Lisa berdiri di depan sebuah gedung pencakar langit yang merupakan kantor
perusahaan milik ayah mertuanya, dia menatap tajam ke arah atas dimana ruangan
ayah mertuanya itu berada, Lisa sengaja datang sendirian tanpa menghubunginya
terlebih dahulu, karena ada hal penting yang ingin dia bicarakan secara empat mata
dengan ayah mertuanya itu,
Lisa nampak percaya diri memasuki pintu utama lobby perusahaan ayah mertuanya
itu dengan langkah santainya, dia tersenyum ramah saat salah seorang petugas
membukakan pintu untuknya dan hampir semua karyawan di perusahaan itu
menyambutnya dengan penuh hormat, tak jarang ada beberapa karyawan wanita
yang saling berbisik-bisik memuji kecantikannya dan mengatakan iri terhadap
hidupnya,
Saat hendak memasuki lift, Lisa mengernyitkan dahinya kala melihat beberapa
karyawan yang sudah berada di dalamnya malah keluar untuk mempersilahkan
dirinya masuk,
"apa kalian gak ada yang mau ikut naik lift,?" tanya Lisa sambil tersenyum menatap
sekelilingnya,
"bu Lisa silahkan menggunakan liftnya terlebih dahulu, kami bisa menunggu," suara
salah satu laki-laki paruh baya yang terlihat seperti orang yang sudah cukup lama
bekerja di perusahaan ayah mertuanya, membuat Lisa mengangguk.
Lisa melangkahkan kakinya hendak memasuki lift, namun sejenak dia menahan
langkahnya dan kembali menoleh.
"Kalau semisal aku cuma berdiri di sini terus, dan gak berniat untuk masuk, apa
kalian juga hanya akan tetap terus berdiri menungguku untuk masuk,?" tanya Lisa
lagi membuat semuanya diam, meskipun dia adalah istri dari pewaris perusahaan ini
namun di dalam benaknya dia sebenarnya tidak mau di perlakukan terlalu istimewa
seperti itu oleh para karyawan di perusahaan,
"kami yakin bu Lisa tidak mungkin akan melakukan hal seperti itu," jawab laki-laki
paruh baya itu lagi,
"huhhh.. yasudah kalau begitu," Lisa menghela nafasnya dan mengangguk kembali,
dia pun memasuki lift sendirian menuju ke lantai dimana ruangan kantor ayah
mertuanya berada,
Saat suara pintu lift terbuka, Lisa keluar dengan ekspresinya yang ramah sambil
terus berjalan menuju ruangan ayah mertuanya dia tersenyum ramah menatap ke
arah karyawan-karyawan yang berdiri menunduk hormat menyapanya, saat hampir
tiba di depan pintu tiba-tiba ada seseorang wanita cantik yang usianya masih
seumuran dengannya buru-buru berdiri lalu berjalan menghampiri dan mencoba
untuk menahannya masuk,
"maaf bu Lisa," ucap wanita itu ketika Lisa hendak mengetuk pintu,
"iya ada apa,?" jawab Lisa ramah,
"emm.. tuan Leon sedang ada meeting di dalam, tadi beliau berpesan, tidak boleh
ada yang mengganggu sebelum meetingnya selesai," jawab wanita cantik itu yang
kini sedang berdiri di samping Lisa,
Wanita tersebut bernama Isabella, yang merupakan sekretaris ayah mertuanya,
wanita muda dengan tinggi badan dan bentuk tubuh yang proporsional, wajahnya
yang cantik ditambah lagi dengan ukuran payudaranya yang cukup besar terlihat
membusung dari balik pakaian kantornya yang terlihat ketat menempel di tubuhnya,
sehingga pantas saja dia di jadikan sekretaris pribadi oleh tuan Leon,
Sebenarnya di dalam hati Lisa memang ada sedikit rasa tidak suka dengan Bella
karna dari pakaiannya yang terlihat cukup seksi itu, juga karena tingkahnya yang
kadang kegenitan jika sedang bersama dengan tuan Leon, dan sepertinya memang
