Hingga beberapa Minggu berlalu, bulan terlewatkan akhirnya ibuku positif hamil dan sudah menginjak tiga bulan usia kandungannya. Ayah sangat senang sekali akhirnya ibuku mengandung lagi, tapi ibu pernah berkata kalau anak yang dikandungnya adalah anakku. Sebab seminggu sebelum dan sesudahnya ibuku selalu menolak berhubungan intim dengan ayah, bahkan selalu di KB-nya. Barulah sejak ibu dinyatakan positif hamil setelah dicek menggunakan testpack, ibu mengajak ayah berhubungan badan untuk menutupi proyek besar yang sedang tumbuh didalam rahimnya.
Sebenarnya aku sangat cemburu tatkala ayah sedang menyetubuhi ibu, meskipun yang disetubuhinya adalah istrinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi memang sudah seharusnya suami istri melakukan hal yang seperti itu. Sekitar jam 12 malam aku tahu mereka berdua sedang beradu kelamin, karena sebelum aku pergi ke dapur, kudengar ayah sedang mengerang entah mungkin sedang keenakan menyetubuhi ibu. Akh! Aku kesal sekali.! Seharusnya ayah pergi saja tinggalkan aku dan ibu berdua saja dirumah ini. Berani sekali dia menyetubuhi ibu disaat aku sedang suasana pengantin baru. Ku intip mereka dilobang kunci pintu yang ditutup rapat ibuku sedang ditindih ayah dan ibu malah merenggangkan pahanya membiarkan ayah leluasa menyerang kelamin ibu. Tiba-tiba rasa benciku terasa menyelimuti hatiku melihat mereka bermesraan dikamar berdua, sedangkan aku hanya mematung melihat manusia sialan itu mengeluarkan spermanya didalam vagina ibuku.
Aku sudah tak tahan lagi lalu pergi ke dapur merenungi kehidupanku, pikiranku, hatiku sudah tak bisa berpikir jernih lagi karena jujur saja kontolku mengeras hebat berkedut-kedut ingin bermandikan lendir memek ibuku.
Disaat sedang duduk dikursi dapur yang didepanku ada meja bundar, lalu diatasnya ada secangkir kopi bekas tadi sore, ku minum habis mendinginkan otakku juga kontolku yang malah semakin mengamuk didalam celana kolorku. Akh! Daripada pusing mikirin mereka bersetubuh, lebih baik aku pergi saja ke rumah nenek. Meskipun jauh dari rumah akan ku tempuh daripada harus coli bikin tanganku pegal saja.
Melalui pintu belakang aku keluar dari rumah, lalu pergi menuju rumah nenek yang sebenarnya lumayan jauh. Diperjalanan aku hanya melihat beberapa anak-anak yang masih bermain kejar-kejaran, ada juga orang tua yang mengawasi anak-anaknya. Satu diantara orangtua yang berkumpul menanya kepadaku mau kemana? Aku menjawab singkat berusaha menjaga ekspresi wajah ramah agar mereka tak mengira aku sedang menahan perasaan sange yang luar biasa!.
Setelah mengobrol beberapa menit, aku ijin pamit pada mereka karena akan ke rumah nenek. Langkahku sedikit lebih ku percepat agar cepat sampai ke rumah nenekku. Semoga saja nenek belum tidur karena aku harus sesegera mungkin menyatukan kelamin dengan nenek.
Akhirnya, sampailah saya didepan pintu rumah nenekku lalu ku ketuk pintunya yang terbuat dari papan kayu. Tok tok tok!
"Assalamualaikum nek? Ini Udin nek..?!" Setelah dua kali mengatakan salam, barulah ada jawaban dari dalam yang tidak lain adalah suara nenekku.
"Waalaikumsalam. Udin, kamukah itu nak?" Sahut nenek dari dalam, terdengar dari balik pintu nenek membuka kunci dan terbukalah pintunya.
"Nek..?" Aku tersenyum kepada nenek lalu dipersilahkan aku masuk oleh nenek.
"Dinn? Masuk sayang... Nenek lagi kesepian dikamar sendirian..." Ucap nenek setelah menutup pintu lalu memelukku. Dalam keadaan saling berpelukan didekat pintu itulah aku meremas pantat nenekku yang bahenol.
"Nek, Udin pengen ngentot nih... Dirumah ayah sama ibu lagi ngentot nek, Udin kesel ibu mau aja dientot ayah nek..?" Kataku melampiaskan kekesalan yang sudah mendongkol dihatiku.
"Terus ibu kamu diam aja Din? Dientot bapak kamu?" Ucap nenek sambil mengelus kepalaku cucu kesayangannya sekaligus suami mudanya.
