(POV INE)
Namaku Ine, Ine Febrianti nama lengkapku, aku dilahirkan di rahim mamaku Juleha dan papaku Ahmad Karim. Saat ini usiaku 18 tahun usia yang matang tentunya. Tinggiku 165 beratku 55 ukuran dadaku 34 C gak terlalu kecil dan gak terlalu besar. Proporsional untuk ukuran wanita. Rambutku lurus dengan panjang tepat di bahu. Aku bersekolah di SMA negeri kota ini.
Aku anak tunggal dari Papa dan Mama, sebenernya aku pengen punya adik agar aku punya temen di rumah. Tetapi gak tahu kenapa papa mama belum juga memberikan adik untukku. Akhirnya sifat manjaku keluar ketika kumpul bareng papa mama.
Aku bahagia punya Papa Karim dan Mama Juleha. Mereka berdua sangat sayang kepadaku. Meskipun aku manja, mereka berdua tidak pernah membentakku. Kalau aku melakukan kesalahan mereka hanya menasehatiku saja.
Di usiaku saat ini aku terkesan cuek terhadap lawan jenis. Bukannya aku gak normal, aku sangat normal tetapi aku punya pengalaman yang gak enak dulunya yang menyebabkan aku terkesan cuek dan judes. Saat SMP aku mengalami pelecehan seksual dimana pantatku di remes oleh salah satu berandalan atau preman SMP saat itu. Itu yang menyebabkan sifat judes dan cuekku keluar. Akupun menutupi sifatku ini dengan mencoba ramah saat di ajak ngobrol lawan jenis. Tapi ketika dia mesum gak segan-segan aku melabraknya.
Dulu aku punya pembantu bernama mbak Wati. Aku sama dia bagaikan teman dan sahabat, aku seringkali curhat, entah curhat soal temen-temen, soal papa mama, dan soal lingkungan sekolah. Serasa aku punya ibu dua yaitu : mama Juleha dan mbak Wati. Ketika mama lagi sibuk mengurus bisnisnya aku masih ada mbak Wati yang begitu tenangnya mendengarkan curhatku, mengajak bercanda dan masih banyak lagi.
Saat ada berandalan atau preman SMP yang melecehkan aku. Akupun menangis dipelukan mbak Wati. Dia mencoba menenangkanku. Mbak Wati bilang ‘sudah gak apa-apa, moga cepat di balas Tuhan’. Dan setelah kejadian itu, berandalan atau preman tersebut sudah gak berani melecehkan aku lagi dia seolah-olah menghindari ketika kita kebetulan berpapasan. “apa karena mbak wati melaporkan ke papa ya?” batinku. Soalnya tepat 2 hari setelah aku dilakukan pelecehan itu, ketika berpapasan muka berandal itu kelihatan lebam-lebam seperti orang yang dikeroyok. Soal pelecehan aku hanya curhat ke mbak Wati, aku gak mau cerita ke Mama Papa karena aku gak pengen mereka jadi kepikiran.
Aku gak mau memikirkan lebih lanjut yang penting aku sudah aman di sekolah, tetapi efek negatifnya dari itu sifat judes dan cuek keluar, aku enggan ngobrol dengan lawan jenis.
Saat SMA banyak cowok-cowok yang ingin mendekati aku tapi semua putus asa karena kejudesan dan kecuekanku. Mereka pada takut dan benci kepadaku. Bagaimana tidak takut, masih mendekati sebentar udah mesum langsung aku labrak sehingga dia langsung menjauhiku.
Ada juga yang gigih mendekatiku, berkali-kali aku sudah cuekin tetapi dia tetap nungguin aku. Awalnya aku cuekin aja akan tetapi dia dengan sabar pada akhirnya aku respect terhadapnya dan jadi sahabatku. Ya nama cowok itu Elle, yang dimana dari mulai kelas 1 sudah jadi sahabat baikku. Dia sabar dan perhatian kepadaku. Sebenernya dia berkali-kali nembak aku tapi aku tolak karena aku masih trauma. Setelah akhir kelas 2 entah berapa kali Elle menyatakan cinta ke aku. Ketika dia menyatakan cintanya lagi, aku yang kasian, aku yang menghormati kegigihannya selama ini. Akhirnya aku menerima cintanya. Aku sayang sama Elle tapi saat itu sayangku hanya sebagai sahabat. Setelah menerima Ella jadi pacar saat itu juga aku mulai belajar untuk mencintainya juga.
