ISTRI YANG BAIK SEASON 2 PART 12

  


Lisa berdiri di depan sebuah gedung pencakar langit yang merupakan kantor




perusahaan milik ayah mertuanya, dia menatap tajam ke arah atas dimana ruangan




ayah mertuanya itu berada, Lisa sengaja datang sendirian tanpa menghubunginya




terlebih dahulu, karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan secara empat mata




dengan ayah mertuanya itu,




Lisa nampak percaya diri memasuki pintu utama lobby perusahaan ayah mertuanya




itu dengan langkah santainya, dia tersenyum ramah saat salah seorang petugas




membukakan pintu untuknya dan hampir semua karyawan di perusahaan itu




menyambutnya dengan penuh hormat, tak jarang ada beberapa karyawan wanita




yang saling berbisik-bisik memuji kecantikannya dan mengatakan iri terhadap




hidupnya,




Saat hendak memasuki lift, Lisa mengernyitkan dahinya kala melihat beberapa




karyawan yang sudah berada di dalamnya malah keluar untuk mempersilahkan




dirinya masuk,




"apa kalian gak ada yang mau ikut naik lift,?" tanya Lisa sambil tersenyum menatap




sekelilingnya,




"bu Lisa silahkan menggunakan liftnya terlebih dahulu, kami bisa menunggu," suara




salah satu laki-laki paruh baya yang terlihat seperti orang yang sudah cukup lama




bekerja di perusahaan ayah mertuanya, membuat Lisa mengangguk.




Lisa melangkahkan kakinya hendak memasuki lift, namun sejenak dia menahan




langkahnya dan kembali menoleh.




"Kalau semisal aku cuma berdiri di sini terus, dan gak berniat untuk masuk, apa




kalian juga hanya akan tetap terus berdiri menungguku untuk masuk,?" tanya Lisa




lagi membuat semuanya diam, meskipun dia adalah istri dari pewaris perusahaan ini




namun di dalam benaknya dia sebenarnya tidak mau di perlakukan terlalu istimewa




seperti itu oleh para karyawan di perusahaan,




"kami yakin bu Lisa tidak mungkin akan melakukan hal seperti itu," jawab laki-laki




paruh baya itu lagi,




"huhhh.. yasudah kalau begitu," Lisa menghela nafasnya dan mengangguk kembali,




dia pun memasuki lift sendirian menuju ke lantai dimana ruangan kantor ayah




mertuanya berada,




Saat suara pintu lift terbuka, Lisa keluar dengan ekspresinya yang ramah sambil




terus berjalan menuju ruangan ayah mertuanya dia tersenyum ramah menatap ke




arah karyawan-karyawan yang berdiri menunduk hormat menyapanya, saat hampir




tiba di depan pintu tiba-tiba ada seseorang wanita cantik yang usianya masih




seumuran dengannya buru-buru berdiri lalu berjalan menghampiri dan mencoba




untuk menahannya masuk,




"maaf bu Lisa," ucap wanita itu ketika Lisa hendak mengetuk pintu,




"iya ada apa,?" jawab Lisa ramah,




"emm.. tuan Leon sedang ada meeting di dalam, tadi beliau berpesan, tidak boleh




ada yang mengganggu sebelum meetingnya selesai," jawab wanita cantik itu yang




kini sedang berdiri di samping Lisa,




Wanita tersebut bernama Isabella, yang merupakan sekretaris ayah mertuanya,




wanita muda dengan tinggi badan dan bentuk tubuh yang proporsional, wajahnya




yang cantik ditambah lagi dengan ukuran payudaranya yang cukup besar terlihat




membusung dari balik pakaian kantornya yang terlihat ketat menempel di tubuhnya,




sehingga pantas saja dia di jadikan sekretaris pribadi oleh tuan Leon,




Sebenarnya di dalam hati Lisa memang ada sedikit rasa tidak suka dengan Bella




karna dari pakaiannya yang terlihat cukup seksi itu, juga karena tingkahnya yang




kadang kegenitan jika sedang bersama dengan tuan Leon, dan sepertinya memang




ada hubungan spesial antara wanita itu dengan ayah mertuanya yang merupakan




pemilik perusahaan ini, namun Lisa menyembunyikan rasa ke tidak sukaannya itu




dan berusaha untuk tetap bersikap ramah padanya,




"ooh jadi begitu ya, kira-kira kapan selesainya,?" tanya Lisa,




"kemungkinan sebentar lagi selesai sebelum makan siang, bu Lisa bisa menunggu




di ruangan saya,"




