ISTRI YANG BAIK SEASON 2 PART 6

 

Menjadi anak laki-laki satu-satunya dengan seorang adik perempuan memang


menjadikannya harus bersikap dewasa sejak kecil, semalam Alex hanya tidur


selama tiga jam karena tugas-tugas kantor yang luar biasa banyak dan hari ini


adalah hari pertamanya bertugas di Centropolis, meskipun sebenarnya pemilik


perusahaan tersebut adalah ayahnya sendiri dan dia juga lah yang nantinya akan


menjadi penerus pimpinan dari perusahaan besar itu, tentu saja itu semua bukan


suatu hal yang mudah dan sederhana mengingat perusahaan itu sudah lama berdiri


dan memiliki cabang perusahaan dimana-mana, dirinya memikul tanggung jawab


yang besar, tidak boleh ada kecerobohan, dan tidak boleh ada kesalahan,


Di luar rumahnya telah menunggu mobil sedan berwarna hitam pekat dengan dua


orang ajudan yang memakai setelan jas yang juga berwarna hitam, salah satunya


adalah pak Alfred yang ditugaskan sebagai pengawal sekaligus sopir pribadi untuk


Alex selama bertugas di Centropolis


Alex masih berada di dalam kamarnya sedang bersiap-siap dengan kemeja putihnya


yang pas dengan bentuk tubuhnya, serta sebuah dasi hitam yang belum juga


terpasang, Alex berdiri di depan istrinya,


"Papa beneran gak mau sarapan dulu,?" tanya Lisa sambil memakaikan dasi


suaminya, senyuman di bibirnya yang manis adalah penyemangat bagi Alex,


"nanti aja papa sarapan di kantor, kasihan pak Alfred udah nunggu," Alex mengusap


pipi istrinya dengan lembut, wanita yang tercantik, teristimewa, terbaik dan tersabar


yang paling Alex ingin bahagiakan,


Setelah Alex rapi, dia dan istrinya langsung berjalan ke arah pintu kamar dan


membukanya, Lisa menggandeng lengan suaminya sembari membawakan jas dan


koper kerjanya, dia mengantarkan Alex hingga ke depan pintu utama rumah mereka,


dari luar pagar rumah mereka, ketika melihat pasangan suami istri itu keluar dari


rumahnya dengan sigap salah satu pengawal langsung membukakan pintu mobil


untuk Alex sedangkan pak Alfred sejak tadi sudah menunggu di dalam mobil duduk


di kursi kemudi,


"papa berangkat ya mah," Alex mengecup mesra bibir dan kening istrinya,


"iya pah hati-hati, jangan lupa kabarin mama terus,"


"iya istriku sayaang,."


Lisa terus melambaikan tangannya ketika mobil suaminya berangkat meninggalkan


rumah mereka, di dalam mobil Alex menghembuskan napas panjang, duduk di kursi


belakang dengan dua orang yang mengawalnya di kursi depan, hari ini jadwalnya


cukup padat, kunjungan keluar, rapat dengan beberapa klien, mengecek proyek


baru, padahal ini baru hari pertamanya sebagai seorang direktur,


.


*****


.


Hari ini adalah pertama suamiku bertugas di kantor cabangnya di Centropolis, maka


dari itu aku pagi-pagi buta sudah bangun untuk menyiapkan air hangat untuknya


mandi dan juga menyiapkan pakaian kerjanya, sudah jadi kebiasaanku juga untuk


bangun sebelum matahari terbit.


