KEPUTUSANKU NO SARA PART 3

 



ku terbangun karna terkejut nada dering hp ku. Kulihat saat itu pukul 01.23 WIB. Kulihat name di hp ku Kak Nissa.




Ngapain kakak video call jam segini ya, pikirku.




Lalu kuangkat panggilan video Kak Nissa.




Aku : " Assalamualaikum... Kak ngapain jam segini video call siihhh.... Ganggu orang tidur aja ". Gerutuku.




Kulihat Kak Nissa masih menggunakan pakaian yang tadi saat Kak Nissa video call denganku.




Kak Nissa : " Waalaikum salam... Maaf dek... Temenin kakak, kakak dikost sendirian dek, temen-temen kakak sudah pada mudik soalnya jadi kakak sendirian diblok kost kakak, kan kamar kakak dilantai dua nah itu kosong semua kecuali kamar kakak jadi temenin yahhh... Plissss... ". Kata kakaku.




Aku : " Hahh.... Iya iyaa ". Jawabku.




Aku juga baru sadar saat itu aku tidak menggunakan apa-apa alias telanjang karna kejadian bunda tadi makanya aku berjalan kekamarku dengan keadaan telanjang dan sarungku tertinggal diruang tv. Duhh sial bisa bahaya kalau sampai kakak tau ini, pikirku.




Kak Nissa : " Alhamdulillah makasih adekku sayang ". Kata Kak Nissa.




Kak Nissa : " Duhhh maaf yaa dek ganggu tidur kamu... Abisnya kakak juga takut kalau sendirian mana kamar kakak dipojokan lagi, kan serem dek ". Jelas Kak Nissa.




Aku : " Iya kakakku yang maniss..... Lagian mana aku tau kak kalau kamar kakak dipojokan, aku saja belum pernah kesitu kok ". Jawabku.




Memang betul saat itu aku belum pernah kesana.




Kak Nissa : " Iya juga ya dek, hihihi... Makanya besok waktu kakak wisuda kesini dong... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Insya Allah ya kak aku gk janji. Lagian ngapain juga kakak kuliah sampai sana mana jauh pula, 3 hari loh kak dari rumah kalau naik bus ". Protesku.




Kak Nissa : " Yee.... sudah alhamdulillah kakak dapat biasiswa dek jadi kakak bisa kuliah disini tanpa biaya, memangnya kamu merah terus nilainya ". Gerutu Kak Nissa.




Aku : " Hehehehe.... Ya mau gimana lagi kak, otakku gk sampai soalnya. Ini aja alhamdulillah bisa tamat SMK jadi mendinglahh, hehehe". Kataku.




Memang benar kalau aku tamat SMK aja dan tidak mau kuliah karna kalau aku kuliah ibuku akan sendirian dirumah. Berbeda dengan Kak Nissa yang nilainya dari SD sampai SMA ranking terus, malah selalu dapat ranking 1,dapat ranking 2 saja nangis kok, makanya Kak Nissa dapat beasiswa untuk kuliah disalah satu Universitas bergengsi di kota Y.




Kak Nissa : " Iya adekku sayang kakak faham kok, lagian nanti juga bunda sama siapa kalau kamu kuliah juga kan ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Iya kak ". Kataku singkat.




Kak Nissa : " Ehh dek kamu masih telanjang dada begitu apa gk dingin? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Gk kok kak... Gerah malah iya, lah kakak juga masih pake pakaian itu mana masih pakai cadar pula ". Jawabku.




Kak Nissa : " Dingin kali dek, disini hujan soalnya dari tadi pagi lohh belum berhenti, yaudah kakak lepas cadar ya ". Kata Kak Nissa sambil melepas cadarnya.




Terlihatlah wajah manis Kak Nisa yang selalu buat aku adem. Tapi entah kenapa kemaluanku jadi berdiri melihat wajah Kak Nissa.




Aku : " Duhh kak... Aku gk pernah bosan melihat wajah manis kakak. Selalu bikin aku adem kak ". Godaku.




Kak Nissa : " Hihihi apaan sih dek orang wajah kakak biasa aja kok ". Kata Kak Nissa.




Aku saat itu kelepasan bilang ke Kak Nissa yang menurutku itu tidak sopan.




Aku : " Biasa apaan sih kak, kalau ntar kakak pulang aku ciumin wajah kakak ". Kataku tanpa sadar.




Kak Nissa : " Iihhh adek kenapa bilang gitu sih... Emm... Ciumin aja dek hihihi kakak ikhlas kok ". Goda Kak Nissa.




Aku yang sedikit terkejut dengan kata-kata Kak Nissa malah membuat kemaluanku tambah keras. Ahhh.... bisa bahaya ini, pikirku.




Aku : " Beneran loh yaa... Aku ciumin semua yang ada diwajah kakak, hehehe ". Kataku.




