A--Hallo selamat pagi tuan BimoB--Sinten niki? (siapa) ?
A--Yang anda perlu tahu justru nasibipun putrine njenengan (nasib putri anda)!
B--Maksudmu apa?
A--Batalkan penerimaan barang, atau putri anda akan diperkosa sampai mati!.
B--Jangan mengancamku!!
A--Buat anak kok coba-coba, hahaha.
B--Bedebahh. Jangan ganggu anakku!!!
A--Turuti permintaanku!.
B--Kamu ingin uang berapa??
A--Ohh tidak tuan, ini bukan penculikan. Batalkan penerimaan barang, anak anda akan selamat dari pemerkosaan!!
B--Kamu bisa saya laporkan polisi!!
A--Buat anak kok coba-coba, hahaha. Jangan coba-coba lapor polisi. Atau istrimu ingin diperkosa juga??
B--Cukupp!!
A--Baiklah. Pamit rumiyin (Bye) tuan Bimo. Pikirkan ucapanku tadi!
B--Heii tunggu!!
Tutt..tutt
《POV WRITER》
"Mama...ada yang mengancamku!" ucap Bimo tegang.
"Siapa Pa?. Apa maunya?!"
Istri Bimo tak kalah tegang.
"Ada yang tidak suka pada pengiriman alkes untuk kita. Dia minta kita membatalkan, atau Firsa akan diperkosa!!" suara Bimo terlihat serius. Sepertinya baru kali ini ia menghadapi permasalahan sepelik ini.
"Apaa!!"
"Yaa ampun Pa!!, yoopo ikii (gimana inii)??"
yang namanya wanita, mendengar berita semacam itu tentu jauh lebih panik daripada Bimo.
"Itulah Ma, aku tak berani ambil resiko. Bisa-bisa anak kita yang jadi korban!"
Bimo masih saja bingung tentang langkah apa yang akan dia ambil.
"Betul Pa, Firsa lebih penting!!"
Bu Bimo tentu saja tak rela jika anaknya dalam ancaman besar.
"Tapi Pa, kita bukan pengusaha besar. Yang turun dari kapal hanya muat satu mobil box. Apa ga salah jika mereka mengancam kita??"
Bu Bimo mencoba berpikir rasional.
"Aku juga sempat berpikir begitu. Tapi kita satu-satunya distributor untuk toko-toko pengecer di kota ini. Bisa jadi ada yang ingin mengambil alih pasar kita!"
Bimo mencoba menanggapi pikiran istrinya.
"Jika pasar kita diambil, habislah kita Pa. Untuk ekspansi ke kota lain tentu cost juga akan meningkat. Bisa jadi langkah kita ke kota lain turut dihalangi. Hancur sudah bisnis yang kita bangun bertahun-tahun!!"
Bu Bimo terus berpikir, membantu memberi pemecahan untuk suaminya.
"Arrrh... mumet ndasku (pusing kepalaku) Ma!!"
"Sabar Pa...hipertensi Papa bisa naik lagi jika memikirkannya terus-menerus. Tenangkan diri dulu. Pelan-pelan kita cari solusi."
Bu Bimo semakin tegang. Tak hanya keselamatan Firsa, kini kesehatan suaminya juga ikut dipertaruhkan akibat ancaman itu.
"Celuken Firsa, Ma (Coba panggil Firsa, Ma)!!. Kita perlu membicarakan hal ini bersama dia." Ucap Bimo lugas.
Sekian menit berlalu...
"Firsa sudah tahu!" ucap Firsa lirih saat Bimo mengutarakan perihal ancaman terhadapnya.
"Kok kamu baru cerita sih sayang??!" sergah Bu Bimo.
"Awalnya aku pikir ini hanya teror saja Ma. Makanya aku masih menahan untuk cerita." Jawab Firsa.
"Ga bisa begitu Fir. Apapun yang menyulitkanmu harus kamu cerita!!"
Bimo nampak emosi mendengar Firsa yang terkesan menyepelekan.
"Apa Papa yang akan lakukan jika aku cerita?. Ga ada Pa!! Aku cerita atau tidakpun keadaannya sama!!!"
Firsa berteriak lantang. Ia tak mau dipojokkan begitu saja.
"Papa lebih tahu cara mengatasinya daripada kamu!!" bentak Bimo marah.
"Apa??, coba Firsa ingin dengar cara Papa mengatasinya!!"
Firsa menatap tajam Papa-nya. Ia berusaha menyembunyikan ancaman pemerkosaan, berharap orangtuanya tidak resah. Tapi kenyataannya malah ia dipersalahkan.
"Cukup!!, kamu ga berhak menantang Papa seperti itu!"
Bimo semakin marah, hampir saja ia menampar Firsa jika Bu Bimo tak menahan lengannya.
"Fir..sudah nak. Tolong hormati Papa-mu. Turunkan emosimu sayang!"
"Papa juga gitu, jaga tekanan darah Papa!!"
Bu Bimo tampil lebih lembut. Ia tak ingin bapak-anak itu malah ribut sendiri, sedangkan permasalahan masih belum terpecahkan.
"Bahkan aku menyewa jasa pengawalpun juga inisiatif sendiri. Papa ga peduli sama aku..."
Firsa perlahan menangis, ia merasa dihakimi begitu rupa.
"Pengawal??" Bimo kaget.
Ia hampir tak pernah terpikir untuk menyewa hal seperti itu untuk melindungi anaknya.
"Ada ya jasa seperti itu di sini??" lanjut Bimo sangsi.
"Ada Pa. Dia teman Firsa. Kerjanya bagus. Kemampuan beladirinya juga keren!!" jawab Firsa membanggakan diri.
Setidaknya ia mampu mengambil langkah sendiri disaat orangtuanya belum tahu bagaimana harus bersikap.
"Wong piro (Berapa orang)??" tanya Bimo lagi.
"Ijen (Sendirian)." Jawab Firsa sambil menyeka airmata di pipinya.
"Hmm...mana sanggup dia sendirian!!"
" coba sih tolong ajak dia kesini. Papa ingin ngomong sama dia!" pinta Bimo. Pikirannya sudah sangat buntu. Mungkin teman Firsa inilah harapan satu-satunya bagi Bimo. Tapi dia ragu jika urusan sepelik ini hanya akan ditangani oleh satu orang saja.
"Coba nanti aku hubungi dia Pa!!" balas Firsa cepat.
"Siapa namanya?"
"Lucky Sikat."
Kali ini malah Bu Bimo yang nampak terkejut.
"Lucky??!" tanya Bu Bimo memastikan. Raut wajah Bu Bimo berubah.
"Iya Lucky. Wonten nopo Ma (Kenapa Ma)??" tanya Firsa sedikit curiga.
"Oh gapopo. Lupakan saja!"
meski Bu Bimo menjawab demikian, tapi wajah resahnya tak bisa dikelabuhi. Ada seonggok duka yang menyembul disana
《POV FIRSA》
Ishh...arek iki nandi seeh (ini orang kemana ya)?. Di WA centang dua tapi belum dibuka. Di telepon tidak diangkat. Kesel sendiri aku jadinya. Dasar pengawal sok penting!!. Pagi begini apa dia ga kerja sih??!. Ahh membosankan. Aku hampir putus asa rasanya menunggu respon dari Lucky Sikut.
Yaaa...aku lebih suka menyebutnya, Lucky Sikut. Gayanya yang sok cool, sok iyes, berasa pengen aku sikut aja tuh cowok. Belagunya amit-amit. Udah cuek, dingin, galak, ahh ga sopan banget deh pokoknya!.
Emang sih, aku akui dia ganteng. Badannya juga bagus. Sempat juga aku merasa ge-er kalau dihadapan dia. Rasanya tenang banget kalau ada dia di sampingku. Tapi sekarung gayanya itu, mbencekno bin me-nye-bal-kaaaan !!
Dan sekarang, dicariin ga bisa. Siapa yang ga kesel coba?. Kemana sih tuh anak pagi-pagi gini??!!. Aku yakin, dia pasti masih ngorok. Hmmm.
L--Sori, baru bangun--
Tiba-tiba Lucky membalas pesanku.
L--Aku semalam begadang. Cari cara buat selametin kamu. Tauu?!!
F--Masaa..--
L--Kamu dimana?. Knp sih--
F--Dirumah. Aku mau ngomong!!--
L--Tar ajalah. Mager.