Sejak menjadi ibu rumah tangga, aku jadi memiliki rutinitas yang tak bisa aku


tinggalkan, seperti menyapu, mencuci pakaian serta mengerjakan pekerjaan rumah


lainnya, karena kalau tidak bisa-bisa jadi berantakan isi rumahku ini, setelah


suamiku berangkat ke kantor, aku pun memutuskan untuk memasak dan sarapan


terlebih dahulu sebelum mengerjakan pekerjaan rumahku seperti biasa,


Saat sarapan aku teringat jika kamar utama di rumahku yang berada di lantai bawah


masih terisi penuh dengan tumpukan barang-barang dari rumah kami yang lama


sebelum pindah kesini, aku pun berniat untuk membereskannya hari ini sembari


mengisi waktu ketika suamiku tidak di rumah, tapi karena di dalamnya terdapat


beberapa perabotan yang cukup berat dan tidak mungkin aku angkat sendiri


akhirnya aku hubungi pak juki untuk datang membantuku, aku juga memintanya


untuk membawa gerobaknya supaya kalau ada sampah dan barang-barang bekas


ataupun yang sudah tidak terpakai bisa langsung di angkut dan dia bawa pulang,


aku juga memintanya untuk mengajak satu orang lagi takut-takut ada barang yang


tidak kuat jika dia angkat sendirian mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi,


Selesai sarapan, aku melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul tujuh pagi,


aku pun keluar rumah dengan semangat untuk menyiram halaman dan merawat


bunga-bunga kesayanganku, cukup lama aku berada di luar dan matahari pagi mulai


bersinar semakin terang, tak disangka-sangka pak Juki bersama temannya sudah


datang sepagi ini, dia pun langsung menyapa ketika melihat aku yang masih sibuk di


halaman,


"permisi non Lisa.." sapa pak Juki dari luar pagar,


"ehh pak Juki, masuk aja pak, pagernya gak di kunci kok, gerobaknya sekalian aja


dibawa masuk,"


"iyaa non.." dia pun membuka pintu pagar rumahku lalu membawa gerobaknya


masuk, dan orang yang datang bersamanya ternyata adalah pak Samsul, tukang


becak yang beberapa hari lalu mengantarkan aku pulang dari pasar,


"pagi banget pak datengnya,? aku kira pak juki kesininya nanti agak siang-siangan,


yaudah duduk dulu pak," aku pun menyambut mereka dengan senyuman, dan


segera menyudahi kegiatanku di halaman,


"iya non soalnya saya lagi gak ada kerjaan, kayaknya non Lisa lagi sibuk banget itu,"


ujar pak Juki lalu duduk di lantai teras,


"yaah biasalah pak, dari pada gak ngapa-ngapain di rumah, aku kira datengnya


sama siapa gitu, ternyata sama pak samsul toh,”


“ternyata non Lisa udah saling kenal sama pak samsul,?” ujar pak Juki,


“iya pak kemarin sepulang dari pasar aku naik becaknya pak Samsul, yaudah


bapak-bapak duduk dulu, gak usah sungkan kalo di sini,." Ucapku kepada mereka,


"iya pak sam sini duduk dulu, ngasoh dulu, tenang aja non Lisa orangnya baik


banget," ujar pak Juki menimpali ucapanku,


"iya non Terima kasih," jawab pak samsul lalu ikut duduk di dekat pak Juki,


"tunggu bentar ya pak, aku bikinin kopi dulu, belum pada ngopi kan,??"


"hehehe.. non Lisa tau aja, iya boleh deh kalo gak ngerepotin, hehehe.." jawab pak


Juki,


"pak Juki mah udah biasa bikin aku repot hihihi... yaudah tunggu bentar ya pak,"


"hehehe.. iya non," jawab pak Juki lagi, sedangkan pak samsul hanya bisa


tersenyum melihat keakraban mereka,


Saat menuju ke dapur aku lihat jam dinding ternyata sudah pukul delapan siang,


pantas saja sinar matahari sudah mulai terasa panas, aku biarkan kedua pria tua itu


istirahat sejenak di teras rumahku sedangkan aku sendiri sibuk membuatkan kopi


dan menyiapkan camilan untuk mereka, dan setelah selesai semuanya aku pun


kembali menemui mereka sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi hitam


dan sepiring kue untuk sarapan mereka berdua,


"bapak-bapak ini kopinya sama ada sedikit kue," ucapku sambil membungkuk


menaruh nampan di lantai,


Aku yang saat itu memakai daster tanpa lengan dengan belahan dada pendek dan


cukup lebar, sudah pasti kedua pria tua itu bisa dengan jelas melihat buah dadaku


yang masih terbungkus beha saat aku membungkuk tadi, ditambah lagi ujung bagian


bawah dasterku yang cukup pendek, yang tentunya menampakkan kedua pahaku


yang putih mulus ini di hadapan mereka,


"waaahh.. terima kasih banget loh non, saya berdua jadi ngerepotin nih, hehe.."


ucap pak Juki sambil tersenyum.


