“uhhmmm... Pak samsul.. mau yang lebihh.. enakk.. lagihh.. gak pakhh..??
ummhhh...” ucapku sembari mendesah-desah amat manja di telinganya,
“ouuhhhh... non Lisaaaa... ooohhhhh...” pak samsul mengerang begitu hebat dan..
Crott.. Crott.. Crott...
Saat aku masih mengocok penisnya dengan tempo yang sangat cepat, tiba-tiba
cairan putih kental muncrat dari lubang di ujung kepala penisnya keluar
berhamburan ke segala arah, sebagian ada yang mengenai payudaraku dan ada
juga yang jatuh membasahi di permukaan bagian daster bawahku, sepertinya pak
tua itu benar-benar tidak tahan dengan godaan dan rangsangan yang terus aku
berikan,
"iihh.. banyak banget sih pak keluarnya, pada lengket semua deh badan aku,"
ucapku manja sambil mengusap spermanya yang menempel di payudaraku,
"haduuhh.. enak banget non soalnya.. maap ya non, hehe.." jawabnya dengan nafas
yang masih belum teratur,,
"yaudah gak apa-apa, bapak-bapak istirahat aja dulu, aku mau ke kamar mandi,
mau bersih-bersih, pada lengket ini soalnya, hihihi.." aku pun meninggalkan mereka
berdua yang masih duduk terkulai lemas, membiarkan mereka sejenak untuk
beristirahat, aku juga bisa memaklumi karena usia mereka yang tidak muda lagi
tentu saja stamina mereka jauh berkurang di bandingkan dengan yang masih
berusia muda,
Selesai membersihkan badan, aku pun kembali menghampiri mereka yang masih
duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamuku, "bapak-bapak udah kan
istirahatnya,? itu bekas-bekasnya tolong di beresin, di lap, trus lantainya sekalian di
pel juga yaa biar gak lengket soalnya tadi ada yang netes-netes,"
"iya baik non," jawab mereka, pak Samsul langsung beres-beres dan pak juki
mengambil kain pel yang ada di dekat dapur,
"emm non.. ini buat saya ya,? mau saya bawa pulang," kata pak samsul sambil
memegang celana dalamku yang dia pungut dari lantai,
"hahh,?? buat apaan pak,?" tanyaku heran,
"udaah kasih aja non, palingan buat ngocok sambil mengkhayal non Lisa nanti di
rumahnya, hehe.." pak juki menyahut dari arah dapur,
"hehehe.. pak juki tau aja, boleh kan non,?" ujar pak Samsul bertanya lagi,
"yaudah iya, asalkan jangan di pake buat pelet aku ya pak, hihihi.."
"ya enggak lah non, hehe.." jawabannya sembari cengengesan,
"yaudah bawa aja, itu sepasang aja sekalian juga gak apa-apa kok pak, anggap aja
hadiah kenang-kenangan dari aku, hihihi.."
"hehe.. makasih ya non,"
"iya sama-sama pak,"
Karena hari sudah semakin sore, setelah selesai beres-beres akhirnya mereka
berdua pun pamit untuk pulang,
.
*****
.
Pagi tadi,
Alex memasuki lobby gedung perusahaannya, dia berjalan tegap didampingi dua
orang pengawalnya, beberapa security yang berjaga di sana menunduk hormat
karena mereka sudah tau siapa Alex,
"pagi pak," senyum sapa dari wanita cantik yang berdiri di belakang meja
resepsionis,
"iya pagi," jawab Alex tersenyum ramah, sangat berbeda dengan sosok ayahnya
yang terkenal dingin,
Pak Alfred memencet tombol lift dan berdiri di samping tuan mudanya, mereka pun
naik menuju ke lantai ruangan direktur, ketika sampai Alex melihat sebuah ruangan
sekretaris yang ukurannya tidak terlalu besar dengan pintu kaca yang di dalamnya
sedang duduk seorang wanita muda berparas cantik yang sedang sibuk dengan
laptopnya namun wanita itu buru-buru keluar ruangan ketika melihat kedatangan
Alex, "selamat pagi pak," sapanya sedikit menundukkan kepalanya sembari
tersenyum amat manis,
"iya selamat pagi, kamu Jessica ya,?" tanya Alex bersalaman,
"iya betul pak, saya Jessica sekretaris direktur yang sebelumnya,"
"Aku panggil Jessie aja ya, gapapa kan,?"
