Kak Nissa : " Adeeeekkkkkkk....... ". Teriak Kak Nissa memanggilku.
Duhh... Kenapa lagi....
Aku : " Iya aku dikamar kak ". Jawabku.
Kak Nissa : " Adek anterin kakak yuk ". Kata Kak Nissa masuk kekamarku.
Aku : " Kemana kak? ". Tanyaku.
Lalu Kak Nissa duduk disampingku yang sedang tiduran.
Kak Nissa : " Kakak mau anterin ini nih dek buat temen kakak, gk jauh kok cuma di ujung jalan kampung kita ". Jawab Kak Nissa.
Kulihat sebuah kotak lumayan besar yang dibawa oleh Kak Nissa. Aku tidak tau apa isinya, mungkin itu oleh-oleh dari kota Y untuk teman Kak Nissa.
Aku : " Okei kak, bentar". Kataku.
Aku bangun dari kasurku dan segera memakai jaketku.
Aku : " Ayo kak ihhh malah bengong ". Kataku.
Kak Nissa : " Ehh iya dek, yuk temen kakak sudah nungguin disana ". Kata Kak Nissa.
Diperjalanan kami, aku bertanya kepada Kak Nissa.
Aku : " Kak, temen kakak laki-laki atau perempuan? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Perempuanlah dek, emang kenapa sih dek tanya kok begitu? ". Jawab Kak Nissa.
Aku : " Ya tidak apa-apa kak ". Kataku singkat.
Kak Nissa : " Jangan-jangan cemburu ya dek ". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.
Kak Nissa : " Hihihi... Tenang saja dek, kakak masih milik kamu kok hihihi ". Kata Kak Nissa sambil cekikikan.
Aku tidak membalas omongan Kak Nissa lagi karena sudah hampir sampai di tujuan. Dan benar ternyata dibawah gapura kampungku ada seorang akhwat bercadar. Dia memakai jubah gamis berwarna abu-abu dan hitam yang sewarna dengan khimar dan cadarnya.
Aku berhenti dua langkah disampingnya dan Kak Nissa turun dari motorku dan menghampiri akhwat itu.
Aku terkejut saat Kak Nissa memberi salam kepadanya tapi dijawab olehnya dengan bahasa isyarat. Jantungku langsung berdenyut kencang serta keringat dingin keluar dari tubuhku. Dan saat akhwat itu menengok kearahku aku langsung mengetahui siapa dia. Saat mata kami saling memandang aku semakin yakin kalau akhwat itu... Ya... Akhwat tuna wicara yang pernah datang ketokoku.
Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak tau karena bahasa isyaratnya yang saat itu belum aku kuasai karena rumit. Setelah beberapa menit akhwat itu pergi meninggalkan kami dengan motornya. Dan Kak Nissa pun menghampiriku.
Kak Nissa : " Dah yuk dek kita pulang sebentar lagi sore ini ". Ajak Kak Nissa.
Aku : " Baik kak ". Jawabku.
Saat perjalanan pulang Kak Nissa menceritakan kalau akhwat tadi bernama Evi dia adalah yatim piatu yang diasuh oleh ustadz Pawan dari kecil dan dia sekolah dikota sampai kuliah dan ternyata umurnya sama seperti Kak Nissa. Kak Nissa mengenalnya dari madrasah aliyah dulu dikota yang mana satu kelas dengannya. Saat kelulusan Kak Nissa lebih memilih untuk mengambil beasiswa dikota Y dan dia memilih beasiswa di universitas di kotaku. Kak Nissa juga bercerita kalau dia sudah lulus dan bekerja sebagai guru diyayasan khusus tuna wicara dikotaku. Dan yang membuat aku terkejut kalau dia mengenalku saat ditokoku dan mengira kalau aku adalah suami Kak Nissa.
Kak Nissa : " Emang bener yah dek kalau kalian pernah bertemu? ". Tanya Kak Nissa.
Aku menceritakannya kepada Kak Nissa saat pertama kali aku dan dia bertemu.
Kak Nissa : " Gimana menurutmu dek temen kakak yang itu? Ya walaupun dia tuna wicara tapi dia itu orangnya baik banget loh trus ramah suka bersedekah tidak sombong pengertian pokoknya nilainya 100 kalau buat dia dek, hihihi". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.
Kak Nissa : " Hihihi... Dia juga cantik loh dek orangnya emmm.... Lebih tepatnya manis dek dia juga punya gingsul di giginya sama seperti kakak tapi tidak punya lesung pipit seperti kakak, hihihi kalau adek mau sama dia kakak langsung bilang SAH, hihihi ". Kata Kak Nissa.
Aku : " Iihhh apaan sihh aku belum kepikiran itu kak ". Kataku berbohong.
Kak Nissa : " Hihihi sudah tidak usah bohong sama kakak dek, kakak tau kok kalau adek suka kan sama dia trus nihh ya dek kakak liat insya allah kalau dia juga suka loh sama kamu dek, makanya tadi saat kakak bilang kalau adek bukan suamiku tapi adikku ekspresinya berubah dek apalagi matanya yang tajam itu dek hihihi seperti orang senang begitu dek, hihihi ". Kata Kak Nissa panjang lebar.
Aku : " Apaan sih kak jangan buat aku malu kak, lagipula aku hanya mau menikah kalau aku sudah bisa melihat kakak bahagia dengan orang pilihan kakak". Protesku.
Dan Kak Nissa langsung diam saat itu, entahlah Kak Nissa kenapa aku juga tidak tau.
Aku : " Tapi yang jelas untuk saat ini kakak milikku dan bunda ". Sambungku.
Lalu Kak Nissa memeluk punggungku erat karena kami masih diperjalanan untuk pulang.
Kak Nissa : " Makasih dek makasih.... Iya dek untuk sekarang kakak juga milikmu dan bunda dek ". Kata Kak Nissa.