Saat aku lagi bahagia-bahagianya awal jadian dengan Elle pacar pertamaku itu. Ada kabar duka dari mbak Wati yang mana saat itu aku sedang jalan-jalan ke mall bersama pacarku tiba-tiba mendapat telepon dari papa dan menyuruh sekarang langsung ke rumah sakit tempat mbak Wati di rawat. Akupun menyudahi acara jalan-jalan dan minta di antar Elle menuju rumah sakit .
Belum juga lama di rumah sakit berita duka datang lagi. Aku pikir awalnya mbak Wati hanya sakit biasa tetapi ternyata mbak Wati meninggal akibat pendarahan di kepalanya karena membentur lantai. Aku pun diam-diam menangis mengingat semua kebersamaan dengan mbak Wati yang bisa dikatakan mbak Wati adalah mama keduaku.
Sedih...
Sedih...
Sedih...
Itu yang kurasakan. Aku tidak menampakkan kesedihan mendalam dengan menangis meraung-raung, aku hanya diam sambil meneteskan air mata ini. Ketika jasad mbak Wati keluar dari ruangan dan di masukkan ke dalam keranda, aku hanya diam dan melihat sambil mengeluarkan air mata yang sangat deras.
Hatiku pilu.. hatiku sesak.. mengenang kebersamaan dengan mbak Wati. Di usia yang masih sangat muda mbak Wati meninggalkan dunia ini secara mendadak. Teringat pagi tadi aku masih sempet bercanda sama beliau waktu sarapan dan sebelum berangkat jalan-jalan bersama pacarku.
Tapi inilah jalan Tuhan, suratan takdir yang mau gak mau kita mengikhlaskan kepergian mbak Wati.
Aku masih diam mematung ketika papa mama mengajak aku untuk segera ke rumah mbak Wati yang berada di desa itu. Kemudian papa mama memelukku meminta aku ikhlas, mereka berdua tahu kalau aku sangat dekat dengan mbak Wati.
Aku berjalan gontai menuju mobil dan segera ke rumah mbak Wati yang ada di desa untuk dilakukan pemakaman.
Diperjalanan aku yang masih diam karena masih begitu terpukul akan kematian mbak Wati mendengarkan obrolan papa dan mama. Papa dan Mama ingin bertanggung jawab kepada keluarganya Wati untuk membawa anak semata wayangnya yang aku tahu bernama Untung untuk di bawa ke kota dan bersekolah di sana.
Aku yang perlahan-lahan mulai mengikhlaskan kepergian mbak Wati akhirnya menyeletuk bahwa ‘ aku gak setuju membawa anak mbak Wati ke kota karena akan mengurangi jajanku.’ Itu hanya-hanya kata-kata bercanda untuk menimpali obrolan Mama Papa. Aku biasa saja tidak iri atau bagaimana ketika tahu anak mbak Wati mau di bawa ke rumah.
Setelah tiba di rumah Wati aku kaget melihat anak mbak Wati yang bernama Untung itu. Sekilas aku melihat wajahnya biasa saja tidak jelek, malah ganteng tapi aku sedikit ada feeling bahwa dia punya sikap mesum. Meskipun waktu itu dia menangis setelah tahu Ibunya meninggal dunia, tapi gak tahu kenapa feelingku mengatakan bahwa dia adalah orang yang mesum.
Setelah beberapa hari kepergian mbak Wati. Hari ini Papa ke Desa untuk menjemput anaknya mbak Wati yang bernama Untung itu. Aku pun cuek dan tidak mau tahu.
Hari ini aku yang sudah janjian untuk nonton bioskop bersama Elle. Setelah dandan aku keluar kamar aku melihat anak mbak Wati itu duduk di ruang tengah bersama Mama, awalnya aku cuma pamit dan mengabaikan dia (Untung). Entah kenapa aku sudah ilfeel melihat Untung ini, hatiku mengatakan dia ada sikap mesum yang membuat aku malas untuk tersenyum kepadanya. Mama menyuruh aku salaman ke Untung akupun menjawab seadanya aja dan segera berpamitan karena pacarku sudah menungguku di depan rumah.
Hari-hari berikutnya masih sama, beberapa kali aku berpapasan dengan Untung aku hanya diam dan cuek. sebenernya Untung tersenyum waktu berpapasan tapi aku hanya diam dan cuma meliriknya saja dan terlihat Untung seperti tersenyum kecut.
Tapi lama kelamaan aku jadi mikir, apa feelingku salah mengenai Untung, dari awal dia mulai tinggal di rumah sampai sekarang aku tidak menemukan bukti dari pembicaraan, perilaku Untung yang mengarah ke mesum.
