Dari tempatnya berdiri, Bella bisa melihat tonjolan besar di balik celana bosnya itu,
lalu sambil berjalan mendekat, dia perlahan-lahan menurunkan kedua tangannya
yang menutupi dadanya, memperlihatkan kedua gunung kembarnya yang putih
mulus tanpa cacat dengan puting berwarna kecokelatan yang mengacung tegak
tanda dia sedang horny,
Setelah mendekat, Bella langsung duduk bersimpuh di bawah dan memposisikan
dirinya berada tepat di antara kedua lutut tuan Leon, lalu tanpa aba-aba dari bosnya
itu, dia pun berinisiatif untuk melepaskan ikat pinggang dan membuka resleting
celana tuan Leon untuk membebaskan batang besar yang sudah berdiri tegak
dengan gagahnya,
"emm.. permisi tuan," ucapnya yang kemudian dengan gugup tangannya memegang
batang tersebut, lalu membelai-belainya dengan lembut,
Tuan Leon tersenyum melihat sekretarisnya yang sangat cantik itu yang sedang
duduk bersimpuh tepat di depan selangkangannya, dan setelah beberapa saat
wanita itu pun mulai memajukan wajahnya semakin mendekat,
"uuhhh.." desah tuan Leon ketika ujung kepala penisnya di jilat oleh sekretaris
pribadinya itu,
Sambil mengocok batangnya, lalu dengan perlahan Bella mulai memasukkan
kemaluan milik boss perusahaanya itu ke dalam mulutnya yang seksi,
slrupphh..!! slrupphh..!!
Dengan hati-hati wanita tersebut menggerakkan kepalanya naik turun sambil
mulutnya terus menyedot dan menghisap-hisap kemaluan milik tuan Leon, dia ingin
memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada orang nomor satu di
perusahaan tempat dia bekerja,
"empppphhh..." desahnya ketika memasukkan kemaluan tuan Leon sedalam-
dalamnya hingga menyentuh tenggorokannya,
"ouhhhh..." nampak tuan Leon meringis menahan ngilu sembari memegangi kepala
sekretarisnya yang cantik itu,
"puahhh..!!" setelah beberapa saat wanita itu pun melepaskan kejantanan tuan Leon
dari dalam mulutnya,
Dengan nafas yang tersengal-sengal dia menatap ke atas ke arah wajah tuan Leon,
melemparkan senyuman yang begitu nakal, wajah cantiknya tampak semakin
memerah beserta matanya yang mengeluarkan sedikit air membuat maskara
hitamnya luntur ke pipi, tatapan matanya yang begitu binal menambah kesan seksi
bagi siapa pun yang memandangnya,
"mulutmu semakin lihai sekarang ya, hahaha.." tawa tuan Leon yang begitu puas
melihat wajah sekretarisnya yang sedang memanjakan penisnya dengan telaten,
"terima kasih tuan," ucapnya tersenyum genit,
Wanita cantik itu pun kemudian berdiri dan memutar tubuhnya membelakangi tuan
Leon, lalu melenggak-lenggokkan pinggulnya dengan gerakan perlahan yang sangat
erotis, kemudian dia membungkukkan badannya sembari menyusupkan tangannya
untuk menurunkan celana dalamnya, beberapa saat tuan Leon dapat melihat
bongkahan daging pantat sekretarisnya itu sebelum akhirnya wanita cantik itu
kembali berdiri,
"kemari," ucap tuan Leon menyuruh sekretarisnya untuk lebih mendekat,
Sambil tersenyum genit, wanita itu pun kembali memutar tubuhnya menghadap tuan
Leon, kemudian melangkah maju mendekati bosnya itu,
"emmhhhh..." desahnya saat merasakan telapak tangan tuan Leon meraba kedua
pahanya dan perlahan menaikkan roknya hingga naik sampai ke pinggang,
"aahhhsss..." desahnya lagi yang terdengar sangat merdu saat telapak tangan tuan
Leon mengusap bibir kemaluannya,
Wanita itu terlihat semakin seksi dengan stocking hitam transparan yang masih
membungkus kaki jenjangnya yang indah hingga ke pahanya, sedangkan roknya
yang ketat sudah naik dan melingkar di pinggangnya,
Tuan Leon kemudian menarik pinggang sekretarisnya itu agar segera naik ke atas
pangkuannya, wanita itu pun naik ke atas sofa dengan lututnya sebagai tumpuan
dan mengangkangi kejantanan milik bosnya itu yang sedari tadi sudah berdiri tegak,
dia pun memegang batang kejantanan milik tuan Leon lalu menuntunnya ke arah
lubang kemaluannya yang sudah sangat basah,
blessshh...!!!