"iya gak apa-apa pak, biar bapak-bapak semangat kerjanya, biar kuat kalo ngangkat


yang berat-berat" balasku karena memang aku meminta bantuan mereka untuk


mengeluarkan beberapa perabotan,


"tuhh.. pak sam, denger kan yang barusan non Lisa bilang, perempuan itu paling


suka sama yang bisa kuat, hahaha.." canda pak Juki sambil menyenggol lengan pak


Samsul,


"huss.. ngawur aja pak Juki, maaf ya non.." ujar pak Samsul merasa tidak enak,


"iya gak apa-apa pak Samsul, pak Juki itu udah sering main kesini, udah biasa


becandain aku juga,, hihihi.." aku pun ikut tersenyum mendengar pembicaraan


mereka,


"hehehe.. iya pak sam bukan cuma becandain, kadang-kadang non Lisa suka saya


kerjain juga hehehe.."


"ish.. apaan sih pak Juki, maksudnya itu aku suka ngasih dia kerjaan di rumah, trus


kalo becanda juga emang suka iseng, suka kelewatan gitu loh pak," ucapku


menjelaskan supaya pak Samsul tidak berpikiran yang aneh-aneh,


Ketika sedang mengobrol, aku menyadari beberapa kali mata mereka menatap ke


arahku dengan tatapan yang seakan-akan ingin menelanjangi tubuhku, apalagi


rambut panjangku ini aku ikat dan di kuncir ke belakang membuat leher, pundak


serta bagian tubuh atasku semakin kelihatan terbuka, aku tak peduli dengan situasi


seperti itu, malahan aku sangat menikmati ketika diriku dikagumi oleh lawan jenis,


terutama lawan jenis yang jelek seperti mereka, hihihi..


"oh iya non, barang-barang yang mau di beresin yang mana,?" tanya pak juki,


"itu loh pak kamar yang tengah, nanti barang-barangnya semua di keluarin aja dulu,


di kumpulin di teras belakang,"


"berarti kamarnya kita kosongin ya non,? barang-barangnya kita angkut ke belakang


semua,?"


"iya pak, soalnya mau aku bersihin kamarnya,"


"yuk pak sam kita mulai aja biar cepet beres," ajak pak juki pada pak samsul,


"ayuk pak," jawab pak Samsul,


"kalo gitu permisi ya non, saya masuk ke dalem," pak juki meminta ijin,


"iya pak silahkan masuk aja, udah biasa juga kan, hihihi,,"


"iya non hehehe.." sahut pak Juki,


Pak Juki dan Pak Samsul memulai pekerjaan mereka dengan penuh semangat,


mereka bekerja sama mengeluarkan dan mengangkut semua barang serta


perabotan dari dalam kamar untuk dipindahkan ke teras belakang rumahku, tidak


hanya sekedar memindahkan barang-barang yang sebelumnya bertumpuk di dalam


kamar tapi mereka juga mengatur dan mengelompokkannya di teras belakang untuk


memudahkan aku nanti ketika memilih dan memisahkannya nanti,


Aku juga membantu mereka dengan membawa kotak-kotak kecil dan barang-barang


yang ringan juga memberikan instruksi dalam menentukan tempat yang tepat untuk


meletakkan barang-barang tersebut di teras belakang rumahku, melihat mereka


bekerja begitu giat membuatku merasa sangat senang karena akhirnya kamar tidur


yang semula penuh dengan barang-barang dan perabotan yang menumpuk kini


sedikit demi sedikit mulai berkurang,


"bapak-bapak aku tinggal dulu ya, mau nyuci baju, nanti kalo aku udah selesai nyuci