F--Yeee...ga bisa ditunda ini masss. duhh--
F--Ga bisa. Harus sekarang. Ga bisa ditunda--
L--Yaudah kamu aja yang kesini. Kan kamu yang butuh--
F--Ishh nyebelin. Iya iya aku kesana. Kasih alamat, ama share lokasi!!--
--Kosan Bamboo. Kamar nomer 5. Arahnya tar aku share--
L--Eh eh...tar dulu!--
F--Apa lagiiii???!!--
L--Laper nih. Bawain nasi bungkus--
Ini cowok asli superrr nyebelin. Kalau ga inget dia telah berhasil hajar Prima, mungkin sudah aku batalkan kesepakatan ini. Siapa juga yang betah berurusan sama cowok belagu kayak gitu!!.
Diantar supir Papa, aku meluncur ke lokasi yang sudah di share si Lucky Sikut. Tidak terlalu jauh, hanya perlu waktu setengah jam untuk bisa mencapai alamat tersebut. Sampai disana, segera aku suruh sopir langsung balik membawa mobil. Biar saja nanti Lucky yang akan memikirkan gimana aku baliknya.
Tookk tok...
"Ooh kamu. Masuk aja!!"
Lucky membuka pintu. Tapi kalimat pertamanya sudah bau arogan banget. Huhh
"Kok doroong ados (belum mandi)??" tanyaku heran.
Harusnya sambil nunggu aku datang kan dia bisa mandi dulu. Bikin lama aja.
"Kan mau makan dulu. Sini nasinya!!
Lucky merebut kantong kresek dari tanganku. Aku diam saja tak peduli.
"Mau berdiri terus di situ??!. Duduk tuh depan meja!!"
aku hanya melotot. Segera aku duduk tanpa menjawab ucapannya.
"Mau ngomong apa sih?!" tanya Lucky. Mulutnya penuh dengan makanan. Ga sopan kan??
"Abisin dulu makannya. Ga sopan ngomong tapi mulut penuh kayak gitu!!"
ucapku jengkel.
Dia hanya mengangguk.
Selang sekian menit, Lucky berdiri. Nasi bungkus sudah ludes ia sikat. Nah ini baru sikat yang bener.
"Wkwkwkwk...Lucky Sikat. Lucky doyan makan berarti hahaha," batinku.
"Kenapa kamu??, senyum-senyum sendiri!!" sergah Lucky.
Spontan kukembungkan pipi.
"Aku mandi dulu aja deh!"
Lucky melangkah ke kamar mandi disamping pintu masuk. Keren juga, kosan cowok tapi kamar mandinya di dalam.
Sambil menunggu Lucky mandi, aku melangkah melihat sekeliling kamar kos-nya. Cukup bersih dan rapi untuk ukuran kamat seorang cowok bujang. Bagus sekali didikan orangtuanya. Jarang-jarang ada cowok yang bisa rapi seperti itu.
"Sori lama."
Duh Gusti Pengeran, yaa ampuun. Dia muncul dari kamar mandi hanya dibalut handuk saja bagian bawahnya. Beberapa kali aku reflek menelan ludah melihat tubuh semi-nya. Dadanya bidang, perutnya kotak-kotak. Bahunya bergelombang dan terlihat sangat kekar.
"Awalnya aku pikir ini hanya teror saja Ma. Makanya aku masih menahan untuk cerita." Jawab Firsa.
"Ga bisa begitu Fir. Apapun yang menyulitkanmu harus kamu cerita!!"
Bimo nampak emosi mendengar Firsa yang terkesan menyepelekan.
"Apa Papa yang akan lakukan jika aku cerita?. Ga ada Pa!! Aku cerita atau tidakpun keadaannya sama!!!"
Firsa berteriak lantang. Ia tak mau dipojokkan begitu saja.
"Papa lebih tahu cara mengatasinya daripada kamu!!" bentak Bimo marah.
"Apa??, coba Firsa ingin dengar cara Papa mengatasinya!!"
Firsa menatap tajam Papa-nya. Ia berusaha menyembunyikan ancaman pemerkosaan, berharap orangtuanya tidak resah. Tapi kenyataannya malah ia dipersalahkan.
"Cukup!!, kamu ga berhak menantang Papa seperti itu!"
Bimo semakin marah, hampir saja ia menampar Firsa jika Bu Bimo tak menahan lengannya.
"Fir..sudah nak. Tolong hormati Papa-mu. Turunkan emosimu sayang!"
"Papa juga gitu, jaga tekanan darah Papa!!"
Bu Bimo tampil lebih lembut. Ia tak ingin bapak-anak itu malah ribut sendiri, sedangkan permasalahan masih belum terpecahkan.
"Bahkan aku menyewa jasa pengawalpun juga inisiatif sendiri. Papa ga peduli sama aku..."
Firsa perlahan menangis, ia merasa dihakimi begitu rupa.
"Pengawal??" Bimo kaget.
Ia hampir tak pernah terpikir untuk menyewa hal seperti itu untuk melindungi anaknya.
"Ada ya jasa seperti itu di sini??" lanjut Bimo sangsi.
"Ada Pa. Dia teman Firsa. Kerjanya bagus. Kemampuan beladirinya juga keren!!" jawab Firsa membanggakan diri.
Setidaknya ia mampu mengambil langkah sendiri disaat orangtuanya belum tahu bagaimana harus bersikap.
"Wong piro (Berapa orang)??" tanya Bimo lagi.
"Ijen (Sendirian)." Jawab Firsa sambil menyeka airmata di pipinya.
"Hmm...mana sanggup dia sendirian!!"
" coba sih tolong ajak dia kesini. Papa ingin ngomong sama dia!" pinta Bimo. Pikirannya sudah sangat buntu. Mungkin teman Firsa inilah harapan satu-satunya bagi Bimo. Tapi dia ragu jika urusan sepelik ini hanya akan ditangani oleh satu orang saja.
"Coba nanti aku hubungi dia Pa!!" balas Firsa cepat.
"Siapa namanya?"
"Lucky Sikat."
Kali ini malah Bu Bimo yang nampak terkejut.
"Lucky??!" tanya Bu Bimo memastikan. Raut wajah Bu Bimo berubah.
"Iya Lucky. Wonten nopo Ma (Kenapa Ma)??" tanya Firsa sedikit curiga.
"Oh gapopo. Lupakan saja!"
meski Bu Bimo menjawab demikian, tapi wajah resahnya tak bisa dikelabuhi. Ada seonggok duka yang menyembul disana
《POV FIRSA》
Ishh...arek iki nandi seeh (ini orang kemana ya)?. Di WA centang dua tapi belum dibuka. Di telepon tidak diangkat. Kesel sendiri aku jadinya. Dasar pengawal sok penting!!. Pagi begini apa dia ga kerja sih??!. Ahh membosankan. Aku hampir putus asa rasanya menunggu respon dari Lucky Sikut.
Yaaa...aku lebih suka menyebutnya, Lucky Sikut. Gayanya yang sok cool, sok iyes, berasa pengen aku sikut aja tuh cowok. Belagunya amit-amit. Udah cuek, dingin, galak, ahh ga sopan banget deh pokoknya!.
Emang sih, aku akui dia ganteng. Badannya juga bagus. Sempat juga aku merasa ge-er kalau dihadapan dia. Rasanya tenang banget kalau ada dia di sampingku. Tapi sekarung gayanya itu, mbencekno bin me-nye-bal-kaaaan !!
Dan sekarang, dicariin ga bisa. Siapa yang ga kesel coba?. Kemana sih tuh anak pagi-pagi gini??!!. Aku yakin, dia pasti masih ngorok. Hmmm.
L--Sori, baru bangun--
Tiba-tiba Lucky membalas pesanku.
L--Aku semalam begadang. Cari cara buat selametin kamu. Tauu?!!
F--Masaa..--
L--Kamu dimana?. Knp sih--
F--Dirumah. Aku mau ngomong!!--
L--Tar ajalah. Mager.
F--Yeee...ga bisa ditunda ini masss. duhh--
F--Ga bisa. Harus sekarang. Ga bisa ditunda--
L--Yaudah kamu aja yang kesini. Kan kamu yang butuh--
F--Ishh nyebelin. Iya iya aku kesana. Kasih alamat, ama share lokasi!!--
--Kosan Bamboo. Kamar nomer 5. Arahnya tar aku share--
L--Eh eh...tar dulu!--
F--Apa lagiiii???!!--
L--Laper nih. Bawain nasi bungkus--
Ini cowok asli superrr nyebelin. Kalau ga inget dia telah berhasil hajar Prima, mungkin sudah aku batalkan kesepakatan ini. Siapa juga yang betah berurusan sama cowok belagu kayak gitu!!.
