APAKAH INI SELINGKUH? PART 7

 

Entah apa yang dipikirkan istriku saat itu. Aku dan Luki sama-sama telanjang bulat di teras belakang rumah. Luki nungging di depanku sedangkan aku menggesek belahan memeknya dengan penisku. Kali ini dengan sadar kulakukan semuanya dan parahnya lagi istriku bisa melihatnya juga.

“Oohhhh... aahhh.. maaassss... emmhhh” Luki mulai melenguh keenakan ketika penisku menggesek belahan vaginanya dengan cepat.

“Aaahh.. aadduhh.. ahhh.. enak maaasshh.. uuhhhh..”

Plok.. plok.. plok.. plok.. meski penisku tak masuk ke dalam liang senggamanya tapi suara benturan pangkal pahaku dengan pantatnya menimbulkan suara riuh persis ketika sedang bersetubuh.

“Aahh.. aahhh.. ahhh.. ahh..”

Luki terus mendesah, tanpa rasa ragu dan tanpa rasa malu dia ungkapkan kenikmatan itu dengan desahannya. Lama kelamaan aku jadi semakin terhayut dalam suasana penuh kemesuman itu. Kupegang pinggulnya dan kugerakkan penisku cepat.

“Ooohhh... iyaaahhh.. aahhh.. maaassshhh.. enaaakkk” racau Luki terus terdengar.

“Iya Luk.. aahhh.. sama.. mas juga enakkk..” balasku. Aku sudah tak peduli istriku mau menganggapku bagaimana. Inilah yang terjadi bila suami dikasih kesempatan bermesum-mesuman dengan perempuan lain.

Saat ini aku sudah dalam kondisi menikmati apa yang aku lakukan pada Luki. Sudah tak lagi kupikir tentang baik atu buruk, benar atau salah. Bagaimana mungkin seorang lelaki dan perempuan yang sama-sama telanjang bulat, lalu kelamin mereka saling gesek tak ada kemesuman? Tentunya tak mungkin bisa dihindari.

Istriku duduk di depan Luki dengan kedua kaki mengangkang. Tubuhnya yang sudah tak tertutup pakaian apapun mempertontonkan buah dada yang menggantung bebas dan celah vagina yang nampak berlendir. Rupanya istriku sudah terangsang, memeknya sudah basah dan pastinya terasa becek.

“Hooohhh... Lukii.. aahh.. pelaannn..” suara istriku mulai terdengar.

Lenguhan dari mulut istriku mengiringi jilatan demi jilatan lidah Luki pada belahan memeknya. Aku sempat kaget dengan apa yang mereka lakukan, tapi pemandagan itu malah membuat libidoku semakin meninggi. Belum pernah aku lihat perempuan menjilati memek perempuan lainnya selama ini.

“Mmmmmaaaahhhhhh.. aauhhh.. terus Luk.. aahh.. aahh.. iyaahh.. jilat yang dalam Luk.. aahhh..”

Tak ada yang bisa dilakukan istriku selain terus mendesah. Tarian lidah Luki di area kemaluannya membuat istriku merem-melek keenakan. Sampai kemudian dia capek menahan badannya setengah duduk, istriku lalu membaringkan tubuhnya di atas lantai teras. Kedua kakinya dia tekuk lalu diangkat hingga lututnya hampir menggencet payudaranya. Sungguh suatu kejadian yang membuat birahiku semakin menggelegak.

“Emmmhh... ahh.. slurrrpphh.. emmhh... slurrrpphh.. aaahh”

Suara kecupan mulut Luki mencucup dan menjilati memek istriku semakin jelas terdengar. Dari suaranya saja aku sudah tahu kalau lobang kemaluan istriku itu sudah mengeluarkan banyak lendirnya. Terangsang dengan suara penuh gairah dan gesekan penisku pada bibir vagina Luki membuatku semakin terbawa suasana, hingga aku tak bisa mengontrol arah penisku di celah pangkal paha Luki.

