Aku yang saat ini tampil sangat seksi dengan tubuh yang masih sedikit basah hanya
berlilitkan handuk masih berdiri di depan pintu kamar mandi sambil meladeni obrolan
kedua orang tua itu yang sejak tadi memandangi bagian-bagian tubuhku yang cukup
terbuka, jikalau dengan pak Juki aku sudah terbiasa dengan tingkah dan tatapan
mesumnya setiap kali dia datang bertamu di rumahku, tapi lain halnya dengan pak
Samsul yang belum lama ini aku kenal, dari sini aku bisa melihat dia yang terus
menatap ke arahku sambil sesekali menelan ludahnya dan tampangnya jadi
kelihatan lucu menurutku, membuat aku jadi penasaran juga dengan orang itu, jadi
aku putuskan untuk menggoda keduanya lebih jauh lagi.
“emangnya aku mau di apain sih Pak biar tambah enak,?” tanyaku pura-pura polos,
“yaa di bikin kelojotan gitu non, dari pada sendirian, mending sama punya kita-kita
ini, hehe..” kata pak Juki terang-terangan, ternyata hanya dia yang berani
menggodaku, sedangkan pak Samsul masih diam, sepertinya dia termasuk orang
yang sopan atau mungkin karena belum terbiasa main kesini jadinya masih malu-
malu kucing,
"gak usah repot repot pak aku bisa sendiri kok, lagian kayak pak Juki kuat aja,
hihihi.." terlihat tampang pak Samsul makin gelisah melihat reaksiku yang tidak
marah saat menanggapi ocehan temannya itu,
"yaa kan di coba dulu non, hehe.." ujar pak Juki lagi,
"enggak usah deh pak, makasih, hihi.."
Ketika asyik meladeni obrolan mesum pak Juki, tiba-tiba kudengar suara anakku
menangis yang mungkin terbangun dari tidurnya karena haus atau mungkin pipis,
akhirnya aku pun meninggalkan mereka menuju ke kamarku yang berada di lantai
atas, tapi sebelum itu aku meminta pak Juki untuk membelikan makan siang karena
aku yang belum sempat untuk masak,
Setelah rapi berpakaian, aku pun kembali turun ke lantai bawah sambil
menggendong anakku yang sedang menyusu dari botolnya, aku langsung menuju
ke arah kamar utama yang sedang kami bereskan dan kulihat sudah dalam keadaan
bersih dan rapi, di dalamnya sudah kelihatan kosong hanya menyisakan satu lemari
besar dan sebuah tempat tidur kayu yang juga berukuran besar, aku masuk ke
dalam untuk memastikan keduanya sudah di bersihkan dan tidak ada lagi debu-debu
yang menempel di sana, kulihat lantainya pun dalam keadaan mengkilap karena
sudah di sapu dan di pel sangat bersih, aku tersenyum puas melihat hasil kerja pak
Juki dan pak Samsul yang bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya,
Lalu aku mendengar ada suara-suara dari arah dapur, aku langsung menuju ke sana
mencoba untuk melihatnya,
"Bapak ngapain disitu,?" rupanya pak Juki yang sedang sibuk mencuci piring, aku
pun segera menghampirinya,
"ooh... ini saya sama pak Samsul baru selesai makan siang, piringnya sama gelas
bekas kopi tadi langsung saya cuci biar gak berantakan," jawabnya,
"laah.. terus pak Samsul nya mana,?" tanyaku menghampiri pak Juki yang sibuk
mencuci piring, karena kulihat tidak ada siapa-siapa di ruang makan,
"itu dia lagi di belakang, mungkin lagi lanjut beres-beres, atau mungkin lagi nyantai
dulu soalnya baru aja selesai makan," ungkapnya,
"kenapa repot-repot langsung dicuci segala sih pak,?"