ada hubungan spesial antara wanita itu dengan ayah mertuanya yang merupakan
pemilik perusahaan ini, namun Lisa menyembunyikan rasa ke tidak sukaannya itu
dan berusaha untuk tetap bersikap ramah padanya,
"ooh jadi begitu ya, kira-kira kapan selesainya,?" tanya Lisa,
"kemungkinan sebentar lagi selesai sebelum makan siang, bu Lisa bisa menunggu
di ruangan saya,"
Lisa melihat arloji di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul
dua belas siang, "emm.. oke deh," Lisa mengikuti Bella dari belakang ke arah
ruangan sekretaris,
Ketika baru saja mereka hendak masuk ke dalam ruangan itu, terdengar pintu
ruangan tuan Leon terbuka dan beberapa pria paruh baya bersetelan jas keluar dan
langsung berjalan meninggalkan ruangan tersebut, wajah-wajah mereka nampak
asing bagi Lisa dan sepertinya mereka bukanlah orang-orang di perusahaan ini, dan
terlihat di belakang mereka tuan Leon keluar dari ruangannya sembari membuka
kancing jasnya,
"Papih," panggil Lisa yang seketika membuat tuan Leon langsung menoleh ke arah
suara yang memanggilnya, dia menatap menantunya yang cantik sedang berdiri di
depan ruangan sekretaris bersama dengan Bella,
"wah.. waah.. ada apa nona muda Luther tiba-tiba datang kemari,?" Suara dari tuan
Leon yang terdengar cukup keras membuat semua orang menoleh, namun buru-
buru mereka kembali melanjutkan aktivitas karena takut jika tuan Leon memergoki
mereka sedang menatapnya,
Tuan Leon langsung menghampiri Lisa dan memeluknya dengan erat, "emmhh.. pih,
ada hal penting yang aku mau tanyain ke papih," ucap Lisa mendorong tubuh
mertuanya untuk melepaskan pelukannya,
"hmmm.. hal penting apa,? kita bisa ngobrol di dalam ruangan papih," jawab tuan
Leon, menggandeng tangan menantu kesayangannya untuk masuk ke dalam
ruangannya,
Tuan Leon memasuki ruangan kantornya dengan ekspresi bahagia sambil terus
menggandeng tangan Lisa yang mengekor di belakangnya, tuan Leon tak henti-
hentinya tersenyum menatap ke arah menantunya yang terlihat jengah dengan
sikapnya, sampai pada saat keduanya sudah duduk di sofa di dalam ruangan itu,
tuan Leon berkata lagi kepada Lisa, "sepertinya.. setelah punya anak, kamu malah
terlihat semakin cantik," gumam tuan Leon duduk di samping Lisa sambil
mendaratkan telapak tangannya di paha mulus menantunya yang semakin terlihat
jelas karena roknya yang sedikit tertarik ke atas saat dia duduk,
Lisa menoleh, dia menatap ke arah ayah mertuanya yang masih tersenyum melihat
ke arahnya "Terima kasih atas pujiannya, tapi sayangnya gak mempan buat aku,"
"hahaha.. Lisa.. Lisa, kamu ini masih saja bersikap seperti biasanya, oh iya.. kenapa
kamu gak ngabarin papih dulu kalo mau datang,? kan bisa papih jemput," ucap tuan
Leon,
"Papih gak perlu repot-repot karena tujuan aku dateng kesini hanya mau minta
penjelasan dari papih tentang penempatan Alex di Centropolis," ujar Lisa tanpa
basa-basi,
"lohh.. memangnya kenapa jika dia ditempatkan di sana untuk sementara,?" tanya
tuan Leon,
"seharusnya aku yang nanya ke papih, kenapa harus Alex,? bukankah di
perusahaan ini banyak manajer yang lebih senior bahkan lebih berpengalaman
daripada Alex,?" tanya Lisa membuat Leon menatap menantu perempuannya itu,
karena dia tahu hanya Lisa satu-satunya orang yang berani mempertanyakan
keputusannya dan juga berani untuk berdebat dengannya, bahkan Alex sendiri pun
tak pernah berani berdebat dengan ayahnya.
