ISTRI YANG BAIK SEASON 2 PART 13

  


Dari tempatnya berdiri, Bella bisa melihat tonjolan besar di balik celana bosnya itu,




lalu sambil berjalan mendekat, dia perlahan-lahan menurunkan kedua tangannya




yang menutupi dadanya, memperlihatkan kedua gunung kembarnya yang putih




mulus tanpa cacat dengan puting berwarna kecokelatan yang mengacung tegak




tanda dia sedang horny,




Setelah mendekat, Bella langsung duduk bersimpuh di bawah dan memposisikan




dirinya berada tepat di antara kedua lutut tuan Leon, lalu tanpa aba-aba dari bosnya




itu, dia pun berinisiatif untuk melepaskan ikat pinggang dan membuka resleting




celana tuan Leon untuk membebaskan batang besar yang sudah berdiri tegak




dengan gagahnya,




"emm.. permisi tuan," ucapnya yang kemudian dengan gugup tangannya memegang




batang tersebut, lalu membelai-belainya dengan lembut,




Tuan Leon tersenyum melihat sekretarisnya yang sangat cantik itu yang sedang




duduk bersimpuh tepat di depan selangkangannya, dan setelah beberapa saat




wanita itu pun mulai memajukan wajahnya semakin mendekat,




"uuhhh.." desah tuan Leon ketika ujung kepala penisnya di jilat oleh sekretaris




pribadinya itu,




Sambil mengocok batangnya, lalu dengan perlahan Bella mulai memasukkan




kemaluan milik boss perusahaanya itu ke dalam mulutnya yang seksi,




slrupphh..!! slrupphh..!!




Dengan hati-hati wanita tersebut menggerakkan kepalanya naik turun sambil




mulutnya terus menyedot dan menghisap-hisap kemaluan milik tuan Leon, dia ingin




memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada orang nomor satu di




perusahaan tempat dia bekerja,




"empppphhh..." desahnya ketika memasukkan kemaluan tuan Leon sedalam-




dalamnya hingga menyentuh tenggorokannya,




"ouhhhh..." nampak tuan Leon meringis menahan ngilu sembari memegangi kepala




sekretarisnya yang cantik itu,




"puahhh..!!" setelah beberapa saat wanita itu pun melepaskan kejantanan tuan Leon




dari dalam mulutnya,




Dengan nafas yang tersengal-sengal dia menatap ke atas ke arah wajah tuan Leon,




melemparkan senyuman yang begitu nakal, wajah cantiknya tampak semakin




memerah beserta matanya yang mengeluarkan sedikit air membuat maskara




hitamnya luntur ke pipi, tatapan matanya yang begitu binal menambah kesan seksi




bagi siapa pun yang memandangnya,




"mulutmu semakin lihai sekarang ya, hahaha.." tawa tuan Leon yang begitu puas




melihat wajah sekretarisnya yang sedang memanjakan penisnya dengan telaten,




"terima kasih tuan," ucapnya tersenyum genit,




Wanita cantik itu pun kemudian berdiri dan memutar tubuhnya membelakangi tuan




Leon, lalu melenggak-lenggokkan pinggulnya dengan gerakan perlahan yang sangat




erotis, kemudian dia membungkukkan badannya sembari menyusupkan tangannya




untuk menurunkan celana dalamnya, beberapa saat tuan Leon dapat melihat




bongkahan daging pantat sekretarisnya itu sebelum akhirnya wanita cantik itu




kembali berdiri,




"kemari," ucap tuan Leon menyuruh sekretarisnya untuk lebih mendekat,




Sambil tersenyum genit, wanita itu pun kembali memutar tubuhnya menghadap tuan




Leon, kemudian melangkah maju mendekati bosnya itu,




"emmhhhh..." desahnya saat merasakan telapak tangan tuan Leon meraba kedua




pahanya dan perlahan menaikkan roknya hingga naik sampai ke pinggang,




"aahhhsss..." desahnya lagi yang terdengar sangat merdu saat telapak tangan tuan




Leon mengusap bibir kemaluannya,




Wanita itu terlihat semakin seksi dengan stocking hitam transparan yang masih




membungkus kaki jenjangnya yang indah hingga ke pahanya, sedangkan roknya




yang ketat sudah naik dan melingkar di pinggangnya,




Tuan Leon kemudian menarik pinggang sekretarisnya itu agar segera naik ke atas




pangkuannya, wanita itu pun naik ke atas sofa dengan lututnya sebagai tumpuan




dan mengangkangi kejantanan milik bosnya itu yang sedari tadi sudah berdiri tegak,




dia pun memegang batang kejantanan milik tuan Leon lalu menuntunnya ke arah




lubang kemaluannya yang sudah sangat basah,




blessshh...!!!