Kak Nissa : " Hihihi iya adek... Apa sih yang gk buat adek kakak ini, hmm". Jawab Kak Nissa.




Lalu Kak Nissa berganti posisi yang awalnya duduk sekarang menjadi tiduran dikasurnya. Aku melihat Kak Nissa diposisi itu malah pikiranku kemana-mana. Gawat, pikirku.




Kak Nissa : " Adek kenapa kok bengong begitu? Hihihi lucu tau dek ekpresi kamu, memang kenapa sih? Ada yang salah kah sama kakak? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Ehhh... Emmm... Gk gk papa kak hehehe, hanya saja terpesona oleh kecantikan kakak aja ". Jawabku.




Kak Nissa : " Ihhh.... Adek mulai lagi dehh gombalin kakak. Emm... Ya untung nya saja kakak pakai cadar ya dek, jadi gk ada yang tau, hihihi ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Ahahahhaa.... Iya kak untung saja kakak bercadar kalau tidak bisa bahaya kak. Aku saja gk rela kalau wajah manis kakak dilihat yang bukan muhrimnya kok ". Jawabku.




Kak Nissa : " Hihihi iya dek... Untung aja adek muhrim kakak jadi bebas liat kakak gk pakai cadar, hihihi". Kata Kak Nissa.




Duhh senyumanmu kak..... Batinku.




Aku : " Hehehehe babas ciumin kakak juga kah? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Ehh... Hihihi iya lah dek... Emang mau cium yang mana dek... Hmmm ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Emmm... Semuanya kak... Mata, hidung, kening, pipi, dagu, bibir, ahhh semuanya ". Kataku.




Kak Nissa : " Lahh bibir juga dek? ". Tanya Kak Nissa.




Aku : " Ehhh... Emmm... Maaf kak ". Kataku menyesal.




Kak Nissa : " Hihihi iya adek... Kalau adek mau, cium aja dek gk papa kok, hihihi". Kata Kak Nissa.




Aku : " Beneran kak ". Kataku terkejut dengan jawaban Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dalam mimpimu ya, ahahhaha ". Kata Kak Nissa.




Walaupun aku kecewa dengan jawaban Kak Nissa tapi aku cukup senang bisa melihat Kak Nissa tertawa lepas seperti itu.




Kak Nissa : " Hahahahha... Adek kenapa sekarang jadi mesum gini sih, hihihi... Tuh liat muka kamu jadi aneh begitu, ahahahhaa, duhh adek perut kakak sakit karna ketawa ngakak liat muka kamu, ahahahah". Ejek Kak Nissa.




Aku hanya membalas ejekan Kak Nissa dengan senyuman saja karna dalam hatiku merasa lega dan bahagia melihat Kak Nissa bisa tertawa lepas.




Aku : " Kak... Aku bahagia bisa melihat kakak tertawa lepas seperti itu, dan aku senang bisa punya seorang kakak yang benar-benar sayang kepadaku dan bunda, mencintai aku dan bunda, aku janji kak kalau aku akan selalu buat kakak bahagia ". Kataku.




Tanpa terasa aku meneteskan air mata saat itu. Tidak tau mengapa rasanya saat itu ingin sekali menangis melihat Kak Nissa tertawa lepas seperti itu. Sebenarnya Kak Nissa itu orangnya tertutup dan jarang sekali tertawa, hanya senyum saja dibalik cadarnya dan baru kali ini aku melihat Kak Nissa tertawa lepas.




Kak Nissa langsung terdiam saat itu dan mengalihkan mukanya kesamping kanan dan meneteskan air mata.


Aku hanya diam saja melihat Kak Nissa seperti itu karna aku juga menangis saat itu.




Kak Nissa : " Dek... Kakak... Kakak... ". Hanya itu yang keluar dari mulut Kak Nissa.




Aku : " Kak, cepat selesaikan skripsi kakak dan cepatlah pulang, aku kangen... ". Kataku.




Dan Kak Nissa langsung menutup video call kami. Entahlah apa yang Kak Nissa menutup video call kami, aku juga tidak tau, yang aku tau sebelum Kak Nissa menutup video call kami Kak Nissa menangis.




Lalu ada pesan melalui wattip dari Kak Nissa. Aku langsung membukanya dan pesannya itu adalah.




Kak Nissa : " ADEK JAHAT ". Dengan huruf besar semua.




Aku yang tau maksud Kak Nissa hanya tersenyum dan aku juga tidak membalas pesan Kak Nissa lalu melanjutkan tidurku.




Tanpa terasa sudah tiga bulan setelah itu. Selama tiga bulan ini tidak ada aktifitas birahi yang ada aktifitas seperti biasanya. Aku juga mulai belajar untuk mengurusi toko warisan ayahku yang dipegang adik ayahku sementara.