"iya pak, terserah pak Alex saja," jawabnya tersenyum,
"oiya.. kamu pasti udah sangat paham tentang tugas kamu kan,? Jadi saya minta
tolong kamu atur jadwal meeting untuk pagi ini, saya mau ketemu sama semua
manajer yang ada di kantor ini, bisa,?"
"iya bisa pak," Jessica mengernyitkan dahinya, mungkin dia bingung karena instruksi
yang mendadak seperti ini namun dia tetap harus menyanggupi perintah dari
atasannya itu,
"oke kalo gitu nanti kamu kabari saya ya,"
"iya baik pak,"
Alex dan kedua pengawalnya masuk ke dalam ruangan yang lumayan luas, yang di
dalamnya ada satu set sofa besar beserta mejanya, dan satu kursi direktur dengan
mejanya yang juga cukup besar, ketika mereka baru saja membuka pintu, Alex
terkejut ternyata sudah ada sahabatnya yaitu Barry sedang duduk di sofa,
"pagi pak," sapa Barry yang buru-buru berdiri, meskipun mereka bersahabat lama
namun Barry tetap profesional ketika berada di dalam perusahaan,
"lohh.. kok lo udah ada di sini bar,?" ucap Alex yang sedikit terkejut, dia pun
menyalami Barry dan memberikan pelukan singkat,
"iyaa.. boss besar yang minta gw dampingin lo selama tugas di sini," jawabnya,
"pak jarwo, pak Alfred, ayo duduk, santai aja, gak usah terlalu formal kalo cuma ada
kita berempat," ucap Alex pada dua pengawalnya,
"baik pak," jawab mereka serempak,
Pak Jarwo, salah satu pengawal, dengan sigap berjalan ke arah mesin pembuat kopi
yang mirip dispenser yang terletak di sudut ruangan untuk membuatkan kopi untuk
mereka berempat, setelah selesai menyajikan kopi, Pak Jarwo kembali bergabung
dan ikut duduk bersama lalu mereka pun mulai perbincangan membahas berbagai
hal terkait tugas dan rencana ke depan,
tok tok tok..
"masuk,"
"permisi pak, semua manajer sudah hadir di ruangan meeting, sedang menunggu
pak Alex,"
"ohh iya.. sebentar lagi saya ke sana, terima kasih ya jess,"
"iya sama-sama pak,"
Alex melihat arloji ditangannya menunjukkan pukul sepuluh pagi, "Ayo bar," dia
mengajak Bary menemaninya meeting pagi ini,
"siap boss,"
.
*****
.
Di tempat lain,
Di dalam sebuah ruangan di salah satu gedung di kota centropolis, tampak seorang
pria berumur lima puluhan lebih yang saat ini sedang berbicara dengan seorang
bawahannya,
"ada informasi apa yang kau dapatkan mengenai perusaan Luther,?"