Aku tidak menjawab lagi kata-kata Kak Nissa karena saat itu sudah sampai rumah. Baru saja kami masuk kedalam rumah ibuku menelfon Kak Nissa.
Kak Nissa langsung mengangkat telefon ibuku.
Kak Nissa : " Assalamualaikum bunda.... Ahh iya ini adek disebelah Nissa.... Alhamdulillah sudah bunda.... Emm... Yasudah tidak apa-apa bunda... Iyaa.... Baik bunda.... Bunda juga ya.... Waalaikumsalam ". Kata Kak Nissa mengangkat telefon ibuku.
Aku : " Bunda kenapa kak? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Bunda tidak pulang dek dia dan rombongannya menginap dihotel karena besok pagi ustazah ceramah lagi dan bunda juga jadi pendampingnya ". Jawab Kak Nissa.
Aku : " Yasudah kak tidak apa-apa ". Kataku.
Aku langsung masuk kekamarku begitu juga Kak Nissa.
Pukul 20.08 WIB saat itu aku sedang menonton tv sedangkan Kak Nissa didalam kamar dan diluar hujan lebat. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan udara menjadi dingin saat itu.
Terdengar suara pintu kamar Kak Nissa " Ceklek " Dan kulihat Kak Nissa tidak keluar kamar hanya membuka pintu kamarnya. Aku melanjutkan menonton tv yang acara tv saat itu menayangkan pencarian bakat bernyanyi. Lalu aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku dan pada saat aku menengok sumber suara itu aku terbengong. Saat itu aku melihat Kak Nissa menggunakan seragam sekolahnya dulu saat di madrasah aliyah. Putih abu-abu dengan khimar putih beserta cadar bandana hitamnya. Saat itu aku melihat Kak Nissa sangat anggun mengingat jaman sekolahnya dulu.
Kak Nissa : " Gimana dek? Kakak masih pantas kan jadi anak sekolahan? ". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Ehhh.... Iy... Iya kak... ". Jawabku
Kak Nissa : " Hihihi... Kangen tau dek pake seragam ini.... Emm... Ehh sebentar ya dek ". Kata Kak Nissa masuk kekamarnya kembali.
Saat itu aku bingung, kenapa Kak Nissa jadi begitu ya?. Pikirku.
Tidak lama setelah itu Kak Nissa keluar dari kamarnya dan pakaian Kak Nissa masih sama dengan yang tadi tapi yang membedakan atasannya. Saat itu Kak Nissa tidak lagi menggunakan khimar dan cadarnya tapi menggunakan kerudung putih polos biasa yang dipakai anak sekolahan jaman now. Kerudung segi empat pendek dan hanya menutupi bagian dada saja dan bagian belakang tidak sampai pinggang. Aku terpesona dengan penampilan Kak Nissa saat itu. Disamping wajah Kak Nissa yang manis tapi juga body Kak Nissa juga luar biasa. Walaupun pakaiannya agak longgar tapi tidak bisa menutupi keindahan tubuhnya apalagi dada yang membusung bulat padat dan pantat terlihat sangat bulat kencang dan terlihat sangat empuk. Baru kali ini aku melihat Kak Nissa berpenampilan aduhai dan menggoda. Seketika kemaluanku menjadi tegang dan keras dibalik sarungku.
Kak Nissa : " Gimana dek... Udah kaya anak SMA jaman sekarangkan? Hihihi ". Tanya Kak Nissa sambil berputar dan bergaya.
Aku : " Iy... Iya kak... Ka.. Kakak benar-benar sangat cantik, lebih cantikan kakak dari pada anak SMA jaman sekarang ". Jawabku gugup.
Kak Nissa : " Hihihi... Tapi kakak sudah 23 tahun lho dek hihihi ". Jelas Kak Nissa mendekatiku dan duduk bersila di depanku.
Aku : " Emm... Yahh walaupun kakak sudah 23 tahun tapi kakak seperti umur 17 tahun kak, sumpah". Jawabku.
Kak Nissa : " Hihihi... Dek kok gugup gitu sih, ini kan kakak bukan orang lain ". Jelas Kak Nissa.
Aku : " Gimana aku tidak gugup kak, aku yang terbiasa melihat kakak tertutup dan bercadar sekarang aku melihat kakak berpenampilan begini ". Jawabku.
Kak Nissa : " Hihihi iya adek sayang, kakak begini juga sama kamu aja dek, emm... Dek... Kakak sebenarnya, kakak... ". Kata Kak Nissa yang nanggung.
Aku saat itu tau apa maksud Kak Nissa.
Aku : " Kak... Begitu juga aku kak... Andai saja kakak bukan kakak kandungku aku pasti sudah nikahin... Emm... Kak kalau gitu jalanin aja ya kak... Sampai kakak mendapatkan pendamping sejati kakak... Karena walau bagaimana pun kita tidak bisa bersatu kak karena darah yang mengalir dalam tubuh kita itu dari orang yang sama ". Kataku sambil mengelus pipi Kak Nissa.
Kak Nissa : " Hikss... Hikss.. Makasih dek... Makasih... Iya dek kakak ngerti, begitu juga adek, tapi kakak hanya setuju kalau adek sama Evi ". Kata Kak Nissa tersenyum sambil mengusap air matanya.
Aku : " Eh... Kok gitu sih kak ". Kataku protes.
Kak Nissa : " Karena kakak bisa melihat kalau kalian itu saling suka, hihihi". Jawab Kak Nissa.
Aku : " Gimana ya kak, tau ahh kak ". Kataku pasrah.
Memang benar sih waktu itu aku selalu dibayang-bayangi olehnya. Tapi demi membuat kakak bahagia aku akan melakukannya.
Kak Nissa : " Hihihi... Dek... Umm... Kakak kan sudah berpakaian seperti ini, umm... ". Kata Kak Nissa.
Aku : " Hmm... Kenapa sih kak ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Umm... Kakak... Hmmm... Pingin... Umm... Kita... Umm... Kayak tadi pagi dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.