Saat ini aku belajar untuk bagaimana cara penjualan atau pembukuan dan itu rasanya seperti kepalaku mau pecah. Bukan apa-apa tapi karna aku tidak punya basic untuk itu jadi benar-benar menguras tenaga dan fikiran. Berangkat pagi pulang malam terus seperti itu.




Tidak... Tidak... Aku tidak boleh menyerah karna aku sudah berjanji akan membahagiakan bunda dan kakak. Aku juga ingin mandiri dan bertanggung jawab, pikirku.




Aku ingat betul saat itu, disaat aku diperjalanan pulang dari toko saat itu sudah malam sekitar pukul 22.30 WIB karna akhir bulan jadi aku lembur untuk mengurus gaji para karyawan dibantu oleh adik ayahku yang aku panggil Abi Ihsan.




Saat diperjalanan pulang aku melaju cukup kencang saat itu menggunakan motorku. Tapi tiba di tikungan yang cukup tajam aku terlambat untuk mengerem motorku dan terjadilah kecelakaan tunggal. Yaa... Aku menabrak pohon saat itu. Setelah aku menabrak pohon aku sempat merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kemaluanku karna aku ingat betul saat menabrak pohon kemaluanku terkena setang motorku. Karena saking sakitnya aku pun tidak sadarkan diri.




Entah berapa lama aku pingsan aku mulai tersadar kembali dan posisiku masih ditempat yang sama. Aku merasakan sakit yang luar biasa saat itu. Kulihat kanan dan kiriku hanya ada pohon sawit. Aku mencoba meminta tolong tapi tidak ada seorangpun yang melewati jalan itu. Jalan itu satu-satunya jalan menuju kekampungku dan jaraknya masih jauh sekitar 30 menit dari tempatku meminta tolong kekampungku.




Aku mencoba untuk bangkit dari tempatku pingsan tadi tapi tidak kuat. Aku terus saja memegangi kemaluanku karna sakit yang teramat sangat. Kulihat tanganku basah dan saat aku mencium ternyata bau darah. Aku mencoba untuk menahan rasa sakit itu tapi setelah tau kalau ada darah maka aku tidak sadar kembali.




Sayup-sayup aku mendengar ada orang yang sedang menangis tapi aku tidak tau siapa itu. Aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku tapi masih berat. Lalu aku mencoba menggerakan tanganku pelan dan berhasil. Aku mencoba untuk membuka mataku. Setelah aku berhasil membuka mataku ternyata aku berada disebuah ruangan. Aku melihat samping kananku yang sedari tadi aku mendengar suara menangis. Ya benar... Ternyata ibuku yang sedang menangis. Ibuku menyadari kalau aku sudah sadar dan segera memeluku. Karena aku merasakan sakit disekujur tubuhku terutama kemaluanku maka aku meringis kesakitan dan itu disadari oleh ibuku.




Bunda : " Alhamdulillah nak kamu sudah sadar, dua hari kamu gk sadar nak... Maaf sayang, masih sakit semua badan kamu ". Tanya ibuku sambil menyeka air matanya.




Aku hanya mengangguk saja saat itu. Mulutku kaku bukan karena sakit tapi melihat ibuku yang sedang menangis.




Setelah itu menceritakan semuanya saat dirasa aku mulai benar-benar sadar.




Ternyata waktu itu yang menolongku pertama kali adalah Ustadz Pawan dan juga istrinya saat sedang menuju kota P. Saat itu pukul 04.15 WIB Ustadz Pawan dan istrinya langsung membawaku kerumah sakit MP dan menghubungi ibuku.




pada saat ibuku sampai dirumah sakit aku sedang menjalani oprasi. Dan kata ibuku kalau aku sudah tidak bisa lagi mempunyai keturunan karena kantung sperma atau biji pelerku pecah. Jadi aku sudah tidak bisa lagi mempunyai keturunan.




Ibuku menjelaskan semua itu sambil terisak. Aku mendengar semua itu hanya bisa pasrah dan menerima karena bagaimanapun kondisinya harus diterima tanpa alasan.




Aku : " Bunda sudah jangan menangis lagi, soal keturunan mungkin sudah menjadi takdirku, Azam Insya Allah siap menerima semuanya bunda, kan masih ada Kak Nissa yang bisa memberikan bunda cucu kelak, jadi bunda tidak usah bersedih lagi, semuaakan baik-baik saja ". Kataku menenangkan ibuku.




Bunda : " Memang benar sayang tapi kamu laki-laki yang menjadi garis nashob ayah kamu nak, kalau kamu... ". Kata bunda.




Aku langsung memotong kata-kata ibuku karena aku tidak mau melihat ibuku yang bersedih.




Aku : " Bunda.... Sudah yaa.... Aku tidak apa-apa, semoga saja istriku kelak bisa menerima keadaanku yang seperti ini ". Kataku.




