Erangan Putri benar-benar membuat g4irah Agus semakin menjadi, lelaki itu terus menggempurnya dengan berbagai gaya demi kepuasan.
Peluh sudah membasahi tubuh polos keduanya, Putri ambruk diikuti Agus nafas mereka tak karuan akan adegan panas itu.
S3kali lagi Agus ******* bibir Putri sambil tangannya tak lepas bermain di dua gundukan kenyal itu.
"Aku mencintaimu..."
Putri hanya tersenyum karena kelelahan.
"Suatu saat nanti aku akan menikahimu membuat om Anton merestuinya..."
S3ketika raut wajah Putri berubah ia mengingat pernikahan dadakannya dengan Marchel. "Aku akan terus menyembunyikan hubungan ini sampai waktunya tiba.."
"Sampai kapan? bagaimana dengan suamimu itu? aku tidak mau jika dia menyentuh tubuhmu kau milikku!." Tegas Agus.
"Tenang saja aku hanya milikmu sayang, pernikahan ini akan ku ambil keuntungannya divisi keuangan papa aku yang pegang. Setelah berhasil ku kuasai, kita berdua pergi dan hidup bersama..." Lirih Putri mengedipkan matanya sambil mengelus benda pusaka Agus.
Lelaki itu memejamkan matanya akan sentuhan sang kekasih. "Kau nekat s3kali sayang..."
"Aku tak peduli mereka hanya orang tua angkatku..."
"Apa kau yakin tidak akan jatuh hati kepada suamimu itu? awas saja ingat diriku terus!.." Timpal Agus yang kembali menindih tubuh Putri.
"Tidak akan pernah sayang, lagian dia orangnya terlihat dingin..." Balas Putri yang mencium bibir Agus duluan.
"Oke..."
Keduanya kembali mengulang adegan panas penuh g4irah, tanpa memikirkan hal apapun yang menjadi penghalang penyatuan itu.
***
Pukul 05:00 pagi.
Putri mengendap memasuki rumah besar itu berharap tidak ada yang melihatnya.
"Darimana kamu?..." Tanya mama Nayla kebetulan dari dapur.
Putri sontak tersenyum menyeringai ke arahnya. "Tadi malam ada keperluan dengan rekan kantor ma aku tidak bisa menundanya."
"Bagaimana dengan Marchel kau meninggalkannya sendirian? Putri s3karang kau sudah bersuami jeda dulu pekerjaan!."
"Iya ma..." Jawab Putri sedikit kikuk.
Nayla menatap penampilan putrinya. "Kenapa baju kamu kusut kayak gitu?."
"Ah ini aku tidak sempat menyetrikanya karena buru-buru." Bohong Putri.
Nayla hanya manggut-manggut. "Baiklah..."
Setelah itu Putri memasuki kamar, di sana sudah terlihat Marchel duduk mengotak-ngatik handphone-nya dengan sebuah map di tangan. "Baru pulang?.."
"Iya maafkan aku..."
Tanpa berbicara lagi Marchel memberikan map itu kepada Putri, sontak saja Putri membacanya.
"Pernikahan ini hanya keinginan orang tua, setelah kerjasama proyek perusahaan usai dari kedua belah pihak, aku akan menceraikanmu. Di hadapan mereka kita harus berlagak layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai, apa kau paham nona Putri?." Ujar Marchel tanpa ekspresi.
"Tentu aku setuju..." Antusias Putri.
"Oke, aku sibuk dengan pekerjaanku setiap bulan aku akan kesini sebanyak 4 kali. Kau bebas melakukan apapun tetapi harus bersandiwara di depan orang tua!."
"Baiklah, tapi kau harus tetap menafkahiku sebagai istrimu!..."
"Hmmm..." Singkat Marchel.
Batin Putri begitu senang mendengarnya.
Mereka berdua menemui Nayla dan Anton, Marchel sendiri langsung berpamitan ia beralasan tidak membawa Putri karena Putri sendiri bekerja di perusahaan.
...***...
2 bulan berlalu...
Begitulah hubungan Marchel dan Putri mereka berhasil menjalaninya penuh sandiwara pura-pura saling mencintai di hadapan orang-orang.
Kebetulan hari ini Marchel pulang ke rumah keluarga Anton, mereka sedang makan bersama dengan khidmat.
"Ah iya Zelia sedang dalam perjalanan pulang menuju ke sini.." Mulai papa Anton ia terlihat bahagia.
"Wanita yang menolak dijodohkan denganku?." Batin Marchel namun ia tampak acuh kembali.
"BenMarchelh?." Tanya Putri yang sedikit tak suka.
"Tentu.." Jawab mama Nayla.
"Papa yang menyuruhnya untuk pulang, nak Marchel sendiri belum tahu kan adik ipar sendiri?." Tanya Anton.
"Belum.."
"Oke nanti kalian bertemu juga.."
Acara makan selesai, mereka menunggu kedatangan Zelia di ruang keluarga..
Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang berlari memasuki ruangan itu. "Mama! papa!...."
"Zelia...."
Zelia tanpa pikir panjang sontak berhambur ke pelukan Anton dan Nayla. "Rindu s3kali..."
"Kami juga sayang...." Balas keduanya.
Setelah puas pelukan pun terlepas. "Itu ada kakakmu dan suaminya.." Tunjuk Nayla.
Zelia mengikuti telunjuk mamanya, s3ketika senyumnya hilang saat bertatapan dengan lelaki yang tak asing bagi Zelia.
Marchel sendiri sedikit membulatkan matanya. "Jadi dia yang menolak dijodohkan denganku?..."
"Hah!!! lelaki ini? yang benar saja Marchel?..." Batin Zelia terkejut...
Selanjutnyaa ........
0 Komentar