Silent rose part 2

 

Bab 2






-Private Meeting Room hotel yang sama, hari yang sama-








"Silahkan duduk Pak..." Astri mempersilahkan Pak Qadar dengan ramah untuk duduk di kursinya, sedikit centil Astri menuangkan dua gelas wine dan memberikan satu ke pak Qadar. Pak Qadar tersenyum, mengambil segelas wine dan tiba-tiba menyiramkannya ke kemeja merah muda Astri, Astri terpekik kaget.


"waduh... kemeja kamu basah... terpaksa harus dibuka tuh" seringai Pak Qadar mesum. Astri sebenarnya sebal dengan perlakuan orang tua itu, namun dia tersenyum, menahan rasa sebalnya sendiri.


"kalau minta dibuka pasti Astri buka kok pak... tapi entar selesai bapak periksa dokumen-dokumen itu..." goda Astri sambil menunjuk dokumen yang tertata rapi di meja. Pak Qadar melirik dokumen itu, lalu membukanya. Tidak berapa lama kemudian dia terdiam dan meraba-raba saku jasnya seolah mencari sesuatu.


"ada apa pak?" tanya Astri keheranan melihat tingkah orang tua botak itu. Pak Qadar tidak menjawab, dia berdiri dan melepaskan jasnya, ditepuk-tepuk lalu dilemparkannya ke sofa sambil kembali meraba-raba kantung kemejanya sendiri.


"ada yang hilang pak?" tanya Astri sambil mencoba bersikap semanis mungkin. Pak Qadar kembali duduk.


"waduh saya lupa kacamata baca saya... ini tulisan-tulisan kecil disini saya tidak bisa baca.." ujar pak Qadar kemudian.


"biar saya bantu bacakan pak" Astri menawarkan bantuan.


"ya sudah sini kamu duduk di pangkuan saya" jawab Pak Qadar ringan.






Sebenarnya bukan itu maksud Astri, dia hanya ingin membantu membaca tanpa harus duduk di pangkuan si tua mesum ini, tapi bagaimanapun sudah jadi keharusan bagi dia, sesuai perjanjiannya dengan Pak Anjar, dia disewa untuk melayani Pak Qadar dalam satu ronde, apalagi menurut Pak Anjar, Qadar mengalami ejakulasi dini,






"paling lama 5 menit udah nyemprot" begitu kata Pak Anjar.






Astri bergerak pelan mendekati Pak Qadar, pelan-pelan dia berusaha duduk, namun si tua mesum ini benar-benar tidak sabaran, dengan kasar ia menarik Astri duduk di pangkuannya, membuat Astri memekik sekali lagi. Si tua mesum itu langsung memeluk tubuh langsing Astri dan meremas kedua buah dada Astri yang membusung.






"Ah! Pak... dokumennya dulu.." Astri berusaha mengarahkan Pak Qadar namun dia tidak berontak.


"kan sudah saya bilang, kemejamu basah harus dibuka..." celoteh Pak Qadar sambil tangannya mempreteli kancing kemeja gadis manis itu.






Astri tidak melawan, bahkan saat Pak Qadar menciumi leher jenjangnya Astri hanya mengeluarkan desisan menggoda, meski sulit, dia mencoba menikmati perlakuan si tua mesum ini. Kancing demi kancing lepas dari tempatnya, Pak Qadar segera melolosi kemeja Astri dari tubuh sang gadis manis ini, Astri mengangkat tangannya sedikit agar kemeja itu cepat lolos dari tubuhnya, Pak Qadar tersenyum melihat Astri yang mengenakan bra dengan kancing di depan, memudahkan jari jemari si tua mesum itu untuk melepaskan kancing bra Astri, buah dada Astri yang berukuran 34 C itu membusung kenyal dan segera menjadi bulan-bulanan tangan Pak Qadar.






"Ssshh... eenggh..." Astri melenguh manja mencoba menikmati remasan kasar Pak Qadar yang diluar perkiraannya, justru seperti remasan penuh nafsu bocah remaja, seharusnya Pak tua ini lebih berpengalaman, omel Astri dalam hatinya.






