Duduk di depan meja rias, Dina menyisir rambutnya dengan rapi. Ibu muda yang jelita itu menatap muram refleksi dirinya di dalam cermin. Dina tidak mempercayai nasib buruk yang telah dialaminya selama beberapa hari terakhir. Dina masih tetap cantik, masih tetap seksi, masih tetap molek dan masih tetap menggairahkan mata setiap orang yang menatapnya. Akan tetapi predikat istri setia dan ibu yang baik sudah jauh meninggalkan dirinya. Dina yang sekarang bukan lagi Dina yang lugu dan suci. Sudah dua kali Dina yang sebelumnya tidak pernah disentuh pria lain itu bermain api dengan Pak Pramono, atasan suaminya sendiri. Walaupun baru sekali disetubuhi, tetap saja Dina merasa sangat kotor, apalagi saat dengan kesadaran sendiri datang ke hotel yang diinginkan Pak Pram untuk melayaninya menuntaskan hasrat beroral seks.
Pernikahannya dengan Anton seakan lenyap terbakar hawa nafsu birahi yang menyala. Dina malu mengakui nikmat yang dirasakan saat disetubuhi laki-laki selain suaminya sendiri. Walaupun awalnya terpaksa melayani Pak Pramono agar keluarganya selamat dari malapetaka, namun kenikmatan luar biasa yang dirasakan Dina saat melakukan affair dengan Pak Pram tetaplah tidak bisa disembunyikan begitu saja.
Berawal dari sebuah ancaman akan memenjarakan Anton dan menyita seluruh harta mereka, Pak Pram kini menguasai seutuhnya jalan hidup ibu rumah tangga dua anak itu. Dina takluk pada semua perintahnya termasuk menjadi budak seks pribadi Pak Pramono. Apa yang akan terjadi seandainya Anton mengetahui semua kejadian ini? Tentunya dia akan langsung menceraikan Dina begitu tahu istrinya telah ditiduri Pak Pramono. Dina bahkan sangat malu berhadapan dengan adik-adiknya seperti Alya dan Lidya. Sebisa mungkin mereka tidak terlibat dalam masalah ini.
Seandainya saja Dina mampu menolak setiap keinginan Pak Pramono, dia akan melakukannya. Tapi tiap kali pria tua berwajah garang dan berperawakan gagah itu menyentuh dirinya, Dina seperti takluk pada semua perintahnya. Dina juga sangat khawatir dengan aksi Pak Pram yang tidak menggunakan alat pengaman apapun saat menyetubuhinya. Apa yang akan terjadi nanti seandainya Pak Pram menghamilinya? Bagaimana mungkin istri yang tadinya setia dan sangat alim itu terjatuh ke dalam jurang kenistaan dan berubah menjadi pekerja seks privat untuk Pak Pramono?
Tanpa sadar, Dina menyelipkan jari jemarinya ke selangkangan saat membayangkan apa yang telah dilakukannya dengan Pak Pramono. Jari jemari lentik ibu cantik itu masuk ke dalam celana dalam dan menggosok lembut daerah bibir kemaluannya. Lama kelamaan jari itu masuk ke dalam liang cinta Dina. Wanita jelita itu tenggelam dalam masturbasi sambil membayangkan sosok pria yang lebih pantas menjadi ayahnya yaitu Pak Pramono sedang menyetubuhinya dengan penuh nafsu.
Inikah sosok istri yang tadinya setia itu?
.Telegram : @cerita_dewasaa
Pak Bejo mulai memompa penisnya dalam-dalam di memek Alya. Kenikmatan bersetubuh dengan Pak Bejo yang pernah dirasakan oleh Alya saat diperkosa pria tua ini kembali terulang. Pandangan mata Alya mengabur karena kenikmatan luar biasa yang ia rasakan. Tubuhnya menjadi lemas dan kepalanya ia sandarkan pada tubuh Pak Bejo. Mulut Alya menganga keenakan dan rahangnya mengeras saat si cantik itu akhirnya menyerah pada kenikmatan yang diberikan Pak Bejo.
