Sementara aku yang dengan posisi memasukkan batang kejantanan ke liang kewanitaan dari belakang, untuk sementara tidak hendak mengubah posisi. Kubiarkan pinggulnya yang tadi bergerak naik-turun dengan cepat dan sekarang maju-mundur dengan cepat pula. Pun kubiarkan sang ibu kos cantik memperoleh kenikmatan bercinta secara penuh. Cairan kental keputihan basah mengalir dari celah liang kewanitaannya yang dijejali batang kejantananku.
📷📷📷
“Aku yang di bawah, Frans,” bisik suara serak Mbak Rini.
Terdiam sesaat, sang ibu kesayangan menoleh ke belakang, Ia sedikit membalikkan badan, melihat ke arahku. Mengikuti permintaan sang ibu kos cantik, kubiarkan ia melepaskan batang kejantanan dan berbaring di ranjang. Kedua tangannya kemudian terulur mengajak untuk segera menindih dan memasukkan kembali.
Aku lebarkan kedua kaki Mbak Rini. Kemudian dengan berjongkok, kuletakkan kedua kakinya bersandar di pahaku. Satu tangan sang ibu kos cantik yang terulur, meraih batang kejantanan dan memasukkan ke dalam liang kewanitaannya yang telah kuyup. Sambil merunduk untuk mencium, perlahan kumajukan pinggul dan menekan otot keras selangkangan ke dalam belahan liang basah di sela paha sang perempuan paruh baya.
“Oooh, Sayaaaaang! Fraaanss! Fraaaaaaanssss!”
Desahan Mbak Rini terus terdengar nyaring. Seakan tidak peduli akan didengar oleh penghuni kos lain dari luar kamar, ia melepaskan rasa nikmat percintaan kami. Kedua tangan yang memeluk punggungku, diiringi dengan gerakan pinggul yang naik-turun. Mata yang terpejam itu, tetap tidak terbuka saat bibirnya yang terkuak kulumat dengan ganas.
Kami berciuman dengan ganas sambil kuayunkan pinggul naik-turun dengan cepat. Kedua kaki Mbak Rini yang bersandar di paha, sontak membelit erat pinggangku. Kedua tangannya yang semula memeluk punggungku pun, sontak berubah dengan berpindah menekan pantat. Namun, ia tampak pasrah dengan cepatnya kocokan batang kejantananku di dalam liang kewanitaan yang basah kuyup itu.
“Sayaaang … aku keluaaar! Aaaah! Aaah! Sssh … aaaaaaaaah!”
Mbak Rini benar-benar pasrah. Mata terpejam dengan kedua tangan yang mencengkeram pantatku, seakan menerima kocokan demi kocokan yang batang kejantanan yang keras ini lakukan. Semburan cairan cintanya terasa hangat. Memenuhi rahim. Pantatnya yang berkedut-kedut saat tubuh menggelinjang, membuat otot dinding liang kewanitaan meremas-remas batang otot kekar milikku.
“Oooooohhh, Fraaanssss … enak bangeeet!”
Mbak Rini merintih berulang-ulang. Walau tubuh telanjangnya terdorong-dorong karena kocokan batang kejantanan yang cepat di liang kewanitaan, ia tidak hendak menghentikan derasnya arus kenikmatan yang sedang menerpa. Hanya berbaring memejamkan mata dengan kedua tangan yang menekan pantatku, agar kocokan tidak berhenti.
Merasakan deburan kenikmatan bercinta sedang melanda Mbak Rini, membuatku sejenak berhenti memaju-mundurkan pinggul. Kudiam memerhatikan wajah sang ibu kos cantik yang mengernyit dengan mata terpejam. Kubiarkan ia menikmati dahulu.
Rupanya Mbak Rini tidak mau menjadi objek saja. Tiba-tiba ia membalikkan tubuhku. Aku yang jadi tertidur telentang, semula terkejut. Tidak kusangka gairah bercinta sang perempuan casntik paruh baya itu sangat tinggi. Urat-urat batang kejantananku yang keras berdiri terlihat membuatnya membelalak penuh nafsu. Dengan merunduk, ia langsung meraih batang kejantananku untuk dijilat dan dikocok dengan mulut.
“Oooooh, Mbak Rini! Oooh! Oooooooh!”
Aku yang dalam posisi telentang, hanya bisa pasrah. Aku melenguh dan menggeliat merasakan keganasan Mbak Rini mengulum batang kejantananku. Aku elus rambut indahnya mengikuti gerakan kepalanya yang naik-turun. Rasa nikmat tak bisa lagi diucapkan dengan kata-kata. Saat Mbak Rini menghisap dengan kuat kepala batang kejantanan yang membulat kemerahan itu, dorongan akan keluarnya cairan kenikmatan pun terasa bagai di ujung.
0 Komentar