"gak apa-apa non, saya juga seneng kok bisa bantu, pokoknya non Lisa nyantai aja
di rumah, hehe.." jawabnya,
"makasih yaa pak, pak Juki baik banget deh hihi.." ucapku tersenyum ke arahnya,
"den Oliver sudah bobo lagi itu non,? oh iya non, itu tadi udah saya beliin ayam
bakar buat non Lisa makan siang," ucap pak Juki sambil bibirnya menunjuk ke arah
meja makan karena tangannya sibuk mencuci piring,
"belum nih pak, lagi anteng banget nyusu, kan baru banget bangun," jawabku
sembari menimang-nimang putra kecilku,
"yaudah sini gantian saya yang pegang, non Lisa makan aja dulu," ucap pak Juki
yang selesai mencuci piring dan mengeringkan tangannya dengan kain lap,
"Perhatian banget sih pak, jadi geer deh aku, hihihi.. kalo gitu tolong di gelar aja
karpet yang di ruang tengah, biar di tidurin di situ aja, nanti pak Juki yang jagain,"
"ooh.. oke siap non,"
Aku pun berjalan mengikuti pak Juki ke ruang tengah, lalu dengan sigap dia
menggelarkan karpet untuk bayiku tiduran di sana,
"tolong jagain bentar ya pak, aku makan siang dulu," ucapku setelah meletakkan
Oliver di atas karpet,
"iya tenang aja, buat non Lisa apapun saya siap, hehe,."
"hihihi.. iya aja deh aku mah.." Aku Pun menuju meja makan dan meninggalkan
Oliver bersama pak Juki di ruang tengah, dari jauh kulihat pak tua itu begitu telaten
dan perhatian menjaga anakku, akhirnya ku lputuskan untuk melanjutkan makan di
ruang tengah saja sembari menemaninya mengobrol, aku duduk di atas sofa
sedangkan pak Juki di bawah bersama bayiku,
"Loh kok pindah non,?" tanya pak Juki,
"kalo di sana sendirian, enakan makan di sini bisa sambil ngobrol,"
Karena aku dan pak Juki yang memang sudah sangat akrab, sambil aku menikmati
makan siang dia pun menemaniku dengan obrolan santainya dan terkadang sesekali
diselipkan candaan-candaan khasnya, pak Juki juga terlihat sangat telaten menjaga
Oliver yang sedang menyusu walaupun terkadang mata pak tua itu juga beberapa
kali memperhatikan tubuhku dari tempat dia duduk,
Seperti kebanyakan wanita pada umumnya, walaupun sebenarnya makananku
sudah habis tapi aku masih terus saja mengemuti tulang ayam untuk membersihkan
daging yang masih menempel, selain karena memang sudah kebiasaan dari dulu
tapi juga karena rasanya tuh kayak asyik aja gitu, hihihi..
"pak Juki kok tumben kesininya gak sama pak Yono,?" tanyaku sambil menikmati
tulang ayam,
"beberapa hari ini kayaknya pak Yono lagi sibuk banget, yaa jadinya saya ajak pak
Samsul aja,"
"iya tuh, kemaren aja aku sampe gak jadi minta dia buat temenin ke pasar, dia juga
bilangnya sibuk, akhirnya aku pulang naik becaknya pak Samsul, pak Juki kenal pak
Samsul udah lama,?"
