Aku dan nenek mulai gelisah, karena dari sikap kami berdua sudah terlihat tanda-tanda akan menyambut detik-detik kenikmatan yang ditunggu-tunggu setiap akhir persetubuhan.
Perasaan itu semakin mendekat menghampiri kami, kenikmatan yang sangat luar biasa yang terus menjalar dari kontolku menyebar kesemua syaraf-syarafku. Nenek sudah tidak terlihat seperti nenekku yang kulihat alim dan sangat menjauhi maksiat, tapi dilihat-lihat sudah seperti wanita lacur yang mangkal dijalanan dikampung tetanggaku.
"Aahhhh... Dinnn nenek sampai sayangg... Aahhhhhhh...!!" Ucap nenek yang kurasakan kontolku terasa dijepitnya, lalu ada seperti air bah yang jebol dari memeknya Nyut! Nyut! Nyut! Memek nenek berdenyut kuat sampai kontolku ikut jebol gara-gara dihisap memeknya. CRROOOOOOOTTTT.... CCCRRRRROOOTTTTTTTT.... CCCCRRRROOOOTTTTTT.....! "Aaahhhhhhhh... Neeeekkkkk....!!!" Kami sama-sama melepaskan orgasme secara bersamaan. Lendir nenek juga cairan spermaku beradu didalam memeknya. Semburan demi semburan sperma kental terus keluar seperti lumpur Lapindo yang muncrat keatas bermeter-meter, karena saking kerasnya semburan itu membuat nenekku tak bisa menenangkan diri seperti kesurupan. Aku dekap nenekku agar tenang, karena aku juga sedang melepaskan spermaku didalam rahimnya, aku tak mau spermaku terbuang sia-sia. Harapanku ingin spermaku tetap berada didalam rahim nenek, meskipun aku tahu, setiap ku cabut pasti keluar banyak lelehan dari mulut memeknya.
Perasaanku, pikiranku seakan berada diatas gunung yang tinggi dikelilingi awan putih, melayang seperti burung terbang bebas menikmati indahnya alam. Benar-benar sungguh dahsyat ngentot dengan nenek, meskipun sudah tidak muda lagi tapi jepitan memeknya membuat kontolku muntah-muntah dibuatnya.
Akhirnya aku ambruk diatas tubuh nenek sambil sama-sama ngos-ngosan, lalu dengan sendirinya kontolku terlepas dari memek nenek. Aku tak sempat melihat bagaimana keluarnya lendir yang sudah bercampur itu meleleh, tubuhku terasa lemas karena sepertinya banyak sekali sperma yang keluar dari tubuhku berpindah ke dalam tubuh nenekku.
Setelah mengatur nafas dan memulihkan tenaga yang terkuras, aku turun dari atas tubuh nenek dan memeluknya.
"Makasih nek atas memeknya..."
"Sama-sama sayang... Kamu nginep disini kan?" Ucap nenek.
"Iya nek.. pulang pun percuma kalau mereka lagi ngentot... Udin sama nenek aja dulu, nanti subuh kalau pengen lagi tinggal naik nek..." Jawabku tanpa rasa malu.
"Kalau kamu pengen ngentot nenek jangan sungkan untuk nemui nenek ya...?"
"Siap sayang..."
"Tapi nenek sedih Din, nenek sudah tidak bisa memberikan keturunan. Soalnya nenek sudah menopause tak mungkin hamil, padahal nenek ingin sekali punya keturunan dari hubungan kita ini...."
"Gak apa-apa nek, jangan sedih. Kan ibu sekarang sedang hamil anak Udin, jadi nenek akan punya cucu dari anak Udin nek..."
"Iya ya, hamili terus ibumu Din, buat anak yang banyak kasih nenek cucu yang banyak..."
"Tentu pasti akan ku hamili ibu berkali-kali nek..." Setelah ngobrol lama akhirnya kami pun tertidur saling berpelukan.
Paginya aku dan nenek sudah bangun, mandi dan sarapan. Kami makan seadanya hanya ada nasi, ikan asin, sambel terasi juga lalap. Tapi kehidupan ini aku syukuri karena diluar sana belum tentu bisa makan seperti yang kami makan.
Setelah kami makan, kira-kira pukul 7 pagi aku dikejutkan oleh kedatangan ibu yang datang ke rumah nenek dengan menangis memelukku.
"Ibu kenapa menangis bu?" Kataku bingung.
