita cantik itu yang sedang
terlelap sendirian.
"gimana pak,?" tanya pak samsul ketika pak juki keluar dari kamar,
"gimana apanya,? saya belom sempat ngomong, soalnya non Lisa lagi tidur, pules banget
kayaknya," jawab pak juki,
"yaahh.. terus gimana pak,?"
"yaudah.. sekarang mendingan pak samsul pulang aja, nanti saya omongin kalo orangnya
udah bangun, biarin non Lisa istirahat dulu,"
"hemm.. yaudah deh pak kalo gitu saya pamit, tapi beneran nanti tolong di sampein ya pak,"
"iya pak sam, tenang aja,."
.
*****
.
Hampir setengah jam Lisa ketiduran, “hoaammzzz...” dia merenggangkan bedanya sejenak
dan mengucek mata nya beberapa kali, walaupun cuma sebentar namun rasanya cukup puas
dia tidur, di dalam tidurnya tadi dia marasa ada yang membelai wajahnya dengan begitu
halus dan lembut, "ahh mungkin cuma mimpi" batin Lisa,
Samar-samar Lisa mendengar suara dari luar kamarnya, sepertinya memang ada yang
sedang menonton televisi diruang tamunya, dia berpikir sejenak "ah, palingan juga pak juki
yang berada di sana,"
Setelah meneguk air minum yang tadi disediakan oleh pak juki, Lisa pun keluar kamar tanpa
mengenakan pakaiannya terlebih dahulu,
Saat pak juki tengah asik menonton televisi, tiba-tiba dia mendengar ada yang membuka
pintu dari dalam kamar, dia pun langsung menoleh ke samping, “eh.. udah bangun non,?”
sapanya, dia melihat Lisa yang hanya melongok kan kepalanya,
“ehh.. pak juki, sendirian pak,?” tanya Lisa yang hanya terlihat kepala dan lehernya saja,
"iya nih non, pak samsul udah pulang dari tadi,"
"ooh.." jawab Lisa singkat sambil melihat ke arah pintu depan yang sudah tertutup rapat,
Saat Lisa membuka pintu kamar, pak juki langsung terkejut dengan apa yang dia lihat saat
itu, dia menyaksikan sesuatu yang selalu menggoda imannya, Lisa keluar kamar dengan
bertelanjang bulat,
“non… ba.. bajunya,?” ucap pak juki sambil matanya terus memandangi tubuh Lisa,
Lisa berdiri santai di depan pintu kamarnya, dia bergaya sangat imut dan begitu
menggemaskan dengan tangan kirinya dia menutup buah dadanya serta tangan kanannya
dia gunakan untuk menutup area kemaluannya, pose yang membuat siapa pun pasti akan
jadi panas dingin jika melihatnya, begitu juga dengan pak juki yang pandangan matanya tidak
bisa lepas dari tubuh indah Lisa yang saat ini sedang berdiri di depannya,
"kenapa sih pak, kok ngeliatinnya gitu banget,? hihihi..”
“gak.. gak kenapa-kenapa kok non,” jawab pak juki berusaha tenang,
“pak juki kayak belum pernah lihat aku telanjang aja, hihihi.." Lisa tertawa centil, sepertinya
dia memang sengaja berniat ingin menggoda pak tua itu,
“emm.. emangnya non Lisa gak malu telanjang gitu di depan saya,? hehe..”
“kenapa harus malu,? kan masih di dalem rumah sendiri, lagian juga kan sebelumnya pak
juki udah pernah liat aku telanjang,." jawab Lisa sambil senyum-senyum, dan dari
senyumannya itu jelas terlihat jika dia memang ingin semakin menggoda pak juki,
"hehe.. iya juga sih non, tapi kalo saya jadi khilaf gimana,? hehe.." ujar pak Juki, melihat
senyuman wanita cantik yang sedang telanjang bulat seperti ini sungguh membuatnya tidak
tahan,
“enggak mungkin lah, aku tau pak Juki kok, hihihi.. udah ah pak, aku mau ke kamar mandi
dulu, mau pake handuk, hihihi.." ujarnya centil sambil mengerlingkan matanya,
Lisa berlari-lari kecil menuju kamar mandinya, dan tentu saja pak juki dapat menikmati
pemandangan indah bulatan daging pantat lisa yang yang tidak tertutup apa-apa itu
bergerak memantul-mantul ketika dia berlari lalu kemudian masuk ke dalam kamar mandi,
melihat pemandangan barusan benar-benar membuat jantungnya semakin berdebar-debar,
tidak pernah hilang kekagumannya pada tubuh indah Lisa, beberapa saat kemudian wanita
cantik itu kembali keluar dari dalam kamar mandi dengan sudah mengenakan handuk
mandinya,
“mikirin apa sih pak,? kok bengong gitu,? lucu banget tampangnya, hihihi.." goda Lisa sambil
cekikikan sekembalinya dia dari kamar mandi dan sudah berada dekat dengan pak juki,
"hehe.. abisnya non Lisa walaupun ditutup gitu tetep aja keliatan nafsuin, hehe.."