Bunda : " Amin Insya Allah sayang ". Jawab ibuku.




Kulihat ibuku memakai gamis berwarna biru sedangkan khimarnya berwarna hitam juga cadarnya.




Aku menyeka air mata ibuku dan menganggukan kepalaku supaya ibuku tenang. Ibuku menangis sampai cadarnya basah oleh air matanya.




Aku : " Bunda kapan aku boleh pulang yaa? ". Tanyaku.




Bunda : " Sabar ya sayang, yang terpenting kamu sembuh dulu ". Jawab ibuku.




Aku : " Bunda... Apa Kak Nissa sudah diberi tahu? ". Tanyaku.




Bunda : " Sudah sayang, kakak kamu menangis saat mendengar kalau kamu kecelakaan, asal kamu tahu kalau hari ini kakak kamu wisuda sayang ". Jawabku.




Sebenarnya aku tidak mau kalau Kak Nissa sampai tau tapi yasudahlah.




Setelah itu kami mengobrol ngalor ngidul untuk mengisi waktu luang. Saat sedang asik mengobrol hp ibuku berdering ternyata Kak Nissa yang menghubungi melalui video call.




Bunda : " Assalamualaikum Nissa... ". Salam ibuku kepada Kak Nissa.




Kak Nissa : " Waalaikum salam bunda... Gimana adek bunda, apa sudah sadar? ". Tanya Kak Nissa.




Bunda : " Emmm.... Tanya aja ma orangnya nihh ". Jawab bunda sambil menyerahkan hp nya kepadaku.




Kak Nissa : " Dek... ". Kata Kak Nissa.




Baru bilang seperti itu Kak Nissa langsung Menangis.




Aku : " Kak... Sudah acara wisudanya? Terus gimana kak apa kakak... ". Tanyaku yang dipotong olek Kak Nissa.




Kak Nissa : " Dek... Mana janji kamu untuk buat kakak bahagia? Manaa.... Yang ada malah buat kakak sedih... Hiks... Hikss... ". Tanya Kak Nissa.




Aku yang teringat janjiku malam itu langsung meminta maaf kepada Kak Nissa.




Aku : " Ma... Maaf kak ". Jawabku menundukkan kepala.




Kak Nissa : " Tapi kakak lega adek sudah siuman dan kakak lihat adek juga sudah baikan ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Makasih kak... Kak selamat yaa atas kelulusannya... Emm... Pasti kakak dapat nilai tertinggi? ". Kakakku.




Kak Nissa : " Hihihi iya adekku tersayang... Yang pasti kakak dapat beasiswa lagi loh ke Turkey ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ohhh iya kak... Selamat ya ". Katakku.




Aku hanya bisa pasrah mendengar kata-kata Kak Nissa. Turkey yaa... Ahhh yang penting Kak Nissa bahagia, pikirku.




Aku melihat mata Kak Nissa berkaca-kaca lagi. Duhh kenapa lagi, pikirku.




Aku memberikan hpnya ke ibuku karna aku tidak tega melihat Kak Nissa meneteskan air mata.




Bunda : " Nissa lebih baik selesaikan urusanmu dulu lantas pulang.... Semuanya bisa difikirkan bersama mengenai beasiswa kamu... Ahhh iyaa sayang... Waalaikum salam ". Ibuku menutup video callnya dengan Kak Nissa.




Bunda : " Hahhh... Sebenarnya bunda tidak setuju kalau kakakmu kesana sayang tapi tau sendiri kakakmu kalau sudah punya kemauan pasti dikejar sampai dapat ". Kata ibuku.




Aku : " Iya bunda, entahlah aku juga bingung bunda, tapi ya selebihnya terserah kakak sih bunda, aku tidak mau menghalangi mimpinya ". Kataku.




Bunda : " Iya sihh padahal sudah S1 tapi yasudah lah terserah kakakmu saja ". Kata ibuku pasrah.




Aku skip ya gan....




Setelah seminggu aku berada dirumah sakit akhirnya aku bisa pulang juga. Rasanya dirumah sakit itu benar-benar tidak enak, susah mau ngapa-ngapain. Dan hari ini aku bisa pulang.




Aku dijemput oleh adik ayahku Abi Ikhsan dan istrinya Ummi Rani.




Abi : " Gimana nak rasanya seminggu dirumah sakit? ". Tanya Abi Ikhsan.




Aku : " Mending gk lagi lah bi.... Gk enak ". Jawabku.




Semua yang ada dimobil tertawa. Ohh iya Abi Ikhsan bertanya seperti itu didalam mobil saat perjalanan pulang kerumahku.




Abi : " Ahahahaha...... Tidak apa-apa, abi juga pernah ngerasain kok waktu kecelakaan dulu, masih mending kamu seminggu abi dulu hampir sebulan ". Kata Abi Ikhsan.




