SIAPA YANG TAHAN (TAMAT)

 

Oiya, lupa aku ceritakan. Halaman belakang rumah kami itu cukup luas dengan ditumbuhi rerumputan yang terpotong rapi di tengahnya. Sekeliling halaman itu juga sudah di tutup oleh bangunan rumah tetangga yang semuanya berlantai dua. Jadi halaman belakang rumah kami seperti terisolasi dari lingkungan sekitar. Aman deh pokoknya.










“Aaahhh.. Syifa.. stoop... stopp dulu bentar.. ini ngempotnya.. aduh!” teriak papa.










Aku sudah sampai di garis finish dan dinyatakan pemenang oleh mama. Sedangkan papa dan Syifa malah saling memeluk di tengah halaman. Aku yakin sekarang ini Syifa sedang menikmati sumpalan penis papa pada liang senggamanya yang selalu kegatelan itu.










“Ouuwwhhh...!” Syifa melenguh keras ketika papa mulai menghujamkan kontolnya dalam-dalam.










Aku, kak Vira dan mama kemudian kembali duduk di teras. Badanku capek tapi kontolku masih tegak mengeras dengan maksimal. Apalagi sambil aku duduk disuguhi tontonan papa dan Syifa tengah bersenggama di tengah halaman belakang rumah.










“Aahh.. kamu nakal Syifa... kamu menantu papa yang nakal.. haahh..haahh...” ujar papa diantara lenguhannya.










Papa mulai menggenjot tubuh Syifa dengan buas, sampai-sampai terdengar suara seperti tamparan saat pantat mulus Syifa beradu dengan pangkal paha papa. Aku bisa melihat ekspresi lain sekarang, kulihat gadis itu sesekali meringis atau matanya terpejam rapat. Ekspresi kenikmatan Syifa semakin intens seiring lenguhan dan erangannya yang bergema di halaman belakang rumah kami.










“Aahh...aahhh..aaahhh....aahhh...”










Syifa terus mendesah keenakan saat penis papa mengaduk-aduk liang vaginanya. Payudara putih mulus nan menggemaskan miliknya terayun-ayun dengan liar seiring genjotan papa. Tak tahan, papa mengulurkan tangannnya untuk meremas payudara Syifa yang kenyal dan membusung itu. Perlakuan papa membuat gadis itu semakin mengerang nikmat. Sebelum akhirnya memekik keras dan menggelinjang menikmati puncak kenikmatannya, sedangkan papa dengan tega terus meyodoknya tanpa ampun.










“Huaaaahhhh....aaahhhh....aahhhhh.....”






‘Crrr....crr....crrrr....crrr...’






Syifa mengerang keras seiring muncratnya cairan orgasmenya saat penis papa keluar masuk liang vaginanya. Tiap kali penis papa ditarik, cairan itu ikut muncrat keluar sampai membasahi pantat montok Syifa dan pangkal paha papa.






Entah berapa lama, papa seperti terhipnotis memompa memek Syifa sambil terus meremasi payudara milik calon menatunya itu. Sungguh erotis banget dilihatnya. Rambut Syifa terlihat semakin acak-acakan karena lepek oleh keringat, tampangnya semakin kusut dan bahkan dia tidak bisa menahan liurnya mengalir dari mulutnya yang selalu terbuka karena tak henti mengerang dalam rasa nikmat.










“Syifaaaa... Om.. mau muncrattthhh!”




“Keluarin aja paahhh...”




“Ahhhhh....Keluarr!” papa menggeram dalam klimaksnya.










Baik papa dan Syifa kelojotan menikmati muncratnya sperma papa dalam rahimnya. Kedua insan itu terdiam beberapa saat lamanya. Setelah rasa itu reda, hanya terdengar nafas ngos-ngosan dari kedua mulut mereka.










“Mmuuaaachhh..!! makasih ya sayang, kamu menantu kesayangan papa” ujar papa sambil memagut mesra bibir tipis Syifa.




