(POV UNTUNG)
Setelah kejadian perkelahian dengan Elle dan tawuran bersama temen-temenku itu. Aku kembali fokusbelajar karena sudah memasuki akhir semester dan sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Setelah mengecewakan pak Karim beserta Bu Juleha akibat kenakalanku yang melakukan tawuran tentunya aku ingin memberikan hadiah kepada beliau berdua. Hadiah berupa bisa mendapatkan rangking minimal 10 besar di kelas. “ Kenapa 10 besar ? tidak 3 besar ?“ karena temen-temen sekelas bahkan seangkatanku STM juga tidak boleh di anggap remeh apalagi masalah otaknya. Mereka di atas rata-rata untuk masalah pelajaran.
Hikmah dari perkelahianku dengan pacarnya Ine adalah titik balik mencairnya sikap Ine ke aku. Bagaimana dia sudah tersenyum ketika berpapasan. Gak ada sifat judes yang Ine tunjukkan kepadaku lagi. awalnya aku takut kalau keputusan berkelahi dengan Elle, Mbak Ine akan marah besar. Tapi sifat penolongku dan aku yang telah berjanji melindungi Pak Karim sekeluarga yang menjadi latar belakang aku memutuskan untuk menantang dan berkelahi dengan Elle itu.
Aku pun turut senang akan perubahan sikap Ine sekarang. Dari yang cuek dan judes jadi akrab dan murah senyum. Bukan aku menaksir Ine, tapi Ine sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri yang mungkin bisa mengarahkan aku jika aku melakukan kesalahan atau yang lain. Dan lebih senengnya lagi suasana hatiku ini adalah Ine yang tiap sore malah membantu pekerjaanku, dia malah ikut membantuku menyiram bunga, kadang-kadang ikut mengambil rumbut yang ada di sekitar tanaman agar bersih dan diselingi dengan bersenda gurau, tertawa bersama malah sempat dia melempar bongkahan tanah karena saking gemasnya karena kepolosanku. Itu yang membuatku bahagia tinggal di rumah ini.
Sekarang aku lebih deket dengan Ine, malah tiap malam Ine ngajak belajar bareng di depan dapur yang mana dia mencoba membantuku ketika aku kesulitan mengerjakan PR sedangkan aku membantu Ine untuk memberi soal tentang mata pelajaran yang mau di UAN-kan dan dia yang menjawab atau mengerjakannya. Sisi positif dari sikap cairnya ini kita lebih giat belajar dan bersekolah. Aku jadi semakin yakin kalau aku bisa mendapatkan ranking 10 besar paralel kelas 1 STM.
Hari sabtu sore ketika aku menyapu halaman dan mbak Ine menyiram taman.
“ Ntung malam mingguan kemana?” Tanya Ine kepadaku
“ tadi temenku STM mengajak kumpul-kumpul di rumahnya Mendung Sore, tapi aku tadi menolak gak tau kenapa pengen di rumah aja. Kenapa Mbak?” jawabku sambil bertanya balik
“ Jalan-jalan yuk ke mall” ajaknya
“ Mau ngapain Mbak di mall? Mbak mau belanja? ” tanyaku polos
“ Ya enggak. Emang kalau ke mall cuman belanja aja. Pernah ke mall gak sebelumnya? “ ujar Ine
“ hehehe. Enggak mbak. Cuma lewat depan mall aja yang pernah. Kan mall itu kayak pasar kan Cuma lebih modern dan bersih tempatnya ” jawabku ngawur
“gak sekedar itu juga kali ntung.. nanti aku ajakin nonton juga” ucap Ine
“oke deh. Film apa kak ? ” Tanyaku
“gak tau jadwalnya aku, nanti aja dilihat disana, nanti aku yang milih” Jawab Ine
Akhirnya malam minggu ini kencan pertamaku dengan mbak Ine, eh bukan kencan ding soalnya aku gak pacaran sama dia. Aku di ajak jalan-jalan ke mall, makan di foodcourt dan nonton bioskop, terus aku juga d belikan kaos. Awalnya aku tolak tapi Ine memaksa aku agar mau dibelikan bahkan dia mengancam akan judes lagi kalau aku menolak dibelikan kaos. Aneh memang mahkluk bernama wanita itu.
Di dalam ruangan bioskop saat film mulai berjalan dia menyandarkan kepalanya di pundakku.
DEGH !!!
Detak jantungku langsung berdetak cepat. Bahkan aku gak fokus di filmnya sepanjang menonton aku sangat gelisan. Keringat dingin keluar dan turun menjalar di seluruh tubuhku. Ruangan bioskop yang dingin tidak bisa mencegah keringat dinginku yang terus masih keluar dengan derasnya melalui pori-pori kulitku.