Dengan sengaja Astri meliukkan tubuhnya dan sedikit menggeser pantat sexynya, membuat penis Pak Qadar yang masih tertutup celana itu serasa seperti dipijat, namun hal ini buru-buru ditahan Pak Qadar, sepertinya Pak Qadar takut ejakulasi sebelum mencoblos vagina dara muda ini. Menyadari itu, Astri tertawa geli dalam hati.






"ah! Ini lawan main yang enteng" gumamnya dalam hati. "umur aja tua, tapi kemampuan kayak bocah!" pikirnya lagi.






Astri mengerjit sedikit jijik saat bibir pak Qadar memaksanya menerima ciuman-ciuman penuh ludah. Seolah anak kecil kehausan, lidah pak Qadar menjelajah seluruh rongga mulut Astri, Astri memejamkan mata dan berusaha mengimbangi lidah liar Pak Qadar, namun begitu Astri bisa mengimbanginya, lagi-lagi Pak Qadar menghentikan ciumannya dan langsung bermain di sasaran barunya ; dua bukit kenikmatan Astri.






"Aaaahhhh.....ouuhh..ssshhh..." Astri mendesah nikmat saat Pak Qadar melumat buah dadanya, lidah pak Qadar menyapu puting susunya, sesekali menghisapnya kasar, membuat Astri sedikit menggelinjang keenakan. Paling tidak hisapan orang tua mesum ini tidak seburuk penampilannya. Astri mengejan menikmati cumbuan Pak Qadar di kedua buah dadanya bergantian.


"Enggghhh.... OOHHH!!" Astri makin merintih saat dengan kasarnya Pak Qadar menyusupkan tangannya ke balik rok dan celana dalam Astri, jari pak tua mesum ini langsung masuk ke dalam vaginanya, Astri meringis menahan pedih akibat perlakuan kasar Pak Qadar, sebenarnya ingin marah, tapi dia bukan pada posisi yang berhak untuk marah.


"sabar Astri... cuman 5 menit aja kok.." gumamnya menenangkan hatinya sendiri.


"Ohh... ngghh.... ahh.. ah! Ah!.." Astri mulai menikmati kocokan jari Pak Qadar pada vaginanya, rasa pedihnya sudah hilang, vagina Astri mulai merespon Pak Qadar dengan mengeluarkan cairan-cairan pelumas.






Si Tua Mesum ini mengocok jarinya semakin kencang dengan nafasnya yang makin menggebu. Astri meliuk-liuk di pangkuan pak Qadar. Tiba-tiba, seolah sadar akan sesuatu, Pak Qadar menghentikan aktivitasnya dan memindahkan tubuh Astri ke samping, Astri yang sudah terangsang berat sedikit terkejut saat Pak Qadar mencabut jarinya. Pak Qadar bangun dari duduknya dan melolosi celana dalam Astri setelah sebelumnya menggulung rok mini Astri ke atas. Selanjutnya, dia membuka celananya sendiri. Penis keriput Pak Qadar tampak kaku dan keras, ukurannya tidak besar, tidak sebanding dengan perut buncitnya. Tanpa banyak bicara, Pak Qadar segera menindih tubuh Astri, dia menjatuhkan seluruh tubuhnya ke Astri, membuat Astri merasa sedikit terbebani, dengan nafas yang memburu, Pak Qadar mengarahkan penisnya ke bibir kenikmatan Astri, Astri membuka sedikit kakinya untuk memudahkan pak tua ini memasuki tubuhnya.






"Enggghh... Muantepp... memekmu enaaakk..." ceracau Pak Qadar saat penisnya membelah liang kenikmatan sang gadis. Astri melenguh pelan merasakan benda tumpul memasuki dirinya, vaginanya mecengkeram erat benda itu. Pak Qadar mendiamkan penisnya sejenak menikmati jepitan penuh kenikmatan dari vagina Astri. Meski basah, cairan pelumas di vagina Astri belum cukup banyak, sehingga masih terasa sedikit perih.






Setelah dirasa cukup, Pak Qadar melingkarkan tangannya ke punggung sampai ke pantat sexy Astri dan menggerakkan penisnya.






"hhhhe....ssshh...oohhh..ngghh..." Astri mendesah sexy menikati penis si tua mesum yang merojok vaginanya dengan teratur.