Diantar supir Papa, aku meluncur ke lokasi yang sudah di share si Lucky Sikut. Tidak terlalu jauh, hanya perlu waktu setengah jam untuk bisa mencapai alamat tersebut. Sampai disana, segera aku suruh sopir langsung balik membawa mobil. Biar saja nanti Lucky yang akan memikirkan gimana aku baliknya.
Tookk tok...
"Ooh kamu. Masuk aja!!"
Lucky membuka pintu. Tapi kalimat pertamanya sudah bau arogan banget. Huhh
"Kok doroong ados (belum mandi)??" tanyaku heran.
Harusnya sambil nunggu aku datang kan dia bisa mandi dulu. Bikin lama aja.
"Kan mau makan dulu. Sini nasinya!!
Lucky merebut kantong kresek dari tanganku. Aku diam saja tak peduli.
"Mau berdiri terus di situ??!. Duduk tuh depan meja!!"
aku hanya melotot. Segera aku duduk tanpa menjawab ucapannya.
"Mau ngomong apa sih?!" tanya Lucky. Mulutnya penuh dengan makanan. Ga sopan kan??
"Abisin dulu makannya. Ga sopan ngomong tapi mulut penuh kayak gitu!!"
ucapku jengkel.
Dia hanya mengangguk.
Selang sekian menit, Lucky berdiri. Nasi bungkus sudah ludes ia sikat. Nah ini baru sikat yang bener.
"Wkwkwkwk...Lucky Sikat. Lucky doyan makan berarti hahaha," batinku.
"Kenapa kamu??, senyum-senyum sendiri!!" sergah Lucky.
Spontan kukembungkan pipi.
"Aku mandi dulu aja deh!"
Lucky melangkah ke kamar mandi disamping pintu masuk. Keren juga, kosan cowok tapi kamar mandinya di dalam.
Sambil menunggu Lucky mandi, aku melangkah melihat sekeliling kamar kos-nya. Cukup bersih dan rapi untuk ukuran kamat seorang cowok bujang. Bagus sekali didikan orangtuanya. Jarang-jarang ada cowok yang bisa rapi seperti itu.
"Sori lama."
Duh Gusti Pengeran, yaa ampuun. Dia muncul dari kamar mandi hanya dibalut handuk saja bagian bawahnya. Beberapa kali aku reflek menelan ludah melihat tubuh semi-nya. Dadanya bidang, perutnya kotak-kotak. Bahunya bergelombang dan terlihat sangat kekar.
"Pakai baju di kamar mandi harusnya!!" ucapku berusaha mengacuhkan ke-seksi-an nya.
"Iyaa..ini juga mau ambil baju dulu di lemari." jawab Lucky yang kemudian sedikit berlari menuju lemari.
Tapi entah kenapa, saat berjalan kembali ke arah kamar mandi tiba-tiba handuknya meluncur begitu saja kebawah. Aku yang duduk tepat menghadap lemari spontan tersentak.
Seorang laki-laki dewasa. Berbadan super atletis. Wajah yang tampan. Dan sekarang sebentuk tongkat panjang mencuat dari selangkangannya. Sangat tegak dengan ereksi maksimal, dan sungguh besar.
"Aauww!!"
aku reflek menutup mataku dengan tangan. Lucky diam tak bergerak. Sepertinya ia juga kaget dengan kejadian itu.
Diam beberapa detik dan aku masih terpejam. Tak kudengar langkah kakinya. Hingga ketika aku merasakan dingin di daguku. Perlahan kubuka mata, menurunkan kedua tangan.
Ternyata rasa dingin tadi adalah tangan Lucky yang memegang daguku. Aku terdiam. Lucky sudah berdiri didepanku.
Cupp..
Tak kusangka Lucky membungkuk dan kemudian mengecup bibirku. Serentak bulu kudu ku merinding. Badanku terasa kaku tanpa mampu kugerakkan. Aku tak marah dan sebaliknya merasa melambung mendapatkan ciuman tersebut.
Merasa aku tak memberi perlawanan, Lucky mengulangi lagi kecupannya. Asem, ini sudah gila, aku bahkan menikmati ciuman itu. Tanpa kusadari perlahan kubuka bibirku seolah meminta lebih.
Kedua tangan kekar Lucky tahu-tahu sudah mencengkeram kedua lenganku. Ia menarik tubuhku untuk berdiri. Dan lagi-lagi aku mengikuti kemauannya. Aku seperti terhipnotis.
Sama-sama berdiri, Lucky dengan buas melumat bibirku. Aku menerimanya. Tak kalah buas ku ladeni ciuman itu hingga menimbulkan kecipak mulut. Akal sehatku sudah tumpul. Atau mungkin memang inilah yang aku harapkan dari seorang Lucky. Sebuah kehangatan.
Ehmm... aku mulai mendesah. Aku seperti tak malu melakukan desahan. Hingga saat Lucky menuntun tanganku kearah penisnya, aku hanya menurut. Entah setan jenis apa yang telah berbisik di telingaku.
Masih sambil berciuman, aku terbelalak. Baru kali ini aku memegang sebuah penis. Namun sekali memegang ternyata yang kupegang adalah penis dengan ukuran sangat besar. Bayanganku saat dulu menonton blue film lokal tidak sebesar ini. Aku kaget, ngeri, sekaligus takjub. Ooh inikah batang kenikmatan itu?
"Hmmm...mass, gede sekali!!"
Kalimat tabu itulah yang malah muncul dari bibirku. Aku tak tahu mengapa aku merespon seperti itu.
Perlahan ciuman kami terlepas. Namun perlahan pula kurasakan Lucky melucuti pakaianku. Bodohnya aku, aku malah membantu Lucky membuka pakaianku. Aku sudah buta. Dan jujur, aku sangat menikmati momen yang ada.
"Tubuhmu indah Fir!!"
Lucky menjilat rongga telingaku sambil berbisik lembut saat seluruh pakaianku luruh ke lantai. Tak ada kain yang tersisa. Lagi-lagi aku melambung. Aku merasa seperti bidadari yang sedang turun ke bumi.
"Makasih mas...kamu mau??" jawabku lembut. Napasku mulai tak stabil. Hawa nafsu sekejab membelit selaksa jiwa.
Uuuhhh..tanpa menunggu lama, Lucky sudah mengulum putingku sebelah kanan. Sangat geli dan aku benar-benar terangsang.
Ssshh...hmmm..desahanku kian bertambah. Aku sudah tak peduli lagi jika tetangga kosan Lucky akan mendengar. Yang aku inginkan kini hanya kepuasan. Kepuasan surga untuk bidadari sepertiku.
Tanganku yang lentik perlahan mengurut pelan batang penis Lucky seirama dengan ciuman di putingku. Hasratku sungguh sangat membara.
Ooohh...aku mengejang. Tangan Lucky ikut meremas payudaraku yang kiri. Tak lama kemudian Lucky juga meremas payudara kananku. Mulutnya berlarian ke puting kanan dan kiri silih berganti. Sangat nikmat.
"Oossh..terus sayanggg!!"
Aku mengerang dan tak ragu memanggil Lucky dengan mesra.
Dadaku memang tak besar dan montok. Ukurannya standar saja, namun masih sangat kencang dan bulat. Belum pernah sekalipun payudara ini dicumbui seorang pria. Tapi sekarang seorang pria tampan bernama Lucky sedang memerawani buah dadaku. Sensitifitas putingku sungguh sangat terasa. Sengatan pijar seperti kesetrum tegangan ribuan watt. Oooh inikah surga dunia??.
Ingin rasanya aku berjongkok dan menjilati penis Lucky seperti yang aku lihat di film-film blue. Tapi aku masih ragu. Dan aku belum tahu caranya. Apakah bibir mungilku ini akan muat mengulum batang sebesar itu??.
Sejenak aku terlupakan untuk mengulum penis Lucky saat kurasakan tubuhnya mendorong tubuhku ke arah ranjang. Batang itu menggesek-gesek di selangkanganku ketika berjalan, membuat aku semakin geli dan meremang.
Ehmmm...aku mendesah tertahan. Tubuhku menelentang diatas ranjang. Mataku nanar menatap langit-langit kamar. Pikiranku kosong dan hanya dipenuhi oleh birahi yang kian memuncak. Aku sudah tak peduli lagi pada status keperawananku.
"Ooouhh mas!!"