“Apa aku salah mencueki dia” batinku
“tapi nanti setelah aku baikin malah mesum dianya” batinku
Perang batinpun terjadi jika setan menyuruh aku terus menyueki dia sedangkan malaikat menyuruh aku berhenti bersikap cuek dan judes. Dan akupun mengamini perkataan setan akhirnya setan yang menang dan aku tetap menyueki Untung.
Dan puncak kekesalanku dengan Untung adalah ketika aku sedang di antar pulang dari sekolah oleh Elle ke rumah. Saat itu Untung sedang menyiram tanaman dan Elle mengetahui ada pemuda ganteng yang jadi pembantuku dan tinggal di rumahku. Awalnya Elle bersikap biasa sewaktu mengantar aku pulang akan tetapi ketika malam dia menyinggung-nyinggung aku terus, yang katanya sedang berduaan sama Untunglah, lagi mojok di kamar ma Untunglah, segala prasangka buruk dengan Untung diarahkan kepadaku, sempat aku jelaskan tapi namanya Elle yang notabene dia cemburuan akut malah berprasangka semakin buruk ke aku.
Aku yang masih mempunyai jiwa labil malah menyalahkan Untung, berawal dari dia aku sama Elle sering bertengkar. Aku di cap buruk sama Elle karena si Untung itu. Jadi alasan itulah aku semakin membenci Untung.
Aku yang sudah menganggap dia biang dari pertengkaran aku dengan Elle, terlihat dia malah semakin mencari cara untuk bisa ngobrol sama aku. Ketika aku lagi bercanda dengan mbok Ti di dapur, dia sebenernya sudah mau jalan ke kamarnya karena aku sempat meliriknya, begitu melihat aku di dapur dia jadi belok ke dapur dan berpura-pura ambil gelas dan berbasa basi kepadaku.
“Iiihhhhhh” batinku saat Untung mengajak aku ngobrol.
Tapi setelah aku beri jawab yang ketus di tambah sindirian Mbok Ti, dia terlihat tersenyum kecut dan keluar dapur. Lega rasanya melihat Untung kecewa seperti itu.
Puncak semakin jengkelnya aku ke Untung adalah ketika waktu itu ada pengajian RT di rumah aku di suruh Mama membeli kekurangan bahan dan mngambil pesanan nasi kotak bersama Untung. Kalau aku ambil dan beli sendiri gak masalah lha ini malah menyuruh Untung menemaniku. Sebel rasanya. Sempat aku protes tapi Mama justru marah-marah akhirnya aku mengalah dan mengiyakannya.
Aku yang masih emosi segera masuk mobil sedangkan Untung ganti baju. Aku menunggunya di dalam kemudi mobil sambil menahan emosi ke Mama.
Ketika aku melihat dia ke mobil dengan enaknya dia membuka pintu mobil yang berada di belakang dan dengan santainya dia duduk. Aku yang masih emosi langsung melabrak dia
“Hei Ntung, emangnya aku ini supir taxi?” kataku geram melihat tingkah laku dia
“ha? Maksudnya gimana mbak?” tanyanya.
“hiiiihhhhh. Anak ini” batinku geram
“hiiihh pura-pura bodoh atau gimana se? Cepetan kamu di duduk di depan” kataku meninggikan suara
“ohh oke-oke” jawabnya santai
“huuuuffffff haaaaaahhh” aku mengeluar nafas pelan mencoba meredamkan emosiku ini
Setelah dia duduk, akupun mulai mengendarai mobil. Baru saja mobil ini meninggalkan rumah dia mengajak ngobrol lagi
“ini nanti kemana dulu mbak?” tanyanya berbasa basi.
“lihat aja nanti kamu tahu” jawabku sambil tenang tidak memperlihatkan kekesalanku
“oke deh” imbuhnya.
Tak lama kemudian dia masih belum menyerah untuk mengajak aku ngobrol.
“Mbak, kenal mas Rad, nama panjangnya raditya” dia memulai ngobrol lagi
“Emangnya penting kenal Rad apa tidak? ngapain tanya-tanya ?” tanyaku balik sambil menahan emosiku terhadap manusia satu ini.
“Galak amat” ucapnya pelan tapi masih kedengaran yang membuat emosiku langsung naik lagi
“Galak? Siapa yang galak?” jawabku meninggikan suaraku.
“Endak mbak itu lho pengendara motor itu galak, masak gitu aja membunyikan klakson” jawabnya beralasan aku langsung menengok pengendara yang di maksud dan ternyata bener dia membunyikan klakson sambil memaki orang.
“huuuffff..fiuuuuuhhhh “ kembali aku mngambil nafas untuk menurunkan emosi.
Suasana sunyi lagi. emosikupun sedikit demi sedikit reda.