Karena pertanyaanku barusan akhirnya pak juki jadi bercerita panjang lebar tentang
kondisi dan kehidupan yang dijalani oleh pak Samsul, mulai dari cerita tentang
masa-masa mudanya dulu hidup di pasar, hingga masa-masa sulitnya setelah dia
insaf, pak Juki juga menceritakan tentang perjalanan rumah tangga pak Samsul
hingga akhirnya dia hidup sendiri karena ditinggal kabur oleh istrinya, dari cerita pak
Juki aku pun jadi tau selain pak Yono, pak Samsul juga adalah temannya yang
sudah sejak lama dia kenal, aku pun merasa kasihan dengan pak tua itu,
"aku udah selesai makan nih pak, sini gantian biar aku yang jagain Oliver," ucapku
setelah kembali dari mencuci tangan,
"iya non, kalo gitu saya nerusin kerjaan di belakang ya, kasihan pak Samsul
sendirian,"
"iya pak nanti aku nyusul buat misahin barang-barang yang masih ke pake sama
yang enggak,"
"oke non," jawab pak Juki yang kemudian kembali ke teras belakang untuk
membantu pak Samsul membereskan dan membersihkan perabotan,
Cukup lama aku berada di ruang tengah bersama anakku, tak terasa hari mulai sore
dan anakku pun terlihat mulai mengantuk lagi, aku pun segera membawanya ke
kamarku untuk menidurkannya,
Setelah beberapa saat akhirnya anakku tertidur lagi, aku pun menuju ke teras
belakang untuk membantu pekerjaan pak Juki dan pak samsul agar cepat selesai
sebelum sore hari, aku memberikan mereka beberapa instruksi dan arahan untuk
memisahkan dan mengelompokkan barang-barang serta perabotan yang masih bisa
aku pakai, sedangkan yang sudah tidak terpakai aku minta mereka untuk langsung
di bawa ke gerobak supaya tidak berserakan di belakang rumahku, dan tak butuh
waktu lama akhirnya pekerjaan kami pun selesai,
"pak, kalo yang ini udah beres semuanya, nanti kasur yang ada di dalem kamar
tolong di pasang ya, harus diangkat berdua itu, berat soalnya," ucapku pada pak
Juki,
"oke siap non, saya beresin yang ini dulu ya,"
Aku pun kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman dingin, tak lama
kemudian kedua bapak-bapak itu pun masuk dari pintu depan langsung menuju
kamar untuk memasangkan tempat tidur, tak berselang lama mereka berdua pun
ikut duduk di sofa bersamaku untuk beristirahat,
“kasurnya udah dipasang tuh non, udah rapih," ujar pak Juki sedikit ngos-ngosan,
"iya pak, terima kasih yaa, kan nanti tinggal aku pasangin spreinya aja kalo gitu, oh
iya ini airnya diminum dulu pak,"
Aku yang sudah sangat hafal dengan kelakuan pak Juki ketika dia sedang berada di
rumahku dan aku juga berniat ingin membalas pelecehan pak Samsul pada celana
dalamku beberapa waktu lalu, dengan sengaja aku pun mulai menggoda kedua pria
tua itu lagi, sambil mengobrol terkadang aku bicara dengan suara genit, baju yang
kupakai juga sengaja aku turun-turunkan agar bagian atas daging payudaraku makin
terlihat, bahkan aku sengaja duduk dengan posisi kaki diletakan di atas kaki lainya
sehingga makin menampakkan kulit putih pahaku yang mulus ini, yang tentunya
membuat kedua pria tua tersebut blingsatan dan terlihat ada yang menggembung di
selangkangan mereka.
"kayaknya tiap saya kesini kok gak pernah ketemu suaminya non Lisa ya,?" tanya
pak Samsul,
"suami aku sibuk kerja pak, akhir-akhir ini berangkatnya pagi-pagi banget trus
pulangnya juga malem" jawabku,
"iya pak sam, makanya gak ada waktu buat belai-belai istrinya hehe.." ujar pak Juki,
"hihihi.. iya Pak, kesepian aku tuh kalo siang-siang gini di rumah sendirian, hihihi.."
ucapku yang malah menimpali candaan pak Juki,
"makanya non Lisa dari tadi sengaja pakai pakaian seksi biar di belai sama kita pak
sam, ya kan non? hehe.." ujar pak Juki lagi,
"huss.. Pak Juki gak sopan gitu nanya nya, nanti non Lisa marah bisa-bisa kita di
laporin ke suaminya, habis lah kita," ujar pak Samsul menegur pak Juki,
"tenang aja pak sam, non Lisa itu orangnya baik banget, gak mungkin dia ngelaporin
kita ke suaminya, hehe.." pak Juki malah cengengesan di omelin temannya,
"iya gak papa pak, namanya juga bercanda, malahan waktu itu ada yang ninggalin
noda lengket-lengket di celana dalem aku juga aku gak laporin ke suami kok, hihihi.."
