IBU KOST KESAYANGAN PART 3

 

“Suka pijetan aku, Mbak? Enak?”


Sambil menuangkan kembali minyak massage ke telapak tangan, aku kembali bertanya. Kulirik wajah sang ibu kos yang sambil terpejam, menyunggingkan senyum. Satu tangannya terulur memegang pahaku.


“Enak banget! Bikin pengen, Frans. Oooughh!”


Aku tersenyum saat melihat tubuh Mbak Rini bergetar sambil berkata demikian. Telapak tangan yang telah berlumuran minyak massage, kini mengelus bagian pinggulnya untuk membalurkan. Minyak massage yang kutuang kembali di telapak tangan, kini kuoleskan pula ke bongkahan pantat. Sengaja, kuelus-eluskan sambil memutar ke kanan dan ke kiri.


“Desahan Mbak bikin akuy jadi pengen.” x


Aku sengaja dengan pelan mengucapkan itu. Was-was kalau nanti sang ibu kos cantik tidak suka. Namun ternyata, apa yang kemudian dikatakannya sungguh di luar dugaan.


“Lepasin celananya, Frans.”


Sontak aku terhenti memijat saat mendengar kata-kata Mbak Rini. Kulihat satu tangan sang perempuan paruh baya yang cantik itu terulur ke belakang. Menepuk-nepuk paha dan menarik celanaku.


“Lepasin aja celananya.”


Aku terkejut mendengar permintaan Mbak Rini. Tidak langsung kuiikuti, malah balik bertanya, “Aku mijetnya telanjang aja? Mbak gak marah?”


“Lepasin aja. Telanjang aja mijetnya, Frans.”


Mbak Rini kembali membuka mata dan mengangkat kepala. Tangannya kembali terulur ke belakang dan menarik-narik celanaku.


Perlahan, aku turun dari ranjang dan melepas pakaian. Baju dan celana kutanggalkan. Bertelanjang bulat, aku kembali naik ke ranjang. Kulihat Mbak Rini tetap berbaring sambil memejamkan mata. Dengan batang kejantanan yang berdiri mengacung, kini aku kembali memijat. Kedua telapak tangan yang masih berminyak, kueluskan kembali ke bulatan pinggul Mbak Rini. Ujung jemari kembali kugunakan untuk mendongkel otot yang tersembunyi di bawah kulit panggul. Lalu dengan gerakan memutar, jemari kedua telapak tangan berputar di bulatan pinggulnya.


“Ooooooooooh, Frans! Oooooh … ooooooooh!”


Kini desahan Mbak Rini tidak lagi tertahan. Tidak lagi disembunyikan seperti sebelumnya. Ia mulai mendesah dengan suara nyaring. Sontak batang kejantananku pun mengeras dengan kepala yang membulat kemerahan. Sambil memperbaiki posisi kedua kaki yang berjongkok di atas selangkangan sang ibu kos saat memijat, kepala batang kejantananku menempel terangguk-angguk ke belahan bulatan pantatnya.


Sementara jemari tangan memutar ke kanan dan ke kiri di bulatan pinggul, kedua kakiku perlahan mengangkangkan kedua kaki Mbak Rini. Sepertinya terbuai dengan gerakan tangan yang memijat dan meremas bulatan pantat yang padat dan sekal itu, Mbak Rini mengikuti saja gerakan kedua kakiku.


Saat kedua kakinya mengangkang, terlihat pinggul terangkat dengan pantat yang menungging. Memijat kembali di punggung dan bagian atas tubuh, batang kejantananku mendekat ke selangkangan sang ibu kos cantik. Kuarahkan kepala batang kejantanan keras yang membulat kemerahan ke belahan di selangkangannya. Untuk menambah rasa sensual, kedua telapak tanganku terus memijat pinggul dengan bergantian memutar ke kanan dan ke kiri.


Hingga saat ujung kepala batang kejantanan keras yang hangat membulat kemerahan dari selangkanganku, menyentuh bibir belahan liang kewanitaannya, Mbak Rini menunggingkan pantat tinggi-tinggi. Terasa bersentuhan, perlahan kumajukan pinggul. Kepala batang kejantanan keras yang membulat kemerahanku pun langsung menyelusup masuk ke dalam. Belahan liang kewanitaan itu ternyata sudah basah sehingga batang kejantanan keras nudah menyelusup masuk.


“Oooh, Fraaanss!”


“Oooh, Fraaaaaaanssss!”


Berulang kali Mbak Rini melenguh panjang. Suara dengan rintihan dan desahan itu bersamaan dengan tubuhnya yang terangkat. Ia melengkungkan tubuh ke belakang agar batang kejantananku yang telah sebagian menyelusup masuk ke dalam belahan liang kewanitaan, tidak terlepas.

Posting Komentar

0 Komentar