“Kenapa se mbak kok galak sama aku ? kalau ada aku pasti Mbak Ine masang wajah datar dan judes” ucapnya yang membuat aku kaget.
“......” aku terdiam karena bingung mau menjawab apa.
“Mbak kok gak jawab. Apa aku ada salah? Kalau aku ada salah ucap atau perlakuan aku minta maaf mbak” ucapnya memelas.
Akupun mencoba untuk tidak emosi saat ini karena lama-lama kasian juga aku judesin dari tadi.
“hahahhahahahaha” akupun tertawa untuk menutupi kekesalanku
“.....” dia terlihat diam
“Mau tahu banget? apa mau tahu aj? ” ucapku mengalihkan pertanyaannya.
“banget” jawabnya spontan
“gak apa-apa, emang aku kayak gini. Mau protes?” jawabku karena aku gak mau membahasnya.
“ohhh,, oke gak apa-apa” ujarnya yang terlihat dia juga sengan kesal kepadaku. Baguslah biar dia tidak banyak tanya lagi.
Setelah hari itu Untung sudah tida mengajak aku ngobrol. Kalau ketemu aku atau berpapasan dia memasang wajah cool -nya. Akupun bersyukur karena masih kesal terhadapnya.
Sikap Elle kepadaku pun berubah drastis 180 derajat semenjak cemburu ada lelaki ganteng yang tinggal di rumahku. Meskipun dia di cap orang preman sekolah tapi Dulu Elle penyabar, penyayang namun sekarang sering marah-marah dan membentakku. Jiwa premannya keluar. Akupun yang mencoba memahaminya mencoba untuk sabar kalau dia memarahiku dan membentakku. Seumur-umur Papa dan Mama tidak pernah membentak-bentak aku hanya bisa nangis dan sedih ketika Elle sering membentakku. Semakin lama aku semakin takut akan perubahan sifat Ella. Apalagi latar belakang Elle yang jadi preman di sekolah.
Puncaknya hubunganku sama Elle adalah ketika di malam hari temenku mengabari bahwa Elle terlihat masuk ke hotel dengan cewek yang berpakaian terbuka dan sexy bahkan sahabatku memfotonya agar informasinya valid. Akupun langsung menelpon Elle saat itu, tapi hp Elle sedang tidak aktif. Pikiranku kacau aku menangis semalam karena aku di khianati oleh Elle.
Paginya setelah bel pulang sekolah berbunyi aku mencari Elle dan mengajaknya berbicara di deket toilet belakang sekolah agar tidak banyak pasang mata melihatku bertengkar dengan Elle.
Aku mulai melontarkan makian ke Elle karena emosiku sudah meledak-ledak dan bertanya semalam ngapain, Elle masih mengelak dan tepatnya setelah aku memperlihatkan foto bahwa dia bersama wanita sexy dan berpakaian terbuka masuk ke dalam hotel sehingga dia tidak bisa mengelak lagi.
Akupun mengajak untuk menyudahi hubungan karena aku sudah dikhianati seperti itu.
Elle yang awalnya menunduk seperti menyesali perbuatannya langsung berubah garang, dia menarik tanganku mencoba memasukkan aku ke dalam toilet dia bilang bahwa dia mau memperkosaku, aku yang ketakutan mencoba melawannya dengan cara melepaskan tarikannya dan tidak mau untuk masuk ke dalam toilet.
Tarik menarikpun tak terhindarkan lagi. elle yang yang sudah kalap menamparku berkali-kali aku hanya bisa menangis sambil meronta-ronta.
Di saat aksi tarik menarik tiba-tiba terdengar suara Untung yang sudah berada tidak jauh dari posisiku, aku yang kaget hanya bisa menangis.
Kemudian terdengar Elle memaki-maki Untung. Dan mencoba untuk menantang Untung. Akupun yang ingin berteriak agar Untung tidak usah meladeni Elle, tapi mulutku hanya bisa diam seperti terkunci dalam tangisku. Aku hanya berharap Untung tidak akan meladeni tantangannya karena latar belakang Elle yang preman dan Untung pasti jadi sasaran amarahnya.
Apa yang aku harapkan ternyata berbanding terbalik, untung dengan gentle-nya malah menantang balik Elle kemudian temen-temen gengnya Elle datang bukan untuk melerai dia malah bertanya siapa Untung itu.
Perkelahian pun tak terelakkan lagi antara Elle dengan Untung
Aku yang merasa bahwa Untung akan jadi sasaran samsak Elle hanya bisa menunduk dan menutup wajah dengan tanganku, telihat beberapa dari sahabatku menenangkanku.