Lisa melihat arloji di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul




dua belas siang, "emm.. oke deh," Lisa mengikuti Bella dari belakang ke arah




ruangan sekretaris,




Ketika baru saja mereka hendak masuk ke dalam ruangan itu, terdengar pintu




ruangan tuan Leon terbuka dan beberapa pria paruh baya bersetelan jas keluar dan




langsung berjalan meninggalkan ruangan tersebut, wajah-wajah mereka nampak




asing bagi Lisa dan sepertinya mereka bukanlah orang-orang di perusahaan ini, dan




terlihat di belakang mereka tuan Leon keluar dari ruangannya sembari membuka




kancing jasnya,




"Papih," panggil Lisa yang seketika membuat tuan Leon langsung menoleh ke arah




suara yang memanggilnya, dia menatap menantunya yang cantik sedang berdiri di




depan ruangan sekretaris bersama dengan Bella,




"wah.. waah.. ada apa nona muda Luther tiba-tiba datang kemari,?" Suara dari tuan




Leon yang terdengar cukup keras membuat semua orang menoleh, namun buru-




buru mereka kembali melanjutkan aktivitas karena takut jika tuan Leon memergoki




mereka sedang menatapnya,




Tuan Leon langsung menghampiri Lisa dan memeluknya dengan erat, "emmhh.. pih,




ada hal penting yang aku mau tanyain ke papih," ucap Lisa mendorong tubuh




mertuanya untuk melepaskan pelukannya,




"hmmm.. hal penting apa,? kita bisa ngobrol di dalam ruangan papih," jawab tuan




Leon, menggandeng tangan menantu kesayangannya untuk masuk ke dalam




ruangannya,




Tuan Leon memasuki ruangan kantornya dengan ekspresi bahagia sambil terus




menggandeng tangan Lisa yang mengekor di belakangnya, tuan Leon tak henti-




hentinya tersenyum menatap ke arah menantunya yang terlihat jengah dengan




sikapnya, sampai pada saat keduanya sudah duduk di sofa di dalam ruangan itu,




tuan Leon berkata lagi kepada Lisa, "sepertinya.. setelah punya anak, kamu malah




terlihat semakin cantik," gumam tuan Leon duduk di samping Lisa sambil




mendaratkan telapak tangannya di paha mulus menantunya yang semakin terlihat




jelas karena roknya yang sedikit tertarik ke atas saat dia duduk,




Lisa menoleh, dia menatap ke arah ayah mertuanya yang masih tersenyum melihat




ke arahnya "Terima kasih atas pujiannya, tapi sayangnya gak mempan buat aku,"




"hahaha.. Lisa.. Lisa, kamu ini masih saja bersikap seperti biasanya, oh iya.. kenapa




kamu gak ngabarin papih dulu kalo mau datang,? kan bisa papih jemput," ucap tuan




Leon,




"Papih gak perlu repot-repot karena tujuan aku dateng kesini hanya mau minta




penjelasan dari papih tentang penempatan Alex di Centropolis," ujar Lisa tanpa




basa-basi,




"lohh.. memangnya kenapa jika dia ditempatkan di sana untuk sementara,?" tanya




tuan Leon,




"seharusnya aku yang nanya ke papih, kenapa harus Alex,? bukankah di




perusahaan ini banyak manajer yang lebih senior bahkan lebih berpengalaman




daripada Alex,?" tanya Lisa membuat Leon menatap menantu perempuannya itu,




karena dia tahu hanya Lisa satu-satunya orang yang berani mempertanyakan




keputusannya dan juga berani untuk berdebat dengannya, bahkan Alex sendiri pun




tak pernah berani berdebat dengan ayahnya.