Aku : " Lah... Emang kenapa kak tadi pagi? ". Tanyaku.
Aku saat itu ingin sekali menggoda Kak Nissa. Rasanya itu gemes kalau lihat ekspresi Kak Nissa kalau malu-malu begini.
Kak Nissa : " Umm... Itu... Emm... Ber... Berciuman dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.
Aku : " Hmm... Memang apanya kak yang ingin dicium? ". Tanyaku lagi.
Kak Nissa : " Umm... Itu... Aaahhhh adek... Udah dong jangan godain kakak mulu.... ". Jawab Kak Nissa.
Aku : " Ihhh apaan sih kak orang ditanya jugaa... ". Kataku.
Kak Nissa : " Habis nya adek godain kakak mulu... Kakakkan jadi ma... ". Belum sempat Kak Nissa menyelesaikan kata-katanya aku langsung mencium bibirnya.
" Ummm... Ssspp... Uunnhhh... Mmmm.. Sssllllppp". Suara kami berciuman.
Tangan Kak Nissa langsung memeluk kepalaku. Dan saat itu kami berciuman sangat panas ditambah hujan diluar lebar jadi cuaca menjadi dingin. Tapi tidak dengan kami, tubuh kami terasa panas karena posisi kami yang sedang dimabuk nafsu.
Kami saling melumat, saling menghisap lidah kami. Tanpa sadar aku memeluk Kak Nissa dan tanganku mengelus elus punggung Kak Nissa. Lalu Kak Nissa melepaskan ciuman kami dan berkata.
Kak Nissa : " Dek pindah kamar kakak aja yuk, tolong matikan juga lampu-lampu rumah yahh dek... ". Kata Kak Nissa.
Aku langsung saja beranjak dari tempatku duduk dan berjalan untuk mematikan lampu ruang tv, ruang tamu dan dapur. Kak Nissa berjalan ke kamarnya. Setelah selesai mematikan lampu aku menyusul Kak Nissa ke kamarnya. Kulihat Kak Nissa sedang duduk dikasurnya sambil tersenyum. Lalu aku menutup pintu kamar Kak Nissa dan menguncinya. Aku berjalan mendekati Kak Nissa. Setelah sampai aku duduk didepan Kak Nissa dan langsung melumat bibir Kak Nissa dengan penuh kasih sayang. Begitu juga dengan Kak Nissa. Kak Nissa membalas lumatanku. Tangan Kak Nissa memeluk kepalaku. Kami berciuman dengan mesra dan kasih sayang.
" Ssppp.. Ahhh... Uummmhh... Ssslllppp.. Ahhhh... Ummmm... Hmmmm... ". Suara kami berciuman.
Tanganku memeluk tubuh Kak Nissa dan mengelus punggung Kak Nissa.
Kak Nissa : " Umm.. Dek... Hah
.. Hahh.. Hah... ". Kata Kak Nissa ngos-ngosan.
Aku langsung memeluk Kak Nissa erat begitu juga dengan Kak Nissa. Tiba-tiba hp Kak Nissa berdering, Kak Nissa langsung mengambil hp nya dan ternyata ibuku yang menelpon.
Kak Nissa : waalaikum salam bunda.... Hah... Iya... Iya bunda sebentar ". Kata Kak Nissa panik.
Aku : " Kenapa kak? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Bunda dek udah didepan pintu suruh bukain, bunda tidak jadi mendampingi Ustadzah besok karena acaranya diundur dek, tidak tau kenapa, udah sekarang adek bukain pintu dulu,bunda udah nungguin". Kata Kak Nissa
Aku : " Iya kak ". Kataku singkat dan bergegas menuju pintu utama.
Aku langsung membukakan pintu dan bunda langsung masuk, setelah itu aku menutup pintu dan menguncinya lagi.
Aku : " Kenapa bunda? Katanya besok baru pulang, mana diluar hujannya lebat banget lohh ". Kataku.
Bunda : " Iya sayang acaranya diundur karena ketua panitianya tidak bisa sayang, ibunya meninggal dunia ". Kata ibuku.
Aku : " Innalillahi.... Iya bunda, sebentar Azam buatkan teh hangat dulu bunda ". Kataku sambil berlari kedapur.
Setelah jadi aku langsung membawanya keruang tv tempat ibuku beristirahat. Kulihat Kak Nissa juga sudah disana dan sudah berganti dengan gamis khimar dan cadarnya.
Kak Nissa : " Lohh kakak mana dek? ". Kata Kak Nissa.
Aku tidak menjawab dan langsung kearah dapur lagi. Aku membuat teh untuk Kak Nissa dan aku sendiri. Lalu kubawa semua keruang tv untuk menemani mereka.
Kak Nissa : " Uhh... Makasih adekku sayang ". Kata Kak Nissa yang kujawab dengan anggukan kepala dan senyum.
Bunda : " Azam... Gimana keadaanmu nak apa masih sakit atau tidak, terus gimana? Apa masih belum bangun juga? ". Tanya ibuku.
Aku yang terkejut karena ibuku bertanya seperti itu maka aku malu untuk mengatakannya karena ada Kak Nissa.
Kak Nissa : " Apa sih bunda orang adek sehat-sehat saja bunda, memang bangun-bangun apa sihh bunda ". Tanya Kak Nissa.
Bunda : " Gini Niss bunda jelaskan dan bunda ingin kamu mengerti keadaan Azam, jadi setelah kecelakaan itu keadaan Azam menjadi kurang Niss. Bunda sudah kasih tau kan kalau Azam operasi umm... Testisnya karena rusak dan itu diangkat jadi Azam sudah tidak punya testis lagi dan kamu tau kan artinya apa? Untuk masa depannya kelak ketika berumah tangga? ". Jawab ibuku panjang lebar.
Seketika itu Kak Nissa memandangku dan aku bisa melihat air mata yang keluar dari matanya.