"ooouuuhhhh..." wanita itu mendesah ketika menduduki batang kejantanan tuan




Leon yang kini sudah amblas sepenuhnya di dalam lubang surgawi miliknya, dia




mendiamkannya sebentar merasakan hangatnya batang itu yang terasa penuh di




dalam dirinya, setelah beberapa saat dia pun mulai menggoyangkan pinggulnya




maju mundur dengan gerakan perlahan,




"eegghhh..." tuan Leon ikut mendesah sambil bersandar di sofa menikmati




goyangan sekretarisnya yang cantik itu,




"ouuhhhh.... ahhh... ahhhh..." desahan demi desahan terus keluar dari mulut seksi




wanita itu, sedangkan tuan Leon hanya memegangi pinggang wanita itu dan




membiarkannya terus bergerak dan bergoyang-goyang sesuai keinginannya,




"kamu sangat pintar dalam menggoyangkan pinggulmu," ucap tuan Leon, yang




kemudian memajukan badannya untuk menciumi tubuh sekretarisnya itu sambil




tangannya dengan kasar meremas-remas daging payudara montok milik wanita itu,




"engghhh... aahhh... aahhh..." wanita itu semakin mendesah menikmati remasan




kasar tuan Leon pada payudaranya, pinggulnya mulai bergerak-gerak semakin




cepat, naik turun, bergoyang-goyang dan bahkan sesekali dia memutar-mutar




pinggulnya dengan begitu liar, tubuhnya yang mengkilap karena basah oleh keringat




membuatnya semakin terlihat seksi dan menggairahkan,




Tuan Leon tak kuasa melihat tingkah sekretarisnya yang begitu binal di atas




pangkuannya, dia pun segera mencaplok sebelah payudara sekretarisnya itu dan




sebelahnya lagi terus dia remas-remas dengan kuat,




Setelah beberapa saat, tuan Leon menghentikan gerakan sekretarisnya itu, setelah




mencabut penisnya lalu dia menuntun wanita itu untuk menungging di atas sofa, dari




posisi dia berdiri, tuan Leon bisa melihat bulatan daging bokong semok sekretaris




pribadinya itu nampak masih sangat kencang dan begitu menggairahkan,




"plak..!!!"




"awwhhh..." wanita itu tersentak kaget saat tuan Leon dengan gemas menampar




daging pantatnya sedikit keras, dia pun menoleh ke belakang dengan melemparkan




senyum dan tatapan yang begitu nakal ke arah tuan Leon,




"emmphhh..." desah wanita itu ketika bibir kemaluannya di gesek-gesek kepala




penis tuan Leon,




"blesshh..!!"




"ouuhhhh....." desahnya lagi saat merasakan tuan Leon menghentakkan penisnya




masuk ke dalam lubang kemaluannya,




"oouhhhh... ahhhh... ohhhh..." wanita itu terus mendesah ketika penis tuan Leon




keluar masuk vaginanya, dan terus menggenjotnya dari belakang,




"plak..!!" tangan tuan Leon kembali menampar dengan keras bokong sekretaris




pribadinya itu, sehingga meninggalkan bekas memerah pada kulitnya yang putih,




"ooohhhh... iyyyaaahhh... oohhh..." wanita itu semakin mendesah-desah tidak




karuan ketika lubang kemaluannya digenjot dengan kasar,




Tuan Leon yang sudah semakin gemas dan tak mampu lagi menahan jepitan lubang




kelamin milik sekretarisnya yang semakin lama terasa semakin nikmat, dia pun




semakin mempercepat tempo genjotannya, dan kedua tangannya pun bergerak ke




depan meraih gunung kembar yang sedang menggantung bebas lalu meremas-




remasnya dengan begitu kasar,




"aaahhh... tuaan... oohhhh... ohhh..." wanita itu semakin mendesah merasakan




genjotan tuan Leon yang semakin cepat menyodok-nyodok lubang kelaminnya,




remasan kasar pada payudaranya pun menambah sensasi nikmat yang dia




rasakan, tubuhnya tersentak-sentak ke depan menahan genjotan tuan Leon yang




begitu kasar,




"ahh... tuannn... ooohhh... sayaaa.. ouuhhh..." wanita itu semakin mendesah karena




tak mampu lagi membendung orgasmenya yang sebentar lagi akan tiba akibat




sodokan tuan Leon yang begitu kasar terus menerus tanpa henti,




"oohhh... tuannn.. ooooohhhh...."




crrttt... crrttt... crrttt...