"saya mendengar kabar jika cabang perusahaan Luther yang berada di kota ini
sekarang dipegang langsung oleh anaknya," jawab sang bawahan,
"hmmm.. aku pikir dia akan mengirim orang yang lebih berpengalaman, ternyata
malah anaknya," ucapnya tersenyum meremehkan, sedetik kemudian dia memencet
tombol di telepon kantornya dan memanggil sekretarisnya untuk masuk,
Pria paruh baya tersebut adalah Imam Karlo, yang merupakan pemimpin
perusahaan Karloid Corp yang merupakan sebuah perusahaan besar seperti
perusahaan Luther Corp,
"ceklek,!" suara pintu di buka dan saat bersamaan ada seorang wanita cantik dan
manis tengah tersenyum ke arah Imam karlo,
"permisi pak ada yang bisa saya kerjakan,?" ucap seorang wanita cantik dengan
body yang masih seksi, kulitnya yang putih bersih, tingginya yang semampai
ditunjang dengan dada berukuran lumayan besar tampak sangat sempurna di
tubuhnya yang ramping, wanita tersebut merupakan sekretaris pribadinya, jika dilihat
dari penampilannya bisa diperkirakan usia wanita itu masih sekitar tiga puluhan,
"kamu masih ingat dengan berkas-berkas pengajuan kontrak kerja sama
perusahaan yang dulu pernah kita rencanakan,?" ucap Imam kepada sekretarisnya,
"ohh.. iya pak, tentu saja saya masih ingat," jawab wanita itu,
"tolong segera kamu siapkan lagi berkas-berkas itu ya,"
"baik pak akan segera saya siapkan, permisi," pamitnya ke atasannya,
Setelah sekretarisnya pergi, dia pun memerintahkan bawahannya itu untuk terus
mengawasi perusahaan Luther,
"oke kamu juga bisa pergi, terus awasi perusahaan itu, apabila ada berita penting
segera beri tahu aku, dan aku yakin kau cukup bisa untuk diandalkan,!" ucap Imam
Karlo kepada sang bawahan,
"Oke baik Pak, kalau begitu saya permisi," jawabnya,
.
*****
.
Malam hari di kediaman Alex,
Alex duduk diruang tengah sedang melepas sepatunya, di temani sang istri yang
duduk di sampingnya,
"gimana hari pertamanya pah,? kayaknya capek banget,"
"yaa namanya juga kerja mah, Oliver udah tidur,?”
"udah tuh barusan, yaudah papa mandi aja dulu, udah mama siapin air angetnya,
abis itu kita makan sama-sama,"
Selesai makan malam bersama suaminya Lisa kembali masuk ke dalam kamar
setelah mencuci piring dan merapikan meja makan, di dalam kamarnya dia
mendapati suaminya duduk selonjoran di atas tempat tidur sedang sibuk dengan
laptopnya,
"Masih kerja pah,?" ucap Lisa ikut naik ke atas tempat tidur,
"enggak kok, cuma nyiapin buat besok aja," Alex segera menutup laptopnya lalu
meletakkannya di atas meja di samping tempat tidur mereka,
"mama bangga banget sama papa, dan mama yakin papa pasti bisa mimpin
perusahaan jadi lebih baik,"
"iyaa, selama ada mama disisi papa, karena mama sama Oliver yang selalu jadi
penyemangat papa,"
"makasih ya pah, udah jadi suami dan ayah yang luar biasa buat mama sama Oliver,
mama makin sayang sama papa,"
"iya papa juga sayang banget sama mama," Alex menghadap ke samping
memandang istrinya,
Sejenak Alex menatap wajah cantik istrinya, lalu dia angkat dagunya dan mereka
pun berciuman mesra, dibaringkan tubuh indah istrinya lalu mereka pun bergumul
dengan begitu panasnya,
.
*****
.