"Bukankah seharusnya kalian udah membicarakannya di rumah,?" Balik tanya Leon,
sembari bangkit dari sofa dan berjalan menuju meja kerjanya, lalu duduk di kursi
kebesarannya,
"Yaah.. emang sih sebelumnya Alex udah cerita ke aku tentang alasan kenapa papih
nempatin dia di sana, juga rencana papih yang mau pensiun, tapi gak mungkin
tujuan papih hanya itu, aku yakin papih punya rencana lain terhadap Alex, iya
kan,??" tanya Lisa menatap Leon,
"heyy.. gimana kalo kamu yang duduk di sini dan membuat keputusan apa pun
sesuai keinginan kamu,?" ujar Leon tersenyum ke arah menantu perempuannya,
"jawaban macam apa itu, aku bahkan gak pernah tertarik untuk duduk di sana" kata
Lisa yang membuat tuan Leon tertawa mendengarnya.
"hahaha.. Kenapa,? Selain kamu bisa mengatur perusahaan sesuka hati, termasuk
penempatan suamimu, kamu juga bisa berputar seperti ini," jelas tuan Leon seraya
memutar kursinya dengan merentangkan tangannya, membuat Lisa memutar bola
matanya karena malas dengan tingkah ayah mertuanya.
Lisa bangkit dari duduknya kemudian mendekat ke meja ayah mertuanya, dia
memegang satu persatu berkas-berkas yang menumpuk di atas meja, "liat aja
kertas-kertas ini, siapa pun pasti pusing saat memegangnya, apa papih tahu ini
jumlahnya ada berapa banyak,?" tanya Lisa sambil berdiri,
"kenapa harus pusing, kamu hanya perlu membaca lalu tanda tangan, gampang
kan,?" jawab Leon membuat Lisa tersenyum,
"hemm.. kalo emang segampang itu, gak mungkin banget kan papih pengen cepet
pensiun dan mencari penerus kalo cuma sekedar baca lalu tanda tangan, ya kan,?"
bantah Lisa lagi membuat Leon menghela nafas mendengarnya, karena sepintar
apa pun dia menjawab, menantu perempuannya itu tak segan-segan untuk
mendebatnya,
"gimana kalo kamu aja yang gantiin posisi papih di perusahaan,?" Usul Leon
membuat Lisa mengernyitkan dahinya,
"apa papih yakin dengan perkataan papih barusan,?" tanya Lisa sembari
memajukan badannya dengan sedikit membungkuk menatap ayah mertuanya,
meskipun usianya sudah tak muda lagi namun tuan Leon masih terlihat tampan dan
cukup gagah,
"iya.. papih serius, kamu boleh gantiin papih kapan pun kamu mau,?" balas tuan
Leon sembari menikmati pemandangan indah di depan matanya, dari jarak yang
cukup dekat dia bisa melihat dengan jelas belahan dada menantunya serta daging
buah dadanya yang semakin menyembul dari balik pakaian karena posisinya yang
sedikit membungkuk ke arahnya,
"lalu gimana dengan jajaran direksi yang lain,? aku yakin kemungkinan besar dari
mereka dan para pemegang saham juga akan menolak kalo aku yang jadi pimpinan
perusahaan," tanya Lisa lagi yang membuat tuan Leon tersenyum mendengarnya,
sepertinya menantunya itu sudah mulai tertarik dengan tawarannya,
"siapa yang akan berani menolak jika itu sudah keputusan papih,?" tanya tuan Leon
dengan senyuman sombongnya, kemudian dia berdiri tepat di belakang Lisa
memandang bulatan pantat menantunya yang nampak begitu kencang itu di balik
rok pendeknya yang ketat,
Tuan Leon berdiri tepat di belakang Lisa sambil matanya memandang bulatan pantat
semok milik menantu perempuannya itu yang sedang sibuk membolak-balik balik
berkas-berkas laporan yang ada di atas meja kerjanya,
"hhmm... papih ngapain sih,?" tanya Lisa saat merasakan kedua tangan ayah
mertuanya memeluknya dari belakang dan mengusap-usap perutnya yang rata,
"gimana kalo kita liburan dua atau tiga hari ke luar kota,? apa pun yang kamu mau
akan papih kasih, atau kalo kamu mau perusahaan ini pun akan papih kasih buat
kamu," bisik tuan Leon sembari menciumi rambut Lisa dari belakang,
Mendengar ucapan ayah mertuanya itu, seketika Lisa membalikkan badannya,
dengan senyumannya yang manis dia menatap wajah tuan Leon yang masih terus
memeluknya,
"hihihi.. ternyata papih dari dulu masih belum menyerah juga yaa,?" ucap Lisa
menowel hidung ayah mertuanya, memang di balik sikap tuan Leon yang terkenal
dingin tapi dia selalu bersikap luluh jika hanya berdua dengan menantu
perempuannya itu,
tok..!! tok..!! tok..!!