“Iya om.. anytime aja...hihi..” balas Syifa centil. Aku yang mendengarnya mulai cemburu, tapi kutenangkan diriku, karena aku juga pasti bisa dapat memeknya mama.




“Plok...plok...plok..” terdengar suara tepuk tangan, ternyata dari mama.




“Udah yah.. papa udah dapat hadiahnya, tapi karena papa dan Syifa kalah.. habis ini ga boleh lagi ngentot lho yaa...” ujar mama yang diikuti wajah kecewa dari papa.




“Eh, buat Aldi hadiahnya apa mah?” tanyaku.




“Hadiahnya.. emm.. memek mama sama kak Vira...”




“Wuaahhh.. mantab !!” balasku.




“Yuk dek.. kita ambil hadiahnya...” ucap kak Vira sambil menungging memamerkan memeknya yang mereh merekah itu.










***










Kak Vira saat ini terlihat memasrahkan tubuhnya untukku. Dia dengan rela menungging di depanku menyodorkan memeknya untuk kusetubuhi. Aku yang melihatnya jadi semakin naik libidoku, apalagi dari tadi pagi pejuhku sama sekali belum keluar. Tanpa pikir panjang aku langsung berada di belakangnya dengan bertumpu pada kedua dengkulku. Kupegangi pinggangnya lalu kuarahkan ujung penisku pada belahan vaginanya.










“Mmm.. masukin dekk..” kata kak Vira ketika merasakan ujung penisku menyundul bibir vaginanya.




“Sebentar kak.. gesek-gesekin dulu yah” balasku sambil menggesek-gesekkan kepala penisku ke belahan vaginanya yang sangat basah.










Aku gesekkan kepala penisku dari bibir vaginanya sampai menyentuh clitoris kak Vira. Kulakukan terus seperti itu hingga beberapa kali, kemudian aku langsung menusuk habis penisnya kedalam vagina kak perempuanku itu.










“Aaahhhkkk.....” desah kak Vira saat penisku menyundul rahimnya lagi.










Vagina kak Vira yang sudah licin dari tadi membuat gerakan batang penisku keluar masuk liang senggamanya itu dengan lancar. Aku tak mau buru-buru, kali ini aku bakal bikin kak Vira ngecrot duluan.










"Aahh.. Aahh.. Aahh.." desah kak Vira cepat dibarengi dengan genjotan penisku dari belakang.










Sambil menggenjot vagina kak Vira, aku membungkukkan badanku hingga menindih tubuh kakakku yang cantik itu dari belakang. Tanganku lalu meremas-remas payudara kak Vira dengan gerakan memeras.










"Aaahhh.. Aaahh...!!" lenguh kak Vira ketika kutusukkan penisku dalam-dalam.




"Aakkuu... akkuuu.. mmhh... aaaaahhhhh.... aaaahhhhhh... aaahhh...." desah kak Vira bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang. Rupanya dia tengah orgasme hebat.










Entah kenapa hari ini kakakku itu gampang sekali orgasme. Biasanya tak secepat itu dia klimaks. Apakah karena fantasi tersembunyi untuk pesta seks di ruang terbuka seperti saat ini membantunya mendapat orgasme lebih cepat? Mungkin saja.










“Gantian yuk Dii...” ucap mama, kulihat dia sudah langsung menungging di sebelah kak Vira yang masih berusaha mengembalikan kesadarannya.




“Oke mam.. siap yah!?”




“Ooohhhhhhhhhhh....” lenguh mama saat batangku melesak masuk ke dalam liang vaginanya.










Memek mama rasanya memang lain dari punya kak Vira atau Syifa. Memang sudah tak lagi bisa menjepit kuat, tapi rasanya ada yang mengelus dan memijit penisku di dalam vaginanya. Ahh, biarpun mama sudah berumur kepala empat tapi memeknya masih legit aja.










“Tahan yah mam....” ujarku lalu menggenjot memeknya dengan cepat.