Kak Nissa : " Jadi adek? ". Kata Kak Nissa.
Aku : " Iya kak sekarang aku cacat kak dan aku tidak bisa mem... ". Kataku.
Belum sempat selesai kata-kataku Kak Nissa langsung memelukku dengan erat dan menangis.
Kak Nissa : " Kenapa dek.... Kenapa kamu tidak bilang dek... Kenapa". Kata Kak Nissa sambil menangis dalam pelukanku.
Ibuku yang saat itu duduk langsung beranjak dari duduknya dan memelukku juga disamping kiriku karena Kak Nissa memeluku disamping kananku.
Setelah itu ibuku melepaskan pelukannya begitu juga dengan Kak Nissa.
Bunda : " Sudah-sudah yang terpenting sekarang kesembuhan Azam dulu, terus gimana sayang, apa sudah bisa bangun lagi seperti semula? ". Tanya ibuku.
Aku menganggukkan kepalaku.
Aku : " Alhamdulillah sudah bunda, paling tidak sekarang sudah bisa bangun lagi walaupun masih sedikit sakit tapi tidak masalah ". Sambungku.
Bunda : " Alhamdulillah... Paling tidak kamu masih bisa memberikan nafkah batin untuk istrimu kelak ". Kata ibuku.
Aku : " Iya bunda ". Kataku.
Kak Nissa : " Dek... ". Kata Kak Nissa masih menangis.
Aku langsung memeluk Kak Nissa yang sepertinya belum bisa menerima keadaanku saat itu.
Aku : " Kak sudah ya... Aku baik-baik saja kak... Sudah-sudah ". Kataku sambil memeluk Kak Nissa.
Bunda : " Yasudah bunda ingin istirahat dulu... Kalian jangan malam-malam tidurnya ". Kata ibuku sambil beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.
Kak Nissa : " Dek maafin kakak... Kakak tidak tau kalau kamu... Hiks... Hikss... Adeeeekkk ". Kata Kak Nissa.
Aku memeluk Kak Nissa erat sampai berhenti menangis.
Aku : " Kak... Percaya deh sama aku, semua akan baik-baik saja, lagipula sudah bisa bangun lagi kok dan itu berkat Kakak maaf kak tadi pagi aku sangat terangsang jadi bisa bangun lagi, makasih ya kak ". Kataku menenangkan Kak Nissa yang mulai berhenti menangis.
Kak Nissa : " Ihhh adek... Nafsu ko sama kakak sih, ingat dek kita sedarah loh ". Kata Kak Nissa.
Aku : " Yeee... Kakak juga kok, siapa yang bilang tadi kalau basah sampai tembus ke gamis dan berganti gamis lagi ". Kataku tak mau kalah.
Kak Nissa : " Ihhh apaan sihh dek... ". Kata Kak Nissa malu-malu.
Aku : " Ehhh kak tadi waktu kita ciuman lagi kakak basah lagi tidak? ". Tanyaku sambil menahan tawa.
Kak Nissa : " Apaan sih dek... Udah ahh... Kakak mau tidur ". Kata Kak Nissa sambil beranjak dan berjalan masuk ke kamarnya.
Lalu aku juga beranjak dan masuk ke kamarku. Setelah sampai aku langsung merebahkan tubuhku ke kasurku dan tidur.
Aku ingat betul saat itu waktu tengah malam aku terbangun dan rasanya sangat haus, lalu aku keluar dari kamarku dan ternyata Kak Nissa pun sama ingin minum juga. Karena cuaca saat itu sangat dingin aku yang biasanya hanya tidur dengan sarung saja yang melekat pada tubuhku kini aku menggunakan kaos dan sarung.
Aku : " Lah... Kak... Bangun juga? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Iya dek kakak haus pengen minum ". Jawab Kak Nissa.
Lalu kami berjalan bersama ke dapur. Lalu saat kami melewati kamar ibuku kami mendengar suara-suara aneh. Seperti desahan dan erangan dari kamar ibu. Lalu aku dan Kak Nissa berhenti di depan kamar ibu. Aku dan Kak Nissa saling berpandangan dalam diam. Dan mendengarkan karena suaranya cukup keras
Aku : " Kak masa sih bunda yang begitu? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Tidak tau juga dek ". Jawab Kak Nissa.
Lalu aku terkejut dengan erangan ibuku begitu juga dengan Kak Nissa.
" Uuhhh... Ssshhh... Azam... Enak sayang.... Terus sayang.... Hhmmm... Ayo sayang... Genjot yang kenceng memek bunda... Kontolin memek bunda.... Ahhhh iya begitu... Uuhhh.... Ssshhh... Hisap juga susu bunda sayang.... Ahhh kontol kamu enak sayang... Ohh... Azam kontol kamu besar nak... Bunda ketagihan kontol kamu... Ahhhh... Sshhhh.... ". Erang bunda.
Aku yang mendengarkan erangan ibuku menjadi merinding.
Kak Nissa : " Adek masa sih bunda sedang itu? ". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Aku juga tidak tau kak ". Jawabku.
Kak Nissa : " Tapi kenapa kamu dek yang jadi fantasi bunda? ". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Entah kak ". Jawabku.
Entah yang difikirkan Kak Nissa saat itu tiba-tiba Kak Nissa menyentuh knop pintu dan membukanya. Ternyata tidak dikunci oleh ibuku. Aku yang bingung dengan kelakuan Kak Nissa sampai terkejut. Setelah terbuka aku melihat kalau ibuku sangat terkejut. Aku bisa melihat kalau ibuku yang telanjang saat itu menampilkan susu yang besar dengan puting kecoklatan, dan kemaluan ibuku yang bersih dari bulu kemaluan dan terlihat sangat-sangat menggoda. Ibuku yang terkejut langsung meraih selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
Kak Nissa : "astaghfirullah Bunda.... Kenapa.... Kenapa bunda masturbasi.... Kenapa harus adek... Kenapa bunda... Astaghfirullah". Tanya Kak Nissa menahan emosi dan air matanya.