"Maafin ibu sayang..." Ucap ibu terbata-bata. Disitu ada nenek yang melihat kami berpelukan. Lalu ibu menatapku dengan berurai air mata dan berkata, "ibu tahu kamu ngintip ibu sama ayah sedang ngentot kan?"
"Ibu tahu dari mana kalau Udin ngintip bu?" Aku tak memanggil ibuku mamah sebab bukan sedang bersetubuh atau dirumah berdua bersamanya.
"Ketika ibu sedang disetubuhi ayahmu, ibu merasa ada kamu dibalik pintu nak, lalu ibu menoleh kearah lobang kunci.. ibu lihat sepasang mata sedang melihat ibu.. ibu sedih kamu pasti sendirian dikamar... Tatkala ayahmu udah ejakulasi ibu cepat ke kamar mandi membersihkan memek ibu, ketika ibu ke kamarmu kamu sudah tidak ada.. maafin ibu ya sayang...??!" Ucap ibu berurai air mata dilahunanku. Melihat ibuku menangis, aku jadi serba salah. Kenapa aku harus cemburu melihat ibu berhubungan badan dengan ayah? Tiba-tiba hatiku lembut kembali lalu berusaha menghilangkan perasaan itu meskipun aku tak bisa.
"Sudah bu, memang Udin cemburu melihat ibu mengangkangkan paha ibu untuk ayah, tapi Udin sadar kalau ibu dan ayah kan suami istri. Sedangkan Udin... Siapa? Hanya anak ibu..." Ketika kalimat itu terucap ibuku menamparku PLAK! Lalu ditambah memukul mukul dadaku berkali-kali.
"Jadi kamu anggap ibu apa din?!!! Ibu juga terpaksa melayani ayah kamu... kalau bukan demi menutupi aib ini, ibu gak mau lagi disetubuhi ayahmu! Kamu gak ngerti perasaan ibu! " Melihat ibu marah, langsung ku peluk ibuku sebisa mungkin berusaha menenangkannya. Aku membungkuk memeluknya karena ibu berada dibawah. Sedangkan nenek juga berusaha menghampiri kami lalu mengusap punggungnya ibu.
"Wati, maksud putramu bukan seperti itu.. Udin sangat mencintaimu semalam Udin cerita ke ibu kalau kamu ngangkang begitu lebar seakan masih menerima suamimu, katanya gak cinta.." ucap nenek kepada ibu yang menangis memeluk kakiku, sedangkan aku duduk dikursi kayu.
"Maafin Udin bu, Udin sayang ibu... Memang salah Udin kenapa harus mengintip ibu disaat ibu disetubuhi ayah... Udin akan selalu bersama ibu, maafin ya sayang...?" Kataku sambil mengusap air matanya yang membasahi pipi ibuku. Akhirnya ibu kembali tenang setelah beberapa kali aku bujuk dan memuji ibuku. Ibu masih memeluk kakiku dengan menyenderkan pipinya dipahaku sambil sesenggukan sisa dari tangisan tadi. Aku menyadari betapa ibuku sangat mencintaiku. Apa yang sudah ku perbuat sehingga ibuku begitu amat sangat khawatir denganku? Takut menyakitiku. Padahal ibu seharusnya takut dengan ayah, karena memang ibu dan ayah adalah suami istri yang sah. Sedangkan aku dan ibu hanya dinikahkan oleh nenek, jika dilihat lewat kacamata adat istiadat perbuatan kami sudah sangatlah tabu, apalagi dilihat dari segi agamanya. Tapi yang namanya cinta memang buta, meski cinta kami tabu, tetap saja aku dan ibu termasuk juga nenek sudah tak memandang larangan itu.
"Sayang...? Ibu harus bagaimana? Bercerai dengan ayahmu agar kamu gak cemburu lagi?" Ucap ibu memandangku.
"Astaghfirullah bu, jangan! Jangan bercerai ya? Kasihan ayah, Udin rela kok memek ibu milik aku dan ayah..."
"Tapi sayang.. kamu tau gak? Memek ibu lebih senang kalau kamu yang selalu mengunjunginya, ibu pun lebih suka kamu yang ngentotin ibu nak..." Ucap ibu yang memasang wajah sedihnya. Melihat ibu yang wajahnya berada diantara pahaku, pikiran mesum menghampiriku disertai kontolku yang mengeras. Rupanya ibu dan nenek menyadari itu lalu mereka tersenyum.
"Bu? Nenek? Kalian sayang Udin kan?" Ibu dan nenek saling berpandangan lalu kompak menatapku.
"Kami sayang kamu Din.." ibu dan nenek berkata berbarengan.
