Ucup yang merasa kaget langsung membuka matanya, dia melihat Lisa sedang
berdiri di depan pintu dengan tangan kanannya masih memegang sekop kecil,
matanya menatap tajam ke arah wajah ucup yang hanya bisa melongo, tanpa
berusaha menghentikan kocokan tangannya,
Karena sudah di landa birahi, ucup terus mengocok batang penisnya membiarkan
Lisa melihat apa sedang dia lakukan di dalam kamar mandinya, melihat wanita
cantik yang sedang dia bayangkan sedang berada di depannya membuat ucup
semakin mempercepat kocokan pada penisnya,
Lisa masih berdiri di tempatnya, entah karena terpana oleh pemandangan di depan
matanya, atau mungkin karena kasihan melihat ucup, Lisa menjatuhkan sekopnya
dan sambil tersenyum penuh arti dia melangkah masuk lalu menutup pintu di
belakangnya, perlahan-lahan Lisa melangkahkan kakinya semakin maju mendekati
ucup sambil mulai melepas satu persatu kancing dasternya,
Saat Lisa berada tepat di hadapan ucup dia melepaskan dasternya sehingga
nampak dengan jelas kedua bulatan payudaranya yang ternyata tidak memakai
beha, sungguh pemandangan yang benar- benar membuat ucup semakin
terangsang, bulatan daging buah dadanya yang kenyal dan masih kencang dengan
ukurannya yang hampir sebesar melon dengan kedua putingnya yang jelas terlihat
berwarna merah jambu sedikit kecokelatan,
Melihat Lisa berada tepat di hadapannya dengan tubuh telanjang yang hanya
memakai celana dalam membuat Ucup begitu terkagum-kagum dan hanya bisa
berkata lirih , “Ohh,.. bu Lisaa, tubuh bu Lisa bener-bener indah,"
Ucup menghentikan kocokannya, dia memegang kedua pinggang Lisa lalu
menariknya agar wanita cantik itu duduk di pangkuannya,
Dengan sedikit melangkah, Lisa akhirnya duduk di atas pangkuan ucup, vaginanya
yang masih tertutup celana dalam menempel tepat di penis ucup yang sedang
berdiri tegak menjulang, lalu dengan kedua tangannya dia meraih batang itu dan
mulai membelai-belainya dengan lembut,
Ucup yang sudah benar-benar terangsang langsung memeluk pinggang Lisa,
mulutnya terbuka lebar dan langsung mencaplok sebelah payudara Lisa, lalu
sebelah tangannya lagi berusaha menggapai salah satu bulatan payudara wanita
cantik yang sedang duduk mengangkang di pangkuannya, dengan tergesa-gesa,
ucup mengisap dan meremas-remas payudara ibu muda itu,
Penis ucup semakin mengeras di dalam genggaman Lisa karena terus diremas-
remas dan dibelai-belai, dan rasanya semakin lama terasa semakin nikmat, seakan-
akan penisnya seperti sebentar lagi akan meledak, dan benar saja akhirnya ucup tak
mampu lagi menahan rasa yang begitu nikmat itu…
crottttttt... crotttttt... crottttttttt..