Bunda : " Niss... Maafkan bunda Niss maafkan bunda ". Kata bunda yang langsung beranjak dari kasurnya dan memeluk Kak Nissa yang mana masih dalam keadaan telanjang tanpa selembar kain yang menempel ditubuhnya.
Disitu tangis Kak Nissa pecah, aku yang tadi posisinya sangat terangsang menjadi iba dengan mereka. Iba karena walau bagaimana pun diumur ibuku yang sudah 42 tahun masih membutuhkan kebutuhan biologisnya. Disisi lain Kak Nissa yang mungkin sakit hati karena kenapa ibuku berfantasi denganku, ya walau bagaimana pun ibuku pernah memainkan kemaluanku sampai ibuku blepotan spermaku.
Kak Nissa : " Bundaa.... Hiks... Hiks... Jelaskan pada Nissa bunda ". Kata Kak Nissa yang mulai tenang.
Lalu ibuku menggandeng tangan Kak Nissa ke kasurnya sedangkan aku yang saat itu bersandar di tiang pintu juga disuruh ibuku mendekat dan duduk disebelah Kak Nissa. Jadi posisi ibuku didepan kami yang sedang duduk menghadap ke arah ibuku dan ibuku menghadap kearah kami. Sedangkan ibuku menutupi tubuhnya dengan selimutnya. Lalu ibuku menjelaskannya.
Bunda : " Maafkan bunda ya Niss kalau bunda begini... Karena sebenarnya bunda masih membutuhkan kebutuhan batin... Entah Niss akhir-akhir ini kebutuhan bunda itu meluap luap dan bunda menginginkan nya. Apa kamu ingat waktu bunda kasih tau kamu kalau Azam sakit demam itu? Karena aku melihat Azam berkeringat dan lengket badannya bunda mengelap badannya semuanya, saat itu bunda melihat kalau kemaluan Azam sangat menggoda bunda Niss. Bunda tidak tau kenapa bunda menjadi seperti ini. Nissa kalau Nissa mengerti maksud bunda, bunda berterima kasih, tapi kalau Nissa masih ingin marah dengan bunda dan jengkel atas kelakuan bunda, bunda minta maaf , maafin bunda Niss, maafin bunda ". Sambil menangis ibuku menjelaskan semuanya.
Aku bersyukur kalau ibuku tidak menceritakan semuanya, aku khawatir dengan mental Kak Nissa walaupun Kak Nissa berciuman denganku dengan sangat panas tapi ini kasus yang lebih dalam lagi. Bunda Kak Nissa maafin Azam juga, batinku.
Aku melihat Kak Nissa juga menangis. Sedangkan aku sendiri hanya diam tidak tau harus berbuat apa.
Setelah mereka sudah tenang Kak Nissa mulai berbicara.
Kak Nissa : " Bunda tau kan kalau Nissa sangat sayang kepada bunda? Begitu juga dengan adek, bunda....Nissa mengerti dan maafin Nissa juga bunda kalau Nissa.... mencintai adek, entah kenapa perasaan itu muncul, Nissa juga mempunyai perasaan lebih kepada adek, Nissa sangat ingin bersama adek dan bunda sampai orang yang akan menjadi pendamping Nissa datang bunda, bunda maafin Nissa bunda, maafin Nissa ". Jelas Kak Nissa yang mengakui semua perasaannya.
Bunda : " Iya Niss.... Bunda ngerti tapi hanya untuk sementara ya jangan selamanya karena kalian itu saudara kandung dan yang paling penting kalian harus saling menjaga dan tetap kontrol ". Kata ibuku sambil tersenyum.
Kak Nissa langsung memeluk ibuku begitu juga dengan ibuku. Aku melihat itu langsung lega karena mereka saling mengerti satu sama lain. Lalu ibuku melirikku dan menyuruhku untuk ikut memeluk Kak Nissa. Aku langsung memeluk mereka berdua dengan erat.
Setelah beberapa lama kami menyudahi pelukan kami dan tersenyum. Lalu Kak Nissa melihat bunda yang telanjang yang ditutupi dengan selimut.
Kak Nissa : " Emm... Bunda tidak mau melanjutkan yang tadi? ". Tanya Kak Nissa.
Aku terkejut ketika Kak Nissa berkata seperti itu. Tadi seperti apa sekarang seperti apa pula.... Wanita memang susah untuk dimengerti.
Bunda : " Ehh... Umm... Tidak sayang, lagipula bunda sudah.... Umm... Keluar kok ". Jawab ibuku.
Kak Nissa : " Ehh yang bener bunda? ". Tanya Kak Nissa kembali.
Bunda : " Iya sayang, bunda sudah keluar 2 kali kok ". Jawab bunda malu-malu.
Kak Nissa : " Ehh 2 kali bunda? ". Tanya Kak Nissa.
Bunda : " Iya sayang hihihi, abisnya lama sekali bunda tidak ngerasain begini jadi yaa gitu deh, hihihi ". Ibuku cekikikan.
Duhh apa mereka ini lupa kalau ada aku, kalo begini terus aku juga tidak kuat untuk menahan agar kemaluanku tidak tegang, pikirku.
Aku : " Emm... Bunda, kakak, aku tidur aja yaa... Ngantuk ". Kataku.
Bunda : " Emm... Azam bobok sama bunda aja ya disini sama kakakmu juga ya, gimana Niss? Kamu mau kan ?". Ajak ibuku.
Kak Nissa : " Iya bunda, Nissa tidur disini ". Jawab Kak Nissa.
Aku : " Umm... Baik bunda ". Jawabku.
Bunda : " Yaudah sini sayang kamu ditengah yaa... Trus kamu Niss, kamu dikirinya Azam ya ". Ajak ibuku.
" Baik bunda ". Kataku dan Kak Nissa berbarengan.