"Aaahh. Aahhh.. Aahhh.." desah mama seiring tusukan penisku dan goyangan pinggulku.










Kulihat papa dan Syifa sudah kembali mendekati kami. Tentu saja dengan melihat pemandangan aku menyetubuhi mama membuat penis papa kembali tegak mengeras. Lalu dengan diam papa memberiku kode supaya gantian. Aku setuju saja, karena tujuan utama acara ini adalah membuat mama puas dengan kontol kita.










“Haaahhhh... eekkkk....” lenguh mama kembali setelah penis papa melesak masuk dalam liang peranakannya.










Aku mundur sedikit supaya mama masih mengira akulah yang sedang menggenjot memeknya. Tapi memang rencana kami berhasil, kulihat mama masih terus mengerang dengan mata terpejam, tak menyadari kalau yang sedang mengerjainya itu adalah suaminya.










“Aahh.. aduh Diii... kamu hebat banget.. ahhh...”










Aku hanya senyum-senyum saja mendengar mama menyebut namaku. Papa juga sama, dia hanya senyum sambil memberi isyarat menutup mulutnya dengan jari telunjuk.






Beberapa menit kemudian papa berdiri. Aku dengan cepat maju menggantikan posisinya supaya mama masih mengira yang menusuk vaginanya itu adalah aku, anaknya.










“yuk mah, kita ganti posisi” kataku.










Mama kemudian menuruti ucapanku, dia kemudian dengan suka rela merebahkan tubuhnya di atas karpet yang memang ada di teras belakang. Aku lalu memberi kode pada Syifa dan kak Vira untuk mendekat. Mereka mengerti.










“Aaahhkhhhh.... uuhhhh...” desah mama saat penisku kembali bersarang dalam liang kemaluannya.










Posisi mama yang terbaring membuat kedua payudarang nampak bergoyang liar saat aku genjot. Kak Vira dan Syifa langsung merebut kedua puting susu mama lalu menyedotnya tanpa ampun.










“Aahhhh... aduhhh.... aahhh.. kalian ngapain? Aaahhh..”










Mama hanya bisa berteriak-teriak keenakan saat lobang memeknya dikocok penisku, sedangkan kedua puting susunya di kerjai kak Vira dan Syifa. Mungkin mama belum pernah merasakan sensasi keroyokan seperti ini.










“Sshhh.. udah jangan teriak gitu mah, nih mending mama emut saja yang ini” papa kini geser mendekati kepala mama lalu mengarahkan ujung penisnya masuk ke dalam mulut mama.










Jadilah siang itu mama kita hajar habis-habisan. Orgasmenya datang berkali-kali sampai membuat mama lemas tak berdaya. Aku dan papa terus gantian mengocok liang vagina mama dengan penis kita. Memang aku akui kalau ngentotnya gantian seperti itu membuat kita susah sekali dapat ejakulasi. Pas mau muncrat suruh gantian, jadi kentang deh. Tapi demi memuasi mama, kita rela melakukannya.






Mama sudah tergeletak tak berdaya. Tubuhnya penuh keringat, rambutnya yang tadi diikat kini sudah terburai acak-acakan sampai menutupi wajah cantiknya. Sudah tak ada lagi perlawanan dari mama. Hanya mulutnya saja yang masih mendesah saat memeknya gantian kita genjot terus menerus.










“Di.. kasian mama.. udah kita biarin dulu mama istirahat..” ucap papa.




“Iya pah...”










Aku kemudian melepaskan penisku dari jepitan dinding vagina mama. Begitu juga papa, kak Vira dan Syifa berbarengan bergerak menjauhi mama. Aku yakin saat itu tubuh mama pasti terasa lemas dan gemetaran. Tapi sungguh aku melihat raut muka bahagia pada wajah mama.










“nih Di... makan dulu”




“Apa sih itu pah?”




“Permen, hehe..”










Papa memberiku sebutir tablet yang katanya permen. Memang rasanya manis mirip permen. Masak sih pas seru-serunya kita ngeseks bareng seperti ini malah memberiku permen? Tanpa curiga aku memakannya saja.