Semprotan demi semprotan keluar dari ujung penisnya menyemburkan cairan putih
kental membasahi telapak tangan Lisa dan sebagian membasahi celana dalamnya
yang menempel di batang kejantanan ucup,
Lisa terus tersenyum menatap ucup yang sedang meresapi kenikmatan yang dia
berikan, dan dengan tenang dia masih terus menggenggam batang penis ucup dan
meremas ujungnya, hingga cairan putih itu benar-benar benar-benar berhenti keluar,
Disela-sela kenikmatan yang di rasakannya, ucup mencoba menatap ke bawah, dia
melihat jika spermanya membasahi seluruh tangan Lisa dan juga berceceran di
permukaan selangkangan mereka berdua, beberapa tetesan juga terlihat jatuh dan
mengalir di pangkal pahanya,
Lisa yang masih duduk di pangkuan ucup, tanpa banyak berkata-kata lagi, di meraih
tangan ucup dan mengarahkannya untuk menggosok-gosokan permukaan
vaginanya yang masih tertutup celana dalam, ucup bisa merasakan jika vagina Lisa
terasa hangat dan basah saat telapak tangannya bergesekan langsung dengan
permukaan celana dalam yang menutupi lubang surga milik wanita cantik itu,
Lisa merangkul ucup dengan mengalungkan lengannya di belakang leher
satpamnya itu, tatapan matanya yang indah memandang ucup sambil tersenyum
yang membuat ucup jadi salah tingkah,
"aku pegel cup duduk terus, kita pindah ke ruang tengah aja yuk…” pinta Lisa yang
kemudian berdiri dari pangkuan ucup lalu membuka pintu kamar mandi,
“ii.. iyaa bu…” jawab ucup memunguti celananya dan daster Lisa yang tergeletak
dilantai,
“Udah tinggalin aja cup, nanti aja di beresinnya,” ucap Lisa yang sudah berdiri
menunggu ucup di depan pintu,
“oo.. iya bu…” Jawab ucup lalu ikut keluar bersama Lisa,
Terlihat sekali ucup yang nampak grogi ketika menghampiri Lisa, saat mereka di
depan kamar mandi, wanita cantik itu mengangkat kedua tangannya dan meraih
pundak si pemuda kurus itu, “gendooong…” pinta Lisa bermanja pada ucup,
Ucup tersenyum melihat tingkah Lisa yang begitu menggemaskan, lalu dengan
sigap dia langsung mengangkat dan membopong tubuh telanjang Lisa lalu
membawanya ke ruang tengah, meskipun tubuhnya terlihat kurus, tapi
bagaimanapun Ucup tetaplah seorang laki-laki yang tenaganya cukup kuat kalau
hanya sekedar mengangkat tubuh Lisa,
Begitu mereka sampai di ruang tengah rumah Lisa, dengan lembut dan hati-hati
ucup membaringkan tubuh molek wanita cantik itu di atas sofa,.
“Tutup dulu pintunya, jangan lupa dikunci…” pinta Lisa lagi.
“Iya buu…” Jawab ucup,
"Ceklek" terdengar suara pintu yang dikunci, ketika ucup berbalik, Lisa yang sedang
berbaring tersenyum manis ke arah ucup sembari mengulurkan kedua tangannya
supaya pemuda itu segera menghampirinya,
“siniii cepetaann…” Lisa merengek
dengan sangat manja,
.
*****
.
Sementara itu di pinggiran kota Centropolis,
Di dalam kamar di sebuah rumah kecil yang bentuk bangunannya terlihat seperti
gudang yang terletak di pemukiman kumuh, sepasang manusia berbeda jenis
kelamin baru saja selesai bercinta, keduanya sama-sama puas karena terlihat dari
wajah mereka yang tersenyum satu sama lain, tubuh keduanya masih bertelanjang
bulat dan hanya selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka,
Sang laki-laki adalah seorang pemuda berusia sekitar dua puluhan tahun
berperawakan sedang dengan rambutnya yang agak panjang dia ikat ke belakang,
sedangkan sang perempuan adalah seorang wanita berparas cantik yang
merupakan kakak kandungnya sendiri, sejak kecil mereka menjadi anak yatim piatu
dan hidup hanya berdua saja setelah ditinggal mati oleh kedua orang tua mereka,
seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, hubungan keduanya semakin hari
menjadi semakin dekat sehingga menjadi sebuah hubungan yang sangat tabu dan
sangatlah intim seperti layaknya pasangan suami istri,
Dari kelihatannya, pemuda itu sepertinya orang yang cukup cerdas dan jenius,
terbukti dari kondisi yang terlihat di dalam tempat tinggalnya saat ini, meskipun dari
luar kelihatannya hanya seperti sebuah rumah sederhana yang terletak di kawasan
kumuh, namun siapa sangka jika di dalamnya penuh dengan perangkat komputer,
dan alat-alat elektronik, robotic, sains, dan lain sebagainya, bahkan bagian dalam
rumah itu lebih mirip seperti laboratorium atau mungkin seperti ruang kerja seorang
profesor, sementara sang kakak yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan
besar di kota itu,
Wanita cantik itu bangkit dari ranjang, tubuh bugilnya nampak begitu putih dan
bersih, bentuk tubuhnya juga begitu indah dan menggoda ditunjang dengan tinggi
dan berat badannya yang sangat proporsional, si pemuda yang telah kembali
memakai kaca matanya terus memperhatikan lenggak lenggok bulatan pantat mulus
kekasihnya yang merupakan kakak kandungnya itu sedang berjalan menuju kulkas,
lalu mengambil sesuatu dari dalamnya, setelah dia menemukan yang ia cari tadi, dia
pun kembali melangkah ke pembaringan.