Permainan Pak Qadar tidak kasar, orang tua mesum itu bermain pelan sambil menikmati tiap senti dinding vagina Astri. Dalam hati, Astri memuji permainan lembut si tua mesum ini. Dan beberapa genjotan kemudian si tua mesum ini mengejang, penisnya berdenyut dan menumpahkan isinya ke dalam vagina Astri. Astri memekik kaget saat tiba-tiba isi vaginanya terasa hangat, bukan.... bukan kaget karena banyaknya sperma atau kuatnya semprotan sang kakek, tapi kaget karena dia baru menikmati permainan ini dan tidak menyangka Pak Qadar akan keluar secepat itu. Tapi dalam hati Astri bersyukur dia tidak harus susah-payah meladeni laki-laki yang sebenarnya masuk kategori “tak pantas menikmati lubang kenikmatannya”.




Pak Qadar segera bangun dan membersihkan penisnya dengan tissue lalu mengenakan pakaiannya kembali. Astri beranjak bangkit menuju kamar mandi kecil di sudut ruangan untuk membersihkan sperma pak tua mesum itu di vaginanya. Setelah keduanya rapi Astri menanyakan perihal dokumen perjanjian bisnis antar pak Anjar dan Pak Qadar yang seharusnya menjadi topik meeting kali ini. Pak Qadar tersenyum jelek.




"tunggu disini sebentar ya?" ujarnya sambil beranjak menuju pintu. Tak lama kemudian Pak Qadar masuk bersama seorang yang juga seumur pak Qadar. "ini Darto, ketua para bodyguard saya" Pak Qadar menjelaskan. "sekaligus asisten saya" tambahnya.






Astri bersikap ramah dengan berdiri dan menjabat tangan Darto, Darto seumuran dengan Pak Qadar, namun badannya lebih kurus dari Pak Qadar, rambut panjangnya memutih, lebih cocok disebut tukang bajaj dibandingkan Asisten pribadi. Darto menerima jabatan tangan Astri, dan tidak segera melepaskannya, jari tengah Darto malah bermain menggelitik telapak tangan Astri.






"mulus banget tangannya... pasti kocokannya halus yah bos?" celoteh Darto, membuat Astri risih dan buru-buru menarik tangannya kembali.






Pak Qadar tertawa ringan. "Kau coba sendirilah!" ujarnya sambil membawa dokumen-dokumen yang ada di meja keluar ruangan.


"lho pak?" Astri terlihat bingung. Pak Qadar menghentikan langkahnya dan berbalik ke Astri.


"saya mau memeriksa dokumen dulu, kamu temani anak buah-anak buah saya ya?" ujarnya sambil tertawa dan melenggang.






Kata-kata Pak Qadar membuat Astri kaget setengah mati, dia sadar ini diluar perjanjiannya dengan Pak Anjar sebelumnya. Astri bergegas keluar ruangan, namun saat yang bersamaan, lima orang laki-laki bodyguard pak Qadar memasuki ruangan dan menahannya.






"oke... kita genjot semua lubang di cewek cantik satu ini!!" seru Darto riang diikuti riuh para anak buah Pak Qadar yang lain. Astri diseret ke sofa, dengan kasar Darto menarik robek kemeja Astri, tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menelanjangi Astri, dan tidak butuh waktu lama juga bagi Astri untuk merasakan sebuah penis memasuki lubang kenikmatannya.






Ruangan itu jadi saksi pembantaian Astri, bagaimana dia mengiba-iba, menjerit kesakitan saat sebuah penis dipaksa masuk ke saluran pembuangannya, yang belum penah dimasuki apapun hingga saat itu. Dan tak satupun orang di ruangan itu menyadari cahaya merah berkelap-kelip pelan di sudut atas ruangan, yang merekam semua kejadian disana dan meneruskan gambar video langsung ke sebuah laptop di sebuah kamar hotel, tepat diatas ruangan meeting itu. Ian memandangi rekaman itu tanpa ekspresi, dia tahu, meski dia merasa iba pada Astri, melakukan sesuatu yang berpotensi menggagalkan Casenya bukanlah tindakan yang bijak dan bisa ditoleransi. Untuk mengambil sebuah nyawa, tentu nyawa sendiri menjadi taruhannya. Ian menekan tombol stop n save untuk menyimpan rekaman itu ke hard-disk laptopnya dan mematikan alat perekam dengan remote jarak jauhnya. Bukti kebejatan sang Pahlawan Kemanusiaan terbaru sudah dia dapatkan.