Iya memang benar kalau Abi Ikhsan dulu pernah kecelakaan ditabrak truk konteiner dan kondisinya parah. Tulang paha kanan patah, tulang rusuk patah 4, ahh pokoknya ngeri waktu itu.




Aku : " Ahhh iya bi... Aku melihat abi penuh perban waktu itu ". Kataku.




Abi : " Iya loh Zam... Alhamdulillah kamu cuma bagian itu kamu saja yang diperban ". Kata Abi Ikhsan.




Aku : " Iya bi alhamdulillah.... Walaupun efeknya seumur hidup tapi aku bersyukur bi karna masih bisa hidup sampai sekarang ". Kataku.




Abi : " Ahh... Iya Zam... Semoga lekas sembuh ya Zam. Insya Allah aset kamu gk sampai impoten walaupun bijinya sudak tidak ada lagi tapi kalau masih bisa ON kan alhamdulillah ". Kata Abi Ikhsan.




Karna beliau sudah tau jadi tidak masalah. Tapi saat itu aku malu karna didalam mobil ada aku, bunda, Abi ikhsan dan istrinya ummi Rani.




Aku : " Iya bi ". Kataku singkat.




Tanpa terasa sampai juga dirumah. Aku dipapah oleh Abi Ikhsan kekamar. Setelah itu aku mencoba untuk tidur karna lelah diperjalanan.




Saat aku membuka mata ternyata sudah malam. Aku melihat ibuku sedang duduk disampingku dengan wajah sedihnya.




Aku : " Bunda kenapa, apa bunda sudah makan? ". Tanyaku.




Bunda : " Tidak apa-apa nak hanya saja bunda sedih kalau kamu sakit begini, iya sayang, bunda sudah makan kok ". Jawab bunda.




Bunda : " Nak maafkan bunda yaa mungkin gara-gara kita me... ". Sambung ibuku tapi aku potong.




Aku : " Bunda... Azam begini bukan karena bunda tapi sudah takdirku begini bunda, bunda jangan menyalahkan diri sendiri, lagipula kalau aku tidak mempunyai keturunan kelak itu sudah garisku tapi aku hanya berdoa kalau ini masih berfungsi lagi bunda ". Kataku.




Bunda : " Amin sayang, kalau begitu bunda akan bantu sebisa bunda ya sayang ". Kata ibuku.




Aku : " Iya bunda makasih ". Kataku.




Ibuku tersenyum dibalik cadarnya dan keluar dari kamarku membiarkanku untuk istirahat.




Selama aku sakit ibuku selalu merawatku, sampai kontrol pun ibuku selalu ada disampingku.




Tanpa terasa sudah tiga bulan saat itu dan aku pun sudah sembuh total dan tidak diperban lagi kemaluanku. Aku juga sudah aktifitas seperti biasanya dan ketoko lagi. Aku juga melihat kemaluanku jadi aneh cuma ada batangnya saja untuk saat ini dan selamanya. Walaupun aku sudah sembuh total tapi masih belum bisa bangun juga. Aku sangat khawatir saat itu. Ibuku hanya mencoba menyemangatiku dan menyuruhku bersabar.




Bunda : " Azam... Besok sore Insya Allah kakakmu pulang sayang ". Kata ibuku.




Aku : " Ehh... Yang benar bunda? ". Tanyaku yang dijawab anggukan kepala oleh ibuku.




Ahhh aku tidak sabar untuk bertemu dengan Kak Nissa. Kangeeenn banget rasanya.




Akupun pamit sama bunda untuk bekerja kembali.




 09.03 WIB saat itu. Aku yang bingung karena tidak ada pekerjaan lagi aku putuskan untuk tiduran saja dikamar.




Baru saja aku meletakkan tubuh ini ke kasur Kak Nissa memanggil.




Kak Nissa : " Adek ". Panggil Kak Nissa.




Aku : " Iya kak, aku dikamar ". Jawabku.




Kak Nissa : " Elaahh ini anak jam segini malah tiduran mana dikasur pula ". Protes Kak Nissa yang sudah didepan kamarku.




Lalu Kak Nissa masuk ke kamarku dan duduk disebelahku. Saat itu Kak Nissa menggunakan gamis berwarna merah gelap, khimar berwarna hitam dan cadar bandana. Tapi ada yang berbeda dari Kak Nissa yaitu dia memakai sofline berwarna biru. Duhh jadi tambah cantik saja kakakku ini, pikirku.




Aku yang saat itu hanya berpakaian kaus warna abu-abu dan sarung berwarna putih polos tanpa celana dalam. Aku berpindah posisi dari posisi miring kekiri menghadap tembok menjadi telentang.