aku bantuin lagi," ucapku,


"ohh.. iya non silahkan, non Lisa santai aja, biar saya berdua pak samsul aja yang


beresin barang-barangnya," jawab pak juki,


Aku kemudian menuju kamar mandiku yang berada di dekat dapur, sesaat aku


masuk ke dalam untuk mengambil beberapa pakaian kotor yang masih berada di


gantungan, dan karena aku berniat untuk segera mandi sehabis mencuci maka aku


pun membuka beha dan juga celana dalam yang aku pakai saat ini untuk sekalian


aku cuci, setelah kurasa tak ada lagi yang harus aku cuci kemudian aku keluar


menuju mesin cuci yang ada di dekat kamar mandi,


Sebenarnya aku sadar tubuhku yang putih mulus ini pastinya nanti akan jadi sebuah


pemandangan yang indah dan menyegarkan mata bagi kedua pria tua itu, apalagi


setelah sepasang pakaian dalamku yang sudah aku lepaskan tadi pastilah mereka


bisa dengan jelas melihat lekuk tubuhku yang saat ini hanya terbalut daster tanpa


lengan yang sedari tadi kupakai,


Entah kenapa aku merasa sangat tertantang untuk menunjukkan lekuk tubuhku


pada laki-laki lain selain suamiku, aku juga berniat untuk sedikit membalas


perbuatan pak samsul yang beberapa waktu lalu telah menodai celana dalamku, aku


pun memulai kegiatanku mencuci baju dengan memasukkan pakaian kotor dari


keranjang ke dalam mesin cuci,


Karena posisiku membelakangi mereka yang sedang bolak-balik mengangkut


barang, aku yang memakai daster berbelahan dada rendah pastinya mereka bisa


melihat kulit punggungku yang putih, apa lagi dalam posisi seperti ini sudah pasti


mereka bisa melihat bagian belakang kedua pahaku yang mulus bahkan mungkin


mereka bisa melihat hingga lipatan daging bawah pantatku saat aku sedikit


menungging karena memang bagian bawah daster ku yang sangat pendek,


Sepertinya apa yang aku perkirakan tadi memang benar-benar terjadi, terbukti dari


yang kudengar dari percakapan mereka, tapi aku berusaha santai dan bersikap


biasa saja, meskipun sebenarnya debaran dadaku mulai meningkat ritmenya,


"beruntung banget ya pak yang jadi suaminya non Lisa, selain cantik, baik, orangnya


juga rajin banget, tadi bantu kita beres-beres sekarang dia langsung lanjut nyuci,."


dari suara yang kudengar itu adalah pak Samsul yang sedang berbicara pada pak


juki,


"Iya pak sam, badannya juga seksi, apalagi susunya itu, gueddee, hehehe.." balas


pak juki,


Aku hanya tersenyum saja mendengar celotehan dan gurauan dari para pria tua itu,


justru aku merasa senang dan tersanjung saat ada laki-laki yang begitu mengagumi


tubuhku,


"bapak-bapak yang semangat yaa," ucapku menoleh ke belakang sambil senyum


pada mereka, kemudian aku menuju dapur untuk merapikan dan membersihkan


meja beserta lantainya serta mencuci beberapa piring dan gelas kotor sambil


menunggu pakaianku selesai tercuci,


Beberapa lama kemudian terdengar suara mesin cuci yang menandakan pakaian


yang sudah selesai tercuci bersih, sengaja aku tidak menggunakan mesin pengering


tapi justru membawanya yang masih dalam keadaan basah dengan ember ke


tempat jemuran yang ada di halaman belakang, sengaja aku lakukan agar bisa


sedikit menggoda mereka yang tengah sibuk memindahkan barang-barang dari


dalam kamar ke teras belakang, karena aku sendiri sebenarnya memang sedang


ingin pamer dan ingin di perhatikan oleh mereka,


Aku membawa seember cucian basah ke halaman belakang, lalu sambil


membungkuk kuambil dan memeras baju yang tadi aku cuci, rasanya kedua


payudaraku ini menggantung dengan sempurna, secara kebetulan mereka berdua


sedang berada di teras belakang sedang menumpuk dan menyusun perabotan yang


mereka bawa dari dalam, aku sangat yakin mereka berdua bisa melihat dengan jelas


buah dadaku karena model dasterku yang berleher pendek ini,


Uhhh.... Merinding rasanya, karena aku melakukannya dengan sadar dan secara


suka rela mengumbar auratku pada laki-laki lain tapi malah menikmatinya, makin


aneh saja aku ini, hihihi...