Mataku membeliak. Dinding vaginaku terangsang hebat. TIba-tiba Lucky menjilat disana. Lucky semakin membuka lebar pahaku, aku menurut dan hanya mampu menggigit bibir bawahku.
Lucky pasti akan terkesima melihat selangkanganku yang mulus. Kulitku putih. Bulu kemaluan yang sudah tercukur bersih, menunjukkan belahan vagina yang merekah kemerahan.
"Kamu sungguh seksi. ..hmmm..sllpp,"
Lucky bergumam sambil terus menikmati vaginaku dengan bibirnya. Apalagi sekarang lidahnya sudah mulai nakal menyeruak masuk ke dalam belahan vagina.
"Uuuhh enaakk sayangg...jilatin teruss plisssh!!" Aku meracau. Kalimat binal terlontar dari bibirku.
Ooorrhh...pinggulku melenting. Jari Lucky mendadak menggosok bulatan kecil di bagian atas vaginaku. Rasanya sangat geli dan nikmat.
Uusshh...ooohh...bibir, lidah, dan jari bersatu memainkan vaginaku dengan liar. Aku melenguh tanpa bisa ditahan lagi.
Semakin lama rasa geli dibawah sana semakin tak tertahankan. Apalagi jari Lucky selain menggosok bulatan kecil juga mulai menusuk sedikit di rongga vaginaku. Ooooh...nikmatnya tak terkatakan.
"Mass mass... ahhhh nikmat mass....enakk sayang...ohhh,"
Aku menggila. Gerakan pinggulku sudah tak terkontrol. Terasa denyutan kian menyeruak di dalam vagina.
Semakin lama aku merasakan seperti ada cairan nikmat yang akan segera keluar. Oooh...inikah orgasme itu sayang??
Oooh ohhh...aku tak kuat lagi... oooh ahh aaaaahhh..kurasakan desakan kuat mengalir di rongga vaginaku. Terus memancar dan kemudian menyembur hebat ke bibir Lucky. Aku mengejang kaku. Badanku melonjak-lonjak seperti terbakar.
Aaaahh..aku mencapai orgasme pertama kali dalam hidupku. Sangat nikmat dan memabukkan. Lebih nikmat lagi saat kurasakan lidah dan bibir Lucky menjilat-jilat serta menyedot cairanku hingga bersih. Rasanya ngilu tapi nikmat bukan kepalang.
Aku lemas. Seluruh tulang dan persendianku merapuh. Saraf-saraf lumpuh lunglai. Tubuhku terkapar tanpa daya. Mataku terpejam menikmati sekilas sketsa antara mimpi dan kenyataan, menikmati timangan maghligai angkasa yang membawaku diatas biduk permata, terombang-ambing diatas lautan madu dan putih susu. Angin yang berhembuspun terasa sangat manis.
Ooouhhh...baru sekitar satu dua menit aku melemah. Mendadak lidah Lucky kembali meronjok didalam rongga vaginaku yang masih teramat sensitif. Aku terkejut namun membiarkan saja hawa birahi menjalari kembali. Rasanya jauh lebih nikmat daripada awal tadi. Mungkin sarafku sudah demikian terangsang, sehingga setiap gesekan yang dihasilkan menjadikan kenikmatan tinggi, menguasai pikiran dan jiwa.
Ehhmmm...mulut itu mengunyah kelentitku lagi...ampunn. Ooohh...kepalaku berdenyut, badanku terasa memanas. Tenggorokanku kering tercekat. Perlahan napasku kembali memburu.
"Sayaaaang...nakalll...aahhh,"
Aku meronta tapi mau. Desahanku manja menggelitik gendang telinga. Geliat manja, membuat gemas lawan mainku yang seolah kuberikan hak sepenuh jiwa untuk merengkuhku, memilikiku, menyetubuhiku sesuka hatinya.
"Ooohh sayangg... sudahh..sssh enak.. aku ga kuatt..sudahh sayangg. Masukkan aja anu kamuuu..cepeeetthh!!!" rancau binalku kembali terdengar.
"Anu apa??"
"Anu kamu mass!!!"
"Mana sih??"
"Ini lho yang gedeeh dan lagi aku genggem!!"
"Apa namanya??"
"Penis kamu mas!!"
"Apaa??"
"Penisss!!"
"Kurang semangat!!"
"Kontol kamu sayaaaang!!
"Kontolnya dimasukin kemana??"
"Kesiniii!!"
"Apa itu sayang??"
"Memekku!!
"Dimasukin kemana??"
"Masukin memekku sayaaang!!"
"Benerr??!!"
"Plisss...entotin memekku mass pake kontolmu yang gede!!!"
Cupp..
Lucky melumat bibirku lagi. Setelah ia berhasil memancing kalimatku yang sangat binal, sekarang bibir binal ini ia lumat habis. Lidahku ia sedot dan kulum dengan penuh gairah. Ehhmm.. mataku terpejam menikmati cumbuan bibir Lucky.
Dibawah sana kurasakan kepala penisnya mulai mencari-cari celah untuk menyeruak masuk.
Sejenak ia menopang badannya seperti gerakan push up. Satu tangannya membimbing si penis besar untuk masuki lubang paling intim di tubuhku.
"Ehmm mass pelaaan!!"
kugigit bibir bawahku saat kepala penis Lucky mendesak masuk. Sangat sulit dan sesak. Entah karena kecilnya vagina perawanku, ataukah terlalu besarnya penis idamanku.
Ssshh ahh...sedikit demi sedikit penis itu kian jauh tertanam di dalam diriku. Gesekan yang sangat kuat dan membuat merinding. Pertemuan antara kulit penis dengan dinding bagian dalam vagina sungguh membuat geli, sangat-sangat geli luar biasa.
Penis Lucky belum sepenuhnya masuk, namun ia berhenti menekan. Sepertinya ia terhalang selaput dara yang masih rapat menyegel. Meski aku menginginkannya, kini aku tegang. Terbayang berita burung jika koyaknya selaput dara itu sakitnya tak terhingga. Hatiku kecut.
"Kamu lebih suka dijilat atau ditusuk memeknya pake kontol sayang?"
pertanyaan yang membuatku jelas berpikir dan membayangkan. Sebenarnya sama enaknya. Namun beda sensasinya.
Aku terdiam sejenak, menimbang dan memilih jawaban yang kurasa paling sesuai. Entah kenapa pertanyaan bodoh ini justru membuatku berpikir keras. Mungkin saja nafsu terlalu berkuasa menghempas logika.
"Dua-duany....kyaaaaa aawwh!!!"
belum selesai jawabanku terucap tiba-tiba Lucky mendorong kuat penisnya. Batang besar itu meronjok penuh hingga menghimpit dinding rahim. Airmatapun seperti terlambat mengalir. Aku terkejut dan tak cukup waktu untuk membuatku berteriak lebih tinggi.
Perih teramat sangat melingkupi vaginaku. Inilah nyatanya rasa selaput dara terkoyak. Aku memejam menahan perih. Lucky hanya diam. Jemari tangannya membelai lembut rambut di kepalaku dengan penuh kasih sayang.
Belaian itu membuatku tenang. Dalam hati kurasakan teduhnya pelukan, perlindungan, kasih sayang. Perlahan rasa perih memudar. Kian lama perih itu hilang sirna tergantikan denyut penis Lucky yang serasa ikut membelai didalam sana.
"Masih sakit sayang?" ucap Lucky lembut. Uuuh harusnya kamu tiap hari begini sayaaang. Aku suka kasih sayangmu...
"Ehmm..." aku tak menjawab, hanya menggeleng pelan.
Sangat pelan Lucky menarik penisnya hingga separuhnya tercabut. Dengan pelan pula ia dorong lagi penis itu mengejar dinding rahimku. Ooouhhh...aku menggelepar merasakan sensasi yang sangat nikmat.
Kedua kalinya ia menarik penis itu, namun kali ini hingga hampir lepas dari vagina. Dorongan ia lakukan sedikit kemudian menariknya kembali. Hanya seperempat batangnya tertanam, kemudian ditarik. Begitu terus berulang hingga empat sampai lima tusukan kecil. Pada tusukan ke enam ia benamkan seluruh penisnya menyeruak.
"Ooouhh massshh!!"
Sensasinya jauh lebih nikmat dari tusukan pertama.
Pada tusukan-tusukan berikutnya ia lakukan cara yang sama. Dikit-dikit-dikit-penuh. Formasi 3/1 kusimpulkan sendiri istilahnya. Makin lama tempo tusukan itu bergerak lebih cepat seiring cairan pelumas yang kian membanjiri liangku.