Lalu ibuku menggeser tubuhnya dan aku beranjak dan pindah di sisi kiri bunda sedangkan Kak Nissa disisi kiriku. Lalu kami masuk kedalam selimut bunda yang tebal dan lebar serta meletakan tubuhku dikasur. Aku yang posisinya ditengah-tengah mereka apa lagi posisi ibuku masih telanjang memelukku dan Kak Nissa juga memelukku. Mengingat cuaca yang sangat dingin malam ini menjadi hangat dan yang paling aku tidak nyaman adalah kemaluanku tegang mengingat ibuku yang telanjang dan Kak Nissa yang lengkap dengan cadarnya. Seperti punya istri dua. Ahhh...
Aku : " Ahhh... Bunda.... Kenapa tidak memakai pakaian dulu. Aku.... Aku... ". Kataku gugup dan tegang.
Bunda : " Hihihi.... Kenapa sayang bunda tidak apa-apa kok begini, kan sama kamu anak bunda ". Kata bunda sambil tersenyum centil.
Kak Nissa yang entah sengaja atau tidak tangannya menyenggol kemaluanku yang sedang tegang. Duh rasanya.....
Kak Nissa : " Ehh... Dek umm.... Itu kamu dek... Tegang yaa ". Tanya Kak Nissa.
Aku : " Emmm... Iy... Iya kak... Gimana tidak tegang kak, orang tidur sama dua bidadari cantik begini kok ". Jawabku.
Bunda : " Ehhh... Mana Niss? ". Kata ibuku lalu menyentuh dan memegang kemaluanku.
Bunda : " Ehhh... Iya ya tegang dan keras Niss ". Kata ibuku.
Kak Nissa : " Ehh... Bunda pegang itu adek? ". Jawab Kak Nissa.
Bunda : " Iya Niss... Hihihi.... Lagipula bunda juga pernah pegang kok dulu waktu ngebersihin badan Azam... Kenapa Niss kalau mau pegang ya pegang aja mumpung sudah tegang lho mana keras lagi... Hmmm... ". Kata ibuku.
Edan pikirku. Memangnya kemaluanku mainan apa ya.... Tapi ahhh rasanya nikmat. Hehehehe.
Kak Nissa : " Ahh tidak lah bunda... ". Kata Kak Nissa.
Mungkin malu atau gimana aku juga tidak tau yang jelas Kak Nissa langsung membalikkan badan menghadap tembok. Aku juga saat itu sangat mengantuk walaupun kemaluanku berkata tidak tapi aku membiarkan ibuku bermain dengan tangannya dibawah sana sedangkan aku tertidur.
Aku terbangun saat Kak Nissa membangunkanku. Saat itu kulihat jam hampir memasuki waktu subuh. Kulihat sekeliling untuk mencari ibuku.
Aku : " Kak, bunda kemana? ". Tanyaku.
Kak Nissa : " Bunda sedang mandi dek, kakak juga barusan bangun kok dibangunin bunda, yuk kita kemasjid dek sholat subuh ". Ajak Kak Nissa.
Aku : " Iya kak, aku bersih-bersih dulu ya kak ". Jawabku.
Kak Nissa hanya mengangguk dan berlalu untuk masuk ke kamarnya sedangkan aku, aku menunggu ibuku yang sedang mandi junub. Setelah selesai ibuku terkejut melihatku karena lampu dapur masih padam dan belum dinyalakan.
Bunda : " Astaghfirullah Azam, bikin jantungan aja sih ". Kata ibuku.
Kulihat ibuku hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi tubuhnya. Lalu aku mendekati ibuku dan mencium keningnya lalu masuk ke kamar mandi. Didalam kamar mandi aku segera untuk mandi junub juga walaupun aku tidak dalam posisi junub tapi mengingat aku dan Kak Nissa bercumbu mesra semalam. Jadi aku memutuskan untuk mandi junub. Setelah selesai aku segera berpakaian dan pergi ke masjid menyusul ibuku dan Kak Nissa.
Setelah kembalinya kami dari masjid aktifitas kami menjadi seperti semula dan tidak ada bahasan atas kejadian semalam dan kulihat langit sangat mendung. Setelah aktifitas dirumah aku segera bersiap untuk berangkat bekerja. Aku berpamitan kepada ibu dan Kak Nissa lalu berangkat bekerja. Tidak ada hal yang perlu diceritakan selama aku bekerja karena hanya itu-itu saja.
Dan hari-hari pun berlalu tanpa adanya kejadian yang membuat kemaluanku tegang. Normal seperti sedia kala sampai beberapa minggu kedepan.
Aku ingat saat itu dimana Abi ikhsan dan istrinya berkunjung kerumah untuk menginap.
Karena kamar di rumah kami hanya ada 3 dan itu semua ada pemiliknya jadi untuk malam ini aku tidur di depan tv sedangkan kamarku dipakai oleh Abi dan istrinya. Kalau tidak salah sekitar pukul 01.00 WIB aku terbangun karena aku mendengar sayup-sayup suara erangan.
" Ahhh... Ssshh... Bi... Enak bi... Terus ahhh.... Ahhhh... ". Suara erangan dari kamarku.
Aku yang saat itu ingin sekali tidur lagi tapi tidak bisa karena suara erangan itu. Cukup jelas suara itu saat itu aku tidak mengintip atau gimana tapi aku coba untuk mendengarkan saja. Kemaluanku langsung terbangun dan keras hanya karena mendengarkan erangan dari Abi dan istrinya.
Abi : " Ahh.... Ssshhh... Ummi... Memek ummi sangat enak... Ahhhh... Ummi.. Kalau ummi pengen... Ahhh.... Dientot.... Ummi... Pengen... Ahhh... Dientot... Siapa... Uhhhh.... ". Erang Abi.
Ummi : " Ahhh... Kenapa... Abi... Bilang seperti.... Itu... Aahhhh..... Kontol Abi... Ennaaakk... Uhhhh.... ". Erang Ummi.