"nih diminum," seru wanita itu penuh perhatian,
"makasih kak," sahutnya santai,
"he'em.." gadis itu menganggukkan kepalanya, setelah menyerahkan sebotol
minuman dingin, dia lalu mendekat dan menyenderkan tubuhnya di bahu kekasihnya
itu yang tak lain adalah adik kandungnya sendiri, "gimana rencana kamu,?" tanya
wanita itu kepada adiknya,
"segala persiapannya hampir selesai, dan aku masih menunggu waktu yang tepat
untuk bisa mulai menjalankan satu persatu rencanaku," jawab pemuda itu,
"sebaiknya kamu jangan tergesa-gesa, karena yang kita hadapi bukanlah orang-
orang sembarangan," ucap sang kakak yang merasa khawatir,
"kakak gak perlu khawatir, aku pastiin semuanya akan berjalan sesuai rencana,"
"yaahh.. aku hanya gak mau jika sampai kamu kenapa-napa, karena cuma kamu
satu-satunya yang aku miliki," wanita itu segera memeluk kekasihnya,
“iyaa kak, aku ngerti, ohh.. yaa, ngomong-ngimong hari ini kakak gak kerja,?”
“enggak, hari ini aku sengaja ijin gak masuk, soalnya kangen sama kamu, emm..
kamu akhir-akhir ini kan udah jarang banget main ke apartemen kakak,”
“iyaa maaf, untuk sementara waktu ini, aku harus jarang terlihat,” jawab pemuda itu
pelan,
“iyaa, kakak ngerti kok,” ucap sang kakak tersenyum manis sembari mengusap pipi
adiknya,
.
*****
.
Di dalam rumah Lisa,
Saat ini aku sudah terbaring pasrah di atas sofa menunggu apa yang akan dilakukan
ucup selanjutnya pada diriku, sebagai laki-laki normal tentu saja dia pasti sangat
terangsang dengan keadaan tubuhku yang polos, saat dia menghampiri langsung
kuraih kepalanya untuk segera menindihku lalu kukecup bibirnya,
“bu Lisaa…” kukecup lagi bibirnya saat ucup hendak bicara, dan kali ini kubuka
mulutku sambil menjulurkan lidah, ucup yang paham apa kemauanku tanpa banyak
bicara dia langsung melumat lidahku, kami pun berciuman dengan panas dan mesra
selama beberapa saat, entah kenapa aku mau melakukan ini, aku hanya mengikuti
naluriku, tak bisa aku pungkiri juga, walaupun liburanku hanya dua bulanan tapi
rasanya seperti sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan ucup, pak Juki dan
juga pak yono, dan hal itu ternyata membuat diriku begitu merindukan sentuhan
mereka,
“buu.. Saya kangen bu Lisaa…” ucup bicara pelan,
Seolah tidak ingin memberinya kesempatan untuk bicara, ku tarik lagi kepalanya
untuk kembali berciuman dan saling melumat lagi, tangan ucup mulai
menggerayangi tubuhku, dengan gemas diremas-remasnya kedua payudaraku.