"Ooooh ohhh ohh...ahhhhh shhh!!"
Tubuhnya melayang setiap ia menarik penisnya. Dan sebaliknya, terasa terhempas ke bumi saat ia menghujamkan penis. Aku jadi merem melek menikmati sensasi ini.
Entah berapa tusukan sudah ia lesakkan. Temponya sudah sangat cepat. Auuu uhhh ahh...kepalaku terpelanting ke kiri dan kanan tanpa henti.
"Sshh sayang...penuhhh!"
Aku kini sudah tak perawan, namun aku gembira karena perawanku direnggut oleh batang besar dan wajah yang tampan. Seluruh ruang di vaginanya seperti habis tak tersisa karena dipenuhi si batang gede.
"Memekmu juga sempit...ehmmm,"
Lucky melenguh. Aku tersenyum melihat lelaki tampan itu melenguh karena vaginaku.
"Oooh ooohh...goyang mas. Teruss!!"
Hentakan Lucky yang semakin cepat membuat kontrolku semakin kacau. Aku terlonjak nikmat. Dinding vagina terasa sensitif berlipat ganda. Setiap gesekan yang terjadi membuat aku blingsatan.
"Mass...aahhh aku mauu nyembur lagii!!"
Dorongan cairan kembali mengumpul di pangkal vagina. Otot-otot kontraksi sudah tak mampu menahannya lagi.
"Aaaahh...sayanggg..aahh!!!"
Aku orgasme yang kedua. Pinggangku terangkat tinggi mengejar penis besar Lucky. Tubuh terasa kaku. Mataku membeliak. Ledakan ini jauh lebih nikmat daripada orgasme saat di oral mulut Lucky.
Lucky sangat gentle. Ia dengan sabar menungguku menggapai puncak. Ia menjilati telingaku, menambah rasa geli. Setelah aku lemas, Lucky perlahan mencabut penisnya.
"Masih kuat??. Aku belum!!"bisik Lucky dengan masih saja menjilati seluruh penampang telingaku.
"Ehmmmssh!!"
kucubit manja lengan Lucky. Aku memaksakan diri untuk tersenyum meski seluruh bagian tubuh terasa begitu lungrah. Mencubit Lucky saja hanya gerakan, tanpa ada kekuatan.
"Mass kuat bangett...masih belum keluar juga!!" ucapku lirih.
Mata Lucky menatapku seperti menghiba, memohon diberikan kesempatan untuk meraih puncaknya.
"Hu-um ayoo sayangg. Aku mau lagi!!
tak tega memandang wajah ganteng di hadapanku. Akupun juga masih ingin menikmati lagi pengalaman pertama ini meski pahaku telah bergetar lemas.
"Bikin aku lumpuh yahh sayang..." lirihku manja.
Aku masih sanggup untuk membuka paha dan telentang. Tapi entah nanti untuk berjalan pulang aku tak tahu.
"Nungging cantikk!!"
Lucky mengajak merubah gaya. Pikiranku segera mencari contoh gerakan nungging dari film yang pernah ku tonton.
Dengan bertumpu pada sebuah bantal, kusodorkan bulatan indah pantatku kepada si pemilik penis besar. Meski aku sudah lelah, masih saja aku tak sabar menunggu senjata keramat itu mendesak masuk di lubang enakku. Nampaknya aku sudah benar-benar kecanduan.
"Kamu cantik, seksi juga Fir. Uuh indahnya pantat dan pinggulmu. Ga tahan aku lihatnya!" ucap Lucky terpesona.
Aku yang dipuji juga semakin bangga dan senang.
"Dimasukin lagi dong sayang kalau suka...ehmm..miliki aku massh!" bisikku dengan binal.
Pikiranku sungguh tengah gila. Tak pernah aku membayangkan akan bersetubuh dengan Lucky secepat ini. Ini sangat mendadak, namun sangat menyenangkanku. Aku baru tahu jika libidoku begitu tinggi.
Aauwww...aku menyentak. Bukannya penis Lucky yang datang menyumpal, namun lidah Lucky dengan cepat sudah menikmati lubang sunhole-ku. Antara geli, malu, nikmat, bangga...bercampur menjadi satu karena Lucky dengan rela menjilat di area yang kupikir ia akan jijik. Oohh Lucky...plis miliki aku. Kamu sudah sangat memanjakanku.
"Sudahh mass...jangan disitu, aku malu. Uuuhhhssh,"
teriakanku tak digubris oleh Lucky. Ia masih saja mencumbui lubang tersebut dengan penuh perasaan.
Uuuhhh sshhttt...ia bergeser menjilati dan menyedot lubang vaginaku yang kurasa seperti merekah sempurna pada posisiku yang menungging.
"Ehhmm mass... ahhh sayangg...hekkkkmmm!!"
aku masih mendesah menikmati kuluman pada vaginaku, tapi mendadak Lucky cepat menghunus penisnya dan menusuk keras pada vaginaku hingga melesak penuh. Aku mendelik dan tak siap menerima kejutan dari Lucky. Lagi-lagi sensasi baru yang kurasakan tak bisa terungkap hanya dalam sekedar kata.
"Uuhh nakallh...ngagetin ajah masukinnyaa sayang ooohh!!" aku merajuk manja. Tapi tak cukup waktu untuk merajuk. Lucky sudah memompa kuat lubang vaginaku. Pada posisi ini rasanya sangat berbeda. Nikmaaat sekali.
Oooh ohhh ohh..desahku tak terbendung. Kenikmatan demi kenikmatan kuraih.
"Eeemm emm..terusshh mass!!" kini aku memohon, aku sudah kecanduan setengah mati oleh layanan Lucky.
"Yangg..ganti gaya lagii..." teriak Lucky yang kemudian duduk diatas ranjang. Ditariknya tubuhku duduk dipangkuannya dengan saling berhadapan.
Uuuhhh..tanpa menunggu, kuarahkan sendiri vaginaku yang kembali berkedut untuk menelan batang besar Lucky.
Aku melonjak-lonjak laksana menunggang seekor kuda.
Ehhmmm..bibir kami saling melumat. Dibawah sana kelamin kami juga saling melumat. Tangan kekar Lucky menaik turunkan pinggulku untuk membantu goyanganku agar semakin kuat.
Ehhmm hukkmm ahh...rasa vaginaku sudah hampir meledak lagi. Tapi apakah Lucky belum juga mencapai klimaks?. Aku tak peduli, aku terus bergoyang memburu orgasme yang ketiga.
"Sayanghh aku mauu kluarr lagiiihh ahh!!"
aku mendesah tak tahan.
"Tunggu sayangg, aku juga udah mau sampee uuhh!!
Lucky semakin liar menggerakkan tubuhku naik turun. Pun aku begitu juga.
Peluh kami mengucur. Wajah kami sudah membasah oleh liur perciuman. Dan kelamin kami sudah sangat basah berpelumas.
"Kluarin di dalem ajaa sayanhhh!!" teriakku dalam goyangan bertempo cepat.
"Jangannn...kkamu hamil nntii hmmm!!"
Lucky menggeram.
"Aahh masss mass ahhhh...aku kluarrr sayaaaaang uhh..."
Tubuhku kembali mengejang hebat.
Bersamaan dengan itu penis Lucky juga menyembur kuat memuntahkan cairan kental dan hangat ke dalam vaginaku.
Ehhmmm...sejenak kami terdiam merasakan kenikmatan. Kelamin kami masih menyatu. Aku ingin terus menyatu bersama hati Lucky yang kini aku sungguh sayang padanya.
"Mwuuuah...terimakasih Fir!!"
Lucky mengecupku lembut.
"Makasihh mas. Plis jangan tinggalin aku. Akuu..Aa..ku sayang kamu mas!!" ucapku tulus.
Lucky tersenyum. Kembali ia mengecup bibirku.
"Aku juga sayang kamu Fir!!"
ucapan Lucky kali ini membuatku tersenyum lega.
《POV LUCKY》
Badan kami sudah wangi dan bersih setelah mandi di kamar mandi kosanku.
Aku tak menyangka akan melakukan ini bersama Firsa. Akupun tak menyangka jika Firsa bersedia melakukan ini denganku.
"Mas...kita perlu segera ketemu Papaku. Ada ancaman lain terkait ancaman pemerkosaanku!!" ucap Firsa lembut. Ia duduk diatas pangkuanku. Tapi sekarang sudah memakai baju lengkap.
"Ok..kita akan kesana!"