"ooouuuhhhh..." wanita itu mendesah ketika menduduki batang kejantanan tuan
Leon yang kini sudah amblas sepenuhnya di dalam lubang surgawi miliknya, dia
mendiamkannya sebentar merasakan hangatnya batang itu yang terasa penuh di
dalam dirinya, setelah beberapa saat dia pun mulai menggoyangkan pinggulnya
maju mundur dengan gerakan perlahan,
"eegghhh..." tuan Leon ikut mendesah sambil bersandar di sofa menikmati
goyangan sekretarisnya yang cantik itu,
"ouuhhhh.... ahhh... ahhhh..." desahan demi desahan terus keluar dari mulut seksi
wanita itu, sedangkan tuan Leon hanya memegangi pinggang wanita itu dan
membiarkannya terus bergerak dan bergoyang-goyang sesuai keinginannya,
"kamu sangat pintar dalam menggoyangkan pinggulmu," ucap tuan Leon, yang
kemudian memajukan badannya untuk menciumi tubuh sekretarisnya itu sambil
tangannya dengan kasar meremas-remas daging payudara montok milik wanita itu,
"engghhh... aahhh... aahhh..." wanita itu semakin mendesah menikmati remasan
kasar tuan Leon pada payudaranya, pinggulnya mulai bergerak-gerak semakin
cepat, naik turun, bergoyang-goyang dan bahkan sesekali dia memutar-mutar
pinggulnya dengan begitu liar, tubuhnya yang mengkilap karena basah oleh keringat
membuatnya semakin terlihat seksi dan menggairahkan,
Tuan Leon tak kuasa melihat tingkah sekretarisnya yang begitu binal di atas
pangkuannya, dia pun segera mencaplok sebelah payudara sekretarisnya itu dan
sebelahnya lagi terus dia remas-remas dengan kuat,
Setelah beberapa saat, tuan Leon menghentikan gerakan sekretarisnya itu, setelah
mencabut penisnya lalu dia menuntun wanita itu untuk menungging di atas sofa, dari
posisi dia berdiri, tuan Leon bisa melihat bulatan daging bokong semok sekretaris
pribadinya itu nampak masih sangat kencang dan begitu menggairahkan,
"plak..!!!"
"awwhhh..." wanita itu tersentak kaget saat tuan Leon dengan gemas menampar
daging pantatnya sedikit keras, dia pun menoleh ke belakang dengan melemparkan
senyum dan tatapan yang begitu nakal ke arah tuan Leon,
"emmphhh..." desah wanita itu ketika bibir kemaluannya di gesek-gesek kepala
penis tuan Leon,
"blesshh..!!"
"ouuhhhh....." desahnya lagi saat merasakan tuan Leon menghentakkan penisnya
masuk ke dalam lubang kemaluannya,
"oouhhhh... ahhhh... ohhhh..." wanita itu terus mendesah ketika penis tuan Leon
keluar masuk vaginanya, dan terus menggenjotnya dari belakang,
"plak..!!" tangan tuan Leon kembali menampar dengan keras bokong sekretaris
pribadinya itu, sehingga meninggalkan bekas memerah pada kulitnya yang putih,
"ooohhhh... iyyyaaahhh... oohhh..." wanita itu semakin mendesah-desah tidak
karuan ketika lubang kemaluannya digenjot dengan kasar,
Tuan Leon yang sudah semakin gemas dan tak mampu lagi menahan jepitan lubang
kelamin milik sekretarisnya yang semakin lama terasa semakin nikmat, dia pun
semakin mempercepat tempo genjotannya, dan kedua tangannya pun bergerak ke
depan meraih gunung kembar yang sedang menggantung bebas lalu meremas-
remasnya dengan begitu kasar,
"aaahhh... tuaan... oohhhh... ohhh..." wanita itu semakin mendesah merasakan
genjotan tuan Leon yang semakin cepat menyodok-nyodok lubang kelaminnya,
remasan kasar pada payudaranya pun menambah sensasi nikmat yang dia
rasakan, tubuhnya tersentak-sentak ke depan menahan genjotan tuan Leon yang
begitu kasar,
"ahh... tuannn... ooohhh... sayaaa.. ouuhhh..." wanita itu semakin mendesah karena
tak mampu lagi membendung orgasmenya yang sebentar lagi akan tiba akibat
sodokan tuan Leon yang begitu kasar terus menerus tanpa henti,
"oohhh... tuannn.. ooooohhhh...."
crrttt... crrttt... crrttt...