"Udin ingin membuktikan perkataan nenek dan ibu, boleh?" Tegasku pada mereka.
"Boleh..." Ucap mereka berdua.
Lalu aku melorotkan celanaku dan terlihatlah kontolku yang mengeras berdenyut-denyut bahkan lebih tegang dari biasanya.
"Udin ingin berbagi kesenangan ibu juga nenek mengocok kontol Udin pake mulut gimana? Kalau gak mau Udin masukan lagi gak maksa.." ucapku menggertak mereka, padahal aku sebenarnya ingin mereka mau melakukannya. Resiko ucapanku ini mungkin akan membuat diantara ibu dan nenek merasa malu atau memarahiku. Tapi apa yang terjadi? Mereka kompak memegang batang kontolku dengan perasaan bahagia, bagaikan seorang pemain sepak bola yang begitu bangganya memegang piala kemenangan.
"Nenek tutup dulu pintunya ya? Takut ada yang masuk.." ucap nenek sambil beranjak menuju pintu depan lalu menguncinya. Nenek pun balik lagi memegang megang kontolku.
"Mak, emak duluan yang kontol Udin ya?" Kata ibu yang mempersilahkan ibunya alias nenekku mengulum penisku. Lalu ibu membuka kebayanya melepas BHnya dan menyodorkan dua buah payudaranya kepadaku.
"Nyusu dulu sayang yaa...?" Ucap ibu dengan rasa keibuannya memberikan dua buah payudaranya kepadaku. Aku pun langsung netek di payudara ibu sambil menggenggamnya, lalu ibu memegang kepalaku sambil mengusap-usap dengan rasa sayangnya. Sedangkan nenek begitu lahapnya menghisap, menjilati kontolku dengan penuh nafsu. Padahal semalam aku dan nenek sampai terkulai lemas bermain dua pertandingan malam dan subuhnya. Tapi entah ada kekuatan dari mana kami seperti diselimuti kekuatan gaib yang seakan mengelilingi kami bertiga.
Birahi yang ada pada kami pun terlihat berbeda dari biasanya, semakin lama semakin terasa panas menjalar ke setiap tubuh kami. Aku merasakan itu semua seakan ada sinyal yang merasuk kedalam diriku kalau ibu dan nenekku sedang dikuasai nafsu birahinya. Aku tak menyangka nenekku juga ibuku begitu kompak menjadi pemuasku, aku dan mereka tak memperdulikan rasa malu lagi atau status sebagai anak, ibu dan nenek. Kami benar-benar sangat senang hati melakukan perzinahan yang benar-benar sangat berat resikonya dalam agama kami, berzina dengan dengan yang bukan keluarga memang berat, tapi dengan ibu dan nenek sudah melampaui batas kewajaran. Resiko yang berat memang sebanding dengan kenikmatan yang didapatkan, kami sudah seperti satu tubuh yang saling merasakan akan kehausan birahi yang mengikat jiwa kami. Rasanya memang luar biasa, kami begitu liar dan tak terkendali. Ibuku juga nenekku masing-masing membuka baju dan celananya, mereka kini sudah sama-sama bugil tak berbusana. Ibu pun menarik kaosku sedangkan nenek melepaskan celanaku.
Saat aku berciuman dengan ibuku, tanganku meraba memeknya dari depan lalu meremas-remasnya sampai jari tengahku masuk mengorek lobang memek ibuku.
"Aahhh... Aahhh... Eemmmhhh... Sayang mah nakal ihh sama mamah.... Aahhh..." Ucap ibu yang dengan manjanya mengatakan itu sambil menggeliat.
"Tapi suka kan mah..?" Kataku sambil menekuk jari tengahku didalam memeknya.
"Heheemmhhh suka ayahhh... Uugh!" Ibuku semakin bergairah dan semakin merapatkan tubuhnya denganku, lalu ibu berganti posisi dari samping langsung berdiri mengangkangkan kakinya dan mendekatkan memeknya ke wajahku. Aku yang mendapat kehormatan itu langsung mencium dan menjilati memeknya, disaat yang sama kontolku dihisap kuat oleh nenek, saat itu juga aku kebawa menghisap memek ibuku kuat-kuat mengorek isinya dengan lidah dan merasakan cairan nikmat dari mulut memeknya.
Setelah puas memanaskan birahi ibuku, kini giliran nenekku menjilati memeknya sedangkan ibu langsung saja memasukkan kontolku kedalam mulutnya melanjutkan nenek yang barusan mengoralku.
