IBU KOST KESAYANGAN PART 4

 

“Oooh, Fraaansssss! Geliiiii!”


Jeritan lirih sang ibu kos cantik terdengar indah. Aku yang sejak tadi bersusah-payah mengendalikan gejolak birahi, sontak tidak ingin lagi menghentikan momen awal persetubuhan kami ini. Setelah kepala batang otot kekar selangkanganku telah menjejali liang kewanitaannya, kumajukan pinggul untuk membenamkan seluruh batang kejantanan hingga ke ujung rahim. Saat tubuh berjongkok sedikit menjorok ke belakang, sontak organ intim kami berdua bergesekan dengan ketat.


“Oooh, Fraaansss! Dalem bangeeeeet!”


Kepala sang ibu kos cantik menoleh ke belakang. Mata sayunya menatapku. Senyum manis yang tersungging di bibir merah terbuka itu, menjadi isyarat untukku melakukan hal yang lebih daripada sekadar memijat. Kubalas tatap matanya yang menoleh ke belakang lalu kedua tanganku berpegangan ke pinggul kanan kiri sang ibu kos cantik.


“Kocokinlah, Mbak,” bisikku.


Kupegang dan perlahan menarik pinggul sang ibu kos ke bawah sebagai isyarat. Tangan pun beralih menahan pantat dari bawah sekalian melebarkan liang kewanitaan Mbak Rini terbuka. Kini, aku bisa melihat keindahan bentuk tubuh sang perempuan cantik paruh baya saat batang kejantanan menyelusup masuk dari belakang hingga amblas. Kuposisikan begitu sebenarnya agar nanti pinggul Mbak Rini bisa dimaju-mundurkan dengan mudah. Demikian juga dengan aku, bisa menaik-turunkan pinggul dengan mudah. Kedua kaki yang tertekuk pun, kukangkangkan sebagai pondasi.


“Oooh, Fraaans! Oooh, Fraaaansss!”


Dengan diringi lenguhan yang lirih, Mbak Rini mulai bergerak menaik-turunkan pinggul. Bunyi benturan pantat saat jatuh ke selangkanganku bagai menambah gairahnya. Ia mulai mempercepat gerakan. Aku pun membantu dengan menahan di bawah pantat untuk mengangkat naik-turun dengan cepat.


Plak! Plak! Plak!


“Oooh, Fraaanss! Oooh, Fraaanss! Oooh, Fraaansss!”


Mbak Rini bagai tidak kenal lelah. Ia bergerak sangat lincah menaik-turunkan pinggul. Saat menahan pantatnya untuk membantu naik-turun, aku pun meremas pelan. Lumuran minyak massage sangat membantu untuk memudahkan remasan menjadi lembut dan terasa geli.


Dengan posisi kedua kaki yang tertekuk dilipat, menjadikan selangkanganku sebagai bantalan bagi pantat sekal Mbak Rini saat menaik-turunkan pinggul. Aku juga jadi lebih mudah untuk menaikkan pinggul. Batang kejantanan pun menyelusup masuk lebih ke dalam liang kewanitaan sang ibu kos cantik. Sementara ia mengangkangkan kedua kaki, membuka liang kewanitaannya lebar-lebar. Tidak terbayangkan, betapa ngilu yang dirasakan sang perempuan paruh baya yang cantik itu saat batang kejantananku yang keras dengan kepala yang membulat besar kemerahan, menggesek-gesek dinding liang kewanitaannya hingga menyentuh ke ujung rahim.


“Sssshhhhhhh …. Fraaanssss! Oooooooooohhhhh!”


Mbak Rini mendesah sambil memejamkan mata. Kepala menggeleng-geleng sehingga rambut panjangnya terhempas ke kanan-kiri. Gerakan naik-turun pinggul yang cepat itu, sontak membuat semakin basah pula liang kewanitaannya. Beruntung, kedua tangannya yang balas remasan kedua tanganku di pantat, membuat sang ibu kos cantik tidak oleng jatuh ke kanan atau ke kiri.


Merasa mendapat perlawanan yang sangat sengit, aku mulai menaikkan rangsangan. Pantatnya tetap kuremas-remas pelan. Melihat reaksi Mbak Rini yang matanya tertutup dan wajah tengadah dengan mendesah-desah, kedua tangan pun berpindah ke depan. Kutegakkan tubuh sambil terus membiarkan Mbak Rini menaik-turunkan pinggul. Tanganku kini di dada untuk meremas bulatan buah dada sang ibu kos cantik.


“Oooooohhh, Fransss! Ssssshhhh enak bangeeeet!”


Desahan Mbak Rini bertambah nyaring saat puting buah dadanya kugesek-gesekkan dengan ujung jari. Kebetulan masih berlumur minyak massage yang untuk tadi dioleskan ke punggungnya, puting yang berwarna kemerahan muda itu mengeras dan terlihat mengacung. Rahang sang ibu kos cantik terlihat mengeras karena rangsangan yang semakin meningkat itu membuatnya mendekati puncak orgasme.

Posting Komentar

0 Komentar