"Bukankah seharusnya kalian udah membicarakannya di rumah,?" Balik tanya Leon,




sembari bangkit dari sofa dan berjalan menuju meja kerjanya, lalu duduk di kursi




kebesarannya,




"Yaah.. emang sih sebelumnya Alex udah cerita ke aku tentang alasan kenapa papih




nempatin dia di sana, juga rencana papih yang mau pensiun, tapi gak mungkin




tujuan papih hanya itu, aku yakin papih punya rencana lain terhadap Alex, iya




kan,??" tanya Lisa menatap Leon,




"heyy.. gimana kalo kamu yang duduk di sini dan membuat keputusan apa pun




sesuai keinginan kamu,?" ujar Leon tersenyum ke arah menantu perempuannya,




"jawaban macam apa itu, aku bahkan gak pernah tertarik untuk duduk di sana" kata




Lisa yang membuat tuan Leon tertawa mendengarnya.




"hahaha.. Kenapa,? Selain kamu bisa mengatur perusahaan sesuka hati, termasuk




penempatan suamimu, kamu juga bisa berputar seperti ini," jelas tuan Leon seraya




memutar kursinya dengan merentangkan tangannya, membuat Lisa memutar bola




matanya karena malas dengan tingkah ayah mertuanya.




Lisa bangkit dari duduknya kemudian mendekat ke meja ayah mertuanya, dia




memegang satu persatu berkas-berkas yang menumpuk di atas meja, "liat aja




kertas-kertas ini, siapa pun pasti pusing saat memegangnya, apa papih tahu ini




jumlahnya ada berapa banyak,?" tanya Lisa sambil berdiri,




"kenapa harus pusing, kamu hanya perlu membaca lalu tanda tangan, gampang




kan,?" jawab Leon membuat Lisa tersenyum,




"hemm.. kalo emang segampang itu, gak mungkin banget kan papih pengen cepet




pensiun dan mencari penerus kalo cuma sekedar baca lalu tanda tangan, ya kan,?"




bantah Lisa lagi membuat Leon menghela nafas mendengarnya, karena sepintar




apa pun dia menjawab, menantu perempuannya itu tak segan-segan untuk




mendebatnya,




"gimana kalo kamu aja yang gantiin posisi papih di perusahaan,?" Usul Leon




membuat Lisa mengernyitkan dahinya,




"apa papih yakin dengan perkataan papih barusan,?" tanya Lisa sembari




memajukan badannya dengan sedikit membungkuk menatap ayah mertuanya,




meskipun usianya sudah tak muda lagi namun tuan Leon masih terlihat tampan dan




cukup gagah,




"iya.. papih serius, kamu boleh gantiin papih kapan pun kamu mau,?" balas tuan




Leon sembari menikmati pemandangan indah di depan matanya, dari jarak yang




cukup dekat dia bisa melihat dengan jelas belahan dada menantunya serta daging




buah dadanya yang semakin menyembul dari balik pakaian karena posisinya yang




sedikit membungkuk ke arahnya,




"lalu gimana dengan jajaran direksi yang lain,? aku yakin kemungkinan besar dari




mereka dan para pemegang saham juga akan menolak kalo aku yang jadi pimpinan




perusahaan," tanya Lisa lagi yang membuat tuan Leon tersenyum mendengarnya,




sepertinya menantunya itu sudah mulai tertarik dengan tawarannya,




"siapa yang akan berani menolak jika itu sudah keputusan papih,?" tanya tuan Leon




dengan senyuman sombongnya, kemudian dia berdiri tepat di belakang Lisa




memandang bulatan pantat menantunya yang nampak begitu kencang itu di balik




rok pendeknya yang ketat,




Tuan Leon berdiri tepat di belakang Lisa sambil matanya memandang bulatan pantat




semok milik menantu perempuannya itu yang sedang sibuk membolak-balik balik




berkas-berkas laporan yang ada di atas meja kerjanya,




"hhmm... papih ngapain sih,?" tanya Lisa saat merasakan kedua tangan ayah




mertuanya memeluknya dari belakang dan mengusap-usap perutnya yang rata,




"gimana kalo kita liburan dua atau tiga hari ke luar kota,? apa pun yang kamu mau




akan papih kasih, atau kalo kamu mau perusahaan ini pun akan papih kasih buat




kamu," bisik tuan Leon sembari menciumi rambut Lisa dari belakang,




Mendengar ucapan ayah mertuanya itu, seketika Lisa membalikkan badannya,




dengan senyumannya yang manis dia menatap wajah tuan Leon yang masih terus




memeluknya,




"hihihi.. ternyata papih dari dulu masih belum menyerah juga yaa,?" ucap Lisa




menowel hidung ayah mertuanya, memang di balik sikap tuan Leon yang terkenal




dingin tapi dia selalu bersikap luluh jika hanya berdua dengan menantu




perempuannya itu,




tok..!! tok..!! tok..!!