‘Slebbbbb!’ apa yang aku hindari malah terjadi, penisku masuk ke dalam lobang memek Luki.
Luki tak bereaksi, dia terus mengerjai kemaluan istriku yang masih tak mengerti kalau batang penis suaminya telah bersarang dalam lobang nikmat milik Luki. Sepertinya memang Luki memberiku tanda supaya aku tak bersuara. Sebenarnya aku sudah akan mencabut penisku yang tak sengaja masuk itu, tapi karena Luki membiarkannya akupun tetap menahannya juga. Pelan-pelan kugerakkan lagi penisku maju-mundur, tapi kini sudah berada dalam jepitan kemaluannya.

Luki sudah mulai mengkombinasikan jilatan lidahnya dengan kocokan jari tangannya. Lobang memek istriku yang memang gampang sekali becek itu kulihat semakin basah dengan lendir putih bening. Cairan itu keluar banyak sampai mengenai tangan Luki yang terus mengocoknya dengan tempo berubah-ubah. Kadang cepat, kadang juga lambat.

Tanpa istriku ketahui, penisku sudah lancar keluar masuk lobang vagina Luki. Rasanya sempit banget memeknya, hampir saja aku muncrat dibuatnya. Tapi kemudian aku kembali memegang kendali hingga akupun bisa menghajar lobang kenikmatan Luki dengan tusukan cepat.

“AAAhhhhh.... nyampeee!!” jerit Luki kemudian.

“Wuaaahh.. kakak hebat.. ahh.. mukaku jadi basah semua nih kak..”

“Hohhh.. hohhh.. hohhh... ampun Luk.. jilatan kamu enak banget..”
Luki beringsut kesamping, memberiku ruang untuk menusukkan penisku pada lobang senggama istriku. Dia tak bisa protes karena pemiliknya yang sah telah memintanya.

“Yeaaahhhhh!! Aaahh.. enak bangetthhh.. paaaahhh..”

Begitu penisku masuk seluruhnya ke dalam lobang memek istriku, segera kugenjot dengan kecepatan tinggi. Kupegangi kedua pahanya untuk menahan supaya dia tak bergerak terlalu liar.

“Aahh.. aahh.. aahh.. ayo paahh.. yang kuat.. aahh.. aduuhhh.. emmhh.. aku.. aku..”

“Habisnya.. mama juga yang aneh-aneh bikin hukuman.. ahh.. jadi ngentot deh..” balasku.

“Hihihi.. enak yah kak disemprotin pejuh? Ugh, jadi pengen nihh..” celetuk Luki yang masih terduduk melihat lelehan cairan putih kental dari celah vagina istriku.
“Hihihi.. jadi kalo gitu?” Luki balas menatap mataku. Aku menggelengkan kepala, kutahan agar dia tak bicara lagi masalah itu.

“Huhhhh.. lemesss.. ahh..” istriku duduk lalu mengatur rambutnya yang tergerai.

Setelah permainan bertiga berkedok hukuman itu, kami masih duduk-duduk sambil mengatur nafas. Meski tak ada satu jam tapi keringat sudah membasahi tubuh kami. Selain gerakan yang terus-menerus, birahi yang menggelegak tentunya ikut berperan membuat tubuh kami panas. Sungguh situasi yang aneh dan mendadak, sampai aku tak bisa berpikir dengan akal waras lagi kenapa kejadian ini sampai kami alami.

“Mamaaa... kok ikut ga pake baju sihh?” tiba-tiba anak perempuanku kembali lagi. Kini dia dapat melihat ketiga orang dewasa di sekitarnya tak memakai pakaian semua.

“Eh, anu.. emm... mama juga gerah sayang... gimana main Hpnya? Udah?”

“Udah maa.. baterainya mau habis.. bunyi-bunyi terus”

“Ohh.. yaudah, kita ke dalam aja.. itu berarti Nadia waktunya bobo.. yukk” ajak istriku kemudian.

Tanpa bicara apa-apa lagi, istriku langsung membawa anakku masuk ke dalam rumah. Dengan santainya dia telanjang berjalan masuk ke dalam meninggalkan kami yang masih duduk di atas lantai. Sepertinya istriku tak begitu peduli kalau aku dan Luki masih sama-sama telanjang juga.