jawabku menyindir pak Samsul yang membuatnya jadi tersipu malu,
Melihat pak Samsul yang terlihat malu-malu tentu saja pak Juki langsung bisa
menebak apa yang di lakukan dan siapa pelakunya, "waah pak sam gak nyangka
saya, diem-diem ternyata yaa.. hahaha.." ledek pak Juki pada temannya, yang
membuatnya makin tersipu malu,
Aku yang merasa kasihan melihat tampang pak Samsul jadi bahan ledekan pak Juki
akhirnya tidak tega juga, “Aduh.. aduh… bapak-bapak ini ngobrol sih ngobrol, tapi itu
loh celananya kok pada gelembung gitu, gak sakit pak,? biasanya pak Juki
ngerengek kesakitan kalo udah kayak gitu, hihihi..” gantian aku menggoda pak Juki
yang membuat pak Samsul menatap heran pada temannya itu,
“waah.. waah.. pak Juki ternyata.. urusan enak-enak kok gak ngajak-ngajak.." pak
Samsul geleng-geleng ke arah pak Juki,
"hehe.. maap pak sam, soalnya situ sibuk narik terus sih, hehe.."
"udah.. udah.. lepasin aja pak, dari pada kasihan itu hihihi..” aku semakin menggoda
mereka,
Pak Samsul yang masih malu-malu segera menutupi selangkangannya yang
menggelembung agar tidak terlihat, akan tetapi berbeda dengan pak Juki yang
memang sudah terbiasa di sini, dia dengan santainya segera melorotkan celananya
beserta celana dalamnya lalu membelai-belai penisnya, tentu saja hal itu membuat
Pak Samsul sangat kaget dengan tingkah pak Juki dan dia pun segera memarahi
temannya itu, “huss.. pak Juki jangan kurang ajar gitu, di rumah orang ini, ngawur
aja..” bentak Pak Samsul,
“hehe.. tenang aja pak sam, non Lisa juga gak marah kok, iya kan non,? hehe..” pak
Juki malah cengengesan diomeli temannya.
“hihihi.. iya pak udah biarin aja, lagian pak Juki udah biasa tuh kalo kesini, kalo gak
di keluarin biasanya malah ngerengek kesakitan dia hihihi…” tentu saja penjelasan
dariku membuat pak Samsul keheranan,
"hehe.." pak Juki hanya cengengesan sambil tangannya terus membelai penisnya,
"Pak Samsul kalau mau juga gak apa-apa kok, di buka aja kayak pak Juki gitu, gak
usah malu..” aku pun semakin menggoda pak Samsul dengan memajukan badanku
ke arahnya sambil sedikit membungkuk, apalagi beberapa kancing atas dasterku
sengaja aku buka, tentu saja dia dapat dengan jelas melihat payudaraku yang
menggantung meskipun masih tertutup beha berwarna hitam, akhirnya Pak Samsul
dengan nafas memburu dan nafsu yang sudah diujung pun langsung ikut membuka
celana beserta celana dalamnya, seperti halnya pak Juki dia pun mulai membelai
dan mengurut penisnya,
Sekarang di hadapanku sudah terpampang dua penis hitam berkeriput yang sedang
dikocok-kocok oleh pemiliknya masing-masing yaitu Pak Juki dan Pak Samsul,
“gimana pak, enak,?" ucapku menggoda mereka,
"non Lisa cantik banget, badannya juga seksi." ujar pak Juki,
"iya bener banget itu non, toket non lisa juga besar banget, pantatnya masih
kenceng, kulitnya putih mulus, selain wajahnya cantik, ternyata orangnya baik
banget, hehehe.." pak Samsul menimpali,
Aku yang duduk di sofa panjang, tiba-tiba pak Juki mendekat dan duduk di
sampingku "ihh.. apaan sih pak Juki nih.. main pegang aja.." ucapku ketika sebelah
tangan pak Juki meraba payudaraku sedangkan tangan yang satunya dia gunakan
untuk terus mengocok penisnya,
Kedua pak tua itu saling berbalas pandangan, pak Samsul sepertinya sangat ingin
meraba tubuhku juga seperti yang di lakukan oleh temanya ini, lalu dia pun pindah
dari tempat duduknya untuk duduk di sampingku, jadilah aku sekarang di apit oleh
dua orang pria tua dengan penis yang sama-sama sedang berdiri tegak mengacung,
"ihh.. pak Samsul juga ngapain sih ikut pegang-pegang segala, nakal ihh,," ucapku
genit saat telapak tangan pak tua itu mendarat di pahaku,
"Hehe.. akhirnya saya bisa ngerasain pegang langsung, kemaren-kemaren cuma
bisa bayangin tubuh non Lisa sambil ngocok,hehe..”