Belum sempat tuan Leon menjawab, terdengar suara pintu diketuk dengan refleks
mereka berdua menoleh ke arah pintu, dia pun kembali duduk di kursi kerjanya saat
sekretarisnya itu masuk,
"siang pak, bu Lisa, maaf mengganggu waktunya sebentar," ucap seorang wanita
yang tampak cantik tinggi dan sexy, yang merupakan sekretaris pribadi tuan Leon,
"hihihi.." Lisa menahan tawanya melihat ekspresi wajah mertuanya yang nampak
sedikit kesal,
"maaf pak ini berkas-berkas yang tadi bapak minta, dan ada beberapa yang harus di
tanda tangani," ucap sekretarisnya saat berada di dekat meja sambil tersenyum
kikuk karena ada Lisa di dalam ruangan,
"setelah ini segera kamu atur jadwal saya selanjutnya," ucap tuan Leon menerima
berkas-berkas itu dari sekretarisnya,
"iya baik pak, kalau begitu saya permisi dulu, mari pak, bu," ucap sekretarisnya
tersebut lalu pergi keluar ruangan,
"yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya pih, mau jaga Oliver, kasian kalo kelamaan
ditinggal di rumah," ucap Lisa,
"emm.. yasudah kalo gitu, biar papih suruh orang untuk antar kamu pulang," ujar
tuan Leon yang kemudian menelepon seseorang,
"iyaah terima kasih biar nanti aku tunggu di lobby, dan untuk tawaran papih yang tadi
sepertinya aku gak perlu melakukan apa-apa karena sebentar lagi perusahaan ini
juga akan diwariskan untuk suamiku," ujar Lisa tersenyum kepada ayah mertuanya,
"hahaha.. ini lah yang aku suka dari menantuku, wanita yang sangat cerdas,
hahaha.." jawab tuan Leon sembari tertawa,
"dan satu hal lagi, selama ada aku di sisi Alex, aku pastikan dia tidak akan berubah
menjadi orang seperti yang papih inginkan," ujar Lisa menatap mertuanya,
"hahaha.. yaah kita lihat saja nanti.." ujar tuan Leon tersenyum menatap Lisa penuh
arti,
.
*****
.
"aku turun di sini aja pak, bapak langsung balik lagi aja ke kantor, Terima kasih ya
pak," ujar Lisa kepada sopir kantor yang mengantarkannya,
“emm.. tapi bu, tadi saya di perintahkan untuk mengantarkan bu Lisa hingga sampai
di rumah,”
“udah, pokoknya bapak tenang aja,”
"iya baik bu," jawab sopir itu singkat,
Lisa sengaja turun di depan pasar karena ada beberapa keperluan yang ingin dia
beli sebelum pulang ke rumah, namun sayangnya dia sampai di pasar itu sudah
hampir malam dan nampak suasana di sekelilingnya pun sudah mulai sepi, karena
hanya ada beberapa kios saja yang masih buka tapi kebanyakan yang sudah tutup,
ada pula beberapa pedagang yang sedang sibuk merapikan barang-barang
dagangannya bersiap-siap untuk segera tutup,
Lisa berjalan santai saat menyusuri lorong pasar yang sudah terlihat mulai gelap dan
sangat sepi, nampak menyeramkan bagi orang yang tidak pernah memasuki pasar
dengan suasana seperti ini, tapi lain halnya dengan orang-orang yang memang
sudah terbiasa di sana,
"auwwwhhh.." Lisa berteriak karena sangat kaget ketika tiba-tiba ada tangan dari
belakang menepuk pantatnya dan juga meremasnya cukup kuat, dia pun langsung
refleks membalikkan badannya “heh.. apa-apaan nih, jangan kurang ajar kamu ya,!"