Tubuhnya wanita cantik itu tersentak-sentak, kakinya gemetar, ketika gelombang
orgasme menerpa dirinya, otot-otot dinding rahimnya menegang dan semburan-
semburan hangat keluar dari dalam kemaluannya,
"heghh... ahhhh... eeehgghhh..." tuan Leon semakin kuat menghentakkan
pinggulnya, karena merasakan lubang vagina sekretarisnya itu terasa semakin
menjepit dan seperti menghisap-hisap batang kemaluannya,
"heughhh.... aaahhhh..."
crott..!! crott..!! crott..!!
Akhirnya tuan Leon pun ikut mendapatkan orgasmenya, dia dengan kuat
menghentakkan penisnya dalam-dalam saat menyemprotkan seluruh spermanya
mengisi rahim sekretarisnya yang cantik itu,
hah..!! hah..!! hah..!!
Tubuh keduanya ambruk di atas sofa, dengan posisi tuan Leon menindih tubuh
sekretarisnya itu, nafas keduanya nampak masih ngos-ngosan, dan penis tuan Leon
pun masih menancap di lubang kemaluan sekretaris pribadinya itu,
Setelah beberapa saat, dengan perlahan tuan Leon mencabut penisnya dari lubang
kemaluan milik Bella, sedetik kemudian cairan putih kental yang begitu banyak
langsung meleleh keluar dari dalam lubang sempit itu yang sudah banjir oleh cairan
persetubuhan mereka, tampak lelehan cairan itu menetes hingga ke bawah
membasahi sofa yang menjadi tempat pertempuran birahi antara boss dan
bawahannya tersebut,
.
*****
.
Di tempat lain, Lisa dalam perjalanan pulang menaiki becak pak Samsul,
"non Lisa dari mana,? kok udah sore begini ada di dalem pasar,?” tanya pak samsul
sembari mengayuh becaknya,
“aku tadi abis dari kantor suami, kebetulan pulangnya lewat sini, tadinya aku pikir
pasarnya masih rame, jadinya aku mampir soalnya ada yang mau aku beli, eehh..
gak taunya sepi banget, udah pada tutup, huhhh..” jawab Lisa menghela nafasnya,
“Owalah.. kalo sore gini emang udah mulai sepi non, ramenya itu cuma dari pagi
sampe siang aja, lagian kenapa gak minta tolong ke saya aja sih non kayak
biasanya,?”
"tadi tuh sebenernya aku gak niat pak, cuma karena kebetulan lewat aja, oh iya..
terima kasih soal yang tadi ya pak, tapi aku jadi kasihan juga sama itu anak,,"
"sesekali emang harus di kasih pelajaran juga dia non, soalnya udah kebiasaan suka
iseng sama cewek-cewek yang suka mangkal di pasar kalo malem," terang pak
samsul,
"cewek-cewek apaan maksudnya pak,?" tanya Lisa agak penasaran,
"yaa cewek-cewek penghibur gitu non, cewek malem, masa sih non Lisa gak
ngerti,?”
"ooohh.. mungkin tadi dia tuh nyangka nya aku mau mangkal di situ kali ya pak,
makanya dia berani banget kayak gitu, hihihi.." ujar Lisa sedikit tertawa,
"yaa bisa jadi non, hahaha.."