Aku : " Mau ngapain lagi sih kak, orang rumah juga sudah bersih semua gk ada kerjaan lagi kan ". Kataku.




Kak Nissa : " Iya sih dek, kakak biasanya jam segini dikampus sekarang dirumah saja ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Ohh jadi kakak pengen kuliah lagi? Yasudah sana kak ambil saja itu beasiswa S2 nya kak, adek tidak apa-apa kok dirumah sama bunda ". Kataku jengkel.




Baru kemarin sampai rumah Kak Nissa malah pengen pergi lagi, mana jauh pula di Turkey. Aku langsung saja beranjak dari tempat tidurku ingin sekali meninggalkan Kak Nissa di kamarku. Tapi baru saja berjalan dua langkah Kak Nissa memelukku dari belakang.




Kak Nissa : " Bukan seperti itu dek kakak kangen banget sama kamu dek ". Kata Kak Nissa sambil kepalanya ditempelkan dipunggungku.




Otomatis tubuh Kak Nissa menempel ke tubuhku. Aku juga bisa merasakan susunya menempel juga di punggungku karna posisinya sama-sama berdiri.




Aku : " Kak bukannya gimana-gimana... Tapi aku ingin kakak nemenin aku dan bunda disini, karena secara kemarin empat tahun kakak tidak pulang sama sekali dan sekarang kakak ingin pergi lagi? Tapi aku juga tidak mau melarang kakak mengejar mimpi kakak, semua terserah sama kakak saja ". Kataku panjang lebar.




Kak Nissa semakin memeluku erat dibelakangku.




Kak Nissa : " Tidak dek kakak tidak jadi ambil beasiswa itu dek sekarang kakak hanya ingin disini sama kamu dan bunda.... Hiks... Hikss.. ". Kata Kak Nissa sambil menangis.




Lalu aku melepaskan pelukan Kak Nissa dan membalikan tubuhku. Sekarang didepanku ada seorang akhwat bercadar yang sedang menangis sampai cadarnya basah oleh air matanya.




Aku lalu memeluk Kak Nissa dengan erat dan Kak Nissa membalas pelukanku. Setelah beberapa lama aku melepaskan pelukanku.




Aku : " Terima kasih kak terima kasih ". Kataku sambil mencium kening Kak Nissa.




Kak Nissa hanya diam saja aku cium keningnya. Lalu aku menghapus air matanya.




Aku : " Yasudah kak sekarang kakak mau apa insya allah aku turutin ". Tanyaku kepada Kak Nissa.




Kak Nissa : " Kakak ingin menagih janjimu dek, saat kita video call dulu adek bilang kalau kakak pulang adek akan mencium semua wajah kakak kan? ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Ehh... Emm... Iya kak... ". Kataku gelagapan.




Kak Nissa lalu menggandeng tanganku dan menuntunku ke kasurku kembali. Sekarang kami sama-sama duduk diatas kasurku.




Aku : " Kak ". Kataku.




Kak Nissa : " Hmm... Iya dek... Sebentar ya kakak buka cadar kakak ". Kata Kak Nissa.




Kak Nissa mulai membuka cadarnya. Setelah terbuka maka terlihatlah wajah manis Kak Nissa yang malu-malu. Duhh kak aku ingin menikahimu, batinku. Tapi tetap tidak akan bisa karena kami adalah saudara sedarah.




Aku : " Kak... Jika para bidadari disurga melihat wajah kakak pasti mereka akan sangat iri dengan kecantikan kakak ". Kataku tulus.




Mungkin kakakku tau kalau aku tulus mengatakan itu dan secara Kak Nissa adalah sarjana psikologi pasti sangat tau. Saat itu Kak Nissa tersenyum dan menunduk malu.




Aku lalu memegang dagu Kak Nissa dan mencium keningnya lama. Setelah keningnya aku mencium kedua matanya, kedua pipinya, hidungnya, dagunya, lalu aku ingin mencium bibirnya tapi ragu. Dan sepertinya Kak Nissa mengetahui keraguanku.




Kak Nissa : " Dek jangan ragu, kakak tidak apa-apa kok ". Kata Kak Nissa sambil menyentuh pipiku dengan tangan kanannya.




Maka aku memajukan kepalaku dan Kak Nissa pun memejamkan matanya. Saat bibirku dan bibir Kak Nissa bersentuhan aku melepaskannya sebentar lalu aku mencium bibir Kak Nissa lagi. Dan saat yang ketiga kalinya aku mengulangi hal itu aku mencium bibir Kak Nissa kembali tapi tidak aku lepaskan. Cukup lama aku melakukan itu entah terbawa suasana atau apa aku mulai memangut bibir Kak Nissa pelan dan yang membuat aku sedikit terkejut Kak Nissa membalas pangutanku. Lalu bibir kami saling memangut dan kedua tangan Kak Nissa memeluk kepalaku. Kami berciuman mesra saat itu. Setelah beberapa lama kami saling memangut aku memberanikan diri untuk memasukan lidahku kemulut Kak Nissa dan Kak Nissa pun menerimanya jadi lidah kami saling menjilat lidah. Setelah itu lidahku dihisap-hisap oleh Kak Nissa. Rasanya saat itu benar-benar merinding saat Kak Nissa menghisap lidahku bahkan ibuku saja belum pernah.