bentaknya dengan marah,
Saat Lisa berbalik, ternyata orang yang meremas pantatnya adalah seorang bocah
remaja tanggung, Lisa memperhatikan penampilan bocah itu dari kepala sampai
ujung kaki, tampangnya yang terlihat dekil seperti kebanyakan anak-anak jalanan,
gaya rambutnya yang awut-awutan dan sebuah kalung tali hitam yang melingkar
pada lehernya membuat bocah ini semakin terlihat norak dan kampungan, kulitnya
yang hitam mungkin karena sering terkena sinar matahari, bahkan bocah ini lebih
hitam dari si ucup, sebuah kaos oblong berwarna hitam yang sudah melar pada
bagian lehernya dan terlihat usang membalut tubuh kurus ceking itu, dan dari
kelihatannya Lisa menduga jika bocah ini mungkin seorang pengamen atau kuli
angkut di pasar,
“Hehehe… emangnya kenapa sih mba,? dikit doank, hehe..” ujar bocah itu enteng
yang tentu saja membuat Lisa semakin kesal karena telah berani berbuat kurang
ajar padanya,
“hehh.. apa-apaan kamu, jangan kurang ajar ya,!!!” bentak Lisa lagi sembari
menghindari tangan pemuda itu yang mencoba meraih buah dadanya,
"yailah mba, pegang doank dikit aja masa gak boleh, mba juga belum dapet
pelanggan kan,? tumben masih sore gini udah dateng aja, hehe..”
“awass..!!! jangan berani macem-macem kamu ya..“ bentak Lisa ketika bocah itu
semakin maju mendekat,
"hehe.. galak banget sih mba," bukannya menurut bocah itu malah terus mendekat
karena dia berpikir wanita di depannya ini adalah seorang PSK yang biasa mangkal
di sekitaran pasar saat malam hari,
"aahhh... lepassiinn..." ucap Lisa meronta-ronta saat bocah itu mendekap tubuhnya,
Merasa perlawanan Lisa tidak terlalu kuat, bocah itu pun menjadi semakin berani
dan langsung mendorong tubuh Lisa sehingga terdesak ke tembok, salah satu
tangannya bergerak dengan bebas menggerayangi dan meremas dada Lisa
sementara yang satunya lagi bergerak cepat ke arah bawah dan berusaha masuk
ke dalam rok yang di pakai wanita itu, Lisa terus meronta-ronta dengan kesal sambil
menepis tangan bocah itu yang sedang berusaha berbuat tak senonoh padanya,
Plakk!!!.. Plakkk!!..
Tiba-tiba bocah itu merasakan tamparan keras menerpa wajahnya, tak hanya satu
kali bahkan beberapa kali,
“Jangan kurang ajar kamu ya, kamu pikir kamu bisa berbuat seenaknya, hahh.!!”
bentak Lisa setelah melayangkan tamparannya yang begitu keras ke wajah pemuda
itu, sehingga bocah itu pun mundur dan sedikit merasa takut sambil mengusap
pipinya yang terasa sakit, dia tak menyangka wanita di depannya akan bereaksi
seperti itu,
"ada apa ini,? non Lisa gak apa-apa,?" Tiba-tiba dari belakang Lisa ada pria tua
yang menanyakan perihal yang terjadi,
Pak samsul yang baru selesai mengangkut barang dagangan di salah satu kios
bergegas datang saat mendengar ada suara-suara gaduh di dalam pasar, dia begitu
terkejutnya ketika melihat ternyata suara yang dia dengar tadi adalah suara Lisa,
apalagi saat ini dia melihat pakaian wanita cantik itu sedikit berantakan, kulit dada
Lisa yang putih membusung juga terlihat mengintip dari balik kemejanya karena
beberapa kancing atasnya ada yang terlepas,
“aku gak apa-apa kok pak, tapi nih anak kurang ajar banget,” jawab Lisa yang
nampaknya masih sangat kesal,
Mendengar ucapan Lisa tentu saja pak samsul langsung mengerti apa yang terjadi
barusan di situ, dan dia sangat yakin jika kusutnya pakaian sang nona tersayangnya
itu akibat ulah pemuda tersebut, pandangan pak samsul seketika beralih kepada
bocah itu yang tentu saja membuat bocah itu mundur beberapa langkah dengan
wajah pucat pasi bagaikan mayat karena sangat ketakutan, tatapan tajam mata pak
samsul yang membesar itu terlihat sangat mengerikan dan pemuda itu tahu apa
artinya dan apa yang akan terjadi pada dirinya,
“Kamu,!!.. Kamu berani kurang ajar disini ya,” ujar pak samsul geram, dia langsung
mengepalkan tangannya dan tanpa ba bi bu lagi langsung saja dia ayunkan bogem
mentahnya ke tubuh pemuda yang kurang ajar itu.