Baru kali ini ada wanita yang menyandarkan kepalanya di bahuku karena sampai sekarang aku belum pernah pacaran dengan wanita. Aku masih minder ketika mau mendekati wanita. Beberapa kali temenku STM John, Mendung Sore, Upilheroes mengenalkan aku dengan wanita. Tapi sekali lagi statusku, latar belakangku yang menyebabkan aku minder dengan yang namanya wanita.
Sejak pertama kali aku di ajak jalan-jalan Ine, hubunganku dengannya sudah tidak ada jarak. Kemana-mana pasti mengajak aku. Belajar bareng dengan temennya aku yang suruh antar jemput pake motor. Banyak temen-temennya Ine menganggap aku sama Ine berpacaran, tetapi aku menanggapinya hanya tersenyum saja ketika mereka menggodaiku. Padahal Ine sudah bilang kalau aku sama dia sebatas kakak adik atau saudara sepupu tetapi tetap saja mereka tidak percaya dan tetap saja menggodaiku.
Malam minggu pasti aku di ajak keluar rumah, entah jalan-jalan di mall, nonton bioskop, atau sekedar nongkrong di cafe sambil mendengarkan live musik. Kalau nonton bioskop pasti dia selalu menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku gak pernah protes apalagi melarang. Aku cukup menikmati suasana apalgi rambutnya Ine selalu wangi.
Aku nyaman ngobrol sama dia, bahasan atau obrolan selalu ada di selingi tertawa dan sebagainya. Ine yang biasanya irit bicara sekarang malah dominan bicara seperti suara knalpot motor 2 tak. Hehehe. Asuuuuuu...
Tapi kebersamaanku dengan Ine hanya sebentar karena Ine mulai disibukkan persiapan ujian akhir nasional (UAN) yang akan dimulai beberapa hari lagi. itu yang menyebabkan dia selalu giat belajar. Akupun juga ikut belajar. Kadang Bu Juleha atau Pak Karim ikut nimbrung saat kita sama-sama belajar di depan dapur. Sambil memberikan petuah-petuah hidup di masa yang akan datang.
Setelah UAN berakhir, Ine sering keluar kota untuk mendaftar Perguruan Tinggi yang diidam-idamkan dia memilih PTN yang jauh dari kota ini dan beda provinsi. Sempet di tawarkan Pak Karim untuk kuliah di deket kota ini yang masih satu provinsi Ine tidak mau dengan alasan dia ingin mandiri dan mengejar cita-citanya.
Ya cita-cita Ine yang biasa diidam-idamkan orang selama ini yaitu dokter. Maka dari itu Ine menambah kegiatan belajar dan ikut les untuk tes jurusan dokter itu.
Dan setelah mengikuti test SNMPTN itu alhamdulillah mbak Ine keterima di universitas yang berada di kota yang merupakan daerah istimewa dan juga beda provinsi dengan kota ini. Pak karim dan Bu Juleha bersyukur atas keberhasilan Ine itu. Beliau berdua mengucapkan terima kasih kepadaku karena katanya berkat aku, Ine semakin rajin belajar dan berusaha mengejar cita-citanya.
Aku pun yang juga mengikuti ujian akhir semester juga dengan mudahnya melahap soal-soal ujian dan alhamdulillah aku dapat rangking 10 besar yang tepatnya berada di posisi 6. Pak Karim dan Bu Juleha juga senang aku memberikan hadiah berupa prestasi. Bagaimanapun Pak Karim juga tidak mau aku asl-asalan sekolah. Ine malah memberikan hadiah berupa handphone android baru yang mahal dengan merk asal Negara Korea atas keberhasilanku meraih ranking 6 itu. Dia memberikan itu dengan dalih agar semakin mudah berkomunikasi denganku.
Hari ini Ine mau berangkat ke kota tempat dia kuliah. Setelah segala keperluan dan persiapan sudah dilakukan matang. 2 mobil sudah siap untuk mengawal Ine ke kota tujuan. Mobil satu dikendarai oleh Pak Karim, dan berisi Bu Juleha dan Ine, sedangkan mobil satunya diisi barang-barang berupa koper dan segala keperluan dengan Mbah Man sebagai sopirnya. Nanti mobil yang diisi barang-barang tadi di tinggal guna sebagai kendaraan Ine menempuh kuliah di sana.
Ine sebenernya menyuruh aku ikut mengantar dia ke kota seberang tapi Pak Karim melarang karena aku harus menjaga rumah serta mengirim makanan ke karyawan meubelnya. Akhirnya dengan sangat terpaksa Ine merelakan aku tidak ikut.