"emangnya pak samsul kenal sama itu anak,?" tanya Lisa lagi,
"Iyaa kenal non, itu anak namanya julianto tapi biasa di panggil panjul, dia itu dari
kampung, di sini ikut budehnya bantu-bantu jualan di pasar," jawab Pak samsul,
"masih saudara sama bapak,?" tanya Lisa lagi,
"hahaha.. bukan non, saya juga kenalnya di sini, jadi gini non ceritanya... " pak
samsul malah tertawa mendengar pertanyaan dari Lisa, lalu pak tua itu pun mulai
bercerita panjang lebar mengenai si panjul itu,
Kemudian pak samsul menerangkan dari cerita yang di dapat dari budehnya panjul
jika bocah itu di kampungnya anak yang putus sekolah karena faktor biaya, usianya
masih terbilang remaja, kedua orang tuanya sudah meninggal akibat bencana
longsor yang menimpa desa mereka yang merenggut beberapa korban jiwa di desa
itu termasuk kedua orang tuanya, meskipun di sana masih ada beberapa sanak
familinya namun karena kebanyakan dari mereka hidup serba kekurangan, akhirnya
anak itu pun di minta untuk ikut budenya bekerja di kota, selain membantu berjualan
terkadang dia juga ikut jadi kuli angkut di pasar seperti halnya pak samsul,
"duuh.. kasian juga ya pak," ujar Lisa terenyuh mendengar cerita pak samsul,
"yaah.. namanya nasib orang non, siapa yang tau,"
Selama perjalanan mereka terus saling mengobrol satu sama lain, dari posisi Pak
samsul, dia dapat melihat belahan payudara Lisa yang terlihat dari sela kerah
bajunya, apalagi beberapa kancing atas kemejanya yang copot akibat ulah nakal si
panjul tadi, Lisa hari ini hanya mengenakan kemeja putih yang di tutupi dengan
cardigan yang dia padukan dengan rok hitam selutut yang cukup ketat,
“non Lisa kok sendirian aja, tumben si kecil gak ikut,?”, tanya Pak samsul.
“enggak pak, si kecil lagi di rumah sama pengasuh baru,” jawab Lisa lalu
menceritakan perihal Dina yang di perkenalkan oleh ucup kepadanya hingga
akhirnya mau menjadi pengasuh anaknya,
"syukur deh kalo gitu, jadi sekarang non Lisa ada temennya di rumah," ujar pak
samsul,
"iya Pak, jadi gak terlalu kerepotan juga akunya, kebetulan ada yang mau di bayar
harian buat bantu jagain anak aku," jawab Lisa lagi,
"emm.. ngomong-ngomong non Lisa masih marah ya sama saya,?" tanya pak
samsul mengingat kejadian hari itu di rumah Lisa,
“marah kenapa ya pak,?”
“yaa.. soal kejadian waktu itu,” ujar pak Samsul yang sepertinya sangat menyesal,
Sejak insiden di dalam kamar Lisa beberapa waktu lalu, Pak samsul sudah
beberapa kali mencoba menghubungi Lisa melalui pesan singkat dan mencoba
untuk meminta maaf, akan tetapi hingga hari ini pun Lisa tak kunjung membalas satu
pun chat yang dikirim oleh Pak samsul, dia jadi berpikir jika Lisa memang benar-
benar marah terhadapnya,
"hihihi.. enggak kok pak, aku gak marah, kemaren-kemaren aku tuh lagi ada
masalah dikit di rumah, jadi males buka-buka hape,"
“oh.. syukur deh kalo non Lisa gak marah sama saya, waktu itu saya bener-bener
khilaf,”
“iya pak, gak usah di inget-inget lagi, yang penting pak Samsul jangan berbuat kayak
gitu lagi ya,”
“iya non, saya janji gak akan berbuat kurang ajar lagi sama non Lisa, ngomong-
ngomong, emangnya lagi ada masalah apa sih non kalo boleh tau,?" tanya pak
samsul penasaran,
"ada deh pokoknya, yaahh.. namanya juga hidup berumah tangga pak, tapi udah
beres kok, hihihi.."
