TEMAN SUAMIKU PART 1


 "Sayaaaang!" teriak Ivan, setelah dia masuk rumah dengan seorang pria, yang mungkin sebayanya, setelah pulang dari dinas kerjanya. Sita adalah seorang wanita beruntung yang mempunyai suami tampan, kaya, penyayang, dan setia, walaupun 7 tahun sudah menikah, tapi belum dikaruniai buah hati, suaminya tidak berbelok mencari wanita lain. 

"Kenalkan Sayang, ini Rudi, temanku, eh bukan, sahabatku. Dia adalah otak yang selama ini bikin karirku lancar." puji Ivan setinggi langit dengan pria yang sekarang ini ada di depan Sita. 

Mereka bersalaman dan menyebutkan nama. "Sita. Oiya silahkan duduk, aku buatkan minum."

Beberapa menit kemudian, Sita kembali keruang tamu, dengan tiga cangkir teh hangat yang masih mengepul. Sita mendengar serius pembicaraan keduanya. Mungkin tentang bisnis yang mereka jalankan.

"Sayang, aku minta ijin buat Rudi nginep di sini dua hari, ya? Aku ada kesulitan di kantor dan butuh bantuannya, sebelum dia balik ke Ausie," terang Ivan pada istrinya. 

Sita diam dan menimbang-nimbang, mengingat dia hanya sendiri di rumah, walaupun rumahnya cukup besar, karena tidak ada kesibukan dan belum mempunyai momongan, Sita memilih semua perkerjaan rumah, dia yang kerjakan sendiri. Hanya mungkin sesekali menyewa jasa pembersih online, jika dia tidak mampu membersihkan semuanya. 

Lama Sita tidak menjawab, Rudi pun menyahut, "kalau keberatan, aku bisa nginep di hotel, nanti pekerjaan bisa kita handle darisana."

"Hmmm ... tidak apa-apa, Rud, selama Mas Ivan ngasih ijin, boleh kok nginep disini, nanti aku bersihkan kamarmu," sahut Sita kemudian. 


***

Setelah membereskan makan malam, entah kenapa Sita ingin sekali dicumbu suaminya, mengingat setelah libur karena menstruasi dan beberapa hari ditinggal pergi keluar kota. Bahkan, sebulan bisa dihitung dengan jari, berapa kali mereka melakukan aktivitas kebutuhan batin tersebut. Sita memakai lingerie hitam kesukaan suaminya. Transparan dan belahan dada yang sangat rendah, untuk memancing suaminya agar bertekuk lutut di depannya. 

"Maaf, tadi ... aku ... " kata Rudi terbata-bata. 

"Gak apa-apa, Rud. Kita langsung ke ruang kerja saja," sahut Ivan. 

Sita menuju ke dapur untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Setelah sampai untuk menghangatkan makanan, seleranya pun hilang, teringat kejadian yang baru tadi malam dia alami. Isaknya mulai terdengar meskipun pelan. Sebelumnya, dia tidak pernah dibentak oleh suaminya seperti itu. Apalagi sampai terlihat orang lain. 

"Sita." suara pelan memanggilnya. Ternyata Rudi. Buru-buru dia mengusap air matanya dan membelakangi Rudi, mengingat dia masih menggunakan lingerie.

"R--Rud ... Rudi jangan!" Sita mencoba mendorong Rudi, tapi Rudi semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Sita. Kesempatan lidah Rudi menyusuri mulut Sita yang terbuka karena membutuhkan oksigen.

Pemberontaknya tidak berhasil, karena kuatnya tubuh Rudi di banding dengan Sita. 

"Aku tahu kamu butuh ini, Sita," bisik Rudi dengan jarak wajah yang masih sangat dekat di depan wajah Sita. 

Sita hanya menggeleng dan menangis. Rudi mengulangi melumat bibir Sita dengan lembut, tapi, Sita masih tidak bergeming. 

"Sita, please," rengek Rudi. 

Rudi masih mencoba, kemudian Sita merespon hangatnya bibir Rudi, dengan membuka mulutnya dan membalas ciuman dari Rudi. Mereka berpagut lama hingga tak terasa semakin memanas. Ciuman Rudi turun keleher Sita. Dia tidak menyisakan usapan lidahnya dari sejengkal apapun yang ada di depan mulutnya. Tangan kanan Rudi mulai menurunkan tali lingerie yang berada di pundak Sita. Kemudian, bergerilya, meraba, mengelus dan meremas gundukan daging kenyal yang kini menantang dan terbuka. 

"Ahhh ... Rud ... ahh ...." de-sah Sita merasakan jari dan tangan Rudi memainkan barang yang selama ini hanya boleh di sentuh oleh suaminya tersebut. Tangan Rudi kembali berani menyisir kebawah ke area intim Sita. Betapa bodohnya Sita, sejak dia pake lingerie, dia tidak menggunakan celana dalam. Alhasil Rudi sangat lancar menjalankan aksi jarinya tersebut.

Rudi mengangkat satu kaki Sita untuk bertumpu di pinggangnya. Jarinya mulai menemukan sesuatu yang membuat Sita gelapan. Mulut Rudi pun tidak menyia-nyiakan saat Sita terengah-engah untuk kembali melumatnya. Jari Rudi bergerak dengan berirama, pelan dan kemudian menjadi cepat dan kasar.

"Ahh ... Rud ... sssttt ... ahhhh ... iya, se-per-ti itu Rud, ahhhh ... Rudi, aku mau sampai ahhh ... "

Jari Rudi bergerak lincah di bawah sana, Sita memeluk Rudi agar tidak terjatuh, hingga terasa bergetarnya tubuh dan lenguhan panjang Sita terdengar seksi ditelinga Rudi. Dengan nafas tersengal, Sita merenggangkan pelukannya. Dia bersandar di dinding kulkas terengah-engah sambil membenarkan posisi berdirinya, dengan melihat Rudi memasukan dan menyesap jarinya yang berlumur cairan bening kemulutnya.

Kemudian mereka saling pandang, dari mata kiri ke kanan turun kebibir, seakan ingin melahapnya lagi. Lalu Rudi mengecup kening Sita lama dan hangat.

"Tidurlah!" perintah Rudi sambil mengusap bibir kemudian ke pipi Sita dengan jempol tangannya. Rudi pun berlalu pergi, meninggalkan Sita yang masih bersandar di pintu pendingin itu.


Posting Komentar

0 Komentar