“eenghhh.. Cuuphh…” desahku menggeliat,
Ucup melepaskan bibirnya dari ciumanku lalu bibirnya merayap ke bawah, menciumi
leherku, lalu dengan rakus mulutnya langsung mencaplok kedua puting susuku
bergantian, menghisap-hisap dan menggigit-gigitnya, “eengghhh... ucuup...
ouuhh…” membuat tubuhku menggelinjang-gelinjang dan suara desahanku semakin
menjadi-jadi,
Ucup berhenti sejenak lalu berdiri untuk membuka kaosnya, kini dia sudah
bertelanjang bulat sedangkan aku hanya memakai celana dalam tipis, aku melihat
penis ucup yang tadi sudah ejakulasi di kamar mandi, kini sudah kembali ereksi,
tegak mengacung, wajar saja karena usianya masih muda jadi staminanya masih
cukup kuat, aku pun langsung bangkit dan duduk di sofa sedangkan ucup berdiri
dengan mengarahkan penisnya ke wajahku, dengan antusias kuraih dan kutarik
penisnya itu ke arahku, dan langsung mengulumnya tanpa ragu.
"aaahhh.. bu Lisaaa... ahhh..." Yang terdengar di dalam rumahku hanyalah suara
desahan ucup dan suara decak mulutku yang sedang mengulum penisnya,
Entah apa yang ada dalam pikiranku saat ini, bisa-bisanya aku mengoral penis laki-
laki lain yang bukan suamiku di dalam rumahku sendiri, tapi biarlah, karena aku juga
sangat menikmati ini dan hanya mengikuti naluriku, aku lebih memilih berkonsentrasi
pada penis ucup yang sudah begitu lama tidak aku jumpai daripada memperdulikan
suara-suara berisik kami berdua, kini penis Ucup terasa hangat menyumpal mulutku,
pinggulnya juga bergerak maju mundur menyodok penisnya ke dalam mulutku, dan
terus terang aku sangat menikmati perbuatannya pada diriku ini, mengalir sensasi
dan perasaan yang begitu aneh dalam diriku sehingga membuatku ingin
memuaskan nafsu yang bangkit dari dalam diriku dan melampiaskannya pada
pemuda kurus ini,
“bu Lisaa… aaaahh…” tubuh ucup menggelinjang hebat, dan dia langsung mundur
menarik penisnya untuk melepaskan diri dari serangan oralku,
Aku membaringkan tubuhku lagi sambil kutarik tubuh ucup untuk kembali
menindihku, lalu kami pun kembali berciuman dan saling melumat lagi, aku yang
juga sudah sangat terangsang akhirnya kubuka pahaku lebih lebar, kuraih penis
ucup yang sejak tadi menegang dan sangat keras, pelan-pelan aku arahkan ke
tengah-tengah selangkanganku, kuteruskan sampai ujung penisnya yang
menyerupai jamur menempel di vaginaku dan membelah bibirnya yang masih
terhalang oleh celana dalam yang sangat tipis, aku bisa melihat ucup menelan
ludahnya karena tidak menyangka dengan tingkahku yang ternyata begitu nakal,
“dorong pelan-pelan cup, di gesekkin…” ucapku menggodanya,
Ucup menggerakkan pinggulnya pelan-pelan, kepala penisnya menyundul-nyundul
belahan vaginaku yang sudah semakin basah, aku terus menggenggam penisnya
supaya tidak lepas dari bibir vaginaku, kurasakan penisnya semakin tegang, dan
goyangan pinggulnya pun semakin kuat, sehingga kepala penisnya terasa mulai
masuk lebih dalam, untung saja masih terhalang oleh celana dalamku, meskipun
demikian lama-kelamaan gesekan penisnya mulai terasa nikmat di vaginaku
“eennghhhhh…” akupun tak kuasa untuk kembali mendesah,