Dari memek yang kencang dan tembem beralih ke memek yang agak keriput tapi terasa sama-sama nikmat, meskipun jujur aku lebih suka memeknya ibu daripada nenekku.
Beberapa menit berlalu kami saling rangsang dan melakukan pemanasan, kini aku menyuruh nenek untuk rebahan dilantai ruang tengah yang beralaskan tikar. Lalu aku melebarkan kedua kakinya dan langsung memasukkan kontolku kedalam memek nenekku. Tatkala batang kontolku dengan perlahan menyeruak bibir memek nenek saat itu pula aku dan nenek melengung merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa nikmatnya. Sedangkan ibu mengusap-usap kepalaku seperti menyemangatiku ketika aku sedang menyetubuhi nenekku.
Lalu setelah itu giliran ibu ku suruh rebahan di atas tikar dan aku pun menyetubuhinya dengan lebih liar sebagai balas dendam karena sudah berani-beraninya mengangkangkan kakinya kepada ayah. Crok! Crok! Crok! Suara memek masah berlendir mengeluarkan suara becek seperti cucian yang di obok-obok didalam ember yang berair.
Aku masih bisa menindih ibuku, tapi tetap hati-hati karena takut janin didalam perutnya ketindih. Plok! Plok! Plok! Suara-suara itu benar-benar merdu sekali menghiasi ruangan tengah rumah nenek. Kami tidak memikirkan apapun yang akan terjadi jika ada orang yang datang atau ada yang mendengar kegaduhan dari dalam keluar. Beruntungnya aku punya dua memek yang menjadi tempat menabur benihku, meskipun ladang milik ibu subur sudah bertunas dan yang punya nenek sudah tak bisa ditanami rahimnya. Keduanya sangat aku cintai karena bagaimanapun juga mereka sudah berjuang menyelamatkanku dari onani menjadi berhubungan badan mereka.
Tibalah saatnya aku melepaskan cairan cintaku, aku cabut kontolku dari memek ibu lalu aku berdiri dan ku suruh mereka berdua jongkok didepan batang kontolku yang aku kocok. Ibu dan nenek memengang kakiku dan menganga sembari menjulurkan lidah seperti anjing minta ngentot. Kedua pipi ibu dan nenek saling berdekatan menunggu cairan surgawi memberkati mereka. Aku dengan senang hati menanti detik-detik yang sangat kami tunggu-tunggu. Perasaan ngilu dan nikmat mulai menyelimuti seluruh batang kontolku. Aku kasih aba-aba kepada mereka bahwa aku akan memberkatinya.
"Aahhh.. istri-istriku terimalah kasih sayangku ini..." Crrooottttttt! Cccrroootttt...! Ccccrrrroooootttt!!! Kontolku menyembur dengan derasnya menyemprot wajah-wajah ibu dan nenekku secara bergantian, ku lihat mereka tertawa bahagia sambil memejamkan mata menerima muntahan kasih sayangku. Setelah itu spermaku dijadikan cuci muka wajah mereka seperti sedang memakai luluran wajah. Ugh! Sungguh bahagianya hatiku menyatukan dua kelamin yang berbeda, yaitu nenek dan ibu bersatu meraih kenikmatan bersamaku.
Lalu masing-masing dengan kerelaan hati bergiliran menjilati kontolku, kadang ibu menjilati batangnya sedangkan nenek mengemut kantung menyanku. Aku usap-usap kedua kepala mereka sambil memujinya.
"Kalian berdua yang akur ya... Nenek, ibu, makasih kalian mau kan menjadi istriku...?" Kataku pada mereka berdua.
Lalu ibu dan nenek melepaskan kontolku dan serempak menjawab, "kami mau sayang...!" Terus mereka mengemut kontolku lagi dengan suka citanya.
Lalu ibu dan nenek melepaskan kontolku dan serempak menjawab, "kami mau sayang...!" Terus mereka mengemut kontolku lagi dengan suka citanya.
Kebiasaan onaniku sudah tak akan aku lakukan lagi, kini aku punya nenek dan ibuku yang menjadi penampung spermaku.
Hingga ibu melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, betapa bahagianya kami. Entah bayi itu berstatus sebagai anakku atau adikku, yang jelas aku sudah membuat mereka bahagia. Ketika ku pangku anakku tiba-tiba setan mengilhamkan kepadaku "tunggulah pada saat itu tiba buatlah keturunan dari anakmu" bisikan itu mengatakan itu.
Aku pun tersenyum menyeringai melihat masa depan anakku akan menjadi istriku.
TAMAT .
0 Komentar