"diih.. mulai deeh genitnya, emm.. pak, aku laperr.." Lisa merajuk manja,
"loh.. itu nasi sama minumnya kan udah bapak siapin di meja makan, yaudah sana non Lisa
makan aja dulu,"
"temeniiinn..." sambil merajuk manja dengan kedua tangannya Lisa menarik tangan pak juki
yang sedang duduk di sofa,
"iya.. iyaa.." pak juki mengikuti Lisa yang terus menarik tangannya menuju meja makan,
mereka pun duduk saling berdekatan,
“Makasih ya pak makanannya,” ucap Lisa tersenyum pada pak juki,
"iyaa.. sama-sama non, yaudah habisin dulu itu makan nya,"
"hihi.. iya pak," Lisa segera menyantap dan menikmati makanan yang sudah disiapkan oleh
pak juki,
Lisa tampak cuek saja ketika pak juki yang terus memperhatikannya saat makan dengan
hanya memakai handuk yang tidak bisa menutupi seluruh bagian tubuhnya, dan karena
perutnya yang sudah terasa sangat lapar tak perlu waktu lama bagi Lisa untuk menghabiskan
makanan itu,
"ahh.. kenyang.." ucap Lisa setelah meneguk segelas air,
"emm… non Lisa keliatan cantik banget makan cuma handukan gitu.. hehe,"
"kan aku emang selalu cantik pak, hihi..”
“hehe.. iya sih, apalagi waktu saya liat non Lisa tidur tadi, makin keliatan cantik,”
"ahh.. bisa aja nih gombalnya, emm.. aku kira pak juki pulang juga waktu aku ketiduran tadi,"
"mana tega saya non, kasihan non Lisa kalo saya tinggal sendirian, apalagi tadi non Lisa
tidurnya bugil, kalo misalnya tiba-tiba ada orang yang masuk siapa nanti yang jagain non
Lisa, ya kan,??" jawabnya sok perhatian,
"hihi.. pak juki baik banget deh, makasih ya udah jagain aku, padahal tadi itu kan
kesempatan buat pak juki juga ya,?" tanya Lisa mulai memancing-mancing,
"ehh.. kesempatan ngapain maksudnya non,?”
“tadi kan aku tidurnya telanjang, trus di rumah juga gak ada siapa-siapa, pak juki kenapa gak
ambil kesempatan buat macem-macem, termasuk ngelakuin 'hal itu' ke aku," Lisa malah
iseng menggodanya,
“hehe.. enggak ah non,”
“kenapa pak,? bukannya pak juki kepengen banget bisa ngelakuin itu,?”
“iya emang sih saya pengen banget bisa ngerasain itunya non Lisa, tapi saya gak mau kalo
non Lisa belom ngebolehin, apalagi tadi non Lisa tidurnya pules banget kayak orang
kecapean, jadi gak tega saya, hehe..”
“emm.. emangnya pak juki yakin suatu saat aku bakal ngebolehin,?”
“yaa.. berharap kan boleh non, hehe..”
"hihihi.. iya juga ya pak, soal nasib dan rejeki kan kita gak yang tau ya, berarti liat gimana
nanti ya pak,? hahaha.."
"hehe.. iya kalo sama-sama mau kan pasti rasanya lebih enak non, hahaha.."
"huwaa.. huwaa.. huwaa.." Saat mereka sedang saling bercanda dan tertawa di meja makan
terdengar suara tangisan Oliver dari lantai atas,
“duuh, Oliver bangun pak, saya ke atas bentar ya, oiya.. tolong bikinin susunya ya pak, itu
susu sama botolnya ada di dapur, ”
“iya non beres,” jawab pak juki kemudian pergi ke dapur, sedangkan Lisa buru-buru ke lantai
atas,
Setelah beberapa saat, Lisa kembali lagi turun ke lantai bawah sambil membawa anaknya
yang sudah berhenti menangis, pak juki yang juga sudah membuatkan susu sedang duduk di
ruang tamu menunggu Lisa,
Saat Lisa melangkah pelan menuruni tangga, pak juki masih saja terus memperhatikannya,
meskipun pak tua itu sudah sering melihat tubuh Lisa bahkan pernah juga melihatnya dalam
keadaan tanpa busana, tapi tetap saja matanya itu tidak pernah bosan dan selalu tertuju
pada wanita cantik itu, jika biasanya Lisa merasa risih ketika tubuhnya diperhatikan seperti
itu, namun sekarang dia semakin terbiasa memperlihatkan tubuh telanjangnya tanpa ada
rasa risih ataupun malu-malu lagi,
"mana pak susunya,?" ucap Lisa berdiri di dekat pak juki,
"nih non, den Oliver kenapa nangis,?“ tanya pak juki sembari menyerahkan botol susu,
"biasa lah pak, tadi ngompol, aku nyusuin nya di kamar aja ya pak, biar bisa sambil tiduran,"
Lisa masuk ke dalam kamar dan membiarkan pintunya terbuka lebar,
Lisa sudah di dalam kamar, dengan lembut dan penuh perhatian meletakkan Oliver di atas
kasur, lalu dia pun ikut rebahan di samping anaknya untuk menemaninya yang sedang
menyusu dari botolnya sambil tiduran,
Pak juki masih berdiri di depan pintu terus memperhatikan Lisa yang memang sengaja
mengeloni anaknya dengan posisi menyamping menghadap ke arah pintu, dengan sebelah
tangannya dia gunakan untuk menopang kepalanya dan tangan yang satunya lagi terus
membelai-belai lembut kepala anaknya, dia juga sengaja memajukan sebelah lututnya untuk
memperlihatkan pahanya yang begitu putih dan mulus, apalagi handuk yang dia gunakan
saat ini sangatlah pendek yang tentu saja membuat seluruh bagian daging pahanya yang
sangat kencang dan seksi itu jadi semakin terlihat hingga ke setengah daging pantatnya,
Melihat Lisa di atas tempat tidur dengan pose yang sangat menggairahkan seperti itu tentu
saja membuat pak juki jadi sangat bernafsu, Lisa menatap nakal dan tersenyum penuh arti
ke arah pak juki yang sejak tadi terus berdiri memperhatikannya, sebuah tatapan dan
senyuman yang seolah-olah mengundang agar pak tua itu untuk segera datang mendekat,
0 Komentar