Tubuhnya wanita cantik itu tersentak-sentak, kakinya gemetar, ketika gelombang




orgasme menerpa dirinya, otot-otot dinding rahimnya menegang dan semburan-




semburan hangat keluar dari dalam kemaluannya,




"heghh... ahhhh... eeehgghhh..." tuan Leon semakin kuat menghentakkan




pinggulnya, karena merasakan lubang vagina sekretarisnya itu terasa semakin




menjepit dan seperti menghisap-hisap batang kemaluannya,




"heughhh.... aaahhhh..."




crott..!! crott..!! crott..!!




Akhirnya tuan Leon pun ikut mendapatkan orgasmenya, dia dengan kuat




menghentakkan penisnya dalam-dalam saat menyemprotkan seluruh spermanya




mengisi rahim sekretarisnya yang cantik itu,




hah..!! hah..!! hah..!!




Tubuh keduanya ambruk di atas sofa, dengan posisi tuan Leon menindih tubuh




sekretarisnya itu, nafas keduanya nampak masih ngos-ngosan, dan penis tuan Leon




pun masih menancap di lubang kemaluan sekretaris pribadinya itu,




Setelah beberapa saat, dengan perlahan tuan Leon mencabut penisnya dari lubang




kemaluan milik Bella, sedetik kemudian cairan putih kental yang begitu banyak




langsung meleleh keluar dari dalam lubang sempit itu yang sudah banjir oleh cairan




persetubuhan mereka, tampak lelehan cairan itu menetes hingga ke bawah




membasahi sofa yang menjadi tempat pertempuran birahi antara boss dan




bawahannya tersebut,




.




*****




.




Di tempat lain, Lisa dalam perjalanan pulang menaiki becak pak Samsul,




"non Lisa dari mana,? kok udah sore begini ada di dalem pasar,?” tanya pak samsul




sembari mengayuh becaknya,




“aku tadi abis dari kantor suami, kebetulan pulangnya lewat sini, tadinya aku pikir




pasarnya masih rame, jadinya aku mampir soalnya ada yang mau aku beli, eehh..




gak taunya sepi banget, udah pada tutup, huhhh..” jawab Lisa menghela nafasnya,




“Owalah.. kalo sore gini emang udah mulai sepi non, ramenya itu cuma dari pagi




sampe siang aja, lagian kenapa gak minta tolong ke saya aja sih non kayak




biasanya,?”




"tadi tuh sebenernya aku gak niat pak, cuma karena kebetulan lewat aja, oh iya..




terima kasih soal yang tadi ya pak, tapi aku jadi kasihan juga sama itu anak,,"




"sesekali emang harus di kasih pelajaran juga dia non, soalnya udah kebiasaan suka




iseng sama cewek-cewek yang suka mangkal di pasar kalo malem," terang pak




samsul,




"cewek-cewek apaan maksudnya pak,?" tanya Lisa agak penasaran,




"yaa cewek-cewek penghibur gitu non, cewek malem, masa sih non Lisa gak




ngerti,?”




"ooohh.. mungkin tadi dia tuh nyangka nya aku mau mangkal di situ kali ya pak,




makanya dia berani banget kayak gitu, hihihi.." ujar Lisa sedikit tertawa,




"yaa bisa jadi non, hahaha.."