“gesekin teruss.. tapiii.. jangan sampe masuk yaahh...” aku mendesah lalu
melepaskan genggaman tanganku dari penisnya, kuletakkan kedua tanganku
berpegangan di kedua pahaku tanda kepasrahan, aku pun semakin melebarkan
paha dan mendorong pinggulku menyambut gesekan penisnya, aku ingin
merasakan kenikmatan yang lebih dari ini, mataku sayu menatap ucup, jantungku
berdebar keras, deru nafasku semakin memburu, sejenak muncul keraguan dalam
hatiku,
Sebenarnya aku merasa tidak yakin, benar-benar tidak yakin, tapi ada sesuatu
dorongan aneh dalam diriku yang terasa sangat mengganjal dan ingin segera aku
lepaskan, aku pikir jika kuserahkan kendali pada ucup dan membiarkannya
melakukan apapun yang dia ingin perbuat pada diriku, mungkin saja setelah ini aku
akan bisa merasa lega, melihat kepasrahanku ucup malah menghentikan goyangan
pinggulnya dan menatapku penuh heran,
"bu Lisa,..??" ucup terus menatapku, terlihat raut wajahnya penuh dengan
kebimbangan,
Jantungku semakin berdebar kencang, melihat keraguan ucup, lalu dengan tangan
kiri kutarik pelan-pelan bagian tengah celana dalamku ke samping memperlihatkan
bibir vaginaku yang sudah semakin basah kepadanya, lalu dengan tangan kanan
aku menarik penis ucup hingga kepalanya menempel tepat di bibir vaginaku, namun
ucup tetap diam, “ahh.. gila, sungguh sangat gila, apa yang aku lakukan,??
Bukankah tadi aku yang melarangnya untuk tidak memasukiku,” suara batinku
berkecamuk,
Ku tarik lagi penisnya hingga kepalanya sedikit masuk ke dalam liang cintaku yang
sangat basah, ucup nampak menelan ludah, aku sudah pasrah, sangat-sangat
pasrah, dengan sekali dorong penis ucup bisa langsung menerobos lubang kelamin
ku yang sudah sangat basah, licin dan sudah sangat siap untuk dimasuki, namun
ucup masih tetap diam dan kembali aku pandangi wajahnya,
“Kenapa cup,?”
“bu Lisa serius,??”
“iyaa ucup sayang… aku pasrah..” aku kembali menarik penis ucup hingga bagian
kepalanya masuk ke dalam vaginaku,
Aku melepaskan penis ucup dari genggamanku saat kedua tangannya memegangi
pinggulku, sekali dorong lagi pikirku, aku menutup kedua mataku untuk bersiap dan
menantikan hentakan penisnya yang akan memasuki tubuhku, menyerahkan segala
kehormatanku sebagai wanita baik-baik, dan meruntuhkan kesetiaanku sebagai
seorang istri, “aku pasrah..”
“oouuhhh...” aku mendesah..
Aku mendesah saat merasakan kepala penis ucup tercabut dari liang vaginaku,
“kenapa cup,?” tanyaku heran sembari membuka mata menatapnya,
“maaf bu,, saya nggak bisa…” ucapnya pelan, lalu duduk di pinggiran sofa,
“Ucup…” gumamku lirih, aku benar-benar tidak menduga, lalu aku pun langsung
bangkit dan ikut duduk di sampingnya, aku masih tidak mengerti dengan apa yang
ada dalam pikirannya, di saat banyak laki-laki yang begitu ingin menjejalkan
penisnya dalam-dalam ke lubang vaginaku, tapi pemuda ini justru malah menarik
kepala penisnya keluar dari vaginaku, melewatkan kesempatan emas yang begitu
diinginkan oleh banyak laki-laki,
“emm… tujuan saya dateng kesini sebenarnya pengen ngomongin sesuatu sama bu
Lisa, tapi kejadiannya malah begini, maafin saya ya bu,.”