Kalimatku yang acuh terlontar kembali.
"Iish..udah napa, ga usah pakai gaya-gaya kayak gitu. Hmmm orang udah abis sayang-sayangan kok gitu lagi!!
Firsa mencubit pinggangku. Aku tertawa lebar melihat sandiwaraku berhasil membuat ia sewot.
"Iyaa..iyaa.. maaf sayang. Setelah ini kita langsung ketemu papa kamu yah!!"
koreksi kata-kataku, Firsa langsung senang.
"Iya yuk berangkat!!" ajak Firsa mencoba berdiri dari pangkuanku, namun kutahan.
"Sek sek..Bentar!!" ucapku.
"Opoo maneh (Apa lagii)!!"
Firsa kembali duduk.
Mwuuuhh...kukecup lagi bibir Firsa. Ia pun meladeninya. Kembali kami saling memagut bibir dengan mesra.
"Mass..kita pacaran ya ini??" ucap Firsa setelah ciuman kami berhenti.
"Dorong (Belumm)..baru saling sayang. Aku belum nembak kamu kok ihh!!"
aku menggodanya, dijawab pipinya yang mengembung.
"Buruan nah!!" pinta Firsa tak sabar.
"Tar aja!!"
"Isshh nyebelin."
"Trus mas pikir sekarang ini kita ngapain??"
"Pacaran..hahaha..."
"Iyaa..ini juga mau ambil baju dulu di lemari." jawab Lucky yang kemudian sedikit berlari menuju lemari.
Tapi entah kenapa, saat berjalan kembali ke arah kamar mandi tiba-tiba handuknya meluncur begitu saja kebawah. Aku yang duduk tepat menghadap lemari spontan tersentak.
Seorang laki-laki dewasa. Berbadan super atletis. Wajah yang tampan. Dan sekarang sebentuk tongkat panjang mencuat dari selangkangannya. Sangat tegak dengan ereksi maksimal, dan sungguh besar.
"Aauww!!"
aku reflek menutup mataku dengan tangan. Lucky diam tak bergerak. Sepertinya ia juga kaget dengan kejadian itu.
Diam beberapa detik dan aku masih terpejam. Tak kudengar langkah kakinya. Hingga ketika aku merasakan dingin di daguku. Perlahan kubuka mata, menurunkan kedua tangan.
Ternyata rasa dingin tadi adalah tangan Lucky yang memegang daguku. Aku terdiam. Lucky sudah berdiri didepanku.
Cupp..
Tak kusangka Lucky membungkuk dan kemudian mengecup bibirku. Serentak bulu kudu ku merinding. Badanku terasa kaku tanpa mampu kugerakkan. Aku tak marah dan sebaliknya merasa melambung mendapatkan ciuman tersebut.
Merasa aku tak memberi perlawanan, Lucky mengulangi lagi kecupannya. Asem, ini sudah gila, aku bahkan menikmati ciuman itu. Tanpa kusadari perlahan kubuka bibirku seolah meminta lebih.
Kedua tangan kekar Lucky tahu-tahu sudah mencengkeram kedua lenganku. Ia menarik tubuhku untuk berdiri. Dan lagi-lagi aku mengikuti kemauannya. Aku seperti terhipnotis.
Sama-sama berdiri, Lucky dengan buas melumat bibirku. Aku menerimanya. Tak kalah buas ku ladeni ciuman itu hingga menimbulkan kecipak mulut. Akal sehatku sudah tumpul. Atau mungkin memang inilah yang aku harapkan dari seorang Lucky. Sebuah kehangatan.
Ehmm... aku mulai mendesah. Aku seperti tak malu melakukan desahan. Hingga saat Lucky menuntun tanganku kearah penisnya, aku hanya menurut. Entah setan jenis apa yang telah berbisik di telingaku.
Masih sambil berciuman, aku terbelalak. Baru kali ini aku memegang sebuah penis. Namun sekali memegang ternyata yang kupegang adalah penis dengan ukuran sangat besar. Bayanganku saat dulu menonton blue film lokal tidak sebesar ini. Aku kaget, ngeri, sekaligus takjub. Ooh inikah batang kenikmatan itu?
"Hmmm...mass, gede sekali!!"
Kalimat tabu itulah yang malah muncul dari bibirku. Aku tak tahu mengapa aku merespon seperti itu.
Perlahan ciuman kami terlepas. Namun perlahan pula kurasakan Lucky melucuti pakaianku. Bodohnya aku, aku malah membantu Lucky membuka pakaianku. Aku sudah buta. Dan jujur, aku sangat menikmati momen yang ada.
"Tubuhmu indah Fir!!"
Lucky menjilat rongga telingaku sambil berbisik lembut saat seluruh pakaianku luruh ke lantai. Tak ada kain yang tersisa. Lagi-lagi aku melambung. Aku merasa seperti bidadari yang sedang turun ke bumi.
"Makasih mas...kamu mau??" jawabku lembut. Napasku mulai tak stabil. Hawa nafsu sekejab membelit selaksa jiwa.
Uuuhhh..tanpa menunggu lama, Lucky sudah mengulum putingku sebelah kanan. Sangat geli dan aku benar-benar terangsang.
Ssshh...hmmm..desahanku kian bertambah. Aku sudah tak peduli lagi jika tetangga kosan Lucky akan mendengar. Yang aku inginkan kini hanya kepuasan. Kepuasan surga untuk bidadari sepertiku.
Tanganku yang lentik perlahan mengurut pelan batang penis Lucky seirama dengan ciuman di putingku. Hasratku sungguh sangat membara.
Ooohh...aku mengejang. Tangan Lucky ikut meremas payudaraku yang kiri. Tak lama kemudian Lucky juga meremas payudara kananku. Mulutnya berlarian ke puting kanan dan kiri silih berganti. Sangat nikmat.
"Oossh..terus sayanggg!!"
Aku mengerang dan tak ragu memanggil Lucky dengan mesra.
Dadaku memang tak besar dan montok. Ukurannya standar saja, namun masih sangat kencang dan bulat. Belum pernah sekalipun payudara ini dicumbui seorang pria. Tapi sekarang seorang pria tampan bernama Lucky sedang memerawani buah dadaku. Sensitifitas putingku sungguh sangat terasa. Sengatan pijar seperti kesetrum tegangan ribuan watt. Oooh inikah surga dunia??.
Ingin rasanya aku berjongkok dan menjilati penis Lucky seperti yang aku lihat di film-film blue. Tapi aku masih ragu. Dan aku belum tahu caranya. Apakah bibir mungilku ini akan muat mengulum batang sebesar itu??.
Sejenak aku terlupakan untuk mengulum penis Lucky saat kurasakan tubuhnya mendorong tubuhku ke arah ranjang. Batang itu menggesek-gesek di selangkanganku ketika berjalan, membuat aku semakin geli dan meremang.
Ehmmm...aku mendesah tertahan. Tubuhku menelentang diatas ranjang. Mataku nanar menatap langit-langit kamar. Pikiranku kosong dan hanya dipenuhi oleh birahi yang kian memuncak. Aku sudah tak peduli lagi pada status keperawananku.
"Ooouhh mas!!"
Mataku membeliak. Dinding vaginaku terangsang hebat. TIba-tiba Lucky menjilat disana. Lucky semakin membuka lebar pahaku, aku menurut dan hanya mampu menggigit bibir bawahku.
Lucky pasti akan terkesima melihat selangkanganku yang mulus. Kulitku putih. Bulu kemaluan yang sudah tercukur bersih, menunjukkan belahan vagina yang merekah kemerahan.
"Kamu sungguh seksi. ..hmmm..sllpp,"
Lucky bergumam sambil terus menikmati vaginaku dengan bibirnya. Apalagi sekarang lidahnya sudah mulai nakal menyeruak masuk ke dalam belahan vagina.
"Uuuhh enaakk sayangg...jilatin teruss plisssh!!" Aku meracau. Kalimat binal terlontar dari bibirku.
Ooorrhh...pinggulku melenting. Jari Lucky mendadak menggosok bulatan kecil di bagian atas vaginaku. Rasanya sangat geli dan nikmat.
Uusshh...ooohh...bibir, lidah, dan jari bersatu memainkan vaginaku dengan liar. Aku melenguh tanpa bisa ditahan lagi.
Semakin lama rasa geli dibawah sana semakin tak tertahankan. Apalagi jari Lucky selain menggosok bulatan kecil juga mulai menusuk sedikit di rongga vaginaku. Ooooh...nikmatnya tak terkatakan.