"emangnya pak samsul kenal sama itu anak,?" tanya Lisa lagi,




"Iyaa kenal non, itu anak namanya julianto tapi biasa di panggil panjul, dia itu dari




kampung, di sini ikut budehnya bantu-bantu jualan di pasar," jawab Pak samsul,




"masih saudara sama bapak,?" tanya Lisa lagi,




"hahaha.. bukan non, saya juga kenalnya di sini, jadi gini non ceritanya... " pak




samsul malah tertawa mendengar pertanyaan dari Lisa, lalu pak tua itu pun mulai




bercerita panjang lebar mengenai si panjul itu,




Kemudian pak samsul menerangkan dari cerita yang di dapat dari budehnya panjul




jika bocah itu di kampungnya anak yang putus sekolah karena faktor biaya, usianya




masih terbilang remaja, kedua orang tuanya sudah meninggal akibat bencana




longsor yang menimpa desa mereka yang merenggut beberapa korban jiwa di desa




itu termasuk kedua orang tuanya, meskipun di sana masih ada beberapa sanak




familinya namun karena kebanyakan dari mereka hidup serba kekurangan, akhirnya




anak itu pun di minta untuk ikut budenya bekerja di kota, selain membantu berjualan




terkadang dia juga ikut jadi kuli angkut di pasar seperti halnya pak samsul,




"duuh.. kasian juga ya pak," ujar Lisa terenyuh mendengar cerita pak samsul,




"yaah.. namanya nasib orang non, siapa yang tau,"




Selama perjalanan mereka terus saling mengobrol satu sama lain, dari posisi Pak




samsul, dia dapat melihat belahan payudara Lisa yang terlihat dari sela kerah




bajunya, apalagi beberapa kancing atas kemejanya yang copot akibat ulah nakal si




panjul tadi, Lisa hari ini hanya mengenakan kemeja putih yang di tutupi dengan




cardigan yang dia padukan dengan rok hitam selutut yang cukup ketat,




“non Lisa kok sendirian aja, tumben si kecil gak ikut,?”, tanya Pak samsul.




“enggak pak, si kecil lagi di rumah sama pengasuh baru,” jawab Lisa lalu




menceritakan perihal Dina yang di perkenalkan oleh ucup kepadanya hingga




akhirnya mau menjadi pengasuh anaknya,




"syukur deh kalo gitu, jadi sekarang non Lisa ada temennya di rumah," ujar pak




samsul,




"iya Pak, jadi gak terlalu kerepotan juga akunya, kebetulan ada yang mau di bayar




harian buat bantu jagain anak aku," jawab Lisa lagi,




"emm.. ngomong-ngomong non Lisa masih marah ya sama saya,?" tanya pak




samsul mengingat kejadian hari itu di rumah Lisa,




“marah kenapa ya pak,?”




“yaa.. soal kejadian waktu itu,” ujar pak Samsul yang sepertinya sangat menyesal,




Sejak insiden di dalam kamar Lisa beberapa waktu lalu, Pak samsul sudah




beberapa kali mencoba menghubungi Lisa melalui pesan singkat dan mencoba




untuk meminta maaf, akan tetapi hingga hari ini pun Lisa tak kunjung membalas satu




pun chat yang dikirim oleh Pak samsul, dia jadi berpikir jika Lisa memang benar-




benar marah terhadapnya,




"hihihi.. enggak kok pak, aku gak marah, kemaren-kemaren aku tuh lagi ada




masalah dikit di rumah, jadi males buka-buka hape,"




“oh.. syukur deh kalo non Lisa gak marah sama saya, waktu itu saya bener-bener




khilaf,”




“iya pak, gak usah di inget-inget lagi, yang penting pak Samsul jangan berbuat kayak




gitu lagi ya,”




“iya non, saya janji gak akan berbuat kurang ajar lagi sama non Lisa, ngomong-




ngomong, emangnya lagi ada masalah apa sih non kalo boleh tau,?" tanya pak




samsul penasaran,




"ada deh pokoknya, yaahh.. namanya juga hidup berumah tangga pak, tapi udah




beres kok, hihihi.."