"Ohh.. gitu yah.. yaudah sekarang bapak puas puasin deh pegang-pegang aku biar
tambah semangat ngocoknya, hihihi.." ucapku membiarkan tangan nakalnya
menggerayangi tubuhku,
“uhhh.. ternyata bener dugaan saya kalo toket non Lisa masih kenceng gini," ujar
pak Samsul saat tangannya kini beralih meremas payudaraku,
“uhhh... nakal banget sih pak tangannya,” aku mendesah manja ketika payudaraku
diremas-remas, kanan oleh pak Juki sedangkan yang kiri oleh pak Samsul,
"Saya gak nyangka banget loh, non Lisa ternyata gak marah dadanya saya remes-
remes kayak gini.. hehe,,"
"emmhhh... kan katanya bapak seneng sama badan aku, aku gak bakalan marah
kok selama pak samsul bisa jaga rahasia.. uhhhh..” kataku sambil tersenyum genit
menikmati remasan tangan-tangan nakal kedua kakek mesum ini,
"Wahh.. tenang aja non, rahasia dijamin aman, hehe.." sahut pak Samsul,
"Awwhh.. pelan-pelan aja sih pak, nikmatin ajahh.. ehhmmm.." tanpa kusangka-
sangka pak samsul tiba-tiba meremas payudaraku sedikit kencang sehingga aku jadi
sedikit menjerit pelan,
"hehe.. soalnya gemes sih non, hehe.." Sambil meremas-remas buah dadaku pak
samsul dan pak Juki terus mengocok batang penisnya di sampingku, deru nafas
mereka yang sangat bernafsu mampu mempengaruhi pikiranku dan membuat
birahiku ikutan naik,
Sebagai seorang wanita baik-baik seharusnya aku bisa menjaga kehormatanku
sebagai seorang istri, dan seharusnya aku juga mengusir mereka keluar dari
rumahku dan melaporkan perbuatan mereka kepada suamiku karena telah berani
berbuat tak senonoh padaku, tapi anehnya aku justru dengan sukarela meladeni
nafsu birahi kedua bapak-bapak tua ini dan parahnya lagi aku malah merasa sangat
senang tubuhku terus dilecehkan seperti ini dan di jadikan objek fantasi seksual oleh
mereka, aku pun mulai menikmati remasan dan rabaan tangan-tangan kasar mereka
pada tubuhku membuatku semakin lama semakin terangsang jadinya,
"sshhhh... paakk.. uhhmmmm...” aku tak kuasa menahan untuk tidak mendesah..
"kenapa non,? lagi sange yah,? Hehe.." ucap pak Juki,
"uhh.. non Lisa tambah cantik, kalo lagi sange gitu hehe.." timpal pak Samsul,
"ishh.. apaan sih pak, enggak kok," jawabku malu-malu,
"non Lisa, bapak pinjem celana dalemnya donk buat ngocok biar lebih enak, hehe.."
ujar pak Samsul,
"maksud nya pak,?" tanyaku,
"yaa saya pengen ngocok pake celana dalem non Lisa kayak waktu itu di kamar
mandi, tapi saya maunya celana dalam yang lagi di pake non Lisa sekarang," jawab
pak Samsul,
"Hah.???"