Abi : " Ahhh.... Hanya fantasi saja ummi... Uhhh... ". Erang Abi.
Ummi : " Ahhh.... Iyaa.. Bi.... Ummi... Ahhh... Uummmhh... Pengen... Ahhh... Sshhh... Dientot... Ahhh.. Az... Za... Bii... Azam... Ahhh.... Memek... Ummi... Enak.. Banget.... Bi... Uhhhh... Di.. Kontolin... Kayak... Gini... Ahhhh.. Ahhhh... Sshhh... ". Erang Ummi.
Aku yang mendengarkan erangan mereka terkejut dan aahhhh rasanya ingin sekali bergabung dengan mereka tapi mana mungkin, pikirku. Kenapa jadi aku yang jadi fantasi Ummi ya, batinku.
Abi : " Ahhhh... Gini ya mi.... Ahhhh memek ummi memang mantab uhhhhh.... Kalau gitu.... Ahhhh.... Ummi mau tidak.... Ahhh... Dientot.... Azam.... ". Tanya Abi sambil terus menggenjot Ummi.
Ummi : " Ahhh... Iyaa... Bi... Uhhhh.... Ssshhhh... Ummii... Pengen... Banget... Dientot... Azam... Biii... Aahhhh.... ". Jawab Ummi.
Abi : " Aahhh... Kenapa... Ummi pengen dientotin Azam mi.... Ahhhh.... Pahadal... Ummi itu Ustadzah lho.... Ahhhh.... ". Tanya abi sambil terus menggenjot memek Ummi.
Ummi : " Ahhh... Iyaa... Bii.... Ummi... Ustadzah.... Binal bi.... Ahhh... Kalau.... Di... Ranjang.... Entot... Ummi... Terus... Biii... Aahhhh.... Kontol abi enak.... ". Jawab Ummi mengerang.
Abi : " Ahhh iya mi.... Ummi Ustadzah binal... Ahhhh... Ustadzah lonte.... Ahhh.... Berarti... Ummi lontenya abi sama Azam dong mi.... Ahhhh.... ". Tanya Abi.
Ummi : " Ahhh... Iyaa... Bii.... Ummi... Ustadzah... Lontee.... Lacur.... Wadah ahhh... Kontol... Abi... Uhhhh... Sama.... Azam... Ahhhh.... Ahhhh.... ". Jawab Ummi.
Edan, pikirku. Kalau begini terus aku bisa tidak kuat, batinku berteriak.
Abi : " Ahhh... Ummi... Mau tidak kalau abi panggilin Azam buat ngontolin umi.... Ahhh... Ssshhhh.... ". Tanya Abi.
Ummi : " Ahhhh.... Iya... Iyaa... Bi.... Ahhhh.... Panggilin... Azam... Bi... Buat... Ngontolin... Memek lacur Ummi... Ahhhh... Abi... Abi... Aduhhh.... Ummi... Ummi... Keluaaaaaaarrrrr.... Aaaaahhhhh ". Erang ummi sambil berteriak.
Aku yang mendengar mereka sedang berhubungan intim dengan fantasi mereka benar-benar merinding. Kemaluanku benar-benar sangat tegang dan keras. Dan tidak lama setelah Ummi mencapai klimaks nya Abi pun mencapai klimaks nya juga. Aku yang saat itu benar-benar terangsang sangat bingung dengan mereka dan kemaluanku.
Tidak lama setelah mereka bergumul, mereka keluar dari kamarku dan otomatis melihatku yang sedang pura-pura tertidur meringkuk karena bisa bahaya kalau melihat kemaluanku yang sangat tegang.
Abi : " Kasihan ya mi tuh liat Azam sampai meringkuk begitu tidurnya, pasti kedinginan tu anak, karena kamarnya kita pakai, udah sana mi kasih dia selimut, abi mau kekamar mandi dulu". Kata Abi sambil berlalu menuju kamar mandi.
Aku melirik Ummi masuk ke kamarku dan keluar dari kamarku sambil membawa selimutku. Lalu Ummi menyelimutiku dengan selimutku yang lumayan tebal itu. Aku berpindah posisiku dari meringkuk kekanan menjadi telentang, otomatis kemaluanku yang sedang tegang menjadi terlihat oleh Ummi. Aku sempat melihat Ummi terkejut, lalu entah apa yang difikirkan oleh Ummi karena aku sempat melirik kearah Ummi dan Ummi melihat tenda pada sarungku dan aku merasakan seperti ujung jari telunjuknya menyentuh kemaluanku tepatnya pada lobang kemaluanku dan mengelus elusnya dengan sangat pelan. Karena mendengar pintu kamar mandi dibuka oleh Abi maka Ummi cepat-cepat untuk menyelimutiku. Dan Ummi sempat menunduk kearah telingaku dan berbisik.
Ummi : " Apa kamu mendengar semuanya nak? ". Tanya Ummi.
Aku : " Iya Ummi ". Jawabku.
Lalu Ummi bangkit dari tempatku tidur lalu beranjak karena Abi sudah selesai dan bergantian Ummi ke kamar mandi. Tak lama setelah itu aku melihat Ummi masuk ke kamarku tapi sebelum masuk ke kamarku Ummi menengok kearahku dan dibalik cadar Ummi aku bisa melihat kalau Ummi tersenyum karena guratan pada matanya. Lalu Ummi masuk kedalam kamarku.
Aku yang posisinya kentang dan tidak bisa tidur. Hanya membolak balikan badanku saja. Cuaca yang dingin karena musim hujan ditambah mendengar erangan Abi dan Ummi bergumul serta kemaluanku yang belum mau tidur lagi menambah gelisah pada diriku. Aku ingin sekali untuk pindah ke kamar Kak Nissa tapi pasti dikunci, begitu juga dengan ibuku. Ahhhh apa yang harus aku lakukaaaaaan, batinku berteriak.