"hehehe.. iya ya non, bumbu-bumbu rumah tangga yaa,? hehe.." ujar pak samsul




singkat, karena tak sopan rasanya jika dia terlalu ingin tau permasalahan rumah




tangga orang,




"hihihi.. iya pak,," "aduhhh..!!!" suara Lisa tiba-tiba,




"duuhh.. maaf ya non saya enggak sengaja," ujar Pak samsul panik dan langsung




menghentikan becaknya di pinggiran jalan,




"iya Pak, gak apa-apa," jawab Lisa sembari mengusap-usap kakinya yang terasa




sedikit sakit,




Rupanya saat di tikungan memasuki jalan menuju perumahan tempat tinggal Lisa




tanpa sengaja sebelah roda depan becak pak samsul menghantam lubang jalan




sehingga membuat kaki Lisa terpentok bagian samping becaknya yang terbuat dari




besi,




Setelah menghentikan becaknya, pak samsul yang merasa panik buru-buru turun




dan berjalan menghampiri Lisa yang duduk di depan,




“non Lisa gak apa-apa,?” tanya pak samsul sambil menunduk ingin memastikan




keadaan Lisa,




"enggak apa-apa kok pak, cuma tadi kaki aku sempet kepentok dikit," jawab Lisa




sambil mengurut-urut kakinya yang masih terasa sedikit sakit,




"mana non kakinya yang kepentok,? sini biar saya urut," reflek pak samsul pun




langsung berjongkok memeriksa kaki Lisa, nampak di sisi lutut Lisa terdapat bekas




membiru, walaupun kecil namun hal itu membuat pak samsul jadi merasa bersalah




dan tidak enak hati,




“aduuuuuh…. pak… jangan kenceng-kenceng…. sakiiit…” ujar Lisa sambil kedua




tangannya berpegang pada sisi becak karena menahan sakit saat pak samsul




mengurut sekitar area memar di lututnya, tanpa sengaja kedua kakinya pun terbuka




semakin lebar,




Saat itu juga nampak di depan mata pak samsul sebuah pemandangan indah yang




amat menarik gairah kelelakiannya, namun karena dia takut akan membuat Lisa




marah untuk yang kedua kalinya pak tua itu pun mencoba membuang segala pikiran




kotor yang ada di dalam kepalanya, lalu dia pun meraih betis Lisa yang mulus itu




dan mulai mengurutnya dengan lembut, namun pemandangan yang indah itu sangat




sayang jika dilewatkan, sesekali matanya melihat ke arah bagian dalam paha Lisa




yang terbuka,




Kedua pangkal paha Lisa nampak amat putih dan mulus, di bagian tengahnya




dihiasi celana dalam merah dengan motif renda-renda berwarna hitam, pak samsul




jadi membayangkan alangkah nikmatnya jika bisa merasakan kehangatan benda




yang masih terbungkus di dalam sana,




Lisa menyadari jika pak tua itu sesekali memperhatikan bagian dalam roknya karena




posisi duduknya yang sedikit mengangkang, bukannya segera menutup pahanya




Lisa malah membiarkan saat pak samsul mencuri pandang ke arah celana




dalamnya, dan terus menikmati pijatan-pijatan lembut tangan pak samsul pada




betisnya,




"uuhhhhh... agak ke atas pak,” ucap Lisa sedikit mendesis,




“iya non..” jawab pak samsul, yang kemudian meneruskan gerakan tangannya




mengusap lutut Lisa lalu perlahan menelusup ke dalam rok Lisa dan membelai-belai




pahanya,




Lisa semakin meregangkan kedua kakinya sehingga gundukan daging vaginanya




yang masih tertutup kain tipis berwarna merah itu semakin terlihat, terpancar




ekspresi penuh gairah di wajah Lisa yang saat itu sudah mulai bangkit birahinya,




apalagi sudah beberapa hari ini suaminya tidak pernah lagi menyentuhnya,




Pak samsul yang merasa jika Lisa tidak akan marah kepadanya, lalu dia pun




semakin meningkatkan gerakannya, tangannya meraih batang paha mulus Lisa dan




mulai meremasnya dengan kasar, lalu perlahan-lahan masuk lebih dalam hingga




telapak tangannya menyentuh gundukan daging tebal vagina Lisa,




"uhhmmmm...." Lisa tercekat kaget dan reflek memegangi tangan pak samsul,




"uhhh... udah ya pak, jangan di terusin, takut ada orang yang lewat," ujar Lisa pelan,




tatapannya yang sayu menandakan jika dia sedang berusaha menahan gairahnya,




"ehh.. iya non, maaf.." pak samsul menarik tangannya dari dalam rok Lisa, dia pun




tersadar dan langsung menghentikan aksi mesumnya, walaupun saat itu suasana




dan kondisi di sekitar sangat sepi tapi mereka berdua sadar jika saat ini mereka




sedang berada di pinggir jalan,




Pak samsul segera berdiri dan kembali duduk di kursi kemudi, lalu sambil menahan




ereksi pak tua itu mengayuh becaknya menuju ke rumah Lisa untuk




mengantarkannya pulang, sedangkan Lisa kembali merapikan roknya yang tadi




sempat terangkat, sepanjang sisa perjalanan tidak ada sepatah kata pun keluar dari