“Uh! Uh! Uh! Uh!” lenguh Alya pasrah saat pria tua itu menyetubuhinya.
Pak Bejo meremas susu Alya yang montok dan menjilatinya dengan lidah. Dia melakukannya dengan sedikit kasar karena gemas oleh keindahan payudara Alya. Ibu rumah tangga yang cantik itu menarik nafas dalam-dalam karena bibir Pak Bejo yang besar seakan memoles seluruh buah dadanya dengan air liur. Jilatan Pak Bejo mengitari pentil Alya yang mengeras dan sekali dua kali dia menggigit ujungnya dengan lembut.
“Aaaaaaaahh!!” Alya menjerit karena sensasi yang ia rasakan. Sakit yang ia rasakan berasal dari selangkangannya berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Memek Alya yang ditembusi penis Pak Bejo berulang-ulang akhirnya mengeluarkan cairan cinta yang langsung membanjir. Rasa malu dan puas bercampur menjadi satu sehingga wajah Alya memerah.
Pak Bejo melepas buah dada Alya dan menangkup pipi pantatnya yang bulat mulus. Alya melenguh saat Pak Bejo meremas dan memilin bokongnya yang halus dengan tangannya yang kuat. Penis Pak Bejo masih keluar masuk ke dalam memek Alya yang hangat dan becek. Pinggang Pak Bejo berulang kali bertamparan dengan paha mulus Alya. Karena dilepas oleh Pak Bejo, payudara Alya yang besar bergoyang-goyang erotis seiring gerakan maju mundur pria tua itu.
“Ah! Ah! Ah! Ah!” Alya terengah-engah tiap kali kontol Pak Bejo menerobos ke dalam liang cintanya yang hangat dan basah. Pria tua itu menyetubuhi Alya dengan kecepatan yang makin lama makin meningkat. Seiring makin cepatnya Pak Bejo mengentoti Alya, makin bertambah pula kepuasan mereka hingga hampir sampai ke puncak. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh telanjang Alya yang putih mulus. Pak Bejo meringis menahan kekuatan dan giginya terkatup kuat-kuat.
“Huh! Hh! Huh! Hh!” Alya melenguh berulang, tubuhnya bergerak seiring desakan penis Pak Bejo dalam rahimnya.
“Ayo… Hunggh!! Kita… buatkan… Opi… adik baru…!! Huhnggh! Mbak Alya!!” kata Pak Bejo. Wajahnya yang berkeriput penuh keringat dan nampak cerah karena bisa menyetubuhi wanita idamannya.
Pak Bejo meraih ke belakang kepala Alya dan menarik rambut panjangnya. Ia mendekatkan wajah Alya ke wajahnya sendiri dan mulai menangkup bibir Alya dengan bibirnya. Bibirnya yang tebal mengelus-elus bibir Alya hingga basah kuyup oleh air ludah. Lidahnya yang panjang juga bergerak menyusur seluruh bagian dalam mulut Alya. Mata indah Alya terbelalak karena hampir tersedak.
“Hngghh!!” Alya melenguh parau. Pak Bejo melepaskan ciumannya.
“Bersiaplah menerima… uh! …spermaku…, manis!!” Pak Bejo meraung dan mengatupkan mata saat dia hampir mencapai titik puncak kepuasan. Tangannya mencengkeram bulat pantat Alya, melebarkan bibir memek istri Hendra itu agar bisa menerima penisnya yang besar.
“Engh! Engh! Engh! Huff! Ahhh!! Ahmm!!” Alya mengeluarkan lenguhan berirama tiap kali Pak Bejo melesakkan penisnya ke dalam vagina Alya. Ibu rumah tangga yang sintal itu tidak bisa mengumpulkan pikirannya dan berkonsentrasi, dia hanya mengikuti gerakan Pak Bejo. Alya telah dibuai kenikmatan sehingga tidak bisa berpikir apalagi mengucapkan kata-kata. Tubuhnya mental-mental dalam pelukan Pak Bejo. Alya melemparkan kepalanya ke belakang dan menyerah pada rasa nikmat yang ia rasakan di daerah selangkangan. Entah kenapa dia ingin sekali merasakan kehangatan sperma Pak Bejo di dalam liang cintanya. Dia ingin laki-laki tua itu segera menuntaskan permainannya.