Aku sebenarnya sangat terangsang saat itu dan ingin sekali menyentuh susu milik Kak Nissa tapi aku urungkan niatku, aku takut kalau gara-gara itu Kak Nissa bakalan marah kepadaku dan aktifitas berciuman kami berhenti. Maka aku ikuti alur dari Kak Nissa saja karena sepertinya Kak Nissa sedang bersemangat untuk berciuman.




"Ssrruuppp.... Ssslllppp... Ummmhh... Eemmm... Ssslllppp... ". Bunyi ciuman kami saat itu.




Kami bergantian menghisap lidah kami. Dan Kak Nissa melepaskan ciuman kami.




Kak Nissa : " Hahh... Uummm... Dek... Kakak.... Tidak nyangka kalau kamu sampai buat kakak jadi begini ". Kata Kak Nissa mengatur nafasnya.




Aku : " Ahhh... Hmm... Kakak juga... Hmmm... Kak Apa Kakak pernah berciuman karena kakak sepertinya sudah lancar ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Belum... Dek... Ini pengalaman pertama kakak... Mungkin insting kakak dek.... ". Jawab kak Nissa.




Aku : " Hmm... Aku juga kak... Ini pengalaman pertamaku... Hufftt.... ". Kataku.




Kak Nissa : " Dek... Umm... Mulut kamu enak dek.... Manis dan tidak bau nafas kamu... ". Kata Kak Nissa.




Aku : " Kakak juga... ". Kataku.




Setelah itu suasana menjadi sunyi karena kami sama-sama terdiam larut dengan fikiran kami masing-masing. Aku juga merasakan kemaluanku tegang setegang tegangnya. Alhamdulillah kemaluanku on lagi, sudah lama sekali sejak terjadinya kecelakaan itu kemaluanku tidak tegang, batinku.




Saat itu aku tidak menyadari kalau sedari tadi Kak Nissa melihat kemaluanku yang sedang tegang, karna aku memakai sarung putih polos dan sampai membuat tenda walaupun posisiku sedang duduk jadi terlihat membayang.




Kak Nissa : " Dek... Ummm... Kamu tegang ya sampai-sampai itu kamu begitu ". Tanya Kak Nissa malu-malu.




Aku : " Ehh.... Umm... Maaf kak.... ". Jawabku malu.




Kak Nissa : " Hmm... Wajar kok dek... Emmm.... ". Kata Kak Nissa.




Aku yang saat itu langsung iseng saja menggoda Kak Nissa.




Aku : " Kenapa kak? ". Tanyaku.




Kak Nissa : ehh... Umm... ". Jawab Kak Nissa terpotong karna aku gemas dengannya aku langsung mencium bibirnya kembali dan Kak Nissa pun membalas ciumanku.




Lama aku mencium bibir Kak Nissa lalu aku melepaskan ciumanku.




Kak Nissa : " Iiihhh adek kenapa tiba-tiba gi.... ". Protes Kak Nissa terpotong lagi dengan ciumanku.




" Uumm... Sssllppp... Ssspppp... Uhhmmm... Mmmmhh ". Suara ciuman kami.




Aku melepas ciumanku kembali. Aku melihat mata Kak Nissa sangat sayu dan sepertinya Kak Nissa terangsang juga.




Aku : " Kak main yuk kemana gitu... Emm... Kalau tidak ikut aku yuk beli bakso diwarungnya Kak Hera... Udah buka loh jam segini ". Ajakku kepada Kak Nissa yang saat itu Kak Nissa hanya terbengong melihat tingkahku yang sengaja aku buat random. Karena walau bagaimanapun juga Kak Nissa adalah Kakak Kandungku jadi sebisa mungkin kontrol.




Kak Nissa : " Ehh.. Umm... Dek.. ". Kata Kak Nissa saat melihatku bangkit dan berdiri didepannya yang sedang duduk dikasurku.




Otomatis saat aku berdiri kemaluanku tepat berada didepan wajahnya hanya berjarak beberapa centimeter saja. Saat itu kemaluanku sangat tegang jadi sangat nampak tenda disarungku.




Hihihi enak juga ngerjain Kak Nissa walaupun aku juga menginginkan lebih tapi aku selalu kontrol jangan sampai lepas kontrol.