“iyaa.. cup, enggak apa-apa, aku juga yang salah,”
Kami berdua duduk terdiam masih sama-sama bertelanjang, bingung untuk saling
berkata-kata,
"emang kamu mau ngomongin apa sama aku,? kok sampe segitunya,?" tanyaku
memecahkan kecanggungan ini,
Ucup masih terdiam sejenak sebelum akhirnya mulai bicara lagi, "bu Lisa masih
inget pernah ngomong apa ke saya sebelum berangkat pulang kampung,??"
"iyaa.. aku masih inget, terus,??"
"iyaa.. itu tadinya saya mau cerita soal itu," jawab ucup sambil tertunduk malu,
"aahhh yang bener?? kamu serius,??" tanyaku antusias, ternyata ucup mampu
membuktikan tantangan dariku waktu itu, entah kenapa aku merasa ikut bahagia
mendengar itu,
"iyaa bener lah bu, masa saya boongin bu Lisa, yaa do'ain aja biar hubungan saya
awet.." jawab ucup,
"Ya ampun ucup, aku beneran gak nyangka looh, seneng banget aku dengernya.."
ucapku sambil memeluk tubuh ucup,
"iyaa makasih bu,"
Saat masih memeluk tubuh ucup akhirnya aku menyadari sesuatu, aku pun
melepaskan pelukanku lalu menatap wajahnya. "oalah.. Pantesan aja tadi gak kamu
dorong, kamu keinget pacar kamu ya cup, hihihi.." ucapku menggodanya,.
"hehehe.. iya.. tadi tuh sebenarnya saya juga udah kepengen banget, tapii...”
“iyaa.. iyaa.. aku juga paham kok, berarti kamu itu lelaki sejati dan lelaki setia, aku
salut sama kamu cup,” kataku memotong pembicaraannya,
“eehh.. iya bu, tadi pagi niat saya cuma mau mampir sebentar ngambil peralatan pak
Yono sama mau cerita soal ini,” kata ucup,
“yaah.. namanya juga khilaf cup, mungkin tadi ada setan lewat, hihihi... ohh iya,
siapa namanya,? Orang mana,?” tanyaku,
“namanya Dina, tinggalnya enggak terlalu jauh dari sini, siang ini saya juga udah
janji mau nganter pacar saya ke pasar, mau belanja buat dagangan warungnya,"
"pacar kamu punya warung cup,?? waah hebat donk bisa mandiri,"
"cuma warung kopi kecil-kecilan kok bu,"
"yaudah kalo gitu, kamu mau pulang sekarang apa gimana,?" tanyaku,
"iyaa pengennya sih pulang sekarang, takutnya keburu siang, nanti dia nungguin
saya," jawabnya polos,
"beneran kamu mau pulang sekarang, tapi punya kamu masih berdiri aja tuh dari
tadi, apa mau aku lemesin dulu,?? hihihi..." sengaja aku menggodanya karena
kasihan juga kalau dia pulang dalam keadaan ereksi terus,
Ucup tak menjawab, seperti biasa dia hanya tersenyum malu-malu sambil
menundukkan wajahnya, langsung saja kuraih penisnya itu lalu ku kocok-kocok
pelan dengan gemas.