Keesokan paginya,
Hari ini malas sekali rasanya, setelah kepergian suamiku berangkat ke kantor,
kubuka tirai dan jendela agar udara segar dapat masuk, badanku terasa sedikit
pegal-pegal karena di garap habis-habisan oleh suamiku semalam, karena memang
sudah tugas dan kewajiban seorang istri untuk melayani dan menyenangkan hati
suaminya, mungkin juga karena aku yang memang kurang istirahat sehabis balik
dari kampung langsung banyak beraktivitas, aku pun tiduran di sofa untuk bermalas-
malasan sambil memainkan ponselku,
Banyak orang bilang, aku di berkahi karunia kecantikan yang istimewa, dan tidak
sedikit yang bilang aku memiliki aura keseksian yang sangat kuat, kira-kira begitulah
komentar orang-orang yang mengenalku, bagiku seksi merupakan penilaian positif
untuk fisik seorang wanita, apalagi para pria-pria tua yang sudah sering kali
berkunjung ke rumahku, menurutku merekalah yang paling pintar dan paling sering
memuji dan menyanjung diriku, entah itu memang sesuai kenyataan atau hanya
untuk menyenangkan hatiku karena mereka ada maunya, tapi aku sangat bersyukur
bisa mengenal mereka, karena berkat mereka aku bisa berubah seperti ini, hidupku
terasa lebih berwarna dan tentunya aku jadi tambah semakin percaya diri,
Pagi ini, aku merasa saking malasnya akhirnya aku pun mengirim pesan kepada pak
juki agar datang ke rumah untuk bersih-bersih dan mengerjakan beberapa pekerjaan
rumah untukku, aku juga mengirim pesan kepada pak Samsul berupa daftar
belanjaan kebutuhan sehari-hari karena aku juga rasanya sangat malas untuk pergi
ke pasar,
Setelah menunggu cukup lama akhirnya terdengar ada yang mengetok pintu
rumahku, aku yang sedang tiduran di sofa langsung bangun untuk melihat siapa
yang datang, dari jendela aku bisa melihat ternyata pak juki yang datang lebih dulu,
aku memang sudah tidak pernah lagi mengunci pintu pagar jadi dia bisa langsung
masuk area rumahku, karena aku pikir di pos security depan sana juga sudah ada
portal dan penjaganya,
Kulihat jam dinding baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi, seperti biasa
aku yang masih mengenakan pakaian tidurku yang memiliki model sangat minim
dan seksi, sebuah pakaian longgar yang panjangnya hanya sampai ke pangkal
paha, bagian dadanya juga sangat rendah hingga belahan payudaraku dapat terlihat
jelas dan kadang seolah olah susuku terlihat menyembul seperti hendak lepas
keluar, bahan kainnya yang halus dan tipis membuat putingku tercetak jelas, dengan
model pakaian yang demikian aku tetap cuek saja membukakan pintu dan
mempersilahkan pak juki masuk,
Memang sepertinya sudah mulai ada sisi ekshibisionis atau suka memamerkan
tubuh yang muncul dalam diriku, mungkin karena sudah terlalu sering aku
memamerkan tubuh indahku ini atau mungkin juga karena pengaruh dari perlakuan
para pria tua itu sehingga semakin hari aku jadi semakin senang jika ada orang
melihat dan mengagumi tubuhku,
"pagi non, waah baru bangun ya, lemes banget kayaknya," sapa pak juki saat aku
membukakan pintu, mungkin karena melihat tampangku yang masih kucel,
“iya nih, baru bangun aku pak, mari masuk pak,"
"iya non, nyenyak dong tidurnya,?” timpal pak juki sambil matanya terlihat jelalatan
memandangi seluruh bagian tubuhku, bagiku sudah tidak asing lagi karena aku
sudah merasa terbiasa juga dengan segala kenakalan dan kemesumannya,
“iya pak nyenyak banget, soalnya cape banget tadi malem,” jawabku lalu kembali
duduk di sofa,
“emang ngapain aja sih non, kok bisa sampe kecapean gitu,?"
"ada deeh.. hihihi.."
"hemm.. yaudah, saya ijin ke dapur, mau bikin kopi dulu, non Lisa mau di bikinin
sekalian,? apa mau ngeteh,?" ujar pak juki mungkin karena melihat di atas meja
tamuku tidak ada apa-apa,
"iya Pak tolong bikinin sekalian, aku kopi item juga deh, siapa tau jadi segeran abis
ngopi," jawabku, dia pun langsung menuju dapur karena sudah terbiasa wara-wiri di
dalam rumahku,
"nih non kopinya," ucap pak juki sekembalinya dari dapur,
"maaf ya pak biasanya aku yang bikinin, jadi gak enak nih malah tamu yang bikinin
minum buat tuan rumah,”
“gak apa-apa non santai aja, kan non Lisa yang pernah bilang ke saya, kalo main
kesini anggap aja rumah sendiri, hehe..” jawab pak juki sambil melempar senyum,
dan duduk di sofa di seberangku
"hehe iya ya pak, makasih deh kalo gitu, hihihi.." jawabku, ternyata kehadiran pak
juki bisa menghiburku dan sejenak melepas lelahku,
"ngomong-ngomong tumben hari ini saya di suruh beres-beres rumah, emangnya
non Lisa mau kemana,?"