"hehehe.. iya ya non, bumbu-bumbu rumah tangga yaa,? hehe.." ujar pak samsul
singkat, karena tak sopan rasanya jika dia terlalu ingin tau permasalahan rumah
tangga orang,
"hihihi.. iya pak,," "aduhhh..!!!" suara Lisa tiba-tiba,
"duuhh.. maaf ya non saya enggak sengaja," ujar Pak samsul panik dan langsung
menghentikan becaknya di pinggiran jalan,
"iya Pak, gak apa-apa," jawab Lisa sembari mengusap-usap kakinya yang terasa
sedikit sakit,
Rupanya saat di tikungan memasuki jalan menuju perumahan tempat tinggal Lisa
tanpa sengaja sebelah roda depan becak pak samsul menghantam lubang jalan
sehingga membuat kaki Lisa terpentok bagian samping becaknya yang terbuat dari
besi,
Setelah menghentikan becaknya, pak samsul yang merasa panik buru-buru turun
dan berjalan menghampiri Lisa yang duduk di depan,
“non Lisa gak apa-apa,?” tanya pak samsul sambil menunduk ingin memastikan
keadaan Lisa,
"enggak apa-apa kok pak, cuma tadi kaki aku sempet kepentok dikit," jawab Lisa
sambil mengurut-urut kakinya yang masih terasa sedikit sakit,
"mana non kakinya yang kepentok,? sini biar saya urut," reflek pak samsul pun
langsung berjongkok memeriksa kaki Lisa, nampak di sisi lutut Lisa terdapat bekas
membiru, walaupun kecil namun hal itu membuat pak samsul jadi merasa bersalah
dan tidak enak hati,
“aduuuuuh…. pak… jangan kenceng-kenceng…. sakiiit…” ujar Lisa sambil kedua
tangannya berpegang pada sisi becak karena menahan sakit saat pak samsul
mengurut sekitar area memar di lututnya, tanpa sengaja kedua kakinya pun terbuka
semakin lebar,
Saat itu juga nampak di depan mata pak samsul sebuah pemandangan indah yang
amat menarik gairah kelelakiannya, namun karena dia takut akan membuat Lisa
marah untuk yang kedua kalinya pak tua itu pun mencoba membuang segala pikiran
kotor yang ada di dalam kepalanya, lalu dia pun meraih betis Lisa yang mulus itu
dan mulai mengurutnya dengan lembut, namun pemandangan yang indah itu sangat
sayang jika dilewatkan, sesekali matanya melihat ke arah bagian dalam paha Lisa
yang terbuka,
Kedua pangkal paha Lisa nampak amat putih dan mulus, di bagian tengahnya
dihiasi celana dalam merah dengan motif renda-renda berwarna hitam, pak samsul
jadi membayangkan alangkah nikmatnya jika bisa merasakan kehangatan benda
yang masih terbungkus di dalam sana,
Lisa menyadari jika pak tua itu sesekali memperhatikan bagian dalam roknya karena
posisi duduknya yang sedikit mengangkang, bukannya segera menutup pahanya
Lisa malah membiarkan saat pak samsul mencuri pandang ke arah celana
dalamnya, dan terus menikmati pijatan-pijatan lembut tangan pak samsul pada
betisnya,
"uuhhhhh... agak ke atas pak,” ucap Lisa sedikit mendesis,
“iya non..” jawab pak samsul, yang kemudian meneruskan gerakan tangannya
mengusap lutut Lisa lalu perlahan menelusup ke dalam rok Lisa dan membelai-belai
pahanya,
Lisa semakin meregangkan kedua kakinya sehingga gundukan daging vaginanya
yang masih tertutup kain tipis berwarna merah itu semakin terlihat, terpancar
ekspresi penuh gairah di wajah Lisa yang saat itu sudah mulai bangkit birahinya,
apalagi sudah beberapa hari ini suaminya tidak pernah lagi menyentuhnya,
Pak samsul yang merasa jika Lisa tidak akan marah kepadanya, lalu dia pun
semakin meningkatkan gerakannya, tangannya meraih batang paha mulus Lisa dan
mulai meremasnya dengan kasar, lalu perlahan-lahan masuk lebih dalam hingga
telapak tangannya menyentuh gundukan daging tebal vagina Lisa,
"uhhmmmm...." Lisa tercekat kaget dan reflek memegangi tangan pak samsul,
"uhhh... udah ya pak, jangan di terusin, takut ada orang yang lewat," ujar Lisa pelan,
tatapannya yang sayu menandakan jika dia sedang berusaha menahan gairahnya,
"ehh.. iya non, maaf.." pak samsul menarik tangannya dari dalam rok Lisa, dia pun
tersadar dan langsung menghentikan aksi mesumnya, walaupun saat itu suasana
dan kondisi di sekitar sangat sepi tapi mereka berdua sadar jika saat ini mereka
sedang berada di pinggir jalan,
Pak samsul segera berdiri dan kembali duduk di kursi kemudi, lalu sambil menahan
ereksi pak tua itu mengayuh becaknya menuju ke rumah Lisa untuk
mengantarkannya pulang, sedangkan Lisa kembali merapikan roknya yang tadi
sempat terangkat, sepanjang sisa perjalanan tidak ada sepatah kata pun keluar dari
mulut mereka karena larut dalam pikiran masing-masing, hingga tak terasa mereka
pun tiba di depan rumah Lisa,
"saya langsung balik ya non, soalnya masih ada kerjaan lagi di pasar," ujar pak
samsul saat Lisa turun dari becak,
"ooh.. iya deh pak, lagian juga kalo mampir kan gak enak soalnya di dalem masih
ada Dina," ujar Lisa,
"iya non kapan-kapan aja saya mampirnya," ujar pak samsul,
"iyaa pak dateng aja, terima kasih banyak ya pak udah mau nganter aku sampe
rumah," ucap Lisa dengan senyuman yang begitu manis,
"iya non sama-sama, kalo gitu saya pamit ya.."