“Hah! Hah! Hah! Hah!.” Pak Bejo melenguh penuh nikmat. Ia menarik pinggangnya ke belakang untuk menyiapkan satu tusukan akhir ke vagina Alya.
“Huuuuuuuuuuuunnngggghh!!.” raung pria tua saat akhirnya ia melesakkan penisnya dalam-dalam. “Hunngghh!! Hunghhh!! Engghhh!! Hahhhh!!.” Pak Bejo menggeram keenakan saat pinggangnya menampar paha Alya dan memuncratkan banjir air mani dalam liang kemaluan ibu muda yang seksi itu.
Alya bisa merasakan semprotan air mani yang hangat dan lengket di dalam rahimnya. Sensasi yang ia rasakan membuatnya sampai ke ujung kenikmatan. Kepalanya dilempar ke belakang, rambutnya melambai di udara dan Alyapun berteriak penuh kepuasan. “Ahhhhhhhh!!”. Seluruh sudut tubuhnya mengeras untuk sesaat dan kemudian orgasme pun meledak dalam tubuhnya. Tak pernah sebelumnya saat bermain cinta dengan Hendra Alya memperoleh kepuasan seksual seperti sekarang. Walaupun dalam hati Alya lebih baik mati daripada mengakui kenikmatan ini.
“Fuhh… fuhh… fuh…” Alya terengah-engah usai mengalami orgasme dan melayani nafsu iblis Pak Bejo. Pria tua itu segera menarik penisnya dari dalam vagina Alya.
Tubuh telanjang Alya tergolek tak berdaya dan air mani meleleh keluar dari dalam memeknya.
Pak Bejo masih belum selesai. Pria tua itu meringis bengis dan bersiap lagi.
Dia menginginkan lubang Alya yang lain.
Telegram : @cerita_dewasaa
Jam dinding sudah menunjukkan angka melebihi tengah malam saat Lidya mendengar pintu depan terbuka. Lidya yang kelelahan tertidur di sofa di depan pesawat televisi setelah menonton acara hiburan malam. Karena masih mengantuk, Lidya sedikit lambat bangun dari sofa dan lupa menghindari pertemuan dengan ayah mertuanya. Pria gemuk dan botak itu langsung mencari menantunya yang molek. Pak Hasan berhasil meraih lengan Lidya dan membungkukkan badan Lidya di dekat anak tangga menuju ke lantai atas sebelum si cantik itu berhasil lari ke kamar atas.
“Bapak! Apa yang bapak lakukan!? Aku tidak mau melakukannya lagi! Ini nista! Zina!” Lidya menjerit dan meronta mencoba melepaskan diri dari pelukan mertuanya.
“Percuma kamu menjerit. Di rumah ini cuma ada kamu dan aku, toh?”
Lidya mencoba meronta lebih keras lagi namun gagal, semua usahanya sia-sia. Dengan sekali sentak, Pak Hasan menarik tubuh Lidya dan melemparnya ke atas bantalan empuk bagian belakang sofa yang berada di dekat mereka. Tubuh Lidya melayang dan mendarat hanya bertumpukan perut yang sekarang berada di atas bagian sandaran empuk sofa. Wanita cantik itu tersentak dan hampir muntah.
Dengan cekatan Pak Hasan melucuti kaos santai yang dikenakan menantunya. Mertua yang sudah gelap mata itu sekaligus menarik BH yang dikenakan Lidya dan menggunakannya untuk mengikat tangannya. Kecepatannya menarik BH dan kaos cukup membuat Lidya kagum sesaat, seakan-akan pria tua itu sudah sering melakukan hal ini sebelumnya. Pak Hasan menarik rok pendek yang dikenakan Lidya ke pinggang dan dengan kasar melucuti celana dalamnya.