"iya kasih aja non, kasihan dia udah lama hidup sendirian, gak pernah liat cewek
bening kayak non Lisa, yaa hitung-hitung bantu orang susah non, hehe.." pak Juki
menimpali,
"ish.. berarti aku harus lepas celana dalem aku donk,?" ucapku manja,
"Saya juga ya non, kalo bapak pinjem beha nya aja, hehe.." ucap pak juki,
"pak juki ngapain ikut-ikutan segala sih, bilang aja pengen liat aku telanjang ya
kan,??"
"hehee.. tau aja sih non, hehe.." pak juki malah cengengesan,
"huhh dasarr.. yaudah nih.. lihat baik-baik yaa pak, hihi..." aku pun langsung
menelusup kan tanganku dari bawah daster dan sedikit mengangkat pantatku untuk
melepaskan celana dalam yang kupakai untuk kuberikan pada pak Samsul, "yang ini
untuk pak Samsul," ucapku memberikan celana dalam yang sudah aku lepaskan,
"waah.. udah basah ternyata, hmmm.. wangiii.." ujar pak Samsul menciumi celana
dalamku,
“hihihi.. masa sih pak,?” ucapku tersipu-sipu melihat pak tua itu begitu asyik
mengendus celana dalamku,
“iyaa bener non, aromanya wangi banget.. hemmm...” jawab pak samsul lalu
menghirup aroma celana dalam itu,
Kemudian aku lalu menurunkan daster yang kupakai hingga ke pinggang, yang
otomatis mereka berdua langsung bisa melihat buah dadaku yang masih tertutup
beha berwarna hitam, sengaja aku tidak melepaskan seluruh dasterku untuk
menutupi bagian bawah tubuhku ini, "pak juki tolong bukain kait belakangnya donk,"
tentu saja dengan senang hati kakek cabul itu langsung menuruti permintaanku,
"nah yang ini untuk pak juki, hihihi.." aku menyerahkan penutup payudaraku
untuknya,
"Woaahh... mulus banget non, bentuknya juga bagus banget, gak ada yang bisa
ngelawan ini sih." puji pak Samsul yang akhirnya bisa secara langsung melihat buah
dadaku,
"iya bener banget tuh pak.. bintang film juga pasti bakalan kalah deh sama non
Lisa.." sahut pak juki,
"Hihihi.. bapak-bapak ini bisa aja deeh.." balasku yang merasa senang sekaligus
bangga karena terus-terusan di puji oleh kedua kakek itu,
"beneran non, apalagi itu teteknya non Lisa ukurannya gueddee, bulat, putih, mulus
lagi hehe.." puji pak Samsul tetap mengocok penisnya,
"ah masa sih pak,? emangnya kalo segini tuh gede yah,?" kataku sambil memegang
kedua payudaraku dan memainkan putingnya dengan jari telunjuk, Pak Samsul
nampaknya semakin semangat mengocok penisnya dan aku pun sebenarnya juga
sudah semakin horny,
"apalagi kalo diemut, pasti enak tuh non.." ucapnya seperti sedang meminta ijin
padaku supaya dia diperbolehkan untuk mengemut susuku.
"emangnya bapak mauu,??" tawarku manja bahkan terkesan merayu,
"mm... ma.. maulahh..." jawabnya seakan tak percaya dengan apa yang barusan
aku katakan.
"hihihi.. yaudah sini deh kalo emang beneran mau hihihi.."
Tentu saja Pak Samsul langsung bergegas memajukan kepalanya mendekati
payudaraku dan mengarahkan mulutnya tepat mengenai puting susuku,
"emmhhh... Gimana pak,? tambah enak kan,? ssshh..." tanyaku sambil mendesah.