“udah nih.. gantian Vira kita garap Dii...” ujar papa kemudian.




“Hihihi.. siapa takut... ayo pah, puasin Vira...” sepertinya kakakku itu gembira banget.










Kini gantian kak Vira yang tidur terbaring di depan kita. Papa lalu mengangkangkan kedua kaki kak Vira dan tanpa aba-aba langsung menusukkan penisnya. Syifa juga diam-diam langsung menyambar kedua puting susu kak Vira lalu mengemutnya bergantian. Aku yang melihat mulut kak Vira nganggur langsung inisiatif menyodorkan penisku untuk diemutnya.










“Hheeemmphh...eemmmmmphhh....eemmphhh..” hanya suara itu yang terdengar dari kak Vira kala memeknya digenjot papa, putingnya diemut Syifa dan mulutnya tersumpal penis adiknya.










Ahh, sungguh situasi yang benar-benar erotis bagi yang melihatnya. Enaknya bisa ngentot bareng keluarga. Sungguh aku tak pernah membayangkannya. Bagaimana bisa kakak perempuanku tengah menikmati batang penis papanya dan adik kandungnya sendiri di teras belakang rumah seperti ini. Pernah mimpi saja tidak.






Beberapa menit kemudian papa minta gantian. Aku bergeser dan menahan kedua kaka kak Vira supaya terus mengangkang memperlihatkan belahan memeknya. Memang lobang vaginanya sudah terlihat melebar tapi saat aku tusukkan penisku lagi rasanya masih menjepit kemaluanku dengan kuat. Anjiiirr, enak banget memek kak Vira.










“Eemmmmmphhh....eemmphhh.. eemmmmmphhh....eemmphhh..” desah kak Vira tertahan karena mulutnya masih tersumpal batang penis papa.










Kulihat Syifa juga masih dengan telaten mengerjai kedua puting susu kak Vira. Bergantian kiri-kanan mulutnya menghisap dan menggigit puting susu merah kecoklatan itu. Karena posisi Syifa yang menungging membuatku beberapa kali bisa melihat belahan memeknya yang masih meneteskan cairan sperma papa.










“Ehhh.. ngapain kamu? Aduhhh yaaang...”










Karena tak tahan, aku langsung menyerang Syifa. Pinggulnya aku pegang kuat dan kutusukkan penisku ke dalam liang kewanitaannya. Papa yang melihatku beralih mengerjai Syifa langsung bergerak menusukkan penisnya lagi pada memek kak Vira.










“Aahhhh.. aduhh.. aaduhhh... pelan dong yaaang..” rintih Syifa.










Aku sudah tak peduli rengekannya. Terus kugoyang pinggulku supaya penisku terus-terusan menusuk liang senggamanya. Entah kenapa setelah makan permen yang diberi sama papa tadi tenagaku seperti tak habis-habis. Aku masih bisa dengan kuat menggenjot Syifa tanpa ampun.










“Aaahh.. aaahhh... aaauuuhhhh.. aahh..” Syifa terus mendesah dan menjerit kecil. Empotan dinding vaginanya juga langsung terasa meremas penisku.




“Aaahahh.... nyaaampeee !!!” tiba-tiba terdengar pekikan kak Vira. Entah sudah berapa kali dia orgasme hari ini.










Meski melihat kak Vira tengah orgasme, papa masih terus mengocok memek kakakku itu dengan ganas. Seakan-akan mereka tak pernah puas bersetubuh, seakan tak ada lagi hari esok. Penis papa yang ukurannya memang besar itu terus menghajar kemaluan kak Vira dengan tenaga penuh.










“Haahhhh.. haahhh.. ampun paahh.. aahhh.. ampuuunn..” kak Vira terus merengek dalam kenikmatannya.