"Iya nek... Soalnya ibu lagi hamil nek... Anak Udin... Ibu memang sengaja dientot ayah supaya janin dalam kandungannya disangka anak ayah nek... Tapi tetap aja Udin gak rela ibu dientot ayah..." Kataku kesal.
"Ibumu sudah hamil anak kamu Din?"
"Iyaa nek... Nenek akan punya cucu lagi nek dari Udin.."
"Alhamdulillah, akhirnya kamu berhasil ngentot ibumu Din... Nenek ikut senang mendengarnya... Ya udah, biarin saja ayah kamu ngentot ibumu, yang penting tetangga jangan sampai tahu rahasia ini Din..?"
"Iya sihh nek... Nek?"
"Apa Din?"
"Ngentot yuk nek? Udin udah gak tahan pengen ngentot nenek..." Kataku sambil meraba memek nenekku.
"Ke kamar nenek yuk? Memek nenek juga perasaan dari sore berdenyut-denyut merindukan kontol kamu sayang..."
"Sama dong nek? Sini Udin pangku nenek.. kita ke kamar.." ku pangku nenekku yang hanya memakai kain sarung dan kutang yang melekat ditubuhnya. Sambil memangku nenek menuju kamarnya, kontolku rasanya sangat bahagia sekali karena malam ini akan bermandikan lendir nenek, aku pun tentunya ikut bahagia karena memek nenek menjadi wadah pembuangan spermaku yang selalu saja terasa penuh.
Setelah kami berdua berada didalam kamar, ku rebahkan nenek lalu ku buka semua yang melekat di tubuhku, sehingga aku didepan nenek telanjang bulat dengan kontol mengeras menunjuk sombong nenek yang terlentang.
Aku naik keatas ranjangnya lalu melepaskan kain sarungnya, kutangnya. Juga tak lupa ku plorotin kancutnya dan terlihatlah didepan mataku nenek sudah bugil, dengan tanpa rasa malu atau canggung lagi nenek memperlihatkan tubuh keriputnya yang mulus agar segera dinikmati olehku.
"Ayo Din entot nenek... Jangan malu-malu sama nenek, semua yang nenek miliki buat kamu Din..."
"Iya nek, makasih ya nek? Tuh lihat kontol Udin udah ngacung begini pengen segera beradu kelamin dengan memek nenek."
"Duhh! Kasian cucu nenek..."
"Iya nek, kasian cucu nenek pengen ngentot malah ngeliatin yang lagi ngentot nek... Nek, jilatin dulu kontol Udin, dikulum dulu ya nek?" Bujukku pada nenek yang terlentang.
"Sini serahkan semuanya sama nenek, biar kontol kamu nenek hangatkan dulu..." Lalu aku dudukkan nenekku terus sambil berdiri dengan sedikit kuda-kuda ku arahkan kontolku ke mulut nenek. Aahhh! Nenek pun mulai menjilatinya sampai batangnya berlumuran ludahnya. Setelah basah semua batang kontolku, dengan perlahan kepalanya oleh nenek dimasukan ke mulutnya lalu lidah nenek memutar-mutar mengelus ujung kontolku sampai aku terasa ngilu. Ku biarkan nenek berkuasa menikmati kontolku dengan caranya sendiri, meskipun begitu rupanya nenek memang pandai memanjakan kontolku yang semakin mengeras tatkala nenek menghisap ujung kontolku. "Ugh! Nenek hebat! Enak banget tadi pas dihisap nek..." Kataku sambil merasakan kontolku berkedut-kedut. Semakin lama nenek mulai menenggelamkan kontolku kedalam mulutnya, sampai nenek terus memaksa memajukan hingga bibir nenek mengenai pangkal kontolku lalu ditariknya lagi. Setelah itu nenek terus mengulangi seperti yang tadi memajukan sampai mentok, hingga ujung torpedoku mengenai tenggorokannya dan menghisapnya kuat-kuat. Saking nikmat bercampur ngilunya aku pegang kepala nenekku, aku tarik kontolku lalu nenek menghisapnya lagi. Terus seperti itu sampai aku merasa puas sekali nenekku ini memang ternyata wanita jalang yang pandai memuaskan lelaki.
Jika kelamaan bisa-bisa aku jebol didalam mulut nenek, aku tidak mau keluar sekarang karena incaranku adalah hisapan memeknya yang legit menjepit, disitulah aku akan memuntahkannya.
"Udah nek... Nanti keluar... Spermanya buat memek nenek dulu ya sayang...?" Kataku kepada nenek sambil mengelus kepalanya. Lalu nenek pun melepaskannya dan wow! Sampai basah semua kontolku ini oleh ludah nenek, urat-uratnya sampai keluar melingkar gara-gara servisan mulut nenek.
Sambil berbenah diri untuk tiduran menyambutku, nenek mengangkang kan kedua pahanya. Melihat nenek yang begitu perhatiannya padaku membuatku merasa terharu.