"pak sam, tuh liat tuh, hehehe.." bisik pak juki sembari menyikut lengan pak Samsul,


"widiihhh... mantep betul ya pak, di remes enak tuh, hehehe.." komentar pak samsul,


"iyaa pak sam, bukan cuma diremes, lebih enak lagi di kenyot, hahaha.." timpal pak


Juki yang juga dengan berbisik,


“mereka kira aku gak dengar kali ya, hihihi..” gumamku dalam hati, mendengar


tubuhku terus menerus dikomentari seperti itu, rasanya aku ingin sekali untuk


memberikan pertunjukan yang lebih menggoda kepada mereka, lalu saat aku


kembali berdiri untuk menyusun pakaian di atas jemuran aku pun iseng menegur


mereka "bapak-bapak ngapain pada berdiri aja disitu,? bukannya beres-beres,"


"enggak kok non, hehehe.. yuk pak sam lanjut lagi," sahut pak Juki,


Saat mereka masih berada di dalam aku terus menjemur pakaianku satu persatu


hingga pakaian yang ada di ember tersisa tinggal satu lagi yang belum dijemur,


selang beberapa lama aku lihat mereka berdua kembali ke belakang rumah sedang


tergopoh-gopoh menggotong satu koper besar yang sepertinya berisi pakaian, aku


pun dengan sengaja langsung merubah posisi membelakangi mereka lalu aku


menundukkan badanku lagi untuk mengambil baju dari ember,


"silahkan dinikmati yaa bapak-bapak, hihihi.." gumamku dalam hati, sengaja aku


sedikit berlama-lama memeras cucian yang ada di ember dengan posisi


menungging membelakangi mereka, tentu saja dengan posisi seperti ini membuat


bagian bawah daster ku sedikit terangkat memperlihatkan bagian belakang pangkal


paha hingga separuh bulatan daging pantatku, dan tentu saja kedua pria paruh baya


yang berada di belakangku itu juga sudah pasti bisa melihat sedikit belahan


vaginaku mengintip di antara kedua pahaku,


Aku sangat penasaran seperti apa reaksi mereka nantinya ketika melihat


pemandangan indah bagian bawah tubuhku ini, aku yang sadar menjadi objek


tontonan mesum kedua pria tua itu harusnya merasa sangat malu memamerkan


bagian intim milikku kepada mereka, namun sensasi getaran di dalam hatiku


mengalahkan segala rasa malu dan seluruh tubuhku jadi gemetar dengan penuh


kegembiraan, detak jantungku berdebar dengan kencang, wajahku terasa memanas


dan seluruh bulu kudukku seketika merinding,


"pak sam, liat tuh pak sam, buruan.." terdengar suara pak juki berbisik meminta pak


Samsul untuk menyaksikan aku yang sedang memeras pakaian sambil menungging


membelakangi mereka,


"astagaaaa nagaaa...." suara pak Samsul yang aku yakin mereka pasti sedang


terbengong-bengong melihat pertunjukan ku,


"aduuhh.. aduhh..!!!"


Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pak juki yang mengaduh, segera


kutinggalkan ember cucian di dekat jemuran, kulihat di sana pak juki sedang


terduduk sambil memegangi kakinya sedangkan pak Samsul berjongkok di


sampingnya, lalu aku buru-buru berjalan menghampiri kedua pria tua itu untuk


memastikan apa yang sedang terjadi di sana,


"kenapa pak, kok sampe teriak-teriak gitu,?" tanyaku sambil berjongkok melihat


kondisi pak juki,


"Waduh... enggak apa-apa kok non," jawab pak Juki yang sedang memegangi


jempol kakinya,


"maaf non tadi kaki saya gak sengaja kesandung, kopernya gak sengaja saya lepas,


pak juki jadinya jatoh mungkin dia gak kuat megangin koper sendirian hehehe,,"


terang pak Samsul seperti sedang menahan tawa,


"bukannya saya gak kuat non, saya cuma kaget aja tadi," pak juki membela diri,


"ooh gitu ternyata, aku kirain ada apa sampe teriak gitu, tapi pak juki gak apa-apa


kan,?"


"gak apa-apa kok non, tenang aja hehe.. non Lisa kenapa kesini,? udah selesai


jemur bajunya,?" tanya pak juki,


"iya udah selesai kok pak, aku kesini soalnya tadi kaget denger pak juki teriak gitu,


kirain ada apa," aku yang berjongkok di antara mereka, tanpa sadar bagian tubuhku


yang paling rahasia itupun bisa dilihat lagi oleh mereka berdua, bahkan kali ini dari


jarak yang sangat dekat,


"pak sam, saya nemu dompet, tuhh pak sam," ucap pak juki sambil matanya


memberi kode kepada pak Samsul untuk melihat ke arah bawah tubuhku,


"Widihhh... lah iya itu pak, bagus banget dompetnya putih, bersih, rapet lagi,


hehehe.." balas pak samsul yang sekarang sedang memperhatikan kemaluanku,


Tentu saja aku langsung sadar kalau mereka berdua sedang mengomentari belahan


vaginaku, reflek saja aku pun langsung menutupnya dengan lipatan kain dasterku,


karena tadi terlalu khawatir takut terjadi apa-apa dengan pak juki aku pun jadi


kelupaan kalau sejak tadi aku udah tidak memakai celana dalam,


"yaah.. kok di tutup sih non,?" ujar pak juki,


"ishh.. apaan sih pak, ini kan punya suami aku lho.. " jawabku genit.


"kan cuma liat doank non, gak di apa-apain hehe.." jawab pak juki lagi, sedangkan


pak Samsul hanya terbengong-bengong melihat pembicaraan kami,


"gak mau ahh.. soalnya pak juki orangnya mesum sihh,. hihihi.."


"dikit doank non, masa gak boleh,? hehehe.." kata pak juki lagi


"pokoknya gak bo.. lehh.. yaudah ahh aku masuk dulu, mau mandi, yang semangat


ya bapak-bapak kerjanya," aku pun masuk ke dalam rumah meninggalkan mereka


berdua di teras belakang,


Setelah pertunjukan nakalku tadi rasanya vaginaku jadi semakin basah dan sensitif,


bahkan mungkin dengan sedikit saja elusan lembut pada klitorisku sepertinya sudah


bisa langsung membawaku pada sebuah orgasme, sudah lebih dari seminggu


terakhir ini aku tidak pernah lagi merasakan hangatnya sentuhan suamiku, karena


akhir-akhir ini dia pulang lebih larut malam dan beban pekerjaannya juga sepertinya


lebih berat di bandingkan biasanya, membuat aku dan suamiku tidak sempat untuk


sekedar bermesraan apalagi untuk saling berbagi kehangatan,


Karena malas naik ke lantai atas, aku kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang


berada di bawah lalu menutup pintunya rapat-rapat dan menguncinya, aku lepaskan


dasterku dan sejenak kulihat tubuh telanjangku dari pantulan cermin, aku amati


beberapa bagian tubuhku yang sejak tadi di komentari oleh kedua pria tua itu,


kuraba kedua buah dadaku yang mereka bilang masih sekal, lalu perlahan jari-jari


tanganku turun menyentuh area kewanitaanku yang barusan dikatakan pak Samsul


masih rapat, putih dan bersih karena memang bulu-bulunya baru aku cukur rapi,


"aahhh.." desahku sambil mengusap klitorisku sambil membayangkan tubuhku


sedang dijamah dan di gerayangi tangan-tangan kasar kedua pria tua itu,


"aahhh.." tanpa sadar aku pun mulai mendesah saat klitorisku tersentuh oleh jari-