Aku memutuskan untuk menuju teras belakang karena mencoba untuk menenangkan pikiranku atas hal-hal yang membuatku kentang. Dan aku tidak pernah yang namanya onani karena menurutku itu hal yang merugikan tapi kalau di "onanikan " Itu beda lagi, heeheheh.
Setelah sampai aku duduk di kursi lincak yang terbuat dari bambu dan rotan dan disana aku beri alas kasur lantai kecil jadi kalau untuk duduk lebih nyaman. Aku duduk diam disana sambil melihat air hujan turun dari langit. Ahhh tenang dan nyaman, pikirku. Dengan suara hujan aku sedikit demi sedikit bisa lebih rileks lagi dan kemaluanku sudah mau tertidur. Lama aku disana sampai aku mendengar suara pintu dapur yang menghubungkan dengan teras belakang terbuka. Aku bisa melihat seorang wanita dengan pakaian serba hitam dan hanya terlihat matanya saja yang aku bisa langsung mengenali siapa wanita tersebut. Yaa dia adalah seorang wanita yang membuatku gelisah dengan erangan-erangannya tadi yaitu Ummi Rani istri dari adik ayahku yang aku panggil Abi Ikhsan.
Aku : " Ehh... Ummi, kenapa belum tidur? Abi mana? ". Tanyaku.
Ummi : " Abi tidur nak ". Jawab Ummi singkat.
Aku saat itu sangat segan oleh Ummi karena Ummi adalah sosok yang sangat dikagumi oleh murid-muridnya begitu juga jamaahnya karena Ummi adalah seorang Ustadzah yang sangat alim dan tawadu' tapi aku tidak menyangka kalau dibalik itu semua Ummi adalah seorang wanita yang binal kalau di ranjang. Buktinya adalah kejadian tadi, Ummi sepertinya sangat bernafsu kalau sedang berfantasi dalam urusan ranjang.
Aku hanya diam saja saat itu karena bingung mau berkata apa. Mungkin Ummi mengetahui kegelisahan dan kebingunganku.
Ummi : " Kenapa diam saja nak? Apa kamu tidak enak dengan Ummi karena kejadian tadi? ". Tanya Ummi.
Aku : " Ehh... Ummm... Iya Ummi... Ma... Maafkan Azam Ummi ". Jawabku.
Ummi : " Kenapa kamu yang meminta maaf nak? Harusnya Ummi yang meminta maaf karena mengganggu tidurmu sampai tidak bisa tidur lagi dan suara-suara tadi ". Kata Ummi.
Aku : " Umm... Tidak Ummi... Aku tidak apa-apa Ummi, lagipula menurutku itu wajar kalau orang sedang hmm... Itu... Kalau berfantasi seperti Ummi ". Kataku.
Ummi : " Mungkin nak, Ummi juga tidak tau kapan itu semua terjadi, tiba-tiba saja Ummi seperti itu ". Kata Ummi.
Aku hanya mendengarkan saja saat itu, karena bingung mau jawab apa.
Ummi : " Nak... Sekarang kamu tau kan dibalik semua tentang Ummi yang begini tersimpan sisi yang sangat berbeda dengan biasanya ". Kata Ummi.
Aku : " Iya Ummi, Azam janji tidak akan menceritakannya kepada siapapun ". Kataku meyakinkan Ummi.
Ummi : " Makasih ya nak ". Kata Ummi.
Lalu Ummi memelukku erat saat itu dan aku bisa merasakan susu Ummi yang sangat empuk walaupun tidak sebesar yang dimiliki ibuku dan Kak Nissa tapi sangat terasa di dadaku.
Setelah beberapa saat Ummi melepaskan pelukannya dan tersenyum kepadaku.
Ummi : " Azam... Kamu anak yang baik jadi Ummi percaya sama kamu... Jaga rahasia Ummi ya sayang ". Kata Ummi yang mulai memanggilku sayang.
Aku : " Iya Ummi ". Kataku.
Lalu Ummi tersenyum dibalik cadarnya. Aku yang saat itu mulai merasakan pergerakan lagi pada kemaluanku mulai merubah posisi dudukku.
Ummi : " Kenapa nak? ". Tanya Ummi.
Aku : " Emm... Tidak apa-apa Ummi ". Jawabku.
Entah insting seorang wanita atau gimana aku tidak tau. Tiba-tiba Ummi bertanya yang membuatku terkejut.
Ummi : " Hmm... Apa punyamu mengeras lagi sayang? ". Tanya Ummi.
Aku : " Ehh.... Itu... Eee... ". Jawabku yang sangat gugup waktu itu.
Ummi : " Hihihi... Sudah... Tidak apa-apa nak... Lagipula Ummi juga senang kalau kamu sudah sembuh dan punyamu bisa mengeras lagi.... Umm.... Maaf ya nak tadi... Ummm... Ummi... Sempet sentuh sebentar karena Ummi penasaran nak ". Kata Ummi yang malu.
Aku : " Tidak apa-apa Ummi... Memang Ummi penasaran kenapa? Kan sama saja seperti punya Abi kan ". Tanyaku.
Ummi : " Emmm... Iya nak mungkin sama saja tapi Ummi rasa kalau... Mmm... Punya kamu... Emmm... Lebih... Lebih... Panjang dan besar ". Jawab Ummi yang malu-malu.
Aku yang saat itu mendengar Ummi berkata seperti itu hanya bisa tersenyum dan sialnya semakin mengeras pula kemaluanku.
Aku : " Ehh... Yang benar Ummi ". Tanyaku.
Ummi hanya menganggukan kepalanya saja dan tersipu malu.
Aku jadi penasaran kalau Ummi melihat langsung bagaimana yaa. Hihihi iseng-iseng aku goda ahh, pikirku.
Aku : " Emm... Ummi... Apa Ummi ingin melihat punya Azam? ". Tanyaku.
Ummi : " Ehhh... ".
0 Komentar