“Mas... enak banget tadi, rasanya penuh memekku, hihihi..” ucapnya pelan, sambil melihat ke arah istriku pergi.

“Ahh, kamu ini.. sory, ga sengaja tadi Luk..” balasku.

“Mau dong ga sengaja terus.. hihi”

“Jangan lah.. masak ga sengaja kok terus? Lagian abis ini suami kamu pulang.. gantian dong minta sama dia”

“Hhh.. iya deh...” jawabnya cemberut.

Raut wajah Luki berubah seketika saat aku membicarakan suaminya. Meski sebentar lagi suaminya pulang tapi tak ada kesan bahagia di wajahnya. Apa itu artinya memang hubungan mereka tak lagi baik-baik saja? aku tak mau membuat kesimpulan yang dangkal, nanti kalau Rizal pulang akan aku tanya langsung pada sepupu istriku itu.
“Apalagi sih?”

“Kok tadi kamu langsung menarik istriku kebawah.. trus dia dengan gampangnya nyerahin memeknya buat kamu jilat? Pasti ada apa-apa nihh..” dugaku kemudian.

“Heeehhh.. bukaann! ngawur aja! maksudnya ikutan ga pake baju.. kan tadi mama kasih alasan kalo kita lagi gerah dan keringatan”

“Ohh, kirain.. hihihi.. ya gapapa dong dia ga pake baju.. kan cuma di rumah doang, yang penting dia nyaman aja” balas istriku santai.

“ya kan ga semudah itu maa.. makin lama dia makin besar, makin tambah banyak pengetahuannya”

“Itu kenapa papa harus sering kasih pemahaman sama Nadia.. anak perempuan itu kan deket sama papanya.. coba dampingi terus paa..”

“Yaudah maa.. tapi.. jangan sering-sering aja Nadia ngeliat kita bugil.. kita tahan aja dulu sebisanya..”

“Hihihi.. iya dehh.. tapi gak janji loh yaa” istriku terkikik geli, dadanya kembali berguncang membuat bulatan daging kenyal yang menggantung bebas itu bergoyang-goyang seksi.

“Tapi.. emm.. bentar, papa mau nanya.. kok bisa tadi mama ikutan bugil sama kita.. trus kasih memeknya ke Luki? Hayoo.. ada apa nih sama kalian?”

“Apa? Eh, itu.. mm.. biasa aja paa.. namanya juga kebutuhan perempuan, hihihi...”

“Gimana sih maksudnya? Kok jadi bingung aku..”

“Mmm.. paa.. aku cerita aja, sebenarnya aku sama Luki udah sering colmek bareng.. kasian dia paa, ditinggal sama suaminya terus..”

“Wahh.. jadi kalian berdua maen lesbi nihh? Kok bisa sih maa?”

“Eh bukaan.. gak lesbi juga dong namanya.. kan cuma bantuin biar Luki dapetin enak aja.. ga lebih dari itu kok..” istriku buru-buru mencegah pikiran burukku.

“Masak aku biarin papa yang ngebantuin Luki?” sambungnya.
“Emang boleh? Hayooo..”
“Hmmm, boleh aja sih.. asal ga dimasukin beneran kontolnya”

“Apaaa??? Mamaa! Bahasanya itu lhoo.. kontol, eh, kontrol maa..” seruku mendengar ucapan istriku yang apa adanya.

“Hihihi.. emang apa namanya kalo bukan kontol? Hah? Apa namanya paa?”

“Iya deh.. semau mama aja lahh.. hhh..”

“Udah dehh.. papa santai aja.. yang penting sama-sama bahagia, asal papa ga maen hati aja..”
“Iiya maa.. aku janji.. kita saling jaga aja ya maa”

“Sipp.. dah lahh, aku mau tidur dulu.. lemes badanku tadi paa.. muncrat sampe dua kali sekali jalan.. hhh..”
“Hahahaa.. iyaahh.. yaudah, aku ambil dulu pakaian papa di teras..” ucapku balik badan hendak keluar kamar.