Lidya berusaha keras menendang ayah mertuanya, tapi karena posisinya yang kurang pas, Pak Hasan bisa menghindar. Setelah seluruh tubuh Lidya terekspos, Pak Hasan dengan leluasa bergerak bebas. Ia segera menampar pipi pantat Lidya dengan sekeras mungkin. Lidya menjerit kesakitan. Sayang, hal itu malah menambah semangat Pak Hasan yang kemudian tertawa terbahak-bahak dan mengulangi tamparannya beberapa kali lagi. Saat ia puas melakukannya, pantat Lidya memerah karena sakit dan istri Andi yang seksi itu hanya bisa sesunggukan menahan air mata. Pak Hasan menarik rambut Lidya dan membalik kepalanya sehingga mereka bisa saling berhadapan.
“Itu hukuman buat menantu nakal yang menghindari ayah mertuanya yang sudah kangen. Jangan pernah lari dariku lagi! Mengerti? Sekarang coba tebak apa yang bapak bakal lakukan sama kamu?” Pak Hasan tertawa terbahak-bahak melihat wajah Lidya yang memelas dan bersimbah air mata. “Bapak bakal entotin kamu sampai kamu tidak bisa berdiri tegak lagi!”
Setelah mengatakan itu, Pak Hasan melepaskan jambakannya pada rambut Lidya dan merenggangkan kedua kakinya melebar. Dia kini memiliki akses penuh ke memek Lidya yang sudah menantang. Pria tua menggunakan jempol tangannya untuk membuka lebar-lebar bibir vagina Lidya. Pak Hasan segera membuka celananya dan seketika penisnya yang ternyata sudah mengeras keluar dari sarang. Tanpa basa-basi lagi, Pak Hasan menekan penisnya ke dalam vagina Lidya dengan satu sentakan yang sangat menyakitkan Lidya.
Wanita cantik itu menjerit kesakitan dan berusaha keras melepaskan diri dari mertuanya, tapi usahanya gagal. Pak Hasan menarik penisnya dan kembali dia sentakkan ke dalam memek Lidya keras-keras. Lidya kembali menjerit kesakitan karena liang rahimnya belum terlumas secara menyeluruh, sehingga penetrasi yang dilakukan Pak Hasan membuatnya sangat kesakitan. Pak Hasan kembali tertawa terbahak-bahak melihat menantunya menjerit-jerit tanpa daya.
Tangan Pak Hasan mencoba meraih buah dada Lidya yang bergelantungan. Setelah mendapatkan yang dicari, tangan gemuk Pak Hasan mulai meremas-remas serta memilin payudara Lidya seiring gerakan penisnya yang keluar masuk di liang cinta sang menantu. Lidya menangis dan terus memohon pada Pak Hasan agar menghentikan perbuatannya, tapi yang dilakukan mertuanya yang gila itu malah terus menjejalkan kontolnya ke dalam vagina Lidya. Sempitnya liang cinta sang menantu membuat Pak Hasan serasa terbang ke langit nirwana.
Kemudian saat-saat yang ditakutkan Lidya akhirnya datang juga. Wanita cantik bertubuh indah mulai merasakan kenikmatan merambat naik ke seluruh penjuru badan. Mulai dari rangsangan Pak Hasan yang meremas-remas payudaranya sampai kecepatan penis sang mertua yang masih terus keluar masuk lubang vaginanya. Entah kenapa Lidya mulai menikmati perlakuan seperti ini. Rasa takut dan bersalah yang ada di benak Lidya bertarung dengan rasa nikmat yang melanda seluruh tubuhnya. Ada kenikmatan unik yang bercampur antara rasa sakit dan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh sang ayah mertua. Istri Andi itu makin kebingungan saat Pak Hasan akhirnya menyemprotkan maninya ke dalam liang rahim Lidya. Dia bingung karena entah harus merasa lega atau malah kecewa.