Lalu aku berjalan kearah pintu dan mengambil jaketku dibalik pintu kamarku dan berjalan keluar rumah sambil menyalakan motorku menunggu Kak Nissa keluar.




Setelah beberapa menit Kak Nissa keluar rumah tapi dengan gamis yang berbeda. Sekarang Kak Nissa menggunakan serba hitam.




Kak Nissa : " Jahat banget sihh dek ninggalin kakak ". Protes Kak Nissa.




Lalu Kak Nissa membonceng dibelakangku dan akupun mulai melajukan motorku. Saat dijalan aku bertanya kepada Kak Nissa.




Aku : " Kak kenapa kakak ganti pakaian kakak jadi seba hitam begini? ". Tanyaku.




Kak Nissa : " Iiihhh adek... kakak ganti pakaian kakak juga karena kamu ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Lah kok aku kak, memangnya aku salah apa ". Tanyaku penasaran.




Kak Nissa : " Kakak basah dek dan itu sampai tembus ke gamis kakak dan itu gara-gara kamu ". Jawab Kak Nissa dengan jengkel.




Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Kasihan Kak Nissa jadi kentang, batinku.




Aku : " Lahh yang basah kakak kenapa aku yang disalahin sih, apa hubungannya juga kak sama aku ". Tanyaku sambil menahan tawa.




Kak Nissa : " Iihhh udah ahhh dek... Awas nanti kalau sudah sampai rumah ". Jawab Kak Nissa.




Aku : " Hahahaha.... Iya iya kak maaf tapi aku laper kak heheheh ". Kataku.




Kak Nissa : " Dek... Umm... Nanti lagi yukk? ". Ajak Kak Nissa.




Aku : " Lagi? Apaan kak? Aku gk faham kak ". Kataku pura-pura polos.




Kak Nissa : " Iihhhh adek... Udah ahhh terserah ". Kata Kak Nissa jengkel.




Aku : " Ahahahahaha..... Iya kakaku yang manis, Azam punya Kakak kok, jadi terserah kakak aja ". Kataku.




Kak Nissa tidak menjawabnya lagi akupun juga mulai fokus untuk menyetir motorku. Setelah beberapa meter akhirnya sampai di warung bakso milik Kak Hera. Aku langsung memesan bakso jumbo dan esteh lalu Kak Nissa memesan bakso kerikil dan teh hangat.




Kulihat Kak Hera memakai gamis berwarna coklat senada dengan khimar dan cadar bandana nya.




Kak Hera : " Eehhh Nissa kan? Apa kabar Niss, lama tidak ketemu yahh ". Tanya Kak Hera.




Jadi Kak Hera itu temannya Kak Nissa tapi dia sudah menikah dan sudah diberi momongan umur 2 tahun. Dan suaminya bekerja di kota jadi seminggu sekali pulang.




Dan mereka pun mengobrol ala ala cewek lah yang aku sendiri tidak mau tau.




Setelah menunggu beberapa lama akhirnya pesanan kami datang juga.




Kak Hera : " Aduhh Azam maaf ya lama... Sudah laper banget ya, hihihi". Tanya Kak Hera.




Aku : " Tidak kok kak, makasih Kak Hera ". Jawabku.




Lalu aku makan bakso dengan lahap dan nambah satu mangkok bakso jumbo lagi sampai Kak Nissa geleng-geleng kepala.




Setelah kenyang begitu pun juga Kak Nissa aku membayar pesanan kami dan meninggalkan warung bakso milik Kak Hera. Aku tidak langsung pulang kerumah tapi aku jalan-jalan dulu dengan Kak Nissa. Saat berboncengan pun Kak Nissa memelukku dari belakang sampai terasa sangat empuk dipunggungku. Aku sangat menikmati saat kami muter-muter kampung. Saling memberi salam kepada orang-orang.




Tidak usah heran kalau kalian berkunjung dikampungku karena mayoritas dikampungku itu orang-orang salaf jadi kalau kalian ingin melihat wanita sexy atau berpakaian terbuka itu mustahil yang ada malah bercadar semua, hehehe.




Setelah bosan maka kami memutuskan untuk pulang karena mengingat hari jumat maka sebentar lagi pasti ramai sekali di masjid untuk melaksanakan sholat jumaat.




Setelah sampai rumah aku segera mandi junub mengingat kejadian ciuman tadi karena walau bagaimanapun aku ingin suci kalau sedang beribadah.




Setelah melaksanakan sholat jumaat aku tiduran dikamarku, entah kenapa aku teringat akhwat tuna wicara itu. Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa aku jadi teringat terus dengan dia. Apakah ada kaitannya denganku dikehidupanku kelak? Aaahhhh pusing, batinku.




Kak Nissa : " Adeeeekkkkkkk....... ". Teriak Kak Nissa memanggilku.




Duh.... Kenapa lagi.....



Posting Komentar

0 Komentar