“gak kemana-mana kok pak, lagi males aja, soalnya badan aku rasanya pada pegel-
pegel, pada ngerentek, lagi pengen santai aja di rumah, soalnya kan aku gak punya
pembantu buat beres-beres rumah,"
“oo begitu, mungkin masuk angin non, coba dipijet aja kalo emang ngerasa
badannya pegel-pegel,” timpal pak juki,
"emang pak juki tau dimana ada tukang pijet panggilan di daerah sini,?" tanyaku,
"Pengennya sih saya aja yang mijitin, tapi sayangnya saya gak jago mijet, hehe.."
"iyaa yang ada nanti malah salah urat, bukannya enakkan malah jadi tambah sakit
semua badan aku pak, hihihi.."
"hehe.. ya makanya saya gak berani, kalo non Lisa mau sama pak Samsul aja, dia
itu jago mijet nya non," jawabnya,
“Nggak ah pak, nggak berani aku, ntar malah terjadi hal yang nggak-nggak,
hahaha..” jawabku sambil ketawa,
“yaa itu sih terserah non Lisa aja, kalo saya sama orang-orang udah biasa di pijat
sama dia, kalo buat saya sih enak pijatannya,”
“Soalnya kan aku juga belum pernah dipijit sama laki-laki sih pak, takuut,” lanjutku,
“yaa kan ada saya di sini non, kalo perlu nanti saya yang jagain biar dia gak macem-
macem, hehe..” kata pak juki lagi,
“huu.. enak aja, ntar yang ada malah dua-duanya yang macem-macem, hihihi..”
kataku sambil tertawa,
“hehe.. ya enggak lah non, mana berani saya kalo gak di ijinin, kalo non Lisa
beneran mau entar saya panggilin dia biar kesini,” ujar pak juki,
“gak usah pak, kebetulan tadi pagi aku minta tolong pak Samsul belanja di pasar,
ntar juga dia kesini buat nganter belanjaan, tapi dia beneran bisa kan,?”
“iyaa non, nanti coba ditanya langsung aja ke orangnya,” jawab pak juki,
“iya deh pak nanti kalo orangnya udah dateng aku ngomong langsung, siapa tau
cocok,” jawabku, sepertinya tak ada salahnya di coba karena rasanya badanku
memang pegal-pegal,
“oke deh non, kalo gitu saya mau nyapu sama ngepel dulu,” timpal pak juki,
"ohh.. iya pak," Kemudian aku naik ke lantai atas dan masuk kamar karena anakku
terbangun, sementara pak juki memulai pekerjaannya membersihkan bagian dalam
rumahku terlebih dahulu,
Cukup lama aku sibuk dengan anakku di dalam kamar, di luar jendela kamar kulihat
hari nampaknya sudah semakin siang, aku pun keluar lagi dengan kondisi tak
berubah sama seperti tadi pagi, hanya saja kali ini aku melingkarkan handuk kecil di
leherku karena aku memang berniat ingin mandi, aku turun ke lantai bawah untuk
melihat pak juki yang ternyata sudah selesai dengan pekerjaannya membersihkan
lantai, kulihat kini dia sedang membersihkan meja dapur,
"Pak juki kalo mau minum yang dingin ambil aja sendiri ya, soalnya aku mau mandi
dulu,"
“Lho non, katanya mau pijit kok malah mandi, bukannya lebih enak mandinya
sehabis pijit,?" kata pak juki,