"mmphh.. mmmphh.." dia hanya mengangguk sambil terus menyusu, sepertinya
pak Samsul tak mau mulutnya terlepas dari puting payudaraku,
Emutan dan kuluman mulut pak Samsul pada puting susuku membuatku semakin
terbuai dalam nikmatnya rangsangan birahi, sungguh pemandangan yang akan
membuat geger masyarakat dan alam semesta, ada seorang wanita cantik yang
sudah bersuami sedang bertelanjang dada di dalam rumahnya dengan dua orang
pria tua, yang satu sedang menyusu langsung dari payudaraku dan yang satu lagi
terus menggerayangi tubuhku,
Pak juki hanya tersenyum melihat temannya yang sedang asyik menyusu di buah
dadaku, dia pun menarik tanganku dan diarahkan untuk memegang penisnya, aku
pun yang sudah paham langsung menuruti keinginannya dengan mulai memegang
penis pak tua itu sambil meremas-remasnya pelan, walaupun ukurannya tak sebesar
milik suamiku tapi rasanya begitu hangat dan keras dalam genggamanku,
"dikocok donk non, biar rasanya lebih enak..hehe.." pinta pak juki,
Tanpa ragu, aku mengocok penis pak juki dengan tangan kiri sedangkan tangan
kananku membelai kepala pak Samsul yang sedang menyusu sambil tangannya
bermain-main di payudaraku yang sebelah lagi,
“ooouhh.. enaknya.. tangan non Lisa halus banget.." lenguh pak juki yang sedang
senderan sambil menikmati kocokan tanganku pada penisnya,
“iyaahh paakk.. nikmatin deh kalo gituu.. hihihi..” ucapku terus mengocok sembari
memberikan pijatan lembut pada penis pak juki,
"Uhh.. rasanya ueennaakk, uuhhh.. bakalan cepet ngecrot nih kalo begini teruss.."
Pak juki semakin mendesah keenakan akibat kelihaian tanganku yang memberikan
kocokan dan remasan lembut pada kejantanan miliknya, seperti biasanya dia akan
cepat ngecrotnya kalau sudah kuperlakukan seperti ini, dan benar saja setelah
beberapa menit berlalu akhirnya dia pun tidak bisa menahan untuk segera
memuncratkan spermanya,
"Aduuhh.. oohh.. non lisa.. oohh..."
Crottt.. Crottt.. Crottt...
Pak juki mengerang yang kemudian diikuti dengan menyemburnya cairan putih dan
kental dari lubang di ujung kelaminnya membasahi telapak tanganku yang masih
terus menggenggam penisnya,
Mengetahui temannya yang sudah orgasme karena bantuanku tentu saja membuat
pak Samsul merasa sangat iri, dia pun langsung berhenti menyusu dan melepaskan
kuluman mulutnya dari payudaraku, "Saya juga mau donk non hehe.."
"Ehh,.. pak Samsul belum ngecrot yah,? kirain lagi keenakan nyusu sambil ngocok
pake celana dalem aku, hihihi..." ucapku genit,
"itu kayaknya pak juki enak banget barusan, nih tolong ya non, hehe.." pak Samsul
mengangkang ke arahku menyodorkan penisnya yang sudah dia lepaskan dari
celana dalamku yang tadi dia gunakan untuk membungkusnya sambil ngocok
sendiri,
Kali ini aku duduk menghadap ke arah pak Samsul membelakangi pak juki yang
sedang mengatur nafasnya dan beristirahat sehabis orgasmenya barusan,
Aku mulai mengocok batang penis pak yang masih tegak mengacung itu dengan
kedua tanganku yang masih sangat basah dan lengket oleh sperma pak Juki,
"Auhh.. enak banget non.. terus.. terus... aaahhh..." desah pak Samsul keenakan,
Ku kocok penis pak tua itu dengan pegangan yang mantap dan tempo yang lebih
cepat, tanganku yang masih belepotan sperma pak juki membuat kocokan ku pada
penis pak Samsul terasa sangat licin, aku sangat yakin pak tua ini juga tidak akan
bisa tahan dengan kelihaian tanganku,
"uhhmmm... enak gak pak,?" tanyaku dengan nada genit,
"aauuhhhh.. eenaak.. bangett.. non Lisaa... oohhh..." pak Samsul semakin
mengerang tak karuan,
“uhhmmm... pak samsul.. mau yang.. lebihh.. enakk.. lagihh.. gak pakhh..??
ummhhh...” ucapku sembari mendesah-desah amat manja di telinganya,
0 Komentar