Kini waktunya mengalirkan warna merah untuk sang mawar. Dengan sigap ian membereskan semua perlengkapan yang dia gunakan selama ini, membiarkan seragam karyawan hotel yang digunakannya untuk penyamaran tergeletak begitu saja di kamarnya, mengenakan T-shirt putih bermerek Q-Touch dibalik jaket merahnya dia bergegas menuju tempat parkir untuk mengambil sepeda motornya. Cukup lama dia tertahan di palang pintu parkir di samping pos jaga yang tidak segera dibuka oleh satpam yang bertugas.






"jangaan.... jang...Nggghh!!" sayup-sayup terdengar suara jeritan wanita dari dalam pos jaga ketika seorang satpam tua tergopoh-gopoh membuka pos jaga lalu berlari ke arahnya.




Suara itu mungkin nyaris tak terdengar orang biasa, tapi tidak bagi ian yang sudah terlatih, seluruh indera ian sudah sangat terlatih hingga nyaris tak ada suara sekecil apapun yang luput dari perhatiannya. Ian tetap memasang wajah tanpa ekspresi dan bersikap seolah tak mendengar apapun saat satpam tua itu mendekat, seragam satpamnya basah karena keringat, rambut putihnya juga acak-acakan dan nafasnya masih tersengal-sengal, seragamnya kusut dan yang juga tidak luput dari perhatian ian, resleting celana sang satpam itu setengah terpasang.






"maklum panas, pintu pos jaga juga sedikit macet" satpam itu beralibi, ian hanya tersenyum santai sambi menyerahkan karcis parkirnya dan STNK.


"nanti saya kembali lagi" ujar ian tenang, satpam tua itu hanya mengangguk.






Masih terdengar rintihan dan desahan berbaur dengan isak tangis dari dalam pos jaga saat ian memacu motornya meninggalkan tempat parkir itu. Ian bukan tidak tahu siapa gadis di dalam, dia menyadap semua kamera keamanan di hotel itu, dan tindak tanduk tiga satpam yang berjaga hari itu terekam jelas di dalamnya.






"untung kalian bukan targetku" ujar Ian dalam hati. "urusan kalian nanti dengan kepolisian, sama dengan anak buah Qadar" tambahnya.






Ian menghentikan laju motornya di sebuah tikungan tajam yang pagarnya rusak dan belum diperbaiki. Hati-hati dia meletakkan sekaleng oli di tepi jalan, jalan itu jarang sekali dilalui kendaraan. Di sisi tikungan itu adalah bukit, sedang di sisi lainnya adalah jurang, di bawah jurang itu terdapat rumpun bambu yang sudah tidak tumbuh lagi akibat kekeringan. Penduduk setempat memotong dahan bambu itu agar tidak menghalangi sinar matahari yang masuk ke sebagian kawasan pemukiman kumuh di lembah bawahnya. Dengan tali yang diikatkan pada tiang lampu tepi jalan ian turun ke bawah, mengamati dahan-dahan bambu kering itu beberapa saat lamanya sambil sesekali mendongakkan kepala ke jalan diatasnya. Setelah diam beberapa saat, ian menebas beberapa dahan bambu secara diagonal hingga terdapat sisi tajam di bagian atasnya. Setelah itu, Ian naik kembali ke atas dan memacu motornya ke sebuah pondok bambu di atas bukit.






"NGGGHHH!!! Jang...NGAAAANNN!!!" Astri menjerit saat Boshwa dan Amang melakukan double penetrasi pada dirinya.






Tubuhnya menegang sesaat sebelum terlonjak-lonjak mengikuti genjotan kasar Boshwa dan Amang. Vaginanya terasa panas dan perih saat penis Amang tanpa ampun melesak menggesek bibir-bibir vaginanya, sedang saluran pembuangannya terasa penuh oleh rojokan penis Boshwa. Untung bagi Astri, Boshwa dan Amang tidak lama melakukan double penetrasi, mereka berdua mengisi tubuh Astri dengan sperma dalam waktu yang nyaris bersamaan, namun keduanya memasukka seluruh batang kejantanan mereka di kedua lubang Astri saat berejakulasi, membuat mata Astri terbelalak dengan mulut menganga yang tidak mengeluarkan suara. Boshwa dan Amang adalah yang terakhir, sesaat setelah mereka berdua selesai,




Pak Qadar memerintahkan semua anak buahnya untuk mengawalnya meninggalkan hotel, sambil tertawa puas mereka meninggalkan Astri yang terkulai lemas di lantai ruangan. Wajahnya melukiskan apa yang baru saja dialaminya, adalah pengalaman seksual paling terburuk yang pernah dialaminya.