"bu Lisa.??" ucapnya bingung sambil menatap wajahku,
"udaah gak usah pura-pura deeh, nikmatin aja yaa," ucapku sambil terus mengocok
penisnya,
"iyaa bu.." jawabnya lalu menyadarkan tubuhnya di sandaran sofa, aku pun
langsung beringsut turun dan bersimpuh diantara kedua pahanya,
"kamu beneran nggak mau masukin punya kamu ke punya aku,?" tanyaku sambil
terus mengocok penisnya yang berada begitu dekat dengan wajahku,
"mm.. mmau sih bu.. tapiii.. saya udah janji, kalo perjaka saya buat dia, soalnya dia
juga janji sama saya bakalan ngasih keperawanannya buat saya.. aahhh..." jawab
ucup sembari mendesah keenakan,
"naah gitu doonk, laki-laki harus bisa pegang janjinya.." mendengar jawabannya
yang begitu polos justru membuatku semakin gemas, aku pun semakin
mempercepat kocokanku pada penisnya,
"iiyaa.. bu Lisaa.. aahhh..." jawabnya sembari mendesah,
"Pacar kamu pasti cantik banget ya cup..?"
"iyaa.. tapi lebih cantik bu Lisa,, gak ada yang bisa ngalahin cantiknya bu Lisa..."
"Hihihi... Dasarrr.. gombal deh kamu, rasain nih, happ.." aku langsung mencaplok
kepala penis ucup dan mengulumnya,
“ouhhhh.. bu Lisa... oowwwhhh..."
Mendengarnya terus mendesah keenakan membuatku jadi semakin tambah
bersemangat untuk terus mengoralnya, ku remas pangkal batangnya sambil
penisnya keluar masuk mulutku seirama dengan gerakkan kepalaku yang naik turun,
Slurrpph! Slurrphh! Slurrphh...!
Suara decak mulutku yang terus beradu dengan penis ucup yang sudah sangat
basah karena liurku yang terus menetes terdengar begitu berisik, ucup kini
memegangi kepalaku dan mulai menggoyangkan pinggulnya, menyodok-nyodok
penisnya agar bisa masuk lebih dalam di mulutku,
"aahhh bu Lisaaa.. oohhhhh...." ucup mengerang,
crott... crott.. crott...
Akhirnya ucup ejakulasi di dalam mulutku, kedua tangannya terus memegangi dan
menahan kepalaku sambil mendorong-dorong pinggulnya, dia dengan sengaja
memang ingin menjejalkan penisnya masuk sedalam mungkin dan menumpahkan
seluruh spermanya ke mulutku,
Aku langsung menarik napas panjang menahan semburan-semburan cairan hangat
yang begitu banyak di dalam mulutku, “mmpphh.." aku hanya bisa menahan ketika
cairan itu memenuhi rongga mulutku karena kepalaku dipegangi dengan kuat oleh
ucup, karena mulutku yang tak mampu menampung seluruh cairan itu sehingga
membuat sebagian meleleh keluar dari sela-sela bibirku mengalir dan menetes
membasahi daguku,
Setelah semburan terakhir mereda barulah dia melepaskan pegangannya dari
kepalaku, karena kewalahan aku pun langsung melepaskan penisnya dari mulutku
dan langsung memuntahkan cairan kental itu ke lantai, "ucuphh... bandel iihhh..
hahhh... hhahh..." dengan nafas ngos-ngosan aku mencubit pahanya,
"hehehe.. makasih ya buu.. enak banget hehe.."
"tauu ahh.. mana keluarnya banyak banget lagi, puehh.. fuhh.." aku masih
melepehkan spermanya yang masih terasa menempel di lidahku, lalu kuraih tissue
untuk mengelap wajah, bibir dan juga daguku,
"udah puas kan,? kamu bersih-bersih dulu sana, celana kamu juga masih di kamar
mandi kan,?"
"iyaa buu.. makasih yaa.. hehehe..”