Tubuh Pak Hasan menegang dan sesaat kemudian penisnya mengecil. Dengan diiringi suara meletup yang nyaring, mertua Lidya itu menarik kontolnya dari memek sang menantu.
Lidya berbaring di atas sofa dengan perasaan campur aduk. Dia merasa lelah dan malu. Lidya merasakan sentakan kecil dalam tubuhnya, hampir saja si cantik itu mencapai puncak kenikmatan. Pak Hasan berjalan mengitari sofa menuju ke arah Lidya. Sekali lagi mertua cabul itu menjambak rambut Lidya dan menarik kepalanya. Dengan terpaksa Lidya duduk di sofa sementara Pak Hasan berdiri. Kepala Lidya tepat berada di depan selangkangan Pak Hasan.
“Bersihkan kontolku.” Perintah sang mertua.
“Apa?!.” seru Lidya heran. Dia tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Walaupun sudah mulai mengecil, tapi penis Pak Hasan itu masih cukup keras dan belepotan air mani. Tangan Lidya masih terikat oleh kaos dan Bhnya sendiri sehingga dia tidak bisa banyak bergerak.
“Jilati kontolku sampai bersih, Nduk. Cuma gitu aja kok repot? Lebih baik cepat kau lakukan apa yang aku suruh sebelum sebagian pejuhku menetes di sofamu yang mahal itu dan menimbulkan noda! Kalau tidak mau, akan kuhajar kau malam ini juga!”
Karena rasa takut yang amat sangat, tidak ada jalan lain bagi Lidya kecuali menyerah. Sebagai pengantin baru, Lidya amat sering mengoral penis suaminya, tapi hal itu bukanlah hal yang menyenangkan. Dengan perasaan segan, istri yang tadinya setia itu mulai menjilat ujung kontol ayah mertuanya yang masih belepotan air mani. Lidya membersihkan kontol Pak Hasan dengan bibir dan lidahnya. Pria tua itu merem melek karena akhirnya sang menantu tuNduk di hadapannya. Perasaan nikmat karena disepong menyatu dengan pikiran erotis bahwa kontolnya sedang dijilati oleh menantunya sendiri yang luar biasa cantik dan seksi.
Penis itupun perlahan kembali mengeras. Pak Hasan menarik kepala Lidya dan menggerakkannya maju mundur. Menantunya yang cantik itu hampir kehabisan nafas dan tersedak karena penis Pak Hasan terus didesak masuk makin dalam. Lidya merintih dan mencoba menarik kepalanya, tapi Pak Hasan jauh lebih kuat darinya. Entah kenapa rintihan Lidya membuat Pak Hasan berhenti mengeluarmasukkan penisnya ke dalam mulut Lidya.
“Wah wah, sepertinya aku terlalu berlebihan ya, Nduk?” tanya Pak Hasan. “Untung kamu hentikan, soalnya kita belum selesai ngentotnya, toh?”
Sebelum Lidya mampu berpikir jernih tentang apa yang dikatakan mertuanya, pria gemuk dan botak itu menarik tubuh sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Di samping pesawat televisi. Perasaan sesak yang diderita Lidya menyebabkan tubuhnya lunglai dan lemas sehingga tidak mampu berdiri tegak. Hal ini dimanfaatkan Pak Hasan untuk melucuti seluruh pakaian menantunya hingga telanjang bulat. Pak Hasan sendiri juga melepas seluruh pakaian yang dikenakannya dengan cepat dan mendorong tubuh Lidya mepet kembali ke tembok.
Tiba-tiba Pak Hasan menampar Lidya. Lagi dan lagi. Dengan kasar Pak Hasan menampar Lidya berulang-ulang kali. Lidya menjerit-jerit kesakitan dan mohon ampun. Airmatanya mengalir deras. Akhirnya Pak Hasan menghentikan siksaannya.