"Mass mass... ahhhh nikmat mass....enakk sayang...ohhh,"
Aku menggila. Gerakan pinggulku sudah tak terkontrol. Terasa denyutan kian menyeruak di dalam vagina.
Semakin lama aku merasakan seperti ada cairan nikmat yang akan segera keluar. Oooh...inikah orgasme itu sayang??
Oooh ohhh...aku tak kuat lagi... oooh ahh aaaaahhh..kurasakan desakan kuat mengalir di rongga vaginaku. Terus memancar dan kemudian menyembur hebat ke bibir Lucky. Aku mengejang kaku. Badanku melonjak-lonjak seperti terbakar.
Aaaahh..aku mencapai orgasme pertama kali dalam hidupku. Sangat nikmat dan memabukkan. Lebih nikmat lagi saat kurasakan lidah dan bibir Lucky menjilat-jilat serta menyedot cairanku hingga bersih. Rasanya ngilu tapi nikmat bukan kepalang.
Aku lemas. Seluruh tulang dan persendianku merapuh. Saraf-saraf lumpuh lunglai. Tubuhku terkapar tanpa daya. Mataku terpejam menikmati sekilas sketsa antara mimpi dan kenyataan, menikmati timangan maghligai angkasa yang membawaku diatas biduk permata, terombang-ambing diatas lautan madu dan putih susu. Angin yang berhembuspun terasa sangat manis.
Ooouhhh...baru sekitar satu dua menit aku melemah. Mendadak lidah Lucky kembali meronjok didalam rongga vaginaku yang masih teramat sensitif. Aku terkejut namun membiarkan saja hawa birahi menjalari kembali. Rasanya jauh lebih nikmat daripada awal tadi. Mungkin sarafku sudah demikian terangsang, sehingga setiap gesekan yang dihasilkan menjadikan kenikmatan tinggi, menguasai pikiran dan jiwa.
Ehhmmm...mulut itu mengunyah kelentitku lagi...ampunn. Ooohh...kepalaku berdenyut, badanku terasa memanas. Tenggorokanku kering tercekat. Perlahan napasku kembali memburu.
"Sayaaaang...nakalll...aahhh,"
Aku meronta tapi mau. Desahanku manja menggelitik gendang telinga. Geliat manja, membuat gemas lawan mainku yang seolah kuberikan hak sepenuh jiwa untuk merengkuhku, memilikiku, menyetubuhiku sesuka hatinya.
"Ooohh sayangg... sudahh..sssh enak.. aku ga kuatt..sudahh sayangg. Masukkan aja anu kamuuu..cepeeetthh!!!" rancau binalku kembali terdengar.
"Anu apa??"
"Anu kamu mass!!!"
"Mana sih??"
"Ini lho yang gedeeh dan lagi aku genggem!!"
"Apa namanya??"
"Penis kamu mas!!"
"Apaa??"
"Penisss!!"
"Kurang semangat!!"
"Kontol kamu sayaaaang!!
"Kontolnya dimasukin kemana??"
"Kesiniii!!"
"Apa itu sayang??"
"Memekku!!
"Dimasukin kemana??"
"Masukin memekku sayaaang!!"
"Benerr??!!"
"Plisss...entotin memekku mass pake kontolmu yang gede!!!"
Cupp..
Lucky melumat bibirku lagi. Setelah ia berhasil memancing kalimatku yang sangat binal, sekarang bibir binal ini ia lumat habis. Lidahku ia sedot dan kulum dengan penuh gairah. Ehhmm.. mataku terpejam menikmati cumbuan bibir Lucky.
Dibawah sana kurasakan kepala penisnya mulai mencari-cari celah untuk menyeruak masuk.
Sejenak ia menopang badannya seperti gerakan push up. Satu tangannya membimbing si penis besar untuk masuki lubang paling intim di tubuhku.
"Ehmm mass pelaaan!!"
kugigit bibir bawahku saat kepala penis Lucky mendesak masuk. Sangat sulit dan sesak. Entah karena kecilnya vagina perawanku, ataukah terlalu besarnya penis idamanku.
Ssshh ahh...sedikit demi sedikit penis itu kian jauh tertanam di dalam diriku. Gesekan yang sangat kuat dan membuat merinding. Pertemuan antara kulit penis dengan dinding bagian dalam vagina sungguh membuat geli, sangat-sangat geli luar biasa.
Penis Lucky belum sepenuhnya masuk, namun ia berhenti menekan. Sepertinya ia terhalang selaput dara yang masih rapat menyegel. Meski aku menginginkannya, kini aku tegang. Terbayang berita burung jika koyaknya selaput dara itu sakitnya tak terhingga. Hatiku kecut.
"Kamu lebih suka dijilat atau ditusuk memeknya pake kontol sayang?"
pertanyaan yang membuatku jelas berpikir dan membayangkan. Sebenarnya sama enaknya. Namun beda sensasinya.
Aku terdiam sejenak, menimbang dan memilih jawaban yang kurasa paling sesuai. Entah kenapa pertanyaan bodoh ini justru membuatku berpikir keras. Mungkin saja nafsu terlalu berkuasa menghempas logika.
"Dua-duany....kyaaaaa aawwh!!!"
belum selesai jawabanku terucap tiba-tiba Lucky mendorong kuat penisnya. Batang besar itu meronjok penuh hingga menghimpit dinding rahim. Airmatapun seperti terlambat mengalir. Aku terkejut dan tak cukup waktu untuk membuatku berteriak lebih tinggi.
Perih teramat sangat melingkupi vaginaku. Inilah nyatanya rasa selaput dara terkoyak. Aku memejam menahan perih. Lucky hanya diam. Jemari tangannya membelai lembut rambut di kepalaku dengan penuh kasih sayang.
Belaian itu membuatku tenang. Dalam hati kurasakan teduhnya pelukan, perlindungan, kasih sayang. Perlahan rasa perih memudar. Kian lama perih itu hilang sirna tergantikan denyut penis Lucky yang serasa ikut membelai didalam sana.
"Masih sakit sayang?" ucap Lucky lembut. Uuuh harusnya kamu tiap hari begini sayaaang. Aku suka kasih sayangmu...
"Ehmm..." aku tak menjawab, hanya menggeleng pelan.
Sangat pelan Lucky menarik penisnya hingga separuhnya tercabut. Dengan pelan pula ia dorong lagi penis itu mengejar dinding rahimku. Ooouhhh...aku menggelepar merasakan sensasi yang sangat nikmat.
Kedua kalinya ia menarik penis itu, namun kali ini hingga hampir lepas dari vagina. Dorongan ia lakukan sedikit kemudian menariknya kembali. Hanya seperempat batangnya tertanam, kemudian ditarik. Begitu terus berulang hingga empat sampai lima tusukan kecil. Pada tusukan ke enam ia benamkan seluruh penisnya menyeruak.
"Ooouhh massshh!!"
Sensasinya jauh lebih nikmat dari tusukan pertama.
Pada tusukan-tusukan berikutnya ia lakukan cara yang sama. Dikit-dikit-dikit-penuh. Formasi 3/1 kusimpulkan sendiri istilahnya. Makin lama tempo tusukan itu bergerak lebih cepat seiring cairan pelumas yang kian membanjiri liangku.
"Ooooh ohhh ohh...ahhhhh shhh!!"
Tubuhnya melayang setiap ia menarik penisnya. Dan sebaliknya, terasa terhempas ke bumi saat ia menghujamkan penis. Aku jadi merem melek menikmati sensasi ini.
Entah berapa tusukan sudah ia lesakkan. Temponya sudah sangat cepat. Auuu uhhh ahh...kepalaku terpelanting ke kiri dan kanan tanpa henti.
"Sshh sayang...penuhhh!"
Aku kini sudah tak perawan, namun aku gembira karena perawanku direnggut oleh batang besar dan wajah yang tampan. Seluruh ruang di vaginanya seperti habis tak tersisa karena dipenuhi si batang gede.
"Memekmu juga sempit...ehmmm,"
Lucky melenguh. Aku tersenyum melihat lelaki tampan itu melenguh karena vaginaku.
"Oooh ooohh...goyang mas. Teruss!!"
Hentakan Lucky yang semakin cepat membuat kontrolku semakin kacau. Aku terlonjak nikmat. Dinding vagina terasa sensitif berlipat ganda. Setiap gesekan yang terjadi membuat aku blingsatan.
"Mass...aahhh aku mauu nyembur lagii!!"
Dorongan cairan kembali mengumpul di pangkal vagina. Otot-otot kontraksi sudah tak mampu menahannya lagi.