“Nggak ah pak, ntar kalo badan aku bau kan enggak enak dong ama yang mijit,”
jawabku,
“Waduh.. enak banget dong nanti pak samsul, bisa mijit wanita cantik, udah gitu
wangi juga lagi, hehe.." sahut pak juki yang hanya ku balas dengan senyum, senang
campur malu aja mendengar komentarnya itu, saat tengah berbincang kami
mendengar suara kerincing becak pak Samsul,
"naah.. tuh kayaknya pak samsul udah dateng non, kalo gitu saya mao lanjut nyapu
sama beresin halaman depan," ucap pak juki lagi,
"yaudah kalo gitu tolong sekalian bilang ke pak samsul belanjaannya di bawa masuk
aja taro di meja dapur, biar nanti aku yang rapihin, soalnya aku mau mandi dulu,"
ucapku,
"oke kalo gitu non, nanti saya kasih tau ke pak samsul," jawab pak juki lalu menuju
keluar rumah, sedangkan aku memutuskan untuk mandi di kamar mandi yang ada di
lantai bawah,
Di luar rumah,
Pak juki menghampiri pak Samsul yang sedang memarkirkan becaknya di depan
garasi,
"ehh.. ada pak juki rupanya," ujar pak Samsul,
"iya nih pak sam, lagi dapet tugas bersih-bersih rumah, kata non Lisa itu belanjaan
semuanya taro aja di meja dapur," kata pak juki,
"ooh.. oke siap pak," jawab pak Samsul menenteng dua kantong besar barang
belanjaan pesanan Lisa lalu membawanya masuk ke dalam rumah,
"kok siang banget pak sam baru dateng,?" tanya pak juki ketika pak samsul telah
kembali dari dalam rumah, mereka berdua sejenak berbincang di depan garasi,
"yaa biasa lah pak, harus nganter langganan dulu, pak juki udah lama,?"
"udah dari pagi saya di sini, udah beres-beres, ini mau lanjut nyapu halaman,"
"oalah mantep dapat borongan, oiya pak, ngomong-ngomong non Lisa mana ya,?
saya mau minta uang belanjaannya," tanya pak Samsul,
"ini juga tumben pak sam, biasanya non Lisa rajin banget apa-apa di kerjain sendiri,
tapi tadi sih kata dia badannya lagi pada pegel makanya minta tolong ke saya, Oiyaa
pak sam.. non Lisa minta tolong di pijet tuh, tapi orangnya lagi mandi," ujar pak juki,
"waduhh saya gak bawa minyaknya, lagian juga saya masih keringetan gini, pada
kotor juga habis dari pasar, yaudah kalo gitu saya pulang aja dulu mau ambil minyak
urut sekalian mandi sama ganti baju dulu,"
"Laah terus uang belanjaannya gimana,?" tanya pak juki,
"entar aja lah sekalian, kan saya juga entar balik kesini lagi," jawab pak Samsul,
"yaudah kalo gitu, tapi jangan lama lama pak sam, kasihan saya liatnya dari tadi non
Lisa gak semangat kayak biasanya, kalo saya bisa mah udah dari tadi saya yang
mijit,"
"iya.. iyaa.. ini saya sekalian naro becak di rumah, nanti kesininya naik ojek biar
cepet, yaudah kalo gitu saya balik dulu ya pak," ucap pak Samsul mengayuh
becaknya meninggalkan rumah Lisa, sedangkan pak juki mulai membersihkan
halaman depan rumah Lisa,
.
*****
.