“Jadi begini situasinya, Nduk.” Bisik Pak Hasan galak. Wajahnya sangat dekat dengan Lidya sehingga wanita jelita itu bisa merasakan hembusan nafas penuh nafsu Pak Hasan di pipinya. “Aku masih terangsang dan pengen menyetubuhimu lagi malam ini. Hanya saja karena aku baru saja orgasme, tentunya kali ini akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke klimaks kedua. Aku ingin mencapai orgasme keduaku malam ini, bahkan kalau untuk mencapai kesana aku harus menyetubuhimu sampai pagi. Aku harap kamu mau bekerja sama, karena kalau sampai aku tidak mencapai apa yang aku inginkan, aku akan menghajarmu sampai mati!”
Lidya panik. Si cantik itu tidak tahu mertuanya itu serius atau tidak, tapi yang jelas tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan dirinya sendiri kecuali menurut pada permintaan Pak Hasan.
“Jangan, Pak. Aku mohon…” bisik Lidya lemah, “aku mohon jangan sakiti aku lagi.”
“Mengemis tidak akan mengubah pendirianku. Bahkan rengekanmu malah membuat kontolku jadi lemas lagi, Nduk. Tentunya kamu tidak ingin itu terjadi setelah bekerja keras mengeraskannya dengan mulutmu. Ayo. Entoti aku.”
Dengan terpaksa Lidya menurut saat Pak Hasan mengangkat tubuh telanjang sang menantu dan menyandarkannya ke tembok. Pak Hasan melesakkan penisnya masuk ke dalam vagina Lidya dengan lebih lembut kali ini. Wanita cantik itu mengangkat kakinya dan mengaitkannya di pinggang Pak Hasan sementara tangannya menggantung di leher ayah mertuanya, tangan Pak Hasan sendiri menahan beban tubuh Lidya dengan mengangkat pantatnya. Rasanya luar biasa nikmat bagi keduanya berada dalam posisi seperti ini.
Memek Lidya masih licin oleh air mani yang tadi disemprotkan Pak Hasan ke dalam liang rahimnya sehingga dia bisa melesakkan penisnya dengan mudah. Kali ini jejalan kontol sang mertua di dalam liang cinta sempitnya membuat Lidya merasa nyaman dan bergairah, seluruh tubuhnya bergetar merasakan liang rahimnya yang sempit kini meremas-remas penis besar Pak Hasan yang meraja di memeknya.
Dengan punggung Lidya bersandar pada tembok, kedua manusia berlainan jenis itu mulai bergerak bersamaan. Lidya mulai merasa nikmat karena Pak Hasan kali ini memperlakukannya lebih lembut. Rasa sakit yang diderita kedua pipinya karena tamparan Pak Hasan menghilang berganti rasa nikmat yang meraja di selangkangannya. Lidya berusaha keras menyembunyikan perasaan nikmatnya agar tidak terlihat terlalu jelas di depan sang mertua yang cabul. Klitoris Lidya menempel di tubuh Pak Hasan dan setiap gerakan naik turun membuatnya tergesek seirama, tambahan bulu-bulu halus yang menyentuh ujung klitoris Lidya membuatnya melejit ke nirwana. Lidya memejamkan mata dan berusaha keras tidak mendesah keenakan.
“Mana susumu, Nduk?” perintah Pak Hasan lagi tiba-tiba.
Dengan wajah memerah karena terhina, Lidya menyorongkan buah dadanya dengan satu tangan ke arah mulut Pak Hasan. Pria tua itu meringis penuh kemenangan dan menikmati wajah malu sang menantu. Dengan penuh nafsu, Pak Hasan segera menyerang pentil payudara Lidya. Dia tidak lembut lagi kali ini, tapi sangat lihai memainkannya. Dia menarik dan menghisap pentil itu dengan mulutnya, lalu menjilati pinggiran puting payudara Lidya, setelah itu dia mengelamuti pentil itu dan menggigitinya dengan penuh nafsu.