Setelah Ine, pak Karim, dan Bu juleha pamitan serta titip rumah, mereka berjalan menuju mobil. Akan tetapi Ine tiba-tiba bilang ada barangnya yang ketinggalan. Kemudian Ine berbalik ke dalam rumah. Selang beberapa menit Ine memanggilku di dalam rumah dengan alasan barangnya lupa menaruh dan aku di suruh membantu mencarinya.
Saat aku sudah di dalam rumah aku pun di gandeng ke tempat yang tidak terlihat oleh pak Karim dan Bu Juleha. Kemudian dia clingak clinguk melihat situasi sekitar.
“ Ntung, makasih selama ini sudah membuatku nyaman dan berkat kamu aku bisa keterima kuliah di jurusan kedokteran yang selama ini aku cita-citakan” ucapnya mengawali obrolan.
“ Iya Mbak, aku juga terima kasih karena berkat bantuan Mbak aku bisa rangking 6 besar paralel di sekolah” jawabku sambil tersenyum memandang wajahnya.
“ Jaga baik-baik dirimu ya, aku mau nanti suatu saat kamu akan sukses. Aku juga jarang pulang ke sini lagi mungkin 2 kali dalam setahun atau setahun sekali aku baru pulang. ” Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
“ Iya Mbak, Mbak juga jaga diri baik-baik kalau ada apa-apa hubungi aku aja mungkin aku bisa bantu ” ucapku sambil mengusap air matanya yang satu per satu mulai keluar. Entah keberanian dari mana namun aku reflek aja melihat dia menangis.
Hiks..hikss..hikss. !!
“ Aku sayang kamu Ntung” ucapnya sambil memelukku erat
Setelah 30 detik berpelukan sambil saling menangis mbak ine melepas pelukan dan aku mengusap air matanya lagi yang mulai turun ke pipinya.
“ Aku juga sayang kamu mbak tapi maaf sayangku hanya sebagai adik” ucapku menatap mata dan wajah cantiknya.
CUPPP...
CUPPP...
CUPPP...
Bibirnya mulai mencium keningku, pipi kanan dan pipi kiriku
CUPPP...
Bibirku di kecup pelan dan hangat. Sedikit membuka mulut dan kami saling melumat dan bertukar lidah.
Slurrruuupppp...
Sluruuuupppp..
Sluruuuupppp...
“ Mbakk, sudah ketemu barangnya?” terdengar suara Bu Juleha dari luar rumah.
Kita akhirnya melepas pagutan bibir kita itu.
“ Aku pamit ya ntung ” ucapnya sambil membersihkan air liurku di sela-sela bibirnya
“ Iya mbak. Makasih ciumannya. Itu second kissku Mbak, first kissku sudah Mbak ambil kemarin. Hehehe ” jawabku sambil wajahku merona merah karena malu.
“hehehe. Makasih ya telah memberikan first kissmu kepadaku. Yaudah ya aku berangkat dulu ya ” ucap Mbak Ine sambil mendekatkan wajahnya lagi.
CUPPP...
Lagi-lagi dia mencium bibirku tapi hanya kecupan saja tidak saling melumat.
“ Hati-hati ya mbak” kataku dan terlihat dia menganggukan kepala
Kita keluar rumah dan Ine masuk mobil. Kemudian mereka melambaikan tangan dan mobil berjalan menjauhi rumah.
( Flashback 1 hari jelang keberangkatan )
Ine mengajakku untuk membeli pakaian yang akan di perlukan kuliah di mall kota ini. Akupun mengiyakannya
Setelah mendapatkan baju Ine mengajakku nonton bioskop seperti biasanya. Setelah dapat tempat duduk di dalam ruangan bioskop, film pun di mulai terlihat Ine menyandarkan kepalanya di bahuku seperti biasanya setiap menonton film.
Saat di tengah-tengah film Ine tiba-tiba mengajakku ngobrol dengan suara pelan-pelan.
“ Ntung, mbak mau jujur ke kamu ” Ucap Ine dengan pelan memulai obrolan di dalam bioskop
“ Jujur soal apa mbak ” Jawabku sambil tatapanku melihat film.
“ Tentang perasaan kita. Perasaanmu bagaimana dengan kita ? ” tanyanya dengan tatapan lurus.
“ Kalau Mbak sendiri bagaimana ? “ Tanyaku balik
“ Mbak sayang kamu “ Ucapnya
“ Tapi Mbak? “ ucapku
“ Aku nyaman sama kamu Ntung, kamu udah aku ceritain bagaimana awal mula aku judesin kamu kan” kata mbak ine, ya aku sudah di ceritakan awal mula kenapa dia judesin aku karena menganggap wajahku ini wajah mesum
“ Tapi setelah kamu menyelamatkan aku dan aku deket sama kamu aku ternyata selama ini salah menilai kamu dan aku juga mulai sayang ke kamu bukan sayang ke adik tapi sayang ke layaknya pasangan” Jawabnya sambil melihat wajahku
DEGH !!!