Kembali aku nikmati pesetubuhanku dengan Syifa. Gadis cantik bermata bundar itu benar-benar membuat birahiku semakin membara. Kini dia ada di atas tubuhku sedang menggoyangkan pinggulnya. Baru saja dia juga orgasme, sampai cairan squirtnya membasahi perut dan pangkal pahaku. Aku sungguh merasa beruntung bisa mendapatkannya.










“Emmhhh... yaaang... keluarin di dalam aja yah..” ucapnya lirih sambil terus menggoyang pinggangnya.




“I-iiyaa sayang...aahh...”




“Biar...ahhh... jadi..”




“Hemm... iyah..biar jadi anak...” balasku.










Anehnya setelah mendengar permintaan Syifa untuk menghamilinya tadi, batang penisku mulai berkedut-kedut dengan hebat. Itu pertanda kalau sebentar lagi kontolku akan menyemprotkan pejuhnya. Syifa rupanya mengerti, kini dia mengangkat pantatnya lalu mengocok ujung penisku dengan diding vaginanya.










“Aaahhhhh... mantaabbbbb... aahhh...” desahku keluar seketika saat penisku terasa dihisap dan di kocok vagina Syifa yang becek dan hangat itu.






Crott... Crottt... Crooootttt....










Tanpa bisa kutahan akhirnya spermaku menyembur keluar di dalam rahim Syifa. Tubuhku kelojotan dan bergetar hebat. Rasanya seluruh permukaan tubuhku merinding merasakan kenikmatan menjalar sampai ke ubun-ubun. Tak ada duanya pokoknya.










“Hhhaaaahhhh.. iya sayaaang....”






Crrr....crrr....crrrrrrr.....










Syifa ternyata ikut kepancing orgasmenya. Tubuhnya kini ikut kelojotan di atas tubuhku. Badannya tidak berhenti mengejang selama beberapa detik. Semburan cairan orgasmenya kali ini tak terlalu banyak, namun begitu rasanya cairan itu masih bisa meleleh di pangkal pahaku.










"Aaahh.. Aaahh.. Hhhhh.. Hhhhh..." desahku dengan napas tersengal-sengal.










Syifa kemudian mendekatkan bibirnya pada bibirku lalu memagutnya dengan mesra. Penisku yang masih terbenam dalam liang senggamanya masih merasa diremas-remas lembut.










“Makasih sayang ...” ucapnya pelan.




“Uhhh.. iya sayang, kamu hebat banget pokoknya... aahh.. tapi lain kali jangan biarin orang lain keluar di dalam dong..”




“Napa emang?”




“Aku gak mau kamu hamil bukan dariku..”




“Ummm..iya deh, akan aku usahain...”




“janji?”




“Janji...” balas Syifa tersenyum centil.










Akhirnya Syifa turun dari atas tubuhku lalu ikutan berbaring di sampingku. Rasanya bahagia banget bisa ngentot bareng keluarga. Ahh.. memang keluarga adalah sebuah kebersamaan. Paling menyenangkan kalau ada kebersamaan saling memuaskan juga, hehe.










“Gimana? Asyik kan kalo ada acara macam begini tiap minggu?” tanya mama tiba-tiba.




“Aldi sih oke-oke aja mam..”




“Vira juga...”




“Aaahh..apalagi papa... jadi pengen di rumah terus kalo gini caranya, hahaha...”




“Syifa juga Om.. tapi jangan keluarin di dalam yah..” balas Syifa manja.




“Lah, emang kenapa?”




“Emm... Syifa mau hamil anaknya Aldi aja..”




“Hahahahahahaaa....” kami semua tertawa mendengar ucapan Syifa yang malu-malu manja itu.




“yaudah, sekarang kita istirahat sambil makan siang.. pagi tadi mama udah masak tuh”










Kami berlima kemudian beranjak menuju dapur untuk makan siang. Kami duduk di depan meja makan dengan formasi yang baru. Papa sekarang duduk di tengah antara mama dan kak Vira. Sedangkan aku dan Syifa duduk berdua di depan mereka. Tapi itu tidak lama, beberapa saat kemudian Syifa kembali naik di pangkuanku seperti tadi pagi.