"iya Pak, hati-hati ya di jalan,"
Setelah menutup pintu pagarnya Lisa masuk ke dalam rumah, sedangkan Pak
samsul sudah pergi meninggalkan kediaman Lisa, saat berada di dalam rumah Lisa
mendapati anaknya sedang bermain bersama pengasuhnya,
Lisa merasa lega begitu melangkah ke dalam rumahnya, suasana di dalam rumah
terasa hangat dan nyaman, berbeda dengan hiruk pikuk kehidupan di luar sana, dia
mendapati putra kecilnya terlihat sedang asyik bermain di ruang keluarga ditemani
Dina yang hari ini menjadi pengasuhnya sedang duduk di sampingnya dengan
senyum hangat di wajahnya,
"tuuh.. Mama pulang.." ujar Dina kepada Oliver yang berjingkrak kegirangan sambil
duduk ketika melihat ibunya masuk ke dalam rumah, Lisa pun tersenyum melihat
mereka berdua begitu bahagia,
Lisa menaruh tasnya di atas meja di ruang tamu, dan melangkah mendekati mereka,
"haaaii.. duuh anak mama yang paling ganteng.." sapa Lisa dengan lembut,
kemudian ikut duduk bersama mereka,
"tadi Oliver rewel gak Din,?" tanya Lisa kepada Dina,
"enggak bu, anteng kok dia," jawab Dina tersenyum ramah,
"oh iyaa.. kamu udah makan belum,?" tanya Lisa lagi,
Dina menggelengkan kepala. "Belum bu, nanti aja sekalian pulang bareng bang
ucup,"
Lisa tersenyum. "hemm.. gimana kalo kita makan di sini aja sama-sama, soalnya
aku juga belum makan sih, hihihi.."
"tapi bu, kan saya gak masak," jawab Dina sedikit bingung,
"hahaha.. yaudah minta tolong sama ucup buat beliin makanan, aku nitip nasi
goreng yah, nanti uangnya aku ganti, atau gak kamu ajak ucup sekalian makan di
sini aja sama-sama nemenin aku," terang Lisa,
"iya baik bu," jawab Dina,
"yaudah.. aku tinggal mandi dulu ya Din,"
Lisa melangkah ke lantai atas menuju kamarnya, langkahnya ringan tapi ada
beberapa hal yang masih memenuhi pikirannya, hari ini telah menjadi hari yang
cukup melelahkan baginya, mulai dari pertemuan dengan ayah mertuanya yang
tidak memberikannya jawaban, lalu mendapatkan pelecehan oleh bocah ingusan di
dalam pasar, hingga kejadian bersama pak samsul di pinggir jalan tadi saat menuju
pulang, semua itu membuatnya merasa sedikit lelah dan tegang.
Saat kucuran air hangat mengalir dari shower menerpa tubuhnya, Lisa merasa
sedikit lega karena rasanya seperti sebuah pelukan hangat yang memeluknya erat,
sejenak dia membiarkan aliran air hangat menyirami tubuhnya, membiarkan
pikirannya melayang bebas dari semua beban yang menekannya sepanjang hari itu,
mencoba untuk mengusir pikiran-pikiran yang masih mengganggu,
Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya, dia memutuskan untuk
mengenakan pakaian yang lebih tertutup sebelum keluar dari kamarnya karena saat
ini sedang ada Dina di rumahnya dia tidak ingin memberikan kesan yang kurang
bagus jika memakai pakaian yang agak terbuka seperti biasanya,
"ucup belum nyampe ya Din,?" tanya Lisa ketika menghampiri Dina di ruang tengah,
"belum bu, bentar lagi katanya,"
Tak lama kemudian, di depan pintu rumah yang sejak tadi di biarkan terbuka, terlihat
Ucup yang baru saja tiba dengan membawa dua tentengan di tangannya. "Halo,
semuanya.." sapa Ucup sambil tersenyum.