"Aaaahh...sayanggg..aahh!!!"
Aku orgasme yang kedua. Pinggangku terangkat tinggi mengejar penis besar Lucky. Tubuh terasa kaku. Mataku membeliak. Ledakan ini jauh lebih nikmat daripada orgasme saat di oral mulut Lucky.
Lucky sangat gentle. Ia dengan sabar menungguku menggapai puncak. Ia menjilati telingaku, menambah rasa geli. Setelah aku lemas, Lucky perlahan mencabut penisnya.
"Masih kuat??. Aku belum!!"bisik Lucky dengan masih saja menjilati seluruh penampang telingaku.
"Ehmmmssh!!"
kucubit manja lengan Lucky. Aku memaksakan diri untuk tersenyum meski seluruh bagian tubuh terasa begitu lungrah. Mencubit Lucky saja hanya gerakan, tanpa ada kekuatan.
"Mass kuat bangett...masih belum keluar juga!!" ucapku lirih.
Mata Lucky menatapku seperti menghiba, memohon diberikan kesempatan untuk meraih puncaknya.
"Hu-um ayoo sayangg. Aku mau lagi!!
tak tega memandang wajah ganteng di hadapanku. Akupun juga masih ingin menikmati lagi pengalaman pertama ini meski pahaku telah bergetar lemas.
"Bikin aku lumpuh yahh sayang..." lirihku manja.
Aku masih sanggup untuk membuka paha dan telentang. Tapi entah nanti untuk berjalan pulang aku tak tahu.
"Nungging cantikk!!"
Lucky mengajak merubah gaya. Pikiranku segera mencari contoh gerakan nungging dari film yang pernah ku tonton.
Dengan bertumpu pada sebuah bantal, kusodorkan bulatan indah pantatku kepada si pemilik penis besar. Meski aku sudah lelah, masih saja aku tak sabar menunggu senjata keramat itu mendesak masuk di lubang enakku. Nampaknya aku sudah benar-benar kecanduan.
"Kamu cantik, seksi juga Fir. Uuh indahnya pantat dan pinggulmu. Ga tahan aku lihatnya!" ucap Lucky terpesona.
Aku yang dipuji juga semakin bangga dan senang.
"Dimasukin lagi dong sayang kalau suka...ehmm..miliki aku massh!" bisikku dengan binal.
Pikiranku sungguh tengah gila. Tak pernah aku membayangkan akan bersetubuh dengan Lucky secepat ini. Ini sangat mendadak, namun sangat menyenangkanku. Aku baru tahu jika libidoku begitu tinggi.
Aauwww...aku menyentak. Bukannya penis Lucky yang datang menyumpal, namun lidah Lucky dengan cepat sudah menikmati lubang sunhole-ku. Antara geli, malu, nikmat, bangga...bercampur menjadi satu karena Lucky dengan rela menjilat di area yang kupikir ia akan jijik. Oohh Lucky...plis miliki aku. Kamu sudah sangat memanjakanku.
"Sudahh mass...jangan disitu, aku malu. Uuuhhhssh,"
teriakanku tak digubris oleh Lucky. Ia masih saja mencumbui lubang tersebut dengan penuh perasaan.
Uuuhhh sshhttt...ia bergeser menjilati dan menyedot lubang vaginaku yang kurasa seperti merekah sempurna pada posisiku yang menungging.
"Ehhmm mass... ahhh sayangg...hekkkkmmm!!"
aku masih mendesah menikmati kuluman pada vaginaku, tapi mendadak Lucky cepat menghunus penisnya dan menusuk keras pada vaginaku hingga melesak penuh. Aku mendelik dan tak siap menerima kejutan dari Lucky. Lagi-lagi sensasi baru yang kurasakan tak bisa terungkap hanya dalam sekedar kata.
"Uuhh nakallh...ngagetin ajah masukinnyaa sayang ooohh!!" aku merajuk manja. Tapi tak cukup waktu untuk merajuk. Lucky sudah memompa kuat lubang vaginaku. Pada posisi ini rasanya sangat berbeda. Nikmaaat sekali.
Oooh ohhh ohh..desahku tak terbendung. Kenikmatan demi kenikmatan kuraih.
"Eeemm emm..terusshh mass!!" kini aku memohon, aku sudah kecanduan setengah mati oleh layanan Lucky.
"Yangg..ganti gaya lagii..." teriak Lucky yang kemudian duduk diatas ranjang. Ditariknya tubuhku duduk dipangkuannya dengan saling berhadapan.
Uuuhhh..tanpa menunggu, kuarahkan sendiri vaginaku yang kembali berkedut untuk menelan batang besar Lucky.
Aku melonjak-lonjak laksana menunggang seekor kuda.
Ehhmmm..bibir kami saling melumat. Dibawah sana kelamin kami juga saling melumat. Tangan kekar Lucky menaik turunkan pinggulku untuk membantu goyanganku agar semakin kuat.
Ehhmm hukkmm ahh...rasa vaginaku sudah hampir meledak lagi. Tapi apakah Lucky belum juga mencapai klimaks?. Aku tak peduli, aku terus bergoyang memburu orgasme yang ketiga.
"Sayanghh aku mauu kluarr lagiiihh ahh!!"
aku mendesah tak tahan.
"Tunggu sayangg, aku juga udah mau sampee uuhh!!
Lucky semakin liar menggerakkan tubuhku naik turun. Pun aku begitu juga.
Peluh kami mengucur. Wajah kami sudah membasah oleh liur perciuman. Dan kelamin kami sudah sangat basah berpelumas.
"Kluarin di dalem ajaa sayanhhh!!" teriakku dalam goyangan bertempo cepat.
"Jangannn...kkamu hamil nntii hmmm!!"
Lucky menggeram.
"Aahh masss mass ahhhh...aku kluarrr sayaaaaang uhh..."
Tubuhku kembali mengejang hebat.
Bersamaan dengan itu penis Lucky juga menyembur kuat memuntahkan cairan kental dan hangat ke dalam vaginaku.
Ehhmmm...sejenak kami terdiam merasakan kenikmatan. Kelamin kami masih menyatu. Aku ingin terus menyatu bersama hati Lucky yang kini aku sungguh sayang padanya.
"Mwuuuah...terimakasih Fir!!"
Lucky mengecupku lembut.
"Makasihh mas. Plis jangan tinggalin aku. Akuu..Aa..ku sayang kamu mas!!" ucapku tulus.
Lucky tersenyum. Kembali ia mengecup bibirku.
"Aku juga sayang kamu Fir!!"
ucapan Lucky kali ini membuatku tersenyum lega.
《POV LUCKY》
Badan kami sudah wangi dan bersih setelah mandi di kamar mandi kosanku.
Aku tak menyangka akan melakukan ini bersama Firsa. Akupun tak menyangka jika Firsa bersedia melakukan ini denganku.
"Mas...kita perlu segera ketemu Papaku. Ada ancaman lain terkait ancaman pemerkosaanku!!" ucap Firsa lembut. Ia duduk diatas pangkuanku. Tapi sekarang sudah memakai baju lengkap.
"Ok..kita akan kesana!"
Kalimatku yang acuh terlontar kembali.
"Iish..udah napa, ga usah pakai gaya-gaya kayak gitu. Hmmm orang udah abis sayang-sayangan kok gitu lagi!!
Firsa mencubit pinggangku. Aku tertawa lebar melihat sandiwaraku berhasil membuat ia sewot.
"Iyaa..iyaa.. maaf sayang. Setelah ini kita langsung ketemu papa kamu yah!!"
koreksi kata-kataku, Firsa langsung senang.
"Iya yuk berangkat!!" ajak Firsa mencoba berdiri dari pangkuanku, namun kutahan.
"Sek sek..Bentar!!" ucapku.
"Opoo maneh (Apa lagii)!!"
Firsa kembali duduk.
Mwuuuhh...kukecup lagi bibir Firsa. Ia pun meladeninya. Kembali kami saling memagut bibir dengan mesra.
"Mass..kita pacaran ya ini??" ucap Firsa setelah ciuman kami berhenti.
"Dorong (Belumm)..baru saling sayang. Aku belum nembak kamu kok ihh!!"
aku menggodanya, dijawab pipinya yang mengembung.
"Buruan nah!!" pinta Firsa tak sabar.
"Tar aja!!"
"Isshh nyebelin."
"Trus mas pikir sekarang ini kita ngapain??"
"Pacaran..hahaha..."
0 Komentar