mulut mereka karena larut dalam pikiran masing-masing, hingga tak terasa mereka




pun tiba di depan rumah Lisa,




"saya langsung balik ya non, soalnya masih ada kerjaan lagi di pasar," ujar pak




samsul saat Lisa turun dari becak,




"ooh.. iya deh pak, lagian juga kalo mampir kan gak enak soalnya di dalem masih




ada Dina," ujar Lisa,




"iya non kapan-kapan aja saya mampirnya," ujar pak samsul,




"iyaa pak dateng aja, terima kasih banyak ya pak udah mau nganter aku sampe




rumah," ucap Lisa dengan senyuman yang begitu manis,




"iya non sama-sama, kalo gitu saya pamit ya.."




"iya Pak, hati-hati ya di jalan,"




Setelah menutup pintu pagarnya Lisa masuk ke dalam rumah, sedangkan Pak




samsul sudah pergi meninggalkan kediaman Lisa, saat berada di dalam rumah Lisa




mendapati anaknya sedang bermain bersama pengasuhnya,




Lisa merasa lega begitu melangkah ke dalam rumahnya, suasana di dalam rumah




terasa hangat dan nyaman, berbeda dengan hiruk pikuk kehidupan di luar sana, dia




mendapati putra kecilnya terlihat sedang asyik bermain di ruang keluarga ditemani




Dina yang hari ini menjadi pengasuhnya sedang duduk di sampingnya dengan




senyum hangat di wajahnya,




"tuuh.. Mama pulang.." ujar Dina kepada Oliver yang berjingkrak kegirangan sambil




duduk ketika melihat ibunya masuk ke dalam rumah, Lisa pun tersenyum melihat




mereka berdua begitu bahagia,




Lisa menaruh tasnya di atas meja di ruang tamu, dan melangkah mendekati mereka,




"haaaii.. duuh anak mama yang paling ganteng.." sapa Lisa dengan lembut,




kemudian ikut duduk bersama mereka,




"tadi Oliver rewel gak Din,?" tanya Lisa kepada Dina,




"enggak bu, anteng kok dia," jawab Dina tersenyum ramah,




"oh iyaa.. kamu udah makan belum,?" tanya Lisa lagi,




Dina menggelengkan kepala. "Belum bu, nanti aja sekalian pulang bareng bang




ucup,"




Lisa tersenyum. "hemm.. gimana kalo kita makan di sini aja sama-sama, soalnya




aku juga belum makan sih, hihihi.."




"tapi bu, kan saya gak masak," jawab Dina sedikit bingung,




"hahaha.. yaudah minta tolong sama ucup buat beliin makanan, aku nitip nasi




goreng yah, nanti uangnya aku ganti, atau gak kamu ajak ucup sekalian makan di




sini aja sama-sama nemenin aku," terang Lisa,




"iya baik bu," jawab Dina,




"yaudah.. aku tinggal mandi dulu ya Din,"




Lisa melangkah ke lantai atas menuju kamarnya, langkahnya ringan tapi ada




beberapa hal yang masih memenuhi pikirannya, hari ini telah menjadi hari yang




cukup melelahkan baginya, mulai dari pertemuan dengan ayah mertuanya yang




tidak memberikannya jawaban, lalu mendapatkan pelecehan oleh bocah ingusan di




dalam pasar, hingga kejadian bersama pak samsul di pinggir jalan tadi saat menuju




pulang, semua itu membuatnya merasa sedikit lelah dan tegang.




Saat kucuran air hangat mengalir dari shower menerpa tubuhnya, Lisa merasa




sedikit lega karena rasanya seperti sebuah pelukan hangat yang memeluknya erat,




sejenak dia membiarkan aliran air hangat menyirami tubuhnya, membiarkan




pikirannya melayang bebas dari semua beban yang menekannya sepanjang hari itu,




mencoba untuk mengusir pikiran-pikiran yang masih mengganggu,




Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya, dia memutuskan untuk




mengenakan pakaian yang lebih tertutup sebelum keluar dari kamarnya karena saat




ini sedang ada Dina di rumahnya dia tidak ingin memberikan kesan yang kurang




bagus jika memakai pakaian yang agak terbuka seperti biasanya,




"ucup belum nyampe ya Din,?" tanya Lisa ketika menghampiri Dina di ruang tengah,




"belum bu, bentar lagi katanya,"




Tak lama kemudian, di depan pintu rumah yang sejak tadi di biarkan terbuka, terlihat




Ucup yang baru saja tiba dengan membawa dua tentengan di tangannya. "Halo,




semuanya.." sapa Ucup sambil tersenyum.