"Masuk cup, udah pada laper nih, hihihi.." jawab Lisa,
"Mau makan dimana nih bu,? di sini apa di meja makan,?" tanya ucup,
"di sini aja cup sambil nonton TV, biar bisa sekalian jagain Oliver juga, tolong ambilin
piring-piring sama air minumnya bawa kesini ya," ujar Lisa memberikan instruksi,
"okee siaap.." jawab ucup setelah meletakkan tentengan di atas meja dia pun
bergegas menuju dapur,
Mereka pun duduk bersama-sama di ruang tengah, dan mulai menikmati hidangan
malam mereka sambil bercerita tentang kegiatan mereka sepanjang hari, meskipun
ini adalah hari pertama pertemuan antara Lisa dan Dina namun langsung terjalin
keakraban di antara keduanya,
Setelah makan malam selesai, ucup membantu Dina untuk membersihkan meja
serta peralatan makan yang baru saja mereka pakai, setelah selesai mereka berdua
kemudian kembali duduk di ruang keluarga dan bersiap-siap untuk pulang,
"Terima kasih ya Dina, kamu udah jagain Oliver dengan baik hari ini," ucap Lisa
sambil tersenyum.
"iya bu Lisa, saya juga seneng kok jadi pengasuh Oliver, selain anaknya anteng dan
gak rewel, Oliver juga cakep banget, imut, gemesshh, hihihi.." jawab Dina tersenyum
balik,
"hahaha.. bisa aja kamu, berarti misalnya kapan-kapan aku minta tolong lagi kamu
mau kan,?" tanya Lisa,
"iya bu saya mau, tiap hari juga enggak apa-apa kok, hahaha.." jawab Dina ikut
tertawa,
Sambil menggendong Oliver, Lisa mengantar Dina dan ucup ke pintu depan, dan
setelah mereka berlalu Lisa pun kembali masuk ke dalam rumah lalu menutup
pintunya, Oliver yang berada dalam dekapannya pun terlihat mulai mengantuk, dia
lalu menggendongnya menuju ke kamar tidur, kemudian dengan lembut
meletakkannya di tempat tidur bayinya, si kecil segera tertidur pulas dengan senyum
manis di bibirnya.
Hari ini Lisa merasa bersyukur bisa menemukan pengasuh yang baik dan perhatian
seperti Dina untuk menjaga putra kecilnya, meskipun kesibukan dan persoalan hidup
terkadang membuatnya lelah, tetapi kehadiran orang-orang baik di sekitarnya
membuat segalanya terasa sangat berarti,
Lisa duduk di tepian tempat tidurnya, cahaya redup dari lampu tidur menyinari
wajahnya yang cantik, dia tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari
wajah kecil Oliver saat tidur, sementara itu, pikirannya melayang pada suaminya
yang terus sibuk dengan pekerjaannya di luar sana, Lisa melihat jam di meja
samping tempat tidur dan menyadari bahwa Alex seharusnya akan pulang sebentar
lagi, di dalam hatinya Lisa amat merindukan kehangatan pelukan Alex dan juga
merindukan momen-momen intim berdua bersama dengan suaminya itu,
Dengan pikiran-pikiran yang masih memenuhi isi kepalanya, Lisa lantas naik ke atas
tempat tidur dan merebahkan tubuhnya, dia merasa perlu beristirahat untuk bisa
menenangkan pikiran yang terasa mengganggu itu,
Namun ketika dia berbaring, dalam lamunannya dia kembali teringat dengan apa
yang telah terjadi hari ini, terutama dengan kejadian saat dirinya di gerayangi dan
dilecehkan oleh bocah dekil yang masih ingusan, ada suatu getaran yang mengalir
di dalam hatinya, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dia merasa aneh dan
juga merasa ada yang tidak beres pada dirinya,
Lisa memejamkan matanya mencoba mengusir pikiran dan bayang-bayang tentang
kejadian hari ini, lama kelamaan akhirnya dia pun terlelap dalam tidurnya,
0 Komentar