jariku sendiri, mataku terpejam membayangkan tubuhku sedang dijamah dan di


gerayangi oleh tangan-tangan kasar kedua pria tua itu,


"oohhh... mpphhh... ooohhh... sshhh.." desahanku semakin menjadi-jadi ketika ku


masukkan satu jariku ke dalam liang vaginaku yang sudah begitu basah dan licin


berlendir,


"aanghhh... eeeuuhhh... aaaahhh... emmphhh..." Crttt... Crrttt.. Crrttt...


aku menahan erangan yang keluar dari mulutku saat merasakan orgasme, tak


pernah secepat ini aku mencapai kepuasan, apakah mungkin karena sedari tadi aku


sudah merasa sangat terangsang karena ulahku sendiri yang menggoda mereka,


Tapi ya sudahlah tak perlu aku ambil pusing, aku pun segera menyelesaikan


mandiku mengingat hari sudah semakin siang,


Cukup lama aku menghabiskan waktuku di dalam kamar mandi, dan saat aku keluar,


aku lihat Pak Juki dan pak Samsul sedang duduk di kursi meja makan sedang


menikmati minuman dingin, mungkin pak Juki yang mengambilnya sendiri dari


kulkas karena dia yang memang sudah terbiasa di rumahku, dari gelagatnya


sepertinya mereka berdua memang sengaja menungguku selesai mandi, karena aku


lihat pak Juki sesekali berbisik-bisik sambil cekikikan memandang ke arahku,


Entah apa yang dia katakan kepada pak Samsul yang malah melongo memandang


ke arahku, sepertinya dia terpesona karena belum pernah melihat tubuh putih


mulusku yang hanya di balut handuk putih ini, belahan dada dan paha atasku


dengan jelas dapat dilihat olehnya, sedangkan pak Juki yang sudah beberapa kali


melihat tubuh telanjangku hanya cengengesan saja dengan tatapan mesumnya,


“Wihh.. seger nih non baru selesai mandi” goda pak Juki melihat aku yang baru saja


selesai mandi, masih mengenakan handuk yang ukurannya tidak terlalu besar yang


tak mampu menutupi sebagian besar paha dan dadaku, dan tentu saja tanpa


dalaman apa-apa lagi di baliknya.


"ehh iya Pak, seger banget, udah selesai semua pak kerjaannya,?"


"kalo kamarnya sih udah kita kosongin non, kita berdua istirahat dulu, udah tengah


hari, oh iya... ngomong-ngomong enak gak non tadi mandinya,?? hehe.." ujar pak


Juki,


"hmm... enak apa yah Pak,?” tanyaku heran, sambil aku melihat kearah jam dinding


yang ternyata sudah hampir jam 12 siang,


"soalnya tadi kita berdua denger suara non Lisa kenceng banget di dalem, kayaknya


lagi asik banget, hehehe.." jawab pak Juki,


“ehh.. iya pak enak,” jawabku cuek, jangan-jangan mereka tahu kalau aku tadi


bermasturbasi di dalam kamar mandi, sungguh malu aku jadinya ternyata suara


desahanku tadi bisa terdengar sampai keluar, tapi aku mencoba untuk tetap santai


dan bersikap biasa saja di hadapan mereka berdua,


“kalau non Lisa mau, kita bisa kok bantuin, iya gak Pak sam,?” kata pak Juki sambil


menyikut lengan temannya itu,


"ehh.. iya non,." jawab pak samsul sedikit gelagapan karena masih belum terbiasa


melihat aku tampil seksi,


“Bantu ngapain yah Pak,?” jawabku pura-pura tidak paham maksud mereka, tapi


anehnya aku malah jadi berdebar-debar mengikuti obrolannya ini,


“yaa saya bantu biar tambah enak lagi non, mau gak,? hehe..” ujar pak Juki,


“emmm... mau gak yaa.?? Hihihi...”

Posting Komentar

0 Komentar