"bugghh..."
“ampunnnn paak.. ampunn.. aduuhh..” teriak bocah itu sambil memegangi perutnya
yang kesakitan ketika mendapat pukulan pak samsul yang membuat tubuhnya
seketika jatuh terjerembap,
Pak samsul yang benar-benar telah kalap maju selangkah hendak mengayunkan
lagi, namun Lisa jadi tak tega juga melihat bocah itu yang sedang meringkuk
kesakitan, apalagi anak itu tak mampu lagi untuk kabur ataupun berani melawan,
“udah pak cukup, kalo dia kenapa-kenapa nanti kita juga yang repot,” ujar Lisa
berusaha memegangi lengan pak samsul, sehingga mau tak mau pak tua itu pun
berhenti dan menahan emosinya,
“bocah kurang ajar begini emang harus di kasih pelajaran non, supaya tahu rasa
dia,!” ujar pak samsul sembari menahan emosinya,
“udah pak, udaah, sabaaar, akunya juga kan enggak apa-apa,” ujar Lisa berusaha
menenangkan pak samsul,
“dasar bocah setan, jangan cuma minta ampun, cepat kamu minta maaf sama non
ini sekarang,!!” pak samsul yang masih emosi lantas menarik kaos pemuda itu,
"ampuun bu, saya minta maaf, saya janji enggak akan mengulanginya lagi..
aduhhh..” ujar bocah itu sembari menunduk di hadapan Lisa sambil memegangi
perutnya yang masih terasa sakit,
“udah ya pak, jangan di apa-apain lagi, kasihan, aku juga udah maafin dia,” ujar Lisa
lagi kepada pak samsul, bocah itu pun bisa bernapas lega mendengarnya,
“sekarang kamu balik sana, awas kalo berani macem-macem atau kurang ajar lagi,”
perintah pak samsul lalu melepaskan cengkeramannya pada kaos pemuda itu,
“ii.. iyaa.. bb.. baikk pak,” pemuda itu pun pergi sembari terus memegangi perutnya,
"non Lisa beneran gak apa-apa,?" tanya pak samsul sekali lagi,
"iyaa.. aku gak apa-apa kok pak," jawab Lisa tersenyum,
"yasudah, kalo gitu mari saya antar pulang,"
"iyaa pak,"
Mereka berdua pun berjalan menuju becak pak samsul lalu pulang bersama-sama
meninggalkan pasar,
.
*****
.
Tuan Leon masih berada di dalam kantornya, setelah selesai memeriksa dan
menandatangani beberapa berkas dia kemudian menekan tombol telepon yang ada
di atas meja kerjanya, dia memanggil sekretarisnya yang cantik untuk masuk ke
dalam ruangannya,
Tok tok tok..