Belum sempat tuan Leon menjawab, terdengar suara pintu diketuk dengan refleks




mereka berdua menoleh ke arah pintu, dia pun kembali duduk di kursi kerjanya saat




sekretarisnya itu masuk,




"siang pak, bu Lisa, maaf mengganggu waktunya sebentar," ucap seorang wanita




yang tampak cantik tinggi dan sexy, yang merupakan sekretaris pribadi tuan Leon,




"hihihi.." Lisa menahan tawanya melihat ekspresi wajah mertuanya yang nampak




sedikit kesal,




"maaf pak ini berkas-berkas yang tadi bapak minta, dan ada beberapa yang harus di




tanda tangani," ucap sekretarisnya saat berada di dekat meja sambil tersenyum




kikuk karena ada Lisa di dalam ruangan,




"setelah ini segera kamu atur jadwal saya selanjutnya," ucap tuan Leon menerima




berkas-berkas itu dari sekretarisnya,




"iya baik pak, kalau begitu saya permisi dulu, mari pak, bu," ucap sekretarisnya




tersebut lalu pergi keluar ruangan,




"yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya pih, mau jaga Oliver, kasian kalo kelamaan




ditinggal di rumah," ucap Lisa,




"emm.. yasudah kalo gitu, biar papih suruh orang untuk antar kamu pulang," ujar




tuan Leon yang kemudian menelepon seseorang,




"iyaah terima kasih biar nanti aku tunggu di lobby, dan untuk tawaran papih yang tadi




sepertinya aku gak perlu melakukan apa-apa karena sebentar lagi perusahaan ini




juga akan diwariskan untuk suamiku," ujar Lisa tersenyum kepada ayah mertuanya,




"hahaha.. ini lah yang aku suka dari menantuku, wanita yang sangat cerdas,




hahaha.." jawab tuan Leon sembari tertawa,




"dan satu hal lagi, selama ada aku di sisi Alex, aku pastikan dia tidak akan berubah




menjadi orang seperti yang papih inginkan," ujar Lisa menatap mertuanya,




"hahaha.. yaah kita lihat saja nanti.." ujar tuan Leon tersenyum menatap Lisa penuh




arti,




.




*****




.




"aku turun di sini aja pak, bapak langsung balik lagi aja ke kantor, Terima kasih ya




pak," ujar Lisa kepada sopir kantor yang mengantarkannya,




“emm.. tapi bu, tadi saya di perintahkan untuk mengantarkan bu Lisa hingga sampai




di rumah,”




“udah, pokoknya bapak tenang aja,”




"iya baik bu," jawab sopir itu singkat,




Lisa sengaja turun di depan pasar karena ada beberapa keperluan yang ingin dia




beli sebelum pulang ke rumah, namun sayangnya dia sampai di pasar itu sudah




hampir malam dan nampak suasana di sekelilingnya pun sudah mulai sepi, karena




hanya ada beberapa kios saja yang masih buka tapi kebanyakan yang sudah tutup,




ada pula beberapa pedagang yang sedang sibuk merapikan barang-barang




dagangannya bersiap-siap untuk segera tutup,




Lisa berjalan santai saat menyusuri lorong pasar yang sudah terlihat mulai gelap dan




sangat sepi, nampak menyeramkan bagi orang yang tidak pernah memasuki pasar




dengan suasana seperti ini, tapi lain halnya dengan orang-orang yang memang




sudah terbiasa di sana,




"auwwwhhh.." Lisa berteriak karena sangat kaget ketika tiba-tiba ada tangan dari




belakang menepuk pantatnya dan juga meremasnya cukup kuat, dia pun langsung




refleks membalikkan badannya “heh.. apa-apaan nih, jangan kurang ajar kamu ya,!"




