"Aku berandai-andai jika dia orang yang dijodohkan denganku akan ku terima, ternyata ini benar. Tapi kak Putri yang menjadi istrinya.." Batin Zelia ia masih mematung mendapati itu. "Sudahlah kenapa kau memikirkannya, apa pedulimu?.."
"Kenapa bengong zel?, beri salam dia kakak iparmu.." Ujar papa Anton kepada putrinya.
"Oke.."
Zelia menghampiri Marchel yang duduk bersama Putri, tampak romantis s3kali pasangan suami istri itu. "Hallo kak aku Zelia adiknya kak Putri..." Ujarnya sambil mengulurkan tangan.
Marchel membalas uluran tangan itu. "Hallo adik..."
"Panggil Zelia saja aku sudah dewasa."
"Oke..."
Setelah itu Zelia duduk di samping papanya, tetapi mata Putrinya itu tak lepas menatap lekat Marchel dengan tatapan sedikit tajam.
"Zelia bakatmu dalam mendesain fashion benar-benar luar biasa, butikmu yang di kota diurus paman Zaka. Kamu kembali tinggal di sini dan bekerja sama dengan perusahaan papa juga om Saputra.." Ujar Anton.
Marchel membalas tatapan mata Zelia yang tampak mengintimidasi itu. "Gadis kecil apa kau menyesal telah menolakku?." Batinnya.
Zelia beralih menatap papanya. "Akan ku coba pa.."
"Baiklah.."
Putri memutar mata malas ia benar-benar tak suka dengan kehadiran adik iparnya itu, apalagi s3karang Zelia akan berkoordinasi dalam dua perusahaan besar. Ingin membantah tapi ia sendiri tidak berbakat dalam mendesain.
"Ah iya, Putri Marchel pernikahan kalian sudah berjalan dua bulan. Apa tidak kepikiran untuk memiliki keturunan?." Tanya mama Nayla.
Mereka bertiga menatap pasangan suami istri itu termasuk Zelia, Putri kikuk dengan pertanyaan mama Nayla sementara Marchel hanya diam.
"Untuk s3karang tidak dulu kita sibuk dengan pekerjaan, apalagi Marchel.." Ujar Putri.
Bagaimana bisa hamil? mereka melakukannya saja tidak. Jika Putri hamil pun itu bukan anak Marchel melainkan anak Agus yang selalu bercinta dengannya. Marchel sendiri tidak ada kemauan untuk membobol istrinya itu ia sibuk dengan pekerjaan.
"Apa tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kalian berdua?." Selidik Anton.
"Tidak.." Jawab singkat Marchel ia sontak mencium kening Putri, lalu keduanya tersenyum.
"Syukurlah..."
Melihat itu Zelia membuang nafas kasar, rasanya kesal s3kali entah kenapa.
"Zelia nanti juga Marchel akan berbicara denganmu tentang proyek dalam bidang fashion, papa tahu kamu bisa diandalkan.."
Zelia hanya manggut-manggut saja. "Alat-alatnya harus dipersiapkan aku tidak mau repot mencari dulu kesana-kemari.."
"Baiklah..." Balas Marchel.
"Oke...."
Zelia berdiri dari duduknya. "Semuanya aku mau istirahat dulu.."
"Iya Kai kamu pasti capek sayang..." Balas mama Nayla.
Zelia menaiki anak tangga ia menatap kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Putri. "Apa jika mereka berdua melakukannya akan terdengar?..." Batinnya menerawang jauh. "Haish, stop memikirkan mereka. Ada apa denganmu Kai?.." Setelah itu Zelia memasuki kamar.
"Nak Marchel apa kamu akan pulang s3karang?.." Tanya Anton.
"Sepertinya akan menginap di sini..."
"Tumben?.." Timpal mama Nayla.
"Haha baiklah..."
S3ketika wajah Putri pucat ia menatap wajah Marchel, Putri rencananya malam ini akan bertemu dengan Agus. Sebenarnya bukan itu yang ia khawatirkan, bagaimana jika Marchel meminta haknya lalu mengetahui jika kesuciannya sudah terenggut.
"Ini sudah malam mari kita istirahat.." Ucap Anton yang diangguki mereka.
Marchel menggandeng tangan Putri untuk memasuki kamar, s3kilas Marchel menatap kamar Zelia setelahnya ia melanjutkan langkah.
Sesampainya di kamar, barulah Marchel melepaskan genggaman.
Putri mematung perasaannya tak karuan, ia semakin dag dig dug saat Marchel membuka kaosnya. "Anu, apa kau akan meminta hakmu s3karang?."
Marchel menatap lama Putri ia merasakan jika wanita itu sedang cemas. "Bukankah wajar? selama dua bulan ini aku tidak memintanya..."
Putri meremas ujung baju kuat. "Bagaimana ini, aku tidak mau jika dia tahu kesucianku sudah hilang!!.." Batinnya.
0 Komentar