Tubuh kami yang berkeringat dan lepek tak mengganggu kenikmatan makan. Bau sperma dan cairan orgasme di tubuh Syifa dan kak Vira juga masih tercium kuat. Namun begitu bau-bauan itu jadi biasa saja buat kami. Malah kembali membuatku horni.






Akhirnya hari itu kami meneruskan acara ngentot bareng sampai sore. Sayangnya setelah makan mama langsung mandi dan bersiap pergi karena ada undangan ibu-ibu tetangga rumah. Tapi tak mengapa, karena aku, papa, kak Vira dan Syifa melanjutkan acara itu dengan meriah. Aku dan papa ganti-ganti pasangan, kadang juga kami berdua menggarap Syifa atau kak Vira bersama. Pokoknya hari itu aku dan papa puas menyetubuhi Syifa dan kak Vira, sampai pejuh kami muncrat kemana-mana.










***










Epilog.






Beberapa tahun berlalu. Aku lulus kuliah dan sekarang sudah bekerja di sebuah bank plat merah. Syifa juga ikut kuliah tapi hanya mengambil D3. Katanya sih pengen jadi ibu rumah tangga saja. Setelah masuk kuliah, kami beneran menikah dan sekarang Syifa sedang mengandung anak kami yang kedua. Hubungan Syifa dan papanya sepertinya terhenti saat kami menikah dulu. Papanya sudah tak lagi berusaha menyetubuhi Syifa. Kabarnya juga papanya mau kawin lagi, ya syukurlah.






Kak Vira juga sudah menikah. Dia mendapat suami pengusaha muda yang kebetulan saja kaya. Setelah menikah mereka menempati rumah sendiri, tapi masih satu kota dengan tempat tinggal kami. Anaknya sudah dua, laki-laki semua. Anehnya anak yang pertama itu wajahnya mirip sekali denganku. Duh, aku jadi kepikiran jangan-jangan anak itu memang anakku. Karena sampai sekarang pun aku dan papa masih sering ngentot dengannya.






Kakak perempuanku itu masih saja sama seperti dulu meski sudah menikah. Jiwa eksibis kak Vira jadi semakin tak tertahan. Aku sering main-main ke rumahnya bersama Syifa. Saat itulah aku sering melihat kak Vira mengerjakan apapun di rumah tanpa busana. Sepertinya ketelanjangannya itu hal yang sudah biasa. Bahkan saat dia bersama anak-anaknya di rumah dia masih tak memakai apa-apa. Edan, bisa-bisanya dia begitu.






Ternyata suami kak Vira juga sama. Kakak iparku itu mengaku di depanku kalau dia itu senang sekali melihat kak Vira keluyuran di rumah telanjang bulat. Aneh sih bagiku. Masak suaminya membiarkan istrinya telanjang bulat di depan anak-anaknya. Tapi aku punya hak apa untuk tidak setuju. Toh itu juga rumah mereka sendiri.






Aku dan Syifa masih tinggal serumah dengan papa dan mamaku. Kebetulan juga mama baru saja melahirkan. Ini yang jadi pertanyaan terbesar bagiku. Jujur saja sampai sekarang ini aku dan papa masih sering mengerjai mama bersama. Aku juga selalu menumpahkan pejuhku di rahim mama. Meski begitu papa malah terlihat bahagia. Dia pernah bilang padaku, meski mama hamil dari spermaku sekalipun tetap akan dirawat penuh kasih sayang karena kita adalah keluarga.






Oiya hampir lupa... Ingat..!! cerita ini hanya fiktif, Don’t try this at Home. Cheeers.



Akhir kata, semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Ambil yang baik dan lupakan keburukannya. Kebahagiaan itu tak selalu berawal dari uang. Contohnya adalah ketika anda sudah gembira saat membaca tulisan saya. Sederhana kan!?

Sekian.

TAMAT


Posting Komentar

0 Komentar