“iyaaa...” aku tersenyum gemas, melihatnya berjalan ke arah kamar mandi, aku lalu
bangkit dan menghempaskan badanku di sofa, mencoba untuk menormalkan
nafasku yang masih sedikit terengah,
Setelah beberapa saat ucup yang sudah rapi berpakaian kembali menghampiriku
yang masih duduk bertelanjang di ruang tengah,
"bu Lisa gak bersih-bersih,?" ucapnya sembari membawakan aku segelas air dingin
lalu meletakkannya di atas meja, walaupun sudah punya pacar namun ternyata tidak
mengurangi perhatiannya terhadapku,
"bentar dulu cup, aku masih capek, kamu udah mau pulang,?" tanyaku sambil
senderan di sofa,
"iyaa.. tapi bu Lisa masih kayak gini, airnya di minum dulu bu," ucapnya sambil
memperhatikan aku yang masih beristirahat,
"iya nanti aku minum, yaudah gak apa-apa, kamu pulang aja, bentar lagi juga aku
mau bersih-bersih kok,"
"beneran gak apa-apa bu,?" tanyanya lagi,
"iya sayang, kamu tenang aja,"
"emm... sebenernya dari dulu ada yang mau saya tanyain ke bu Lisa," ucapnya
ragu-ragu,
"mau tanya soal apa,?"
"emm.. soal hadiah yang dulu bu Lisa kasih, soalnya waktu itu saya bertiga buka
kadonya kan bareng-bareng di pos,"
"hadeeehh.. aku kira kalian bukanya di rumah masing-masing," jawabku sambil
menepok jidat,
"jadi,??" ucup bertanya lagi sepertinya sangat penasaran,
"yaudah kamu gak usah mikir yang macem-macem, intinya kalian bertiga udah
dapet hal yang sama dari aku, karena aku yakin kalian semua bisa jaga rahasia, dan
aku juga gak menyesal kok ngelakuin itu semua,," jawabku lagi,
"tapi bu Lisa enggak di apa-apain kan sama mereka,? enggak di paksa-paksa kan,?"
tanya Ucup begitu polosnya yang justru membuat aku tertawa,
“hahaha.. kamu ini ada-ada aja, mereka mana berani, haduuhh.. yaudah sekarang
kamu liat udah jam berapa tuhh.. emangnya kamu enggak jadi pulang,? atauuuu...
kamu mau disini sampe sore berduaan sama aku,” ucapku sengaja menggodanya,
“ehhh.. iyaa.. ini saya mau pulang kok bu...”
“hahaha.. iya.. iyaa.. nanti keburu siang, kasihan kalo pacar kamu nungguin,"
"yaudah kalo gitu.. saya pulang ya bu.." Pamitnya,
"Iya cup... salam ya buat pacar kamu.." ucapku masih duduk di sofa,
"iyaa siap bu.." jawabnya kemudian,
"Oh iya cup hampir lupa, kira-kira kamu bisa tolong cariin orang yang bisa buat
ngasuh bayi gak,?" ucapku ketika dia hendak berdiri,
"emm.. buat siapa bu,?" tanyanya,
"ya buat aku lah, buat jagain Oliver tapi gak tiap hari cuma sewaktu-waktu aja kalo
misalnya aku lagi ada keperluan di luar,"
"coba nanti saya tanya pacar saya, siapa tau dia mau,?" jawabnya,
"Laah.. nanti warungnya siapa yang jaga,?"
"gampang itu mah bisa diatur, nanti bisa saya yang jaga warung, atau gak tutup
sebentar,"
"yaudah coba nanti kamu tanyain, kalo beneran dia bisa langsung kabarin aku ya
cup,"
"iya siap bu, ada lagi yang mao di tanyain gak bu,?"
"gak ada cup, yaudah kalo kamu kalo mao pulang, hati-hati di jalan, itu peralatan pak
Yono jangan lupa di bawa, sama pintu pagarnya nanti tolong di tutup lagi ya cup.."
"Oke, siap bu.." jawabnya lalu mengecup keningku sebelum akhirnya dia beranjak
keluar rumahku,
"hadeeh... ternyata mereka udah saling tau, yaudah deh mau gimana lagi, hihihi,,"
gumamku dalam hati,,
0 Komentar