Rangsangan yang dirasakan Lidya terlalu hebat sehingga menggiring wanita jelita itu ke puncak kenikmatan. Tanpa sadar dia menggerakkan pinggangnya lebih cepat dan kuku-kuku jarinya menancap di punggung Pak Hasan sampai akhirnya Lidya orgasme. Lidya bisa merasakan memeknya meremas batang kemaluan Pak Hasan dengan sebuah remasan hebat dan dia mulai merintih serta menjerit lirih penuh nikmat. Akhirnya setelah selesai mengejang dan memeknya banjir cairan cinta, Lidya membuka matanya. Pak Hasan meringis penuh kemenangan. Kontolnya tetap keras dan dia masih terus menumbuk vagina Lidya.
Tak lama setelah Lidya mencapai klimaks, Pak Hasan dengan sengaja menarik penisnya keluar. Pria tua itu lalu duduk di anak tangga. Dia memberi isyarat supaya Lidya menghampiri dan duduk mengangkanginya. Dengan patuh, menantu yang baru saja digauli sampai orgasme oleh mertuanya itu duduk di pangkuan Pak Hasan.
Lidya menurunkan badannya perlahan dan membiarkan kontol Pak Hasan yang masih keras menusuk vaginanya dari bawah. Seluruh tubuhnya melejit begitu penis itu menguasai bagian dalam lubang rahimnya. Rangsangan yang memberikan nafsu hewani dan kenikmatan pada Lidya kembali terpusat pada selangkangannya. Kali ini Pak Hasan tidak perlu meminta karena Lidya tahu apa yang diinginkan mertuanya. Si cantik yang seksi itu pun bergerak naik turun dan mulai menyetubuhi mertuanya.
Buah dada Lidya yang memantul-mantul terlihat sangat erotis di hadapan Pak Hasan. Pria tua itu segera memainkan kedua payudara Lidya dan menghisap pentilnya dalam-dalam. Lidya melenguh manja dan merintih keenakan. Dia tidak peduli lagi, seluruh pikirannya, seluruh kesetiaan dan perasaan bersalahnya seakan menghilang ditelan gelombang nafsu birahi yang diberikan ayah mertuanya. Semakin kasar perlakuan Pak Hasan, semakin memuncak nafsu Lidya. Setelah beberapa lama tubuh Lidya meremas-remas kontol Pak Hasan, akhirnya pria tua itu sampai juga pada ujung klimaksnya. Pak Hasan meremas pinggul Lidya dan menyemprotkan air mani ke dalam lubang rahimnya.
Untuk beberapa saat lamanya Lidya dan Pak Hasan terbaring berpelukan telanjang di anak tangga. Tubuh mereka basah bermandikan keringat dan nafas mereka mendengus karena kecapekan. Perlahan kesadaran akan kejadian yang telah berlaku menyentakkan Lidya. Dia kembali sadar akan nistanya perbuatan ini. Bagaimana mungkin dia malah melayani nafsu binatang sang ayah mertua? Kemana istri Andi yang telah bersumpah setia itu?
Lidya menangis sejadi-jadinya. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena terlena oleh nafsu birahi. Lidya meronta dari pelukan Pak Hasan, mengumpulkan pakaiannya yang tercecer dan lari ke kamar, langsung menuju kamar mandi.
Saat Pak Hasan masuk ke kamar dan menyusul Lidya, istri Andi yang cantik itu tengah menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun. Wajahnya penuh dengan kemarahan dan perasaan geram.
“Enak juga punya menantu seksi kayak kamu. Tiap kali butuh ngentot tinggal ambil. Beberapa hari lagi Andi pulang. Kalau tidak mau semua terbongkar, sebaiknya mulai sekarang kamu turuti kemauanku! Besok pagi kalau aku masuk ke sini, aku tidak ingin melihatmu mengenakan sehelai pakaianpun, mengerti? Aku ingin melihat tubuh indahmu telanjang dan jangan lupa untuk merentangkan kakimu lebar-lebar!”
Pak Hasan melangkah keluar kamar meninggalkan Lidya yang terhina, putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan diri dari situasi ini.
Air mata menetes deras di pelupuk mata Lidya. Kisahnya masih jauh dari usai.
BERSAMBUNG
Report content on this page
0 Komentar