bentaknya dengan marah,




Saat Lisa berbalik, ternyata orang yang meremas pantatnya adalah seorang bocah




remaja tanggung, Lisa memperhatikan penampilan bocah itu dari kepala sampai




ujung kaki, tampangnya yang terlihat dekil seperti kebanyakan anak-anak jalanan,




gaya rambutnya yang awut-awutan dan sebuah kalung tali hitam yang melingkar




pada lehernya membuat bocah ini semakin terlihat norak dan kampungan, kulitnya




yang hitam mungkin karena sering terkena sinar matahari, bahkan bocah ini lebih




hitam dari si ucup, sebuah kaos oblong berwarna hitam yang sudah melar pada




bagian lehernya dan terlihat usang membalut tubuh kurus ceking itu, dan dari




kelihatannya Lisa menduga jika bocah ini mungkin seorang pengamen atau kuli




angkut di pasar,




“Hehehe… emangnya kenapa sih mba,? dikit doank, hehe..” ujar bocah itu enteng




yang tentu saja membuat Lisa semakin kesal karena telah berani berbuat kurang




ajar padanya,




“hehh.. apa-apaan kamu, jangan kurang ajar ya,!!!” bentak Lisa lagi sembari




menghindari tangan pemuda itu yang mencoba meraih buah dadanya,




"yailah mba, pegang doank dikit aja masa gak boleh, mba juga belum dapet




pelanggan kan,? tumben masih sore gini udah dateng aja, hehe..”




“awass..!!! jangan berani macem-macem kamu ya..“ bentak Lisa ketika bocah itu




semakin maju mendekat,




"hehe.. galak banget sih mba," bukannya menurut bocah itu malah terus mendekat




karena dia berpikir wanita di depannya ini adalah seorang PSK yang biasa mangkal




di sekitaran pasar saat malam hari,




"aahhh... lepassiinn..." ucap Lisa meronta-ronta saat bocah itu mendekap tubuhnya,




Merasa perlawanan Lisa tidak terlalu kuat, bocah itu pun menjadi semakin berani




dan langsung mendorong tubuh Lisa sehingga terdesak ke tembok, salah satu




tangannya bergerak dengan bebas menggerayangi dan meremas dada Lisa




sementara yang satunya lagi bergerak cepat ke arah bawah dan berusaha masuk




ke dalam rok yang di pakai wanita itu, Lisa terus meronta-ronta dengan kesal sambil




menepis tangan bocah itu yang sedang berusaha berbuat tak senonoh padanya,




Plakk!!!.. Plakkk!!..




Tiba-tiba bocah itu merasakan tamparan keras menerpa wajahnya, tak hanya satu




kali bahkan beberapa kali,




“Jangan kurang ajar kamu ya, kamu pikir kamu bisa berbuat seenaknya, hahh.!!”




bentak Lisa setelah melayangkan tamparannya yang begitu keras ke wajah pemuda




itu, sehingga bocah itu pun mundur dan sedikit merasa takut sambil mengusap




pipinya yang terasa sakit, dia tak menyangka wanita di depannya akan bereaksi




seperti itu,




"ada apa ini,? non Lisa gak apa-apa,?" Tiba-tiba dari belakang Lisa ada pria tua




yang menanyakan perihal yang terjadi,




Pak samsul yang baru selesai mengangkut barang dagangan di salah satu kios




bergegas datang saat mendengar ada suara-suara gaduh di dalam pasar, dia begitu




terkejutnya ketika melihat ternyata suara yang dia dengar tadi adalah suara Lisa,




apalagi saat ini dia melihat pakaian wanita cantik itu sedikit berantakan, kulit dada