"Masuk cup, udah pada laper nih, hihihi.." jawab Lisa,




"Mau makan dimana nih bu,? di sini apa di meja makan,?" tanya ucup,




"di sini aja cup sambil nonton TV, biar bisa sekalian jagain Oliver juga, tolong ambilin




piring-piring sama air minumnya bawa kesini ya," ujar Lisa memberikan instruksi,




"okee siaap.." jawab ucup setelah meletakkan tentengan di atas meja dia pun




bergegas menuju dapur,




Mereka pun duduk bersama-sama di ruang tengah, dan mulai menikmati hidangan




malam mereka sambil bercerita tentang kegiatan mereka sepanjang hari, meskipun




ini adalah hari pertama pertemuan antara Lisa dan Dina namun langsung terjalin




keakraban di antara keduanya,




Setelah makan malam selesai, ucup membantu Dina untuk membersihkan meja




serta peralatan makan yang baru saja mereka pakai, setelah selesai mereka berdua




kemudian kembali duduk di ruang keluarga dan bersiap-siap untuk pulang,




"Terima kasih ya Dina, kamu udah jagain Oliver dengan baik hari ini," ucap Lisa




sambil tersenyum.




"iya bu Lisa, saya juga seneng kok jadi pengasuh Oliver, selain anaknya anteng dan




gak rewel, Oliver juga cakep banget, imut, gemesshh, hihihi.." jawab Dina tersenyum




balik,




"hahaha.. bisa aja kamu, berarti misalnya kapan-kapan aku minta tolong lagi kamu




mau kan,?" tanya Lisa,




"iya bu saya mau, tiap hari juga enggak apa-apa kok, hahaha.." jawab Dina ikut




tertawa,




Sambil menggendong Oliver, Lisa mengantar Dina dan ucup ke pintu depan, dan




setelah mereka berlalu Lisa pun kembali masuk ke dalam rumah lalu menutup




pintunya, Oliver yang berada dalam dekapannya pun terlihat mulai mengantuk, dia




lalu menggendongnya menuju ke kamar tidur, kemudian dengan lembut




meletakkannya di tempat tidur bayinya, si kecil segera tertidur pulas dengan senyum




manis di bibirnya.




Hari ini Lisa merasa bersyukur bisa menemukan pengasuh yang baik dan perhatian




seperti Dina untuk menjaga putra kecilnya, meskipun kesibukan dan persoalan hidup




terkadang membuatnya lelah, tetapi kehadiran orang-orang baik di sekitarnya




membuat segalanya terasa sangat berarti,




Lisa duduk di tepian tempat tidurnya, cahaya redup dari lampu tidur menyinari




wajahnya yang cantik, dia tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari




wajah kecil Oliver saat tidur, sementara itu, pikirannya melayang pada suaminya




yang terus sibuk dengan pekerjaannya di luar sana, Lisa melihat jam di meja




samping tempat tidur dan menyadari bahwa Alex seharusnya akan pulang sebentar




lagi, di dalam hatinya Lisa amat merindukan kehangatan pelukan Alex dan juga




merindukan momen-momen intim berdua bersama dengan suaminya itu,




Dengan pikiran-pikiran yang masih memenuhi isi kepalanya, Lisa lantas naik ke atas




tempat tidur dan merebahkan tubuhnya, dia merasa perlu beristirahat untuk bisa




menenangkan pikiran yang terasa mengganggu itu,




Namun ketika dia berbaring, dalam lamunannya dia kembali teringat dengan apa




yang telah terjadi hari ini, terutama dengan kejadian saat dirinya di gerayangi dan




dilecehkan oleh bocah dekil yang masih ingusan, ada suatu getaran yang mengalir




di dalam hatinya, yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, dia merasa aneh dan




juga merasa ada yang tidak beres pada dirinya,




Lisa memejamkan matanya mencoba mengusir pikiran dan bayang-bayang tentang




kejadian hari ini, lama kelamaan akhirnya dia pun terlelap dalam tidurnya,

Posting Komentar

0 Komentar