ADIK IPARKU PART 32

 


sebenarnya kita berdua sama- sama bisa menyembunyikan kehamilan kita, sampai kita berdua lulus dari sekolah.”


Grace menggelengkan kepalanya dan menjelaskan. “Enggak, La. Karena Doni ingin membongkar kehamilan lu di sekolah dan ke ibu lu. Dia berniat untuk mengajak lu hancur, supaya lu terpaksa mau menikah dengan dia.




Gue yang mengetahui dan melihat hal ini.”


“Akhirnya mengambil tindakan untuk membongkar kehamilan gue, gue ngomong hal ini ke bokap dan nyokap gue. Hingga akhirnya bokap gue datang ke sekolah, dan memaksa Doni mengakui perbuatannya. Doni yang ditekan habis-habisan sama bokap dan Pak Karno.”




“Dia akhirnya mengakui perbuatannya di depan bokap dan Pak Karno. Sekarang, dia udah gak punya kesempatan untuk mengajak lu hancur. Dia sekarang udah disibukkan dengan permasalahan hidupnya. Gue memutuskan untuk menghancurkan diri gue bersama Doni.”




“Agar Doni gak punya waktu dan pikiran untuk mengajak lu hancur. Sekarang, gue minta lu untuk melanjutkan sekolah lu. Lu harus lulus sekolah dengan baik, dan jadi perempuan yang berhasil di masa depan. Jangan sampai pengorbanan gue sebagai sahabat lu sia-sia.”


... ...




...


“Ma—Maksudnya? Doni dari kemarin berniat untuk ngasih tau ke orang-orang, kalo gue lagi hamil? Sebesar itukah obsesi Doni untuk menikah sama gue? Gue padahal udah nolak dia mati-matian,” ungkapku yang baru mengetahui niat jahat Doni ini.




Grace mengangguk dan membenarkan pertanyaanku itu. “Iyaa, gue juga taunya dari Rahmat. Gue juga tau kok, lu sama Rahmat kemarin berhubungan intim. Dia cerita ke gue, tapi gue bilang untuk jaga rahasia baik-baik. Itu sebabnya gue bongkar kehamilan gue ini.”


“Untung banget Rahmat cerita sama lu, yaa? Dia baik




banget, padahal udah gue cuekin. Tapi dia malah berniat untuk bantuin gue. Makasih banyak juga, Grace. Lu udah hentiin niat buruk Doni ke gua,” jawabku yang merasa berterima kasih banget kepada Grace.


Sumpah, Doni ini otaknya mulai miring dan sinting. Bisa-bisanya dia yang tau kehamilan aku. Malah ingin




membongkar dan menyebar informasi tentang kehamilanku. Agar aku dikeluarkan dari sekolah, dan


terpaksa menikah menjalin rumah dengan Doni.


Grace saat itu memelukku dan dia berkata, “Gue mohon, mulai sekarang kita bersahabat lagi. Kita terus menjaga hubungan


dan tangga


kembali




persahabatan kita. Ini adalah kesalahan dan dosa yang harus gue tebus. Karena gue udah ngerebut Doni dari lu, La.”


Aku benar-benar merasa beruntung, perselingkuhan Grace dan Doni pada akhirnya membawa dampak baik kepadaku. Seenggaknya, Doni gak akan memaksa aku menikah dengannya. Dia pasti




akan lebih fokus ke permasalahan hidupnya dengan keluarga Grace.


Doni terlalu terobsesi denganku, dan sepertinya dia sama sekali gak merasa bersalah. Mungkin dia merasa bersalah telah berselingkuh, tapi dia gak merasa bersalah telah menghamili aku. Dia malah ingin menjebak aku




dengan cara yang konyol seperti itu.


Semenjak pertemuan aku dengan Grace saat itu, hubungan kami berdua pun membaik. Grace pada akhirnya mempercepat pernikahannya dengan Doni. Aku saat itu mencoba mendukung moral Grace, dalam pengurusan urusannya




serta dalam menghadapi masalahnya.


Setelah hubunganku dengan Grace membaik, seolah setengah dari beban pikiranku menghilang. Aku merasa sedikit lega, meskipun masalahku belum sepenuhnya selesai. Aku harus mengatakan tentang kehamilanku kepada ibuku,




aku harus berani mengatakannya.


Agar bisa diputuskan apa yang harus aku lakukan kepada anak ini. Apakah aku harus menyembunyikan kehamilanku sampai lulus? Dan melahirkan anakku setelah kelulusan? Karena aku hamil pada pertengahan bulan Januari, kelahirannya masihlah lama.




Kemungkinan anak ini akan lahir pada bulan Oktober, di mana saat itu aku pasti sudah lulus. Setelah lulus sekolah, aku harus segera mencari pekerjaan. Agar aku bisa


membantu


menafkahi


pikirku


kandunganku masih 1,5 bulan.


ibu dan anakku, itulah saat usia


Hingga akhirnya dua hari setelah pertemuanku dengan




Grace. Ibuku saat itu pulang dari rumah majikannya, dia datang dengan raut wajah yang gembira. Karena dia baru saja mendapatkan uang bonus sebesar 3 juta rupiah, dari majikannya itu.


Ibu mendapatkan gaji serta bonus tahunan, yang biasanya diberikan pada bulan Januari atau Februari. Aku melayani ibu seperti




biasanya, membuatkannya air hangat untuk mandi. Memasak untuk menyiapkan makanan, sampai memijit punggung ibu yang pegal.


Waktu terus berjalan hingga malam pun tiba. Malam itu, aku bertekad untuk mengatakan tentang kehamilanku kepada ibuku. “Bu... Aku ingin mengakui sesuatu kepada ibu. Yang




mungkin ini akan mengejutkan ibu dan membuat ibu sedih.”


“Apa yang ingin kamu katakan, Nak? Segala kesalahan kamu, seberat dan separah apapun itu. Ibu pasti akan berusaha memaafkan kamu. Ibu berharap kamu lebih terbuka kepada Ibu. Karena di kota ini, kita hanya




tinggal berdua kan?” jawabnya mempersilahkan.


Mendengar jawaban dari ibu, tekadku untuk mengatakan hal ini semakin besar. Aku


menarik


dalam,


pikiranku


menyiapkan mentalku. “Aku minta maaf, Bu. Aku ingin ngasih tau ke ibu, kalo sekarang aku hamil, Bu.”


nafasku dalam- menenangkan dan berusaha




Ibu yang sedang duduk santai di sofa sambil merokok. Kedua matanya seketika terbelalak, rokok yang dia hisap terjatuh dari tangannya. Rokok itu jatuh ke lantai dan bara apinya pun mati begitu saja. Dia menatapku dengan tatapan yang bingung.


“Ka—Kamu hamil? Danilla kamu hamil? Kamu hamil anak siapa, Nak? Kok bisa




kamu hamil di saat kondisi keuangan kita sedang sulit!” bentaknya yang langsung memberikan aku rentetan pertanyaan yang banyak. Ibu terlihat sangat marah, aku sudah menduganya.


“A-Aku hamil anak mantan aku, Bu. Namanya Doni Mardani, tapi aku sama dia sekarang sudah putus. Dia sudah pacaran sama

Posting Komentar

0 Komentar