Lisa yang putih membusung juga terlihat mengintip dari balik kemejanya karena




beberapa kancing atasnya ada yang terlepas,




“aku gak apa-apa kok pak, tapi nih anak kurang ajar banget,” jawab Lisa yang




nampaknya masih sangat kesal,




Mendengar ucapan Lisa tentu saja pak samsul langsung mengerti apa yang terjadi




barusan di situ, dan dia sangat yakin jika kusutnya pakaian sang nona tersayangnya




itu akibat ulah pemuda tersebut, pandangan pak samsul seketika beralih kepada




bocah itu yang tentu saja membuat bocah itu mundur beberapa langkah dengan




wajah pucat pasi bagaikan mayat karena sangat ketakutan, tatapan tajam mata pak




samsul yang membesar itu terlihat sangat mengerikan dan pemuda itu tahu apa




artinya dan apa yang akan terjadi pada dirinya,




“Kamu,!!.. Kamu berani kurang ajar disini ya,” ujar pak samsul geram, dia langsung




mengepalkan tangannya dan tanpa ba bi bu lagi langsung saja dia ayunkan bogem




mentahnya ke tubuh pemuda yang kurang ajar itu.




"bugghh..."




“ampunnnn paak.. ampunn.. aduuhh..” teriak bocah itu sambil memegangi perutnya




yang kesakitan ketika mendapat pukulan pak samsul yang membuat tubuhnya




seketika jatuh terjerembap,




Pak samsul yang benar-benar telah kalap maju selangkah hendak mengayunkan




lagi, namun Lisa jadi tak tega juga melihat bocah itu yang sedang meringkuk




kesakitan, apalagi anak itu tak mampu lagi untuk kabur ataupun berani melawan,




“udah pak cukup, kalo dia kenapa-kenapa nanti kita juga yang repot,” ujar Lisa




berusaha memegangi lengan pak samsul, sehingga mau tak mau pak tua itu pun




berhenti dan menahan emosinya,




“bocah kurang ajar begini emang harus di kasih pelajaran non, supaya tahu rasa




dia,!” ujar pak samsul sembari menahan emosinya,




“udah pak, udaah, sabaaar, akunya juga kan enggak apa-apa,” ujar Lisa berusaha




menenangkan pak samsul,




“dasar bocah setan, jangan cuma minta ampun, cepat kamu minta maaf sama non




ini sekarang,!!” pak samsul yang masih emosi lantas menarik kaos pemuda itu,




"ampuun bu, saya minta maaf, saya janji enggak akan mengulanginya lagi..




aduhhh..” ujar bocah itu sembari menunduk di hadapan Lisa sambil memegangi




perutnya yang masih terasa sakit,




“udah ya pak, jangan di apa-apain lagi, kasihan, aku juga udah maafin dia,” ujar Lisa




lagi kepada pak samsul, bocah itu pun bisa bernapas lega mendengarnya,




“sekarang kamu balik sana, awas kalo berani macem-macem atau kurang ajar lagi,”




perintah pak samsul lalu melepaskan cengkeramannya pada kaos pemuda itu,




“ii.. iyaa.. bb.. baikk pak,” pemuda itu pun pergi sembari terus memegangi perutnya,




"non Lisa beneran gak apa-apa,?" tanya pak samsul sekali lagi,




"iyaa.. aku gak apa-apa kok pak," jawab Lisa tersenyum,




"yasudah, kalo gitu mari saya antar pulang,"




"iyaa pak,"




Mereka berdua pun berjalan menuju becak pak samsul lalu pulang bersama-sama




meninggalkan pasar,




.




*****




.




Tuan Leon masih berada di dalam kantornya, setelah selesai memeriksa dan




menandatangani beberapa berkas dia kemudian menekan tombol telepon yang ada




di atas meja kerjanya, dia memanggil sekretarisnya yang cantik untuk masuk ke




dalam ruangannya,




Tok tok tok..




"maaf tuan, anda memanggil saya,?" ucapnya ketika sudah masuk ke ruangan,




"iya.." jawab tuan Leon singkat sembari menggerakkan tangannya agar




sekretarisnya itu segera mendekat,




"emm.. apakah ada yang bisa saya kerjakan,?" ujar wanita cantik tersebut setelah




berdiri di depan tuan Leon yang tampak sedang sibuk membaca berkas-berkas yang




ada di atas mejanya,




Wanita cantik tersebut memakai baju atasan berwarna putih berenda dengan hiasan




berbentuk pita yg ada di dadanya, dipadukan dengan rok ketat berwarna hitam




dengan stocking yang menghiasi kaki jenjangnya yang indah hingga ke bagian atas




pahanya, menambah aura erotis seorang wanita dewasa,




"kamu tau kenapa saya panggil,?" ucap tuan Leon sambil menatapnya penuh arti,




yang tentu saja membuat sekretarisnya itu menjadi gugup,




"emm.. maaf tuan, saya tidak mengerti," ucapnya yang menjadi semakin gugup




ketika tuan Leon beranjak dari duduknya dan berjalan mendekatinya,




"bukankah saya pernah katakan sebelumnya, jika ada anggota keluarga saya di sini,