BUGHH.. BLUMMM !!!
Aku yang mendengar suara itu semakin menangis karena kelihatannya Untung yang jatuh terkapar.
Tapi suara gaduh temen Elle yang berteriak keras sambil memaki, akupun mencoba melihat apa yang sebenernya terjadi.
Elle yang terkenal kuat dan garang di sekolah pingsan di lantai lapangan basket deket toilet. Aku yang tidak percaya ternyata Untung berhasil mengalahkan Elle berteriak seneng. Tetapi setelah itu aku melihat Untung di keroyok temen-temen Elle yang aku tahu di sana ada Bismark, Ottonk, Sengkuni dan masih banyak lagi. mereka mengerubungi Untung sambil memukul dan menendang tubuh Untung.
Aku yang tidak tega melihat Untung di keroyok seperti itu hanya bisa menangis lagi sedangkan sahabatku cewek memelukku tanpa bisa melakukan apa-apa.
“berhentii!!! ”
Terdengar suara orang dari gerbang, aku pun melihat dan sepertinya mereka temen-temennya Untung aku jadi lega bantuan dari Untung sudah datang dan aku melihat tawuran pun tidak terelakkan lagi. dan aku melihat Untung hanya terduduk sambil melihat temennya yang sedang tawuran, sedangkan Elle terlihat masih tergeletak yang sepertinya pingsan dengan banyak darah di wajahnya.
Setelah aku mulai tenang dan suara tangisanku sudah mereda hanya tinggal air mata aku mendengar suara sirine datang dari arah pintu gerbang.
DOR !!!
Suara tembakan polisi untuk menghentikan tawuran akupun melihat temen-temenku maupun siswa sekolah lain pada lari agar tidak tertangkap polisi.
Kemudian pandanganku mengarah ke Untung sudah posisinya memanjat dinding belakang sekolah. Terlihat dia kabur dan lolos dari tangkapan polisi. Akupun lega tidak terjadi apa-apa dengan Untung setelah itu aku bangkit dan segera pulang di antar sahabatku.
Setelah sampai rumah. Rumah dalam keadaan sepi hanya ada mbok Ti saja, akupun segera mandi dan mengistirahatkan badan karena bagaimanapun tamparan dan percobaan perkosaan membekas di hatiku dan badanku sehingga aku drop dan sangat lelah. Setelah di kasur rasa kantukpun tiba-tiba hilang malah perasaan khawatir hinggap di diriku, bukan khawatir kondisi Elle, aku sudah sangat benci kepadanya tapi khawatir akan keadaan Untung.
“Kenapa ya aku begitu mengkhawatirkan Untung?” batinku
“Apa karena dia menyelamatkanku”
“feelingku selama ini ternyata salah”
“dia sama sekali tidak mesum”
“setiap hari aku judesin, tetapi dia sama sekali tidak membenciku”
“bagaimana ya perasaannya ketika aku judesin”
“sekarang kondisinya seperti apa ya? apa jangan-jangan dia tertangkap polisi?”
Pikiranku bergelut memikirkan Untung dan Untung, entah kenapa setelah dia menyelamatkanku perasaanku langsung cair. Tidak ada rasa kekesalan kepadanya, tidak ada rasa kebencian kepadanya. Aku menyesal selama ini berpikiran negatif sama dia.
“Untung maafkan aku untuk sikapku selama ini” batinku
Setelah itu tiba-tiba rasa kantukku menyerang dan aku tertidur.
TOK.. TOK..TOK !!!
TOK..TOK..TOK !!!
TOK..TOK...TOK !!!
“nak, bangun nak” terdengar suara mama memanggil
Akupun membuka mata sambil sedikit mengumpulkan nyawa kemudian aku melihat jam ternyata sudah hampir malam. Akupun bangun dan membuka pintu.
“di panggil papa di ruang tengah” ucap mama setelah aku membuka pintu.
“iya ma tunggu sebentar” jawabku
Akupun menyisir rambutku yang acak-acakan setelah tidur tadi. Setelah selesai aku ke ruang tengah di sana ada papa dan mama. Papa terlihat wajahnya sedang menahan emosi ddengan wajah kemerah-merahan.
“kamu duduk disini, jangan kemana-mana” kata Papa dengan wajah tegang menahan emosi
“ayo ma ke depan kita tunggu Untung ke dalam, Ine biar menunggu di sini” kata Papa mengajak Mama
DEGH !!!
“apa papa tahu kejadian di sekolah tadi” batinku
Aku yang gak berani lihat papa hanya menundukkan wajah dan tidak berani kemana-mana hanya duduk menunggu kedatangan Untung.
0 Komentar