“ Aaa..kuu..aaa..kuuu ya sayang sama mbak.. sayang sebagai kakak” ucapku ragu-ragu
“ Hanya sebagai kakak? Gak lebih? Kamu belum pernah berpacaran ya?” Tanyanya.
“ Aaa..kuuu jugaaa gitu sebenernya aku juga sayang sama kamu lebih dari kakak, cuman” Ucapku pelan
“ Cuman apa ?” Tanyanya
“ Cuman aku sadar Mbak aku ini siapa, anak yang gak punya orang tua dan aku kan hanya menumpang di orang tua Mbak jadi sangat tidak etis dan tidak elok untuk menyayangi Mbak secara lebih layaknya pasangan. Maaf ya Mbak ” Ucapku sambil menundukkan wajah.
“ Kalau kita pacaran apa kamu gak mau?” Tanyanya.
“ Mau se mbak, cuman kalau aku mikir lebih baik jangan Mbak, aku sudah menganggap Mbak itu bagian dari keluargaku, jadi gak elok rasanya berpacaran dengan kakak sendiri” ucapku yang masih menundukkan wajah.
“gtu ya ?? ” ucapnya sambil mengeluarkan air mata
Kita diam beberapa saat..
“ oke Ntung aku mengerti, mungkin kita di takdirkan hanya sebatas hubungan keluarga hubungan kakak dan adik” Ucapnya pelan dan bergetar.
“ Mbak jangan nangis ya.. coba bayangin kalau kita pacaran apa Pak Karim dan Ibu Juleha menyetujui kita? Ingat mbak status sosial kita yang masih ada jarak” Ucapku sambil mengusap pipinya yang terkena lelehan air matanya.
“ Aku nangis ini bukan nangis sedih karena penolakanmu Ntung tapi aku nangis ini karena bahagia aku sudah tahu perasaanmu dan kamu mengetahui perasaanku. So, bener katamu kita di takdirkan untuk jadi keluarga. Tapi aku minta simpan rasa sayangmu ke aku sampai kapanpun ya, aku juga menyimpan rasa sayangku ke kamu” ucapnya sambil tersenyum dan menatap wajahku.
“ Iya mbak, aku selalu menyayangi mbak, aku janji” ucapku sambil tersenyum.
Kita diam lagi. kemudian terlihat wajah mbak ine mengahadap wajahku. Aku yang grogi dan malu bingung harus bagaimana. Tiba-tiba kurasakan tangan mbak ine meraih daguku dan aku memejamkan mata
CUPPP...
Bibir Ine mengecup bibirku
CUPPP..
Lagi bibirnya mengecup dan menempel bibirku terasa bibirnya Ine mulai terbuka, dan akupun mengikuti naluriku untuk membuka bibirku juga.
Slurrruuuupppp..
Sluruuuupppppp..
Sluuurrruuupppp..
Kita pun saling melumat, bibir dan lidahnya menelusuri rongga mulutku, aku pun juga menelusuri rongga mulutnya, lidah kita saling berbelit dalam waktu cukup lama. Entah orang-orang di sekitar yang sama-sama menonton melihat ciuman kita aku serasa tidak peduli. Kita lama berciuman atau French Kiss
Tiba-tiba terdengar bahwa filmnya sudah selesai dan terlihat lampu ruangan bioskop menyala. Mau gak mau, bibir kita terlepas. Aku melihat wajah Ine memerah, mungkin wajahku juga merah kalau ada kaca yang bisa melihat wajahku.
Akhirnya kita menyudahi acara ciuman dan kita segera berdiri untuk keluar dari bioskop. Terlihat tatapan dari orang sekitar seperti menelanjangi kita berdua. Akupun cepat-cepat mengajak Ine keluar karena malu.
( Flashback End )
Mobil nampak sudah tidak terlihat lagi. Kenangan dengan Ine akan menjadi suatu kenangan terindah yang akan selalu aku kenang selama-lamanya.
Nama Ine Febrianti akan mengisi sedikit bagian di hatiku karena aku hanya menganggap dirinya kakakku, anggota keluargaku. Sedangkan bagian hatiku yang lain akan terisi jodohku kelak yang masih belum aku ketahui.
“Selamat jalan Ine, semoga sukses mengejar cita-cita, doaku menyertaimu” gumamku sambil masuk ke dalam rumah.
0 Komentar