"Nek.. nenek pengertian banget sama Udin, tak disuruh pun nenek menyambutku dengan hangatnya. Semoga nenek panjang umur nek.." Aku rayu nenekku agar semakin mencintaiku. Sebenarnya aku pun bingung yang ku rasakan ini cinta atau nafsuku saja? Soalnya nenek tak cantik-cantik amat. Juga bagiku nenek biasa saja tak ada yang spesial. Hanya saja aku sangat menghargai nenek atas usahanya mau menolongku menjadi tempat pembuangan sperma cucu kesayangannya, yaitu aku sendiri.
"Makasih sayang doanya, nenek kan melakukan ini demi menolongmu dari onani.. ditambah hati nenek sangat mencintaimu. Semoga kebaikan nenek dibalas Tuhan, karena nenek niatkan ini untuk menolong sesama sayang.." ucap nenek yang sekarang sudah siap-siap menyatukan kelamin denganku.
"Amin nek... Udin masukin ya kontolnya..?" Kataku yang sudah mempertemukan dan menempelkan kedua kelamin.
"Iyaa masukin sayang... Setubuhi nenekmu ini... Aahhh..." Kontolku yang berurat menembus mulut memek nenek dan terus menyeruak lipatan-lipatan daging lembutnya Bleeeessskkk! Ugh! Akhirnya damailah perasaanku setelah menyatukan kelamin dengan nenek. Lalu ku tindih nenek dan mulai menggenjotnya dengan ritme yang sangat pelan, aku ingin menikmati setiap centi lobang kehangatan dari memeknya yang seperti menghisap dengan kuat.
"Aahhh... Aaaahhh... Ooohh nekk... Memekmu legit banget nek...uuuhhhggghhh...!" Kontolku tenggelam sempurna ke dasar memeknya, mengembang mengisi setiap sudut rongganya. Ku tarik sampai tersisa kepalanya lalu ku hantam lagi sampai amblas semuanya ditelan memek nenekku.
Plok..plok..plok..!!! Suara selangkangan yang saling beradu mengisi ruangan kamar nenek, deratan ranjang besi pun terdengar jelas karena bergesekan dengan lantai. Juga kedua kelamin yang saling bertemu rindu terdengar becek mengiringi persetubuhanku dengan nenek.
Rasa kesal yang kubawa dari rumah akhirnya bisa terobati oleh memek nenekku, memek yang menolongku disaat dulu awal pertama menjadi tempat pelepasan hasrat seksualku. Sekarang masih konsisten menolongku dengan kerelaan hati mau menampung sperma yang dimuntahkan kontolku.
Ku peluk erat nenekku karena rasa haru dan senang, dialah pahlawan veteranku yang masih berguna untuk menenangkan nafsuku yang bergejolak.
Tubuh kami berdua sudah terasa hangat dan mengeluarkan keringat, kontolku beberapa saat lagi akan mengalami detik-detik memuntahkan cairan sperma yang terasa menggumpal dan mulai siap menerjang pertahananku.
Seperti biasa aku menunggu nenek mengeluarkan orgasmenya, karena sepertinya tidak adil kalau persetubuhan ini hanya aku saja yang menikmatinya. Agar lebih cepat nenek mendapatkan kenikmatan itu, aku rangsang lehernya dengan gigitanku, jilatan juga hisapan yang membuat kulit lehernya memerah. Tak luput juga payudaranya yang sudah tak kencang lagi tapi masih indah dipandang mata, terasa empuk seperti balon yang diisi air. Ohh nenek...
Akhirnya yang ditunggu pun datang... Nenek mengunci pinggangku agar jangan dilepas dan memelukku agar aku jangan jauh dari tubuhnya.
"Diiinnn... Nenekk mau ... Sampaii sayang... Aahhhh... Terusss sayang keluarin... Didalam lagi...." Pinta nenek kepadaku yang sepertinya akan mendapatkan orgasmenya.
"Iya nekkk... Udin juga mmaauu keluar nihh... Aaah.. ahhh..." Kontolku menghujam berkali-kali seperti mengoyak bagian dalam memek nenekku, nenek sempat mencakar punggungku ketika aku semakin mempercepat tusukanku, sedangkan aku menggigit leher nenekku sambil kuhisap kulitnya. "Aaahhh... Aahhhh...!" Suara desahan nenek terdengar ditelingaku. Persetubuhan ini benar-benar amat luar biasa efeknya, seakan kami melupakan siapa kami dan tak takut suara desahan nenek terdengar keluar. Padahal biasanya dimalam hari suasana kampung pasti sunyi senyap yang ada hanya suara jangkrik atau katak sawah yang sedang kawin.
0 Komentar