"maaf tuan, anda memanggil saya,?" ucapnya ketika sudah masuk ke ruangan,
"iya.." jawab tuan Leon singkat sembari menggerakkan tangannya agar
sekretarisnya itu segera mendekat,
"emm.. apakah ada yang bisa saya kerjakan,?" ujar wanita cantik tersebut setelah
berdiri di depan tuan Leon yang tampak sedang sibuk membaca berkas-berkas yang
ada di atas mejanya,
Wanita cantik tersebut memakai baju atasan berwarna putih berenda dengan hiasan
berbentuk pita yg ada di dadanya, dipadukan dengan rok ketat berwarna hitam
dengan stocking yang menghiasi kaki jenjangnya yang indah hingga ke bagian atas
pahanya, menambah aura erotis seorang wanita dewasa,
"kamu tau kenapa saya panggil,?" ucap tuan Leon sambil menatapnya penuh arti,
yang tentu saja membuat sekretarisnya itu menjadi gugup,
"emm.. maaf tuan, saya tidak mengerti," ucapnya yang menjadi semakin gugup
ketika tuan Leon beranjak dari duduknya dan berjalan mendekatinya,
"bukankah saya pernah katakan sebelumnya, jika ada anggota keluarga saya di sini,
kamu harus bersikap biasa saja dan jangan membuat kesalahan seperti tadi siang,"
lanjut tuan Leon yang kini berdiri di belakangnya,
"emmhh... maaf tuan, jika sikap saya benar-benar sudah berlebihan tadi" ucapnya
sambil menggigit bibir bawahnya, saat tangan tuan Leon memegang dan meremas
pantatnya dengan kasar, yang tentu saja hal itu membuatnya merinding karena
membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya,
“plakk...!”
"awwhhh.." desahnya ketika pantatnya yang semok itu di tampar oleh boss
perusahaannya,
"kamu tau kan saya gak bisa memaafkan kesalahanmu begitu saja," ucap tuan Leon
yang kini memeluk tubuh sekretarisnya yang seksi itu dari belakang, sambil kedua
tangannya bergerak perlahan ke atas dan memegang pinggang ramping wanita
tersebut,
"emmpphhh... tuan,??" ucap wanita itu ketika merasakan tangan tuan Leon yang
meraba-raba tubuhnya semakin ke atas dan menangkap kedua gunung kembarnya
yang cukup montok,
"emmphhh..." wanita itu hanya bisa diam dan mendesah menahan rasa horny yang
perlahan mulai bangkit ketika tangan boss nya itu semakin nakal meremas-remas
kedua gundukan payudaranya yang masih tertutup bajunya,
Debar jantung wanita tersebut berdegup kencang ketika tangan tuan Leon yang tiba-
tiba berhenti meremas area gunung kembarnya yang sudah terasa semakin
menegang, tuan Leon kemudian melepaskan tubuh sekretarisnya yang cantik itu lalu
berjalan menuju sofa yang berada di belakang mereka,
"berbalik, saya ingin melihat wajah kamu yang cantik" ujar tuan Leon pada
sekretarisnya yang masih berdiri mematung membelakanginya,
Dengan perlahan wanita tersebut memutar tubuhnya menghadap ke arah tuan Leon
yang kini sudah duduk di sofa, dengan tatapan sayu dan jantung yang terasa
semakin berdebar karena menahan horny, dia mengusap-usap lengannya seperti
orang yang sedang kedinginan,
"lepaskan," perintah tuan Leon segera setelah sekretaris pribadinya itu berbalik,
Dengan gerakan perlahan wanita itu mulai melepaskan ikatan tali berbentuk pita
yang ada di depan dadanya, lalu dia pun mulai melepaskan kancing kemejanya satu
persatu, setelah semua kancingnya terlepas dengan perlahan dia melepaskan baju
atasannya sehingga terlihatlah kulit putih bersih tanpa cacat di tubuh wanita cantik
itu, di bawah lehernya yang jenjang nampak belahan daging payudaranya terlihat
semakin menonjol karena masih tertutup oleh bra berwarna hitam yang begitu
kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih,
Dengan senyuman yang begitu menggoda dia melirik ke arah tuan Leon yang
sedang memandangi tubuhnya sambil tersenyum menikmati suguhan sebuah
pertunjukan erotis darinya, tatapan tuan Leon yang begitu tajam dan berwibawa
dapat membuat setiap wanita termasuk dirinya takluk oleh tatapannya,
Dengan jari-jari tangannya, wanita itu meraih kait bra yang ada di depan dan
melepaskan penutup satu-satunya yang masih tersisa di tubuh bagian atasnya, dan
dengan tingkah yang centil dan sedikit malu-malu dia mencoba menutupi gundukan
payudaranya yang montok itu dengan kedua lengannya,
"sekarang kamu mendekat kesini," ucap tuan Leon,
“emmhhhh...”
0 Komentar