kamu harus bersikap biasa saja dan jangan membuat kesalahan seperti tadi siang,"




lanjut tuan Leon yang kini berdiri di belakangnya,




"emmhh... maaf tuan, jika sikap saya benar-benar sudah berlebihan tadi" ucapnya




sambil menggigit bibir bawahnya, saat tangan tuan Leon memegang dan meremas




pantatnya dengan kasar, yang tentu saja hal itu membuatnya merinding karena




membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya,




“plakk...!”




"awwhhh.." desahnya ketika pantatnya yang semok itu di tampar oleh boss




perusahaannya,




"kamu tau kan saya gak bisa memaafkan kesalahanmu begitu saja," ucap tuan Leon




yang kini memeluk tubuh sekretarisnya yang seksi itu dari belakang, sambil kedua




tangannya bergerak perlahan ke atas dan memegang pinggang ramping wanita




tersebut,




"emmpphhh... tuan,??" ucap wanita itu ketika merasakan tangan tuan Leon yang




meraba-raba tubuhnya semakin ke atas dan menangkap kedua gunung kembarnya




yang cukup montok,




"emmphhh..." wanita itu hanya bisa diam dan mendesah menahan rasa horny yang




perlahan mulai bangkit ketika tangan boss nya itu semakin nakal meremas-remas




kedua gundukan payudaranya yang masih tertutup bajunya,




Debar jantung wanita tersebut berdegup kencang ketika tangan tuan Leon yang tiba-




tiba berhenti meremas area gunung kembarnya yang sudah terasa semakin




menegang, tuan Leon kemudian melepaskan tubuh sekretarisnya yang cantik itu lalu




berjalan menuju sofa yang berada di belakang mereka,




"berbalik, saya ingin melihat wajah kamu yang cantik" ujar tuan Leon pada




sekretarisnya yang masih berdiri mematung membelakanginya,




Dengan perlahan wanita tersebut memutar tubuhnya menghadap ke arah tuan Leon




yang kini sudah duduk di sofa, dengan tatapan sayu dan jantung yang terasa




semakin berdebar karena menahan horny, dia mengusap-usap lengannya seperti




orang yang sedang kedinginan,




"lepaskan," perintah tuan Leon segera setelah sekretaris pribadinya itu berbalik,




Dengan gerakan perlahan wanita itu mulai melepaskan ikatan tali berbentuk pita




yang ada di depan dadanya, lalu dia pun mulai melepaskan kancing kemejanya satu




persatu, setelah semua kancingnya terlepas dengan perlahan dia melepaskan baju




atasannya sehingga terlihatlah kulit putih bersih tanpa cacat di tubuh wanita cantik




itu, di bawah lehernya yang jenjang nampak belahan daging payudaranya terlihat




semakin menonjol karena masih tertutup oleh bra berwarna hitam yang begitu




kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih,




Dengan senyuman yang begitu menggoda dia melirik ke arah tuan Leon yang




sedang memandangi tubuhnya sambil tersenyum menikmati suguhan sebuah




pertunjukan erotis darinya, tatapan tuan Leon yang begitu tajam dan berwibawa




dapat membuat setiap wanita termasuk dirinya takluk oleh tatapannya,




Dengan jari-jari tangannya, wanita itu meraih kait bra yang ada di depan dan




melepaskan penutup satu-satunya yang masih tersisa di tubuh bagian atasnya, dan




dengan tingkah yang centil dan sedikit malu-malu dia mencoba menutupi gundukan




payudaranya yang montok itu dengan kedua lengannya,




"sekarang kamu mendekat kesini," ucap tuan Leon,




“emmhhhh...”

Posting Komentar

0 Komentar