Ketiga satpam hotel itu belum puas dengan Misha saat rombongan mobil Pak Qadar meninggalkan lahan parkir. Tejo yang membukakan palang pintu. Mereka yang di dalam mobil tentu tidak mengetahui bahwa di dalam pos jaga, Seorang gadis cantik sedang didoggy oleh seorang office boy yang tanpa sengaja memergoki para satpam itu sedang menggarap Misha.




Ian menyalakan rokok berstempel Silent Rose-nya sambil sesekali melirik ke jam tangan digitalnya. Sebentar lagi rombongan itu akan sampai di tikungan tempatnya meninggalkan sekaleng oli. Jarang ada yang melalui jalan itu, namun dia tahu, rombongan Pak Qadar pasti melewati jalan itu untuk menghindari sorotan publik.




Dan perhitungannya tepat, pelacak kecil berupa jarum yang ia tusukkan ke jas yang dikenakan Pak Qadar juga yang ia masukkan ke saku bodyguard Pak Qadar saat dia menerima pukulan tadi menunjukkan kalau mereka melalui jalan itu. Ian bersiap pada sniper riffle keluaran Jerman milik Ayahnya. Dengan cermat dia membidik ke kaleng oli yang ia tinggalkan di tepi jalan aspal itu, menunggu beberapa saat dan..




ZZHHPPHH!! ZHHPPHH!!.




Dua tembakan ia lepaskan, tembakan pertama membuat kaleng terlempar ke tengah jalan dan menumpahkan isinya ke jalan, tembakan kedua mengenai sisi kaleng dan merubah arah jatuh kaleng tersebut. Kaleng oli itu lenyap ke bawah tebing. Tidak samai 2 menit kemudian sebuah SUV hitam diapit oleh dua mobil van hitam melewati jalan itu. Disinilah latihan yang ditempa ian selama bertahun-tahun dibuktikan, kredibilitas sebagai Silent Rose dipertanyakan. Untuk melewati tikungan yang cukup tajam, mobil-mobil itu harus melambat beberapa saat dan itulah saat-saat bagi Silent Rose. Ian terlihat tanpa ekspresi, pandangan matanya fokus pada satu titik...




ZHHHPPHH!!!




Satu tembakan dilepaskan ian ke arah roda depan sebelah kiri SUV hitam itu tepat setelah roda itu terlumuri oleh oli.




DUARR!!KRIEEEETTTTT!!!




Sepersekian detik kemudian terdengar suara ban yang meledak akibat perbedaan tekanan udara dan panas akibat gesekan dengan aspal, oli membuat roda itu tergelincir, oleng kehilangan keseimbangan, suara decitan rem akibat sang sopir panik terdengar menyayat keheningan sekitar. Bagian belaang mobil SUV itu sempat tergeser sebelum akhirnya menabrak pagar pembatas yang telah rusak dan jatuh bebas ke jurang disampingnya.




Ian mengemasi senjatanya dan memacu motornya, mengambil rute memutar yang cukup jauh untuk membereskan sisa-sisa alat perekam di hotel tadi.




Tidak perlu waktu lama bagi media untuk meliput berita besar itu, Surat kabar-surat kabar menuliskan besar-besar di halaman utamanya dengan tulisan "KECELAKAAN MAUT MENIMPA PAHLAWAN KEMANUSIAAN", "INDONESIA KEHILANGAN PAHLAWAN KEMANUSIAAN", "PRESIDEN MENYATAKAN BERBELA SUNGKAWA TERHADAP MENINGGALNYA SANG PAHLAWAN KEMANUSIAAN" hingga "ORMAS MENGUSULKAN HARI INI SEBAGAI HARI KEMANUSIAAN INDONESIA". Ian membacanya dengan sinis.








BERSAMBUNG 



Report content on this page

Posting Komentar

0 Komentar