Di suatu tempat di pinggiran kota centropolis,
"silahkan pak, anda sudah di tunggu di dalam" ucap salah seorang penjaga yang
penuh dengan tato di lengannya,
"Kalian tunggu aja di luar," ucap Alex kepada ke tiga orang yang bersamanya, dia
masuk ke dalam ruangan bersama sang penjaga itu yang kemudian perlahan
menutup pintunya,
Alex menatap pria yang duduk di kursi dibalik meja yang dari kelihatannya dia
berumur sekitar lima puluhan tahun, pria kulit hitam dengan badan tinggi tegap
namun perutnya sedikit buncit, kemudian Alex memandang ke arah wajah pria itu
yang sudah tidak asing lagi baginya, pria tersebut bernama Mosas, salah satu
pimpinan geng yang juga memiliki bisnis pelacuran dan perjudian di kota tersebut,
dia juga salah satu pemasok senjata ilegal yang telah bekerja sama dengan
perusahaan Luther cukup lama, di dalam ruangan yang cukup besar itu ada dua
wanita cantik yang berpakaian sangat seksi sedang duduk di sofa panjang
memandang ke arah Alex dengan senyuman yang begitu manis,
"ada apa gerangan tuan muda Luther sampai repot-repot datang kemari,? oh ya..
mari silahkan duduk" ucap Mosas kepada Alex,
Alex kemudian duduk di kursi di seberang meja di depan Mosas, "sepertinya bisnis
anda sedang lancar ya,?" tanya Alex ketika dia baru saja menghempaskan
bokongnya ke kursi,
"hahaha.. yaa begitulah, seperti yang anda lihat," Mosas tertawa mendengar ucapan
Alex,
"dari laporan yang saya dengar, ada tindakan sabotase di beberapa proyek
pembangunan yang sedang kami kerjakan di kota ini, sepertinya ada yang sedang
ingin bermain-main dengan perusahaan Luther," Alex menatap tajam ke arah Mosas,
"saya mengenal kota ini jauh lebih baik dari siapa pun, dan yang perlu anda tau,
bukan hanya kelompok kami yang ada di kota ini," ucap Mosas,
"yaah tujuan saya datang kemari hanya ingin memastikan jika kelompok anda
memang benar tidak terlibat,"
"hahaha.. tentu saja saya tidak akan melakukan tindakan sebodoh itu tuan muda,"
"oke baiklah, saya pikir anda orang yang cukup bisa di percaya, mengingat kerja
sama yang kita jalin sudah cukup lama," ucap Alex,
"saya juga bisa memakluminya karna kekacauan yang ada akhir-akhir ini, tapi yang
jelas saya tidak mau ikut campur untuk masalah kalian para pengusaha di kota ini,
karena bagi saya bisnis adalah bisnis, hahaha.." terang Moses,
Moses menggerakkan jarinya memanggil salah satu perempuan yang sedang duduk
di sofa, perempuan itu memakai pakaian khas wanita karier dengan rok pendek
sedikit di atas lutut yang memamerkan pahanya yang putih mulus, yang kemudian
berjalan mendekat ke arah Alex lalu merangkul dan duduk di pangkuannya,
Alex memandangi wanita yang sedang duduk di pangkuannya, wanita yang terlihat
sangat menawan dengan tubuh tinggi dan sexy, ada sedikit rasa takjub dalam
hatinya dengan kecantikan wanita ini, wajah wanita itu malah semakin mendekat ke
wajah Alex tanpa rasa sungkan, dia dapat mencium harum aroma tubuh dari wanita
itu yang begitu menggoda kelelakiannya,
"ternyata memang benar yang di katakan orang-orang jika Lex Luther itu idaman
para wanita," ucap wanita itu ketika sudah puas memandangi wajah tampan Alex
yang sebenarnya juga membuat dirinya terpesona,
"hemm.. jangan terlalu berlebihan," jawab Alex kepada wanita itu yang terus
tersenyum manis ke arahnya,
"hmm.. oke baiklah saya kira cukup pertemuan kita kali ini," ucap Alex sembari
menepuk paha wanita itu agar segera bangkit dari pangkuannya, meskipun enggan
namun mau tidak mau wanita itu harus menurutinya,
"hei... bisakah kita bertemu lagi,? dan aku pastikan nanti akan membawa kamu ke
suatu tempat yang sangat menarik dan memberikan sesuatu yang sangat istimewa
untukmu," ucap genit wanita itu sambil mengedipkan matanya ke Alex dan kemudian
melangkah kembali duduk di sofa,
“hmmm....”
0 Komentar