“Ihh.. gapapa.. gitu aja.. enak ngeliat burungnya papa gelantungan gitu terus..”

“Hehehe.. gak dehh..”
Aku keluar dari kamar lalu menutup lagi pintunya. Masih di depan pintu kamarku, tiba-tiba kusadari Luki sudah jongkok di bawahku. Kondisinya masih sama seperti saat di teras, belum ada pakaian secuilpun menutupi tubuhnya. Degan cepat tangannya meraih batang penisku dan mengocoknya. Dari bawah, matanya menatapku dengan pandangan binal. Situasi itu membuatku tak bisa bereaksi untuk menolaknya, karena bisa saja istriku mendengar apa yang kita lakukan di luar kamar.

“Slurpphh.. mmmmuuuaaahhhh.. bentar mas.. lagi enak nih” balasnya cuek.

Diperlakukan seperti itu membuat batang penisku kembali tegak mengeras. Luki kemudian merubah perlakuannya. Kini selain diusap dengan bibirnya, batang penisku dikocoknya dengan tangan perlahan-lahan. Mau tak mau aku jadi keenakan dibuatnya. Posisinya yang masih bediri di depan pintu kamarku membuatku merasa takut sekaligus horny. Bingung juga aku merasakannya.

“Pindah yuk mas..” pinta Luki dengan tatapan binalnya. Aku membalas dengan anggukan kepala.

Dia kemudian menarik tangannku ke arah kursi ruang tengah. Kami berdua menahan suara sepelan mungkin, kalau bisa malah tak bersuara sama sekali. Kusadari istriku yang berada di dalam kamar bisa keluar sewaktu-waktu dan menemukan kami sedang enak-enakan berdua. Bisa geger kalau itu sampai terjadi. Namun sensasi takut ketahuan itu malah membuat libidoku terpancing semakin naik dan menguasai akal sehatku. Batang penisku semakin tegak mengeras sejadi-jadinya.


Luki tak menolak, dia mengikuti tarikan tanganku sampai dia terduduk di pangkuanku tapi dalam posisi membelakangiku. Aku sadari Luki sedang berusaha membuatku penasaran dengan tak mau menghadapku. Aku tak mau dipermainkan terus olehnya, kini saatnya aku memberi serangan balik. Perlahan kusentuhkan tanganku di perutnya lalu geser ke pinggang langsingnya. Lalu kutarik badannya sampai punggung Luki bersentuhan dengan dadaku dan kepalanya bersandar di pundakku.

Sekarang tanganku mulai memilin-milin kedua puting susu Luki. Lehernya kuserang dengan ciuman-ciuman ringan tapi tepat pada sasaran. Geser agak naik, ciumanku mulai mengarah ke daun telinga perempuan cantik bertubuh seksi itu. Luki menggelinjang kecil ketika kujilati telinganya.

“Aaahhhh.. gelii mas..” desahnya.
Tangan kiriku bergerak naik kearah lehernya, aku mulai membelai-belai lehernya kemudian turun lagi ke dadanya dan kembali lagi kelehernya lagi. Berkali-kali tanganku melakukan hal seperti itu. Sampai suatu saat tanganku berada di lehernya, kemudian kucoba memutarkan kepala Luki agar mukaku berhadapan dengan mukanya. Luki membuka matanya, pas dia baru membuka matanya sedikit, aku dengan sigap langsung mencium bibirnya.
Luki tak segera menggoyang pinggulnya meski penisku sudah menancap di dalam lobang vaginanya. Dia masih terus memagut bibirku dan lidahnya terus menari-nari dalam rongga mulutku. Tanganku yang semula diam kembali kuarahkan pada kedua puting susunya. Kupelintir lembut ujung susunya itu sambil kugesek-gesek dengan ujung jariku.

Tiba-tiba saja..

‘Klekkk.. krieeettt’ pintu kamar terbuka.

“Lohh.. kalian???”

“Mamaa...!!”

